PCR Infeksi Tuberkulosa pada Tulang Belakang

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006 285

2. Tes Tuberkulin

Dengan cara Mantoux, disuntikkan PPD 5 TU 0.1 ml intrakutan. Reaksi pada tubuh dibaca setelah 48-72 jam. Jika indurasi 5 mm dikatakan tes Mantoux negatif. Indurasi 10 mm , tes Mantoux positif ; sedangkan indurasi 5 – 9 mm meragukan dan perlu diulang.

3. Bakteriologi

Untuk pemeriksaan balteriologik dan histopatologik diperlukan pengambilan bahan melalui biopsi atau operasi. Biopsi dapat dilakukan dengan cara fine needle aspiration dengan tuntunan CT atau video assisted thoracoscopy. Pemeriksaan terhadap bahan pemeriksaan yang diambil dengan biopsi dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik biasa, mikroskopik fluoresen atau biakan. Pada pemeriksaan mikroskopik dapat dilakukan pewarnaan Ziehl Nielsen, Tan Thiam Hok, Kinyoun-Gabbet atau denagn metoda fluorokrom yang memakai pewarnaan auramine dan rhodamine. Pemeriksaan ini membutuhkan sedikitnya 5 x 10 3 kuman per ml sputum.. Hasil pemeriksaan ini dipengaruhi oleh : jenis spesimen, ketebalan sediaan apus yang dihasilkan, ketebalan pewarnaan, kemampuan dan keahlian pemeriksa. Beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan sensitifitas hasil pemeriksaan sediaan apus secara mikroskopik, yaitu: cytocentrifugation dari bahan pemeriksaan sputum, mencairkan sputum dengan sodium hypochloride diikuti dengan sedimentasi selama satu malam. Jumlah basil tuberkulosis yang didapatkan pada spondilitis tuberkulosa lebih rendah bila dibandingkan dengan tuberkulosis paru. Juga pada pewarnaan biasa hanya sanggup mendiagnosa sekitar separuhnya. 4. Kultur Semua spesimen yang mengandung mikobakteria harus di inokulasi melalui media kultur, karena : kultur lebih sensitif dari pada pemeriksaan mikroskopis, dapat mendeteksi hingga 10 bakteri per ml ; kultur dapat melihat perkembangan organisme yang diperlukan untuk identifikasi yang akurat dan dengan pembiakan kuman dapat dilakukan resistensi tes terhadap obat-obat anti tuberkulosa. 5. Histopatologi Secara histopatologik, hasil biopsi memberi gambaran granuloma epiteloid yang khas dan sel datia Langhans, suatu giant cell multinukleotid yang khas.

6. PCR

Prinsip kerja PCR adalah 3 tahapan reaksi yang dilakukan pada suhu yang berbeda. Yaitu: denaturasi, aneling primer, dan polimerase. Ini adalah suatu proses amplifikasi DNA yang dilakukan berulangkali. Produk yang dihasilkan bertindak sebagai template untuk siklus berikutnya sehingga setiap siklus menghasilkan produk secara eksponensial. Dengan kemampuan ini PCR dapat mendeteksi basil tuberkulosa yang jumlahnya tidak cukup untuk bisa diperiksa secara mikroskopis atau bakteriologis. Jumlah kuman 10 – 1000 sudah dapat dideteksi dengan pemeriksaan ini. Target yang paling sering digunakan pada pemeriksaan ini adalah IS6110. Deteksi dengan menggunakan IS6110 ini dilakukan dari sputum pada tuberkulosa paru dan darah pada tuberkulosa diluar paru. Pemeriksaan PCR memberikan sensitifitas 94.7 , spesifisitas 83.3 dan akurasi 92 terhadap bahan pemeriksaan yang berasal dari spondilitis tuberkulosa. 7. ICT Tuberkulosis 5 Tes immunokromatografi untuk mendeteksi mikobakterium tuberkulosa atau ICT Tuberkulosis adalah suatu pemeriksaan serodiagnostik dengan mengembangkan antigen untuk mendetekdi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh penderita. Pemeriksaan ini menggunakan membran atau strip nitroselulose yang disensitisasi dengan antigen. Teknik pemeriksaan dengan metode ini cepat dan mudah. Strip dapat dibaca secara manual atau dibaca oleh densitometer. Antigen yang paling sering digunakan untuk mendiagnosa tuberkulosis adalah antigen 38 kDa dengan sensitifitas 45 – 85 dan spesifisitas 98. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK 1. Sinar Rontgen Diperlukan pengambilan gambar dua arah , antero-posterior AP dan lateral L. Pada fase awal, akan tampak lesi osteolitik pada bagian anterior korpus vertebra dan osteoporosis regional. Penyempitan ruang diskus intervertebralis, menujukkan terjadinya kerusakan diskus. Pembengkakan jaringan lunak disekitar vertebra menimbulkan bayangan fusiform. Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006 286 Pada fase lanjut, kerusakan bagian anterior semakin parah. Korpus menjadi kolaps dan terjadi fusi anterior yang menghasilkan angulasi yang khas disebut gibbus. Bayangan opaque pada sisi lateral vertebra, memanjang kearah distal, merupakan gambaran abses psoas pada torakal bawah dan torakolumbal yang berbentuk fusiform. 2. Mielografi Melalui punksi lumbal dimasukkan zat kontras kedalam ruang subdural . Secara konvensional dibuat foto APL atau dilakukan pemeriksaan dengan CT-Scan ,disebut CT-