BAB IV MEKANISME PENGERINGAN BUBUK TEH DENGAN MENGGUNAKAN
FLUID BED DRYER FBD
IV.1. Umum
Pengeringan merupakan proses dehidrasi, yaitu penguapan air. Air teh fermen yang dilakukan dengan bantuan udara. Udara merupakan media yang paling baik dan
murah bagi transfer kalor dari sumber kalor ke partikel teh, karena secara kualitatif akan di peroleh karakter teh yang diinginkan dan sacara kuantitatif penggunaan udara
dapat dikendalikan secara efektif dan efisien. Pada umumnya pengeringan teh pada saat ini dilakukan dengan dua metode,
yaitu : metode Konvensional dan metode fluidisasi. Pada metode konfensional partikel teh pada rangkaian nampan tray yang digerakkan rantai lingkar dalam mesin
pengering melaju melawan arah aliran udara panas bertekanan tinggi. Pada awal proses pengeringan, partikel teh terpapar udara bertemperatur relatif rendah 49ºC-
54ºC dan pada akhir pengeringan, udara bertemperatur tinggi. Sebaliknya, pada metode fluidisasi dalam fluid bed dryer FBD partikel teh langsung terpapar udara
bertemperatur tinggi, dan pada akhir proses pengeringan bertemperatur relatif rendah.
IV.2. Proses Pemanasan Udara
Proses pertama dalam proses pengeringan teh adalah pemanasan udara dalam dapur bakar Heat Exchanger dimana dapur bakar tersebut berbahan bakar cangkang
sawit. Cangkang sawit dibakar dalam tungku bakar, dan api yang dihasilkan akan
membakar atau api akan mengalir ke dalam pipa-pipa api yang ada di dalam Heat
Universitas Sumatera Utara
Exchanger tersebut. Setelah udara yang ada di celah-celah susunan pipa-pipa api tersebut sudah panas dan telah mencapai temperatur yang diinginkan maka kipas
Blower dinyalakan untuk mengalirkan udara panas tersebut ke mesin Fluid Bed Dryer FBD
Gambar 4.1 Heat Exchanger dan pipa-pipa api
IV.3. Proses Pengeringan Bubuk Teh
Setelah udara panas yang dihasilkan Heat Exchanger dialirkan ke mesin Fluid Bed Dryer, barulah konveyor pembawa bubuk dari hopper ke mesin Fluid Bed Dryer
dihidupkan, setelah itu bubuk yang sudah di fermentasi lalu di masukkan ke dalam hopper, dan setelah bubuk masuk ke Fluid Bed Dryer bubuk langsung terpapar udara
panas.
Intlet masuk outlet keluar Kapasitas
Kadar air
120ºC 90ºC
330 kgjam 2,8
110ºC 85ºC
300kgjam 3,0
100°C 80°C
280 kgjam 3,2
95°C 75°C
260kgjam 3,3
Tabel 4.1 Data Fluid Bed Dryer
Universitas Sumatera Utara
20 40
60 80
100 120
250 260
270 280
290 300
310 320
330 340
Analisa
Pengaruh temperatur intlet terhadap kapasitas pengeringan dapat di tunjukkan oleh grafik di bawah ini :
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Temperatur Intlet Terhadap Kapasitas Pengeringan
Dari grafik di atas tersebut menunjukkan bahwa, semakin tinggi temperatur intletnya, maka semakim besar kapasitas atau hasil pengeringan Fluid Bed Dryer
tersebut. Dan sebaliknya, semakin rendah temperature intlet nya semakin rendah kapasitas pengeringan nya, diakibatkan karena temperature rendah mengakibatkan
proses pengeringan menjadi lambat. Temperatur Intlet
ºC
Kapasitas Kg Jam
Universitas Sumatera Utara
Pada saat terjadinya Fluidisasi ada dua siklon pada mesin Fluid Bed Driyer tersebut yaitu siklon basah dan siklon kering yang berfungsi untuk menyedot ampas-
ampas atau partikel-partikel kecil. Siklon basah terletak paling depan di dalam mesin Fluid Bed Dryer dan paling dekat pada titik jatuh bubuk dari hopper. Hasil sedotan
dari siklon basah langsung di buang ke luar. Dan sebaliknya hasil dari sedotan siklon kering masih di tampung, karena ampas hasil sedotannya masih bercampur teh kering
dan harus dipisahkan di mesin sortasi.
Gambar 4.2 Pengeringan bubuk teh dengan menggunakan FBD Hopper
Lorong Udara Panas
Blower Heat Exchanger
Cerobong ampas Siklon
Cerobong asap
Universitas Sumatera Utara
IV.4. Parameter Operasional FBD IV.4.1. Pelat berperforasi