UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VII.A SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN 2011/2012

ABSTRAK

Upayapeningkatanketerampilangerakdasartolakpelurugayamenyampingdenganmodifikasialat
padasiswakelas VII a SMP Negeri 1 SukoharjoTahunAjaran 2011/2012
Oleh
NORMAN
Penelitianinidilaksanakan di SMP Negeri 1 Sukoharjo yang membahastentangtolakpeluru.
Tujuanpenelitianini :
1. Untukmengentahuidanmemperbaikipembelajarantolakpelurugayamenyampingdenganmen
ggunakan media alat bantu
2. Untukmengetahuitolakpelurugayamenyampinglebihefektifdanmeningkat di SMP Negeri 1
Sukoharjo
Metodepenelitian yang dipakaimemakaiPenelitianTindakanKelas (PTK), meliputi 3
siklusadapunsubyekpenelitiannyasiswa VII a SMP Negeri 1 Sukoharjo.
Kesimpulan yang didapatdalampenelitianiniadalah :
1. Denganmenggunakanmodifikasialatpembelajarandapatmeningkatkanpembelajarantoalakp
elurugayamenyampingsehinggadapatmempermudahpemahamankonseppembelajaransisw
asehinggadapatmemperbaikiketerampilangerakdasartoalakpelurugayamenyamping di
SMP Negeri 1 Sukoharjo
2. Denganmenggunakanmodifikasialatpembelajaranbentukmempermudahpemahamankonse
ppembelajaransiswasehinggadapatmemperbaikiketerampilangerakdasartolakpelurugayam

enyamping did SekolahMenenganPertama
Saran.
1. KepadaDinasPendidikanhendaknyadapatmelakukanpenatarangunamembekali guru
dalammelaksakan proses pembelajarandenganbaik

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani kelas VII Sekolah Menegah Pertama (SMP). Untuk aspek
keterampilan dasar olahraga termasuk diantaranya memperaktikan gerak dasar atletik
berdasarkan konsep gerak yang benar serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Ini berarti siswa harus memperhatikan gerak dasar salah satu nomor atletik secara
benar.

Atletik terdiri dari nomor jalan, lari, lempar dan lompat. Nomor-nomor pada atletik
tersebut memerlukan teknik dan gerakan yang dianggap benar dan tepat, sehingga
gaya yang digunakan dapat dilakukan secara aman, efesien dan efektif. Demikian
halnya pada nomor tolak peluruh, lempar lembing, lempar cakram, lontar martil,
semua ini diperlukan teknik yang benar dan keserasiaan antara tahap persiapan, tahap

gelincir, tahap pelepasan dan tahap pemulihan.

Pada cabang olahraga atletik khususnya tolak peluru adalah suatu gerakan menolak
alat dengan berat tertentu yang terbuat dari logam yang dilakukan dengan awalan atau
sikap badan pada waktu akan menolak peluru menyamping arah tolakan. Tolak peluru
didalamnya mengandung unsur-unsur gerak yang kompleks yang dimulai dari tahap
persiapan, tahap gelincir, tahap pelepasan dan tahap pemulihan. Tahap gerak tersebut
harus dilakukan dalam suatu gerakan yang harmonis dari seluruh aggota tubuh,
sehingga dapat menghasilkan suatu lemparan yang efektif.

Dari hasil pengamatan pada siswa kelas VII a SMP N 1 Sukoharjo tahun pelajaran
2011/2012 bahwa kemampuan gerak dasar tolak peluru masih dalam katagori rendah.
Karena hanya 5 siswa atau 15.62 % yang bisa melakukan dengan benar dengan nilai
65 atau diatas 30 siswa atau 84.38 % mendapatkan nilai dibawah 65 dan jumlahnya
siswa sebanyak 34 siswa.

Peneliti mengidentifikasi penyebab rendahnya hasil belajar keterampilan gerak dasar
tolak peluru ini disebabkan oleh cara pembelajaran yang kurang efektif. Dikarenakan
terbatanya alat yang digunakan oleh guru disekolah dan cara pemberian materi
pembelajaran tolak peluru kepada siswa, sehingga siswa sulit menerapkan

pembelajara gerakan tolak peluru dengan benar. Siswa yang berjumlah 34 orang
melakukan gerak dasar tolak peluru dengan jumlah peluru yang terbatas dengan tiga
buah peluru, jadi siswa terkendala untuk melakukan pengulangan untuk mencoba
melakukan gerak dasar tolak peluru.

Tidak hanya terbatasnya jumlah peluru para siswa juga mengalami kesulitan dengan
berat peluru yang digunakan dengan berat peluru standar putri yang beratnya 4 Kg
sehingga siswa sangat sulit untuk melakukan gerak dasar tolak peluru dengan benar.
Hal ini dikarenakan berat peluru yang terlalu berat dan tidak sesuai dengan
kemampuan siswa. Berat keterampilan gerak dasar tolak peluru seperti yang
diinginkan oleh guru agar tercapainya tujuan pembelajaran.

Semua ini dikarenkan juga karena ketergantungan guru pendidikan jasmani pada
sarana dan prasarana yang disediakan disekolah dan belum digunakannya alat

modifikasi yang tepat untuk proses pembelajaran gerak dasar tolak peluru sehingga
menyebabkan pola pembelajaran yang kurang efektif, variatif dan siswa kurang
berminat dalam mengikuti pembelajaran tolak peluru.

Karena siswa terkendala dengan berat peluru yang digunakan sehingga siswa

kesulitan melakuakan gerak dasar yang benar. Hal ini dapat dilihat pada saat siswa
melakukan gerakan tolak peluru dan gerakannya menjadi tidak sempurna, sehingga
pada awalan sampai saat pelepasan peluru siswa masih belum bisa menerapkan gerak
dasar yang benar, dan tolakan peluru yang dihasilkan tidak maksimal.

Selain itu alat yang digunakan untuk proses belajar terbatas untuk 34 orang siswa,
sehingga berbagi permasalahan timbul akibat kekurangan peluru tersebut, antara lain :
1. Siswa harus menunggu lama untuk mendapat giliran
2. Waktu pun banyak terbuang sia-sia serta pengulangan gerakan dan untuk proses
pembelajaran siswa sangat terbatas
3. Siswa tidak maksimal dalam pembelajaran gerak dasar tolak peluru yang benar
4. Pelaksanaan evaluasi terhadap keterampilan gerak dasar tolak peluru sangat sulit
dilakukan
5. Hasil evaluasinya tidak sesuai dengan apa yang guru harapkan

Untuk menanggulangi masalah diperlukan modifikasi alat bantu pembelajaran yang
dapat dikaitan dengan kondisi lingkungan pembelajaran, baik kondisi siswa itu sendiri
dimana seswa dapat menggunakan alat modifikasi dengan maksimal dan menarik
sesuai dengan keadaan lapangan sekolah agar pemanfaatan alat modifikasi menjadi


lebih efektif, siswa dapat menggunakan semua alat modifikasi untuk memudahkan
siswa dalam pembelajaran gerak dasar tolak peluru.

Memodifikasi peralatan bertujuan untuk menambah jumlah peluru yang digunakan
dengan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, serta peralatan yang
digunakan dan menekankan kepada kegembiraan dan pengayaan pembendaharaan
gerak agar sukses dalam kegembiraan dan pengayaan pembendaharaan gerak agar
sukses dlam mengembangkan keterampilan gerak dasar tolak peluru.

Semua ini bertujuan untuk memaksimalkan proses belajar keterampilan gerak dasar
tolak peluru dan juga diharapkan dapat memperdayakan siswa agar lebih banyak
bergerak dalam situasi yang menarik dan gembira tanpa kehilangan arti pendidikan
jasmani itu sendiri. Selain itu diharapkan dengan penggunaan modifikasi yang
menarik dapat menambah motivasi siswa untuk mencoba teknik dasar tolak peluru
dan berlatih secara berulang-ulang, dengan demikian proses pembelajaran dapat
berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.
Bertitik tolak dari uraian diatas dan dari permasalahan yang muncul, maka penulis
bermaksud melakukan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan
judul “ Upaya Meningkatkan Gerak Dasar Tolak Peluru Dengan Modifikasi Alat Pada
Siswa Kelas VII A SMP N 1 Sukoharjo Pringsewu”.


B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya minat siswa kelas VII A SMP N 1 Sukoharjo tahun pelajaran
2011/2012 mengikuti pembelajaran atletik yang diberikan di sekolah.
2. Kurangnya kemampuan siswa kelas VII A SMP N 1 Sukoharjo tahun pelajaran
2011/2012 melakukan keterampilan gerak dasar tolak peluru
3. Rendahnya hasil belajar siswa kelas VII A SMP N 1 Sukoharjo tahun pelajaran
2011/2012 dalam keterampilan gerak dasar tolak peluru.

C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi hanya pada cabang
atletik nomor lempar tolak peluru

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka penelitian diaras dapat dirumuskan sebagai berikut
:
Apakah ketertampilan gerak dasar tolak peluru dapat ditingkatkan dengan modifikasi

alat pada siswa kelas VII A SMP N 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012

E. Tujuan
Sesuai dengan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk meningkatkan minat siswa mengikuti pelajaran atletik, khususnya tolak
peluru pada siswa kelas VII A SMP N 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012
b. Untuk menigkatkan ketertampilan gerak dasar tolak peluru pada siswa kelas VII A
SMP N 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012

c. Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran khususnya
keterampilan gerak dasar tolak peluru pada siswa kelas VII A SMP N 1 Sukoharjo
tahun pelajaran 2011/2012

F. Manfaat
Peneltian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki keterampilan
gerak dasar tolak peluru dengan modifikasi alat dan untuk meningkatkan proses
pembelajaran gerak dasar tolak peluru dan menyenangakan kemudian menunjang
dalam pencapainya kemampuan gerak pada usia dewasa.


b. Mahasiswa Penjaskes
Sebagai salah satu referensi untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar tolak
peluru gaya teknik linier.

c. Guru Penjaskes
Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam usaha menciptakan pembelajaran
yang bermakna dan berkualitas, menentukan model atau pendekatan dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak dapat
mengoptimalkan segenap kemampuannya dan tercapilah keberhasilan
pembelajaran dan prestasi belajar atletik khusunya nomor lempar tolak peluru.

d. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya pengkajian dalam
pengembangan ilmu pembelajaran atletik nomor lempar “Tolak Peuru” khususnya
untuk mata kuliah atletik.

G. Ruang Lingkup Penelitian
Objek Penelitian


: Memberikan upaya peningkatan keterampilan gerak
dasar tolak peluru

Subyek Peneltian

: Siswa kelas VII A SMP N 1 Sukoharjo

Tempat Penelitian

: SMP N 1 Sukoharjo Pringsewu

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di
sekolah. Mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan
melalaui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat sehari-hari.
Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah “membantu peserta

didik untuk kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman
sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani”
(Depdikbud, 1993:1)

Aktivitas pendidikan jasmani merupakan gejala yang komplek. Artinya kegiatan
pendidikan jasmni mencangkup aspek biologis, sosiologis dan budaya. Dari aspek
biologis hakikatnya adalah pola gerak fisik manusia yang terwujud dalam struktur
jasmani yang perlu dipahami sebagai pola perilaku manusia. Dari aspek sosiologis
dan budaya seorang pelatih atau guru dituntut untuk memahami lingkungan
belajar yang baik untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang
berdaya guna dan berhasil guna. Karena itu dalam garis-garis besar kurikulum
pendidikan dasar (Depdikbud, 1993:1) Menjelaskan :
“Pendidikan jasmani di sekolah dasar berfungsi untuk (a) merangsang
pertumbuhan jasmani dan perkembangan sikap, mental, sosial dan emosional yang
serasi, selaras dan seimbang. (b) memberikan pemahaman tentang manfaat
pendidikan jasmani dan kesehatan serta memenuhi hasrat bergerak. (c)
perkembangan dan aktivitas sistem perdaran darah, penrencanaan, pernapasan dan
saraf. (d) memberikan kemampuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan
kesehatan”.


Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan, karena itu pula tujuannya pun
bersifat mendidik untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan
gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih.

Dalam pelaksanaanya, aktifitas jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman
belajar dan melalui itulah peserta didik tumbuh dan berkembang untuk mencapai
tujuan pendidikan. Menurut Rusli Lutan (2000:5) Pendidikan jasmani adalah
proses ajar melalui aktivitas jasmani yang erat kaitannya dengan gerak manusia.
Gerak bagi manusia sebagai aktivitas jasmani merupakan kebutuhan yang sangat
penting untuk merangsang kebutuhan dan perkembangan (fisik dan psikis)

Pendidikan jasmani merupakan bagia integral dari pendidikan secara keseluruhan
yang mencangkup dari kurikulum yang berbasis kompetensis (KBK). Materi
pokok pendidikan jasmani adalah materi yang dipelajari oleh siswa, sebagai
sarana untuk mencapai kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran. Materi pokok
pendidikan jasmani diklarifikasikan menjadi enam aspek, yaitu : (1) Permainan
dan olahraga. (2) aktivitas pengembangan. (3) uji diri atau senam. (4) ativitas
ritmik. (5) akuatik (aktivitas air) dan (6) aktivitas luar sekolah. (Dekdikbud,
2005:15)

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih diutamakan adalah
pemahaman tentang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang
professional dari domain belajar, yaitu : Psikomotorik, kognitif dan afektif. Oleh
karena itu program pendidikan jasmani harus merupakan suatu program yang

memberikan perhatian yang cukup dan seimbang kepada ketiga domain tersebut.
Jika tidak, maka program bersangkutan tidak lagi bisa disebut pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani mengemban misi kependidikan, sebab tujuan yang ingin
dicapai selaras dengan tujuan pendidikan pada umunya. Maka dalam
pelaksanaanya selalu memperhatikan prektek-praktek yang bersifat mendidik.

Setiap penyelenggaraan pendidikan jasmani akan menghasilkan seperangkat hasil
pendidikan yang harus dicapai peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam korteks ini tujuan pembelajaran merupakan suatu komponen pembelajaran
yang disusun secara sistematis.
Berdasarkan paparan diatas dapat saya simpul kan bahwa dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih diutamakan adalah pemahaman
tentang karateristik pertumbuhan dan perkembangan yang professional dari
domain belajar yaitu psikomotorik, kognitif dan afektif. Oleh karena itu, program
pendidikan jasmani harus merupakan suatu program yang memberikan perhatian
yangcukup dan seimbang kepada ketiga domain tersebut. Jika tidak, maka
program bersangkutan tidak lagi bisa disebut pendidikan jasmani.

B. Atletik

Atletik merupakan cabang olahraga tertua, karena gerakan-gerakan dalam atletik
merupakan gerakan-gerakan yang bisa dilakukan oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari sejak dahulu. Kata atletik berasal dari bahasa yunani, yaitu Athlon
yang berlomba atau bertangding. Istilah atletik di Indonesia diartikan sebagai

cabang olah raga yang memperlombakan meliputi nomor perlombaan jalan cepat
3 Km, 5 Km, 10 Km, 20 Km, 30 Km, 50 Km, lari 100 m, 200 m, 400 m, 800 m,
1500 m, 3000 m, 5000 m, 10000 m, marathon, lari gawang (100 m untuk putri,
110 m untuk putra) 4x100 m estafet dan 4x400 m estafet, lompat jauh, lompau
jungkit, lompat tinggi, lompat tinggi galah, dan lempar lembing, lempar cakram,
tolak peluru, lontar martil (Depdikbud, 2000:9)

Menurut Carr Gerry A (2000:3) salah satu materi pendidikan jasmani di sekolah
adalah pembelajaran atletik, atletik merupakan suatu keterampilan yang mampu
mengembangkan potensi manusia baik secara fisik maupun mental dan dapat
diberikan kepada para peserta didik baik secara formal, informal maupun non
formal. Keterampilan teknik melempar sangat penting untuk dikuasai atau dimiliki
setiap orang dan harus dikenalkan sedini mungkin agar kemampuan penguasaan
geraknya segera dikuasai dan juga dapat mengembangkan kemampuan mentalnya
yang baik seperti disiplin percaya diri, serta keberanian dalam menghadapi dan
memecahkan masalah.

C. Tolak Peluru

Tolak peluru termasuk event atau nomor lempar, istilah yang dipergunakan bukan
lempar peluru, tetapi tolak peluru. Penggunaan istilah tersebut disesuaikan dengan
peraturan atau cara melepaskan peluru, yaitu dengan cara didorong atau ditolak
bukan dilempar. Istilah dalam bagasa inggrisnya adalah the short put.

Tolak peluru adalah suatu gerakan menolak alat bundar dengan berat tertentu yang
terbuat dari logam yang dilakukan dengan awalah atau sikap badan pada waktu
akan menolakan peluru membelakangi arah tolakan. Ada beberapa tahap dalam
gerakan dasar tolak peluru seperti tahap persiapan, tahap tergelincir, tahap
pelepasan dan tahap pemulihan. Ada dua teknik dalam tolak peluru :

1. Teknik Menyamping
Dalam teknik menyamping tahap persiapan harus dalam posisi untuk memulai
menggelincirkan seterusnya dalam tahap menggelincir pelempat/penolak dan
peluru bergerak dipercepat pada saat untuk melepaskan peluru dan dalam
tahap melepaskan peluru dihasilkan kecepatan tambahan dan dipindahakan
kepeluru sebelum dilepaskan dan peluru ditolak/dilepaskan dan tahap
pemulihan pelempar menahan dan menghindari melakukan kesalahan.
2. Teknik Rotasi
Dalam teknik rotasi tahap persiapan pelempar bergerak ke posisi optimum
untuk memulai dengan putaran dan dalam tahap putaran peluru dipercepat
pada saat pelempar bergerak ke posisi optimum untuk melepaskan peluru dan
dalam tahap pelepasan peluru kecepatan tambahan diciptakan kepeluru
sebelum dilepaskan dan dalam tahap pemulihan menahan dan menghindari
melakukan kesalahan.

Gambar 1 : Keterampilan gerak dasar tolak peluru diadopsi dari buku IAAF
(2000:155)

Dalam buku IAAF (2000:159-165) adapun proses gerak dasar tolak peluru
adalah sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
 Penolak berdiri tegak dibagian belakang lingkaran, punggung
 Menghadap ke stop board
 Tubuh dibungkukan kedepan, paralel dengan tanah
 Badan seimbang dengan satu kaki topang
 Kaki topang ditekuk, sementara tungkai bebas ditarik ke arah
lingkaran belakang
b. Tahap Tergelincir (ke belakang)
 Badan bergerak ke depan menuju tumit, tidak mendudukan pinggul
 Kaki bebas/ayun didorongkan rendah kearah balok penahan
 Kaki topang diluruskan diatas tumitnya
 Kaki topang memelihara kotak dengan tanah selama gerak
meluncur itu
 Bahu dijaga tetap bidang terhadap lingkaran
c. Tahap Pelepasan

 Berat badan ditumpukan pada telapak kaki kanan bagian depan,
lutut kanan ditekuk
 Tumit kaki kanan dan jari-jari kaki kiri adalah ditempatkan segaris
 Pinggul dan bahu adalah terpilin
 Kepala dan lengan kiri dikunci dibelakang
 Tungkai kanan diluruskan dengan gerakan memutar yang eksplosif
sampai pinggul kanan menghadap bagian depan lingkaran lempar.
 Tungkai kiri hampir diluruskan dan ditahan, mengangkat badan
(mempengaruhi sudut)
 Gerakan memilih tubuh diblok oleh lengan kiri dan bahu
 Siku kanan diputar dan diangkat dalam arah lemparan
 Berat badan ditransfer dari kaki kanan dan ke kaki kiri
 Serangan “dari lengan pelempar dimulai setelah tubuh dan tungkaitungkai diluruskan sepenuhnya
 Lengan kiri ditekuk dan dilempar dekat badan
 Percepatan diteruskan dengan pergelangan tangan direnggangkan
sebelumnya (ibu jari kebawah, jari-jari memutar keluar setelah
peluru dilepaskan)
 Kaki-kaki menyentuh tanah untuk melapaskan peluru
 Kepala ada dibelakang kaki jari yang menahan sampai saat
lepasnya
 Kepala ada dibelakang kaki kiri yang menahan sampai saat
lepasnya peluru

d. Tahap Pemulihan

 Kaki-kaki cepat berganti setelah peluru lepas
 Tungkai kanan ditekuk
 Badan bagian atas ditekuk
 Kaki kiri diayun kebelakang
 Padangan mata kebawah

D. Belajar

Belajar merupakan suatu usaha untuk menambah dan mengumpulkan berbagai
pengalaman tentang ilmu pengentahuan. Belajar juga sebuah proses yang sering
diartikan penambahan pengentahuan.

Adapun ciri kegiatan yang disebut”Belajar” adalah sebagai berikut (Noehi
Nasuiton, 1994:2) :
a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan individu yang belajar,
baik actual maupun potensional
b. Perubahan itu pada dasarnya berubah didapatkan kemampuan baru, yang
berlaku yang relative lama
c. Perubahan itu terjadi karena usaha

Belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya
interaksi antara individu dengan lingkungan. Tingkah laku ini mencangkup
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Sedangkan menurut A. Tabrani Rusyan (1989:7) mengatakan bahwa :

“belajar dalam arti luas adalah suatu proses perubahan individu yang dinyatakan
dalam bentuk penguasaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai
pengentahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi
atau luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang
terorganisasi”.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalau pengalaman
(learning is defend as the modification or streng-thening of behavior through
experiencing) (Oemar Hamalik 2008:36). Menurut pengeritan ini, belajar adalah
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami.
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan
kelakuan.

Belajar adalah usaha untuk menguasai segala suatu yang berguna untuk hidup.
Akan tetapi menurut konsep Eropa, arti belajar itu agak sempit, hanya
mencangkup menghapal, mengingat dan memperoduksi sesuatu yang dipelajari
(Soekidjo Notoatmodjo 2003:36)

Robert M. Gagne dalam Haris (2008:19) mengemukakan bahwa :
“Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar
secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja.
Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh factor dari luar diri dan
factor dalam diri dan factor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi”.

Belajar adalah suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan
dalam jangaka waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses
pertumbuhan.

Hasil belajar merupakan perubahan penguasaan kemampuan teori maupun praktek
yang relative permanen (melekat) antara sebelum menerima proses pembelajaran
dengan setelah proses berakhir.

Kegiatan itu sendiri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang
sedang belajar, baik actual maupun potensial.
b. Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang
berlaku untuk waktu yang telative baru.
c. Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha, bukan Karena proses

Pendapat ini didukung oleh Higard, yang disajikan oleh Pasaribu dan Simanjuntak
dalam buku Soekidjo Notoatmojo (2003:38), yang menyatakan bahwa :
“belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan.
Perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh
pertumbuhan atau keadaan sementara, misalnya kelelahan atau karena obatobatan”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi, perubahan itu berupa penguasaan,

sikap dan cara berfikir yang bersikap menetap sebagai hasil dari latihan dan
pengalaman belajar.

E. Belajar Gerak

Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu ke
waktu dan dalam prosesnya melibatkan SSP, otak dan ingatan. Dengan demikian
tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah menerima dan
menginterprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari
kemudian mengolah dan menginformasikan informasi tersebut sedemikian rupa
sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk
keterampilan.

Pengertian gerak adalah kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi
ditinjau dari titik pandang tertentu, sekali hal ini dilakukan maka gerak itu tanpa
memikirkan gerak itu traskusi atau rotasi maka dengan itu dapat ditentukan jarak
dan arah dari titik pangkalnya (Ali Nur, 2005:19). Jadi pengertian gerak
perpindahan tempat ketempat lain sesuai dengan tujuan tertentu.

Gerak dasar dalam tolak peluru adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam
tolak peluru, baik yang berkaitan dengan aktivitas dasar itu mencangkup gerakan
lokomotor dan keterampilan manipulative.

F. Alat Bantu (Peraga)

Alat bantu (peraga) adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan
pendidikan, alat peraga sangat penting dengan adanya alat peraga ini maka bahan
dengan mudah dipahami oleh siswa. Alat tersebut berguna agar bahan pelajar
yang disampaikan oleh guru lebih mudah diterima dan dipahami peserta didik.
Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu
guru agar belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta
efesien. Dibawah ini merupakan pengertian alat peraga menurut :
a. Tayar Yusuf (1985:52) alat peraga adalah alat yang dapat memperdengarkan
atau dapat mempergakan bahan-bahan tersebut, sehingga murid-murid dapat
menyaksikan langsung, mengamat-amati dengan cermat, memegang atau
merasakan bahan-bahan pergaan pelajar itu.
b. Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (NEA) dalam Nirvan Diana (1992:2)
bahwa media merupakan alat bantu yang diperlukan oleh guru dan siswa agar
dapat memperjelas materi dan dapat lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar

Menurut Ag. Suejono (1946:79) alat peraga dua dimensi hanya menggunakan dua
ukuran panjang dan lebar, umpamanya : gambar, bagan dan grafik. Sedangkan alat
peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu panjang, lebar dan tinggi.
Umpamanya : “biasa menggunaka barang tiruan yang mempunyai bentuk seperti
barang sesungguhnya”. Alat peragaan yang diproyeksi adalah alat yang
menggunakan proyektor sehingga gambar Nampak pada layar :
a. Film dan televise b. slide dan flem strip

G. Alat Belajar

Dalam kamus besar bahasa Indoenesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai
untuk mengerjakan sesuatu” (Pamungkas 2000:52) alat merupakan bagian dari
fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar.
Dengan alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang
materi tersebut agar mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa.

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa modifikasi alat pembelajaran
merupakan upaya seoarang guru untuk merubah alat pembelajaran yang
sesungguhnya menjadi berbeda dari yang sebelumnya dengan tujuan untuk
meningkatkan pembelajaran kemudian memperoleh hasil yang lebih baik dan
dicapai dengan sebaik-baiknya.

H. Gerak Dasar

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan
tingkat kematangan. Keterampilan gerak dasar merupakan pola gerak yang
menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli dalam Heman
Tarigan (2003:23) membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu :
1) Lokomotor. 2) Gerakan non lokomoto. 3) Manipulatif

Lutan Rusli (2000:11) mendifinisikan gerak lokomotor adalah”gerak yang
digunakan untuk memudahkan tubuh dari suatu tempat ketempat lain atau
memproyeksikan tubuh keatas misalnya : jalan, lompat dan berguling”. Gerak non
Lokomotor”adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari

tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan
menarik”. Sedangkan gerak manipulative adalah keterampilan memainkan suatu
proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian
tubuh yang lain. Gerak manipulative ini bertujuan untuk koordinasi mata kaki,
mata tangan. Misalnya : menangkap dan menendang.

I. Belajar Motorik

Menurut Siedentop dalam Haris (2008:27) belajar motoric adalah proses yang
bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan
permanen dalam perilaku keterampilan

Pada masa akhir anak besar, pada umumnya merupakan gerakan-gerakan tersebut
sudah mampu dilakukan dengan bentuk gerakan menyerupai gerakan orang
dewasa. Perbedaanya hanya terletak pada pelaksanaan gerakan yang kurang
bertenaga. Belajar motoric adalah menghasilkan perubahan yang relative
permanen.

Seorang yang ingin memiliki keterampilan yang baik harus terlebih dahulu
mengembangkan unsur gerak, kemudian hal ini dapat dilakukan melalui proses
belajar dan beralatih. Lutan (2000:19) mengatakan “belajar adalah sebuah prilaku
yang relative permanen sebagai akibat latihan atau pengalaman masa yang
lampau”. Berkaitan dengan belajar keterampilan motoric suatu proses yang
berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang relative permanen dalam
relatibitasnya untuk merespon suatu gerakan.

Menurut Lutan (2000:23) belajar motoric adalah “seperangkat proses yang
berkaitan dengan latihan dan pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan
dalam prilaku terampil”.

Adapun tahap dalam keterampilan motoric yaitu sebagai berikut :
a. Tahap kognitif”merupakan tahap awal dalam belajar motoric” dalam tahap ini
peserta didik harus memahami hakikat kegiatan yang akan dilakukan,
kemudian harus memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun
visual.
b. Tahap fiksasi pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan peserta
didik melalui latihan praktik secara teratur agar perubahan prilaku gerak
menjadi permanen, selama latihan peserta didik membutuhkan semangat dan
umpan balik untuk apa yang dilakukan itu benar atau salah.
c. Tahap otomatis. Pada tahap otomatis, control terhadap gerak semakin tepat
dan penampilan semakin konsisten secara cermat. Menurut girimijoyo dalam
priyono mengatakan”secara psikologis hal ini dapat diartikan bahwa pada diri
peserta didik telah terjadi suatu kondisi reflek yang sangat efesien dan hanya
akan melibatkan usur unit yang benar diperlukan untuk gerakan yang
diinginkan”.

Seperti yang dikemukakan diatas, dapat dinyatakan bahwa belajar motoric
mengacu pada perubahan perilaku atau tingakah laku manusia dengan kata lain
objek dari upaya belajar mengajar adalah perilaku yang Nampak bergerak dan
terus berlangsung secara berkelanjutan.

J. Modifikasi Alat Pembelajaran

Didalam kamus besar bahasa Indonesia modifikasi adalah “pengubahan” dan
berasal dari kata “ubah” yang berarti “lain atau beda” mengubah dapat diartikan
dengan “menjadikan lain dari yang sebelumnya atau cara mengubah”. Kemudian
mengubah dapat juga diartikan pembaruan, tidak mengherankan bahwa pada
mulanya dalam pembaruan berpokok pada metode mengajar, bukan karena
mengajar itu penting melainkan mengajar itu bermaksud menimbulkan efek
belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan
untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus
bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah”yang dipakai untuk mengerjakan
sesuatu” alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk
proses kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat pembelajaran
guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi yang akan
diberikan kepada siswa, dengan bertujuan agar mudah dipahami dan dapat
dimengerti oleh peserta didik atau siswa.

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa modifikasi alat pembelajaran
merupakan suatu upaya untuk merubah alat pembelajaran yang sesungguhnya
menjadi berbeda dari yang sebelumnya bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan agar tujuan yang direncanakan sebelumnya dan dapat dicapai sebaikbaiknya.

Modifikasi alat yang akan diguanakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan bola plastic yang seukuran dengan peluru dan bola plastic yang
seukuran dengan peluru yang didalamnya di isi dengan semen yang sudah dicapur
dengan pasir, dan dua tiang dan satu tali untuk memperbaiki sudut tolakan.
Keuntungan dari modifikasi alat adalah menambah alat, mudah didapatkannya,
mudah dalam pemakaianya (praktis), lebih ringan dari peluru standar (IAAF
Peraturan Pertandingan 2007:179) berat standar peluru untuk putri remaja, junior
dan senior adalah 4 Kg. untuk putra remaja standar peluru 5 Kg, untuk putra
junior berat standar peluru 6 Kg dan untuk putra senior berat standar peluru 7,25
Kg, serta memudahkan guru dalam mengevakuasi keterampilan gerakan dasar
tolak peluru.

III.METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam
mengumpulkan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab
persoalan yang dihadapi.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan Karena penelitian ini dilakukan
dengan metode kaji tindakan dengan mengacu pada CAR (Classroom Action
Research). Action research adalah penelitian yang bersifat partisipatif dan
kolaboratif.

Maksudnya, penelitiannya dilakukan sendiri oleh yang berkempentingan, yaitu
si peneliti dan diamati bersama dengan rekan-rerkannya. Action research
berbeda dengan studi kasusu karena tujuan, sifat khususnya yang tidak unik
seperti studi kasus dan prinsipnya yang tidak digunakan untuk menguji teori
dan dilakukan sendiri oleh peneliti serta diamati oleh rekan-rekan peneliti.
Namun, kedua macam peneliti ini sama dalam hal, yaitu bahwa peneliti tidak
memikirkan tentang hasil penelitiannya.

Penelitian tindakan untuk mengembangkan keterampilan baru atau cara
pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah-masalah dengan penerapan
langsung memiliki ciri-ciri sebagi berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi actual
2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan
perkembangan-perkembangan yang lebih baik.
3. Dilakukan melalui putaran-putaran spiral

Stephen Kemmis dalam Siswoyo Hardjodipuro (1997:5) berpendapat :
“Action Research adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan
oleh para partisipasi (guru, siswa atau kepala sekolah, Misalnya) dalam
situasi-situasi sosial (termasuk memperbaiki rasionalitasnya dan kebenaran (a)
praktek-praktek sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian
mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga)
dimana praktek-praktek) dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan”.

Dasar sosial action research adalah keterlibatan : dasar pendidikan action
research adalah perbaikan atau peningkatan mutu. Orang yang melakukan
action research adalah orang yang menginginkan perubahan dari apa yang
selama itu dijalankan dan ingin lebih baik. action research berarti action, baik
mengenai sistemnya maupun mengenai orang-orang yang terlibat dalam
system tersebut.

Action research bukan sekedar mengajar. action research mempunyai makna
sadar dan kritis terhadap mengajar dan menggunakan kesadaran kritis terhadap
dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan
mengajar. action research mendorong para guru untuk berani bertindak dan
berfikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri

dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara professional.
Pertanggung jawaban professional kepada masyarakat secara sistematik inilah
yang membuat kegiatan ini sebagai penelitian.

Action research adalah penelitian sistematik yang hasilnya terbuka untuk
diketahui masyarakat. Action research melibatkan refleksi diri yang berulang,
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan ulang, ia
menuntut guru untuk sadar akan proses dan untuk menyempurnakan
persepsinya untuk mempertanggung jawabkan proses tersebut.

Action research adalah suatu pendekatan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang telah berkembang dari teori-teori sebelumnya. Ia tidak
menolak berbagai teori-teori yang salah, melainkan menggeser tekanan dan
perspektifnya.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus selama kegiatan
penelitian dilakuakan. Kemampuan keterampilan guru harus dikembangkan
untuk menghadapi permasalahan actual pembelajaran dikelasnya atau di
sekolahnya sendiri.

Perbaikan dilakukan secara beartahap dan terus-menerus. Oleh karena itu,
dalam penelitian tindakan kelas dengan adanya siklus pelaksanaan berupa
perencanaan, tindakan observasi dan refleksi yang dilakukan oleh guru

sehingga akan mendapat timbal balik yang sistematik mengenai apa yang
salama ini dilakukan dalam proses pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalaui putaran atau spiral dengan
beberapa siklus yang terdiri dari merencanakan, tahap melakukan tindaka,
pengamatan (observasi) dan tahap refleksi. Yang dimaksud dengan penelitian
yang dilakukan melalui putaran spiral adalah penelitian yang melalui siklussiklus berikut ini :

Perencanaan
Refleksi
Tindakan /
Observasi
Refleksi

Perbaikan
Rencana

Tindakan /
Observasi
Perbaikan
Rencana
Refleksi
Tindakan /
Observasi

Dan seterusnya

Gambar 5 : spiral penelitian tindakan kelas (Hopkins, 1993) dalam buku
Arikunto 1991:105)

Keterangan gamabar diatas :
Perencanaan dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.


Tindakan
Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan kelas



Observasi
Observasi adalah kegiatan pelaksanaan pengamatan yang dilakukan
oleh pengamat oleh suatu tindakan



Refleksi
Refleksi adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan



Perbaikan rencana
Perbaikan rencana suatu tindakan yang sudah dilaksanakan apabila
tidak sesuai dengan tujuan yang dinginkan atau tindakan sesuai
rencana

B. Rencana Penelitian

Pada penelitian ini penulis melaksanakan penelitian sampai tiga siklus
(Sembilan kali pertemuan) kemudian diantara setiap siklusnya peneliti
merencanakan kegiatan tindakan berbeda pada setiap siklus, akan tetapi setiap
siklus saling berkaitan, setiap proses penelitian merupakan tindakan lanjutan
dari siklus penelitian sebelumnya.

C. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP N 1 Sukoharjo
yang berjumlah 32 siswa

D. Tempat dan Waktu

a. Tempat Penelitian
Dilapangan SMP N 1 Sukoharjo
b. Pelaksanaan Penelitian
Lama waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dua bulan dan terdapat 3
siklus (9 kali pertemuan)

E. Proses Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Tolak Peluru

Siklus Pertama
a. Rencana
1. Menyiapkan sekenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatankegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup.
2. Menyiapkan alat-alat tolak peluru (bola plastic beragam warna yang
berjumlah 20 yang seukuran dengan peluru standar) untu proses
pembelajaran dan instrument yang dibutuhkan untuk mengobservasi
tindakan

3. Menyiapkan siswa berbaris sesuai jumlah peluru untuk pembelajaran

b. Tindakan

1. Peluru dipegang masing-masing siswa setelah dibariskan dengan
merata
2. Siswa melakukan lemparan sesuai dengan gerakan teknik melempar
yang benar dan langakah dalam tindakan siklus pertama, siswa
dibariskan sesuai dengan banyaknya peluru yang disediakan.
3. Setiap siswa melakukan sebanyaknya 5 kali gerakan secara berulangulang
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi kesalahan
gerakan yang dilakukan dan memperbaiki gerakan-gerakan yang masih
salah.

c. Observasi

1. Observasi dilakukan selama tindakan. Observasi dilakukan untuk
melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan
penggunaan alat modifikasi dapat berjalan dengan baik.
2. Setelah tindakan dilakukan,diamati dan dikoreksi dan berikan waktu
pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi

d. Refleksi

1. Dari data hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan
2. Didiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua

Siklus Kedua

a. Rencana

1. Menyiapkan sekenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatankegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup.
2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penjaskes atletik
nomor lempar tolak peluru
3. Menyiapkan alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu
peluru yang sudah dimodifikasi (bola pelastik beragam warna yang
seukuran dengan peluru standard an di isi semen yang dicampur
dengan pasir sehingga beratnya menjadi lebih ringan dibandingkan
berat peluru standar yang digunakan di sekolah) ini untuk
meningkatkan keterampilan gerak dasar tolak peluru terutama pada
tahap pelepasan dan tahap pemulihan.
4. Menyiapkan instrument yang diperlukan untuk mengevaluasi dan
mengobservasi tindakan
b. Tindakan

1) Siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya peluru dan siswa
terbagi dengan merata setiap barisnya.

2) Siswa melakukan gerak dasar tolak peluru menggunakan peluru
modifikasi, seperti dilakukan pada siklus pertama
3) Siswa diberikan tugas melakukan teknik lemparan dengan beanar

c. Observasi

1. Observasi dilakukan selama tindakan. Observasi dilakukan untuk
melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan
penggunaan alat modifikasi dapat berjalan dengan baik.
2. Setelah tindakan dilakukan,diamati dan dikoreksi dan berikan
waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi

d. Refleksi

1. Dari data hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan
2. Didiskusikan rencana tindakan pada siklus ketiga

Siklus Ketiga

a. Rencana

1. Menyiapkan sekenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatankegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup.

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penjaskes atletik
nomor lempar tolak peluru
3. Menyiapkan alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu
peluru yang sudah dimodifikasi (bola pelastik beragam warna yang
seukuran dengan peluru standard an di isi semen yang dicampur
dengan pasir sehingga beratnya menjadi lebih ringan dibandingkan
berat peluru standar yang digunakan di sekolah) ini untuk
meningkatkan keterampilan gerak dasar tolak peluru terutama pada
tahap pelepasan dan tahap pemulihan.
4. Menyiapkan instrument yang diperlukan untuk mengevaluasi dan
mengobservasi tindakan

b. Tindakan

1) Siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya peluru dan siswa
terbagi dengan merata setiap barisnya.
2) Siswa melakukan gerak dasar tolak peluru menggunakan peluru
modifikasi, seperti dilakukan pada siklus pertama
3) Siswa diberikan tugas melakukan teknik lemparan dengan beanar

c. Observasi

1. Observasi dilakukan selama tindakan. Observasi dilakukan untuk
melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan
penggunaan alat modifikasi dapat berjalan dengan baik.

2. Setelah tindakan dilakukan,diamati dan dikoreksi dan berikan
waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi

d. Refleksi

1. Dari data hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan

F. Instrumen Penelitian

Instrument adalah alat yang diguanakan untuk mengukur pelaksanaan PTK
(penelitian kaji tindak) disetiap siklusnya. Menurut Freir and Cuning Ham
dalam Muhajir (1997:58) dijelaskan “alat untuk ukur instrument dalam PTK
dikatakan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Alat itu berupa indicator-indikator dari penilaian keterampilan gerak dasar
tolak peluru teknik linier, bentuk indicatornya adalah : (1) Tahap Persiapan (2)
Tahap gerak gelincir (3) Tahap pemulihan (IAAF-RDC 2000) dan disetiap
indicator diberikan bobot 0-1

Cara pengambilan nilai adalah dengan melakuka tes kualitas gerak dasar tolak
peluru mulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap pemulihan. Dengan
pemberian nilai jika gerakan yang benar mendapat nilai satu, sedangkan jika
tidak melakukan gerakan dengan benar maka mendapat nilai nol.

G. Teknik Analisi Data

Setelah data terkumpul melalui tindakan disetiap siklus, selanjutnya data
dianalisis melalui tabulasi, prosentase dan normative. Untuk melihat hasil
tindakan dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu : 1) Rerata Mutlak 2) Rerata kelas 3)
ketuntasan bealajar

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

P =F/N x 100

Keterangan :
P

= prosentasi keberhasilan

F

= Jumlah gerakan yang dilakukan benar

N

= Jumlah siswa yang mengikuti ujian/tes

Bila hasil peritungan meningkat 50 % keatas maka tindakan yang dilakukan
dinyatakan efektif (Suharsimi Arikunto 2006:29)

Elliot dan Adelman (1973) dalam Siswoyo Hardjodipuro (1997:78)
Menyarankan triagulasi sebagai suatu cara yang sangat baik untuk
mengumpulkan informasi dan persepsi. “Triagulasi” biasanya diguanakan

untuk merujuk kepada proses untuk memperoleh informasi mengenai suatu
subjek dari tiga atau lebih sumber

V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan anailisis dan pembahasan dari hasil penelitian, pada setiap siklus
maka dapat disimpulkan hasil penelitian kelas ini sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan alat modifikasi berupa bola plastic beragam warna yang
berjumlah 20 yang seukuran dengan peluru standar dapat meningkatkan minat
siswa dalam mengikuti pembelajaran atletik khususnya keterampilan gerak
dasar tolak peluru pada siswa kelas VII-A di SMP N 1 Sukoharjo.
2. Dengan penggunaan alat modifikasi berupa bola plastic beragam warna yang
seukuran dengan peluru standar dan diisi semen yang telah dicampuri dengan
pasir sehingga beratnya menjadi lebih ringan dibandikan dengan berat peluru
standar yang digunakan disekolah dan dua tiang serta satu tali dapat
meningkatkan kemampuan siswa menguasai keterampilan gerak dasa tolak
peluru pada siswa kelas VII-A di SMP N 1 Sukoharjo
3. Dengan penggunaan alat modifikasi berupa bola plastic beragam warna yang
berjumlah 20 yang seukuran dengan peluru stadar, bola plastic beragam
warna yang seukuran dengan peluru dan diisi semen yang telah dicampuri
dengan pasir sehingga beratnya menjadi lebih ringan dibandikan dengan berat
peluru standar yang digunakan disekolah dan dua tiang serta satu tali dapat
meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran keterampilan gerak dasar tolak
peluru pada siswa kelas VII-A di SMP N 1 Sukoharjo

B. Saran

Setelah penelitian ini dilaksanakan, penulis ingin menyampaikan saran khusu
kepada guru penjas yang ada disekolah SMP N 1 Sukoharjo agar dengan
keterbatasan alat untuk proses pembelajaran yang ada sebaiknya guru penjas
disekolah melakukan modifikasi alat agar proses pembelajaran dapat tercapai
dengan baik dan siswa menjadi lebih termotifasi dengan penggunaan alat
modifikasi sehingga target ketuntasan belajar dapat tertecapai.

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR
TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING DENGAN
MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VII.A
SMP NEGERI 1 SUKOHARJO
TAHUN 2011/2012

Oleh
NORMAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR
TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING DENGAN
MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VII.A
SMP NEGERI 1 SUKOHARJO
TAHUN 2011/2012

Oleh
NORMAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan

Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................ i
PENGESAHAN ........................................................................................

ii

SURAT PERNYATAAN .............................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................

iv

MOTTO ...................................................................................................

v

SANWACANA .........................................................................................

vi

DAFTAR ISI .............................................................................................

vii

BAB I PENDAHULUAN

LatarBelakang ...............................................................................

1

Identifikasi .....................................................................................

5

BatasanMasalah .............................................................................

5

RumusanMasalah ..........................................................................

5

Tujuan ............................................................................................

6

Manfaat ..........................................................................................

6

RuangLingkup ...............................................................................

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PendidikanJasmani ........................................................................

8

Atletik ............................................................................................

11

TolakPeluru ...................................................................................

11

BelajarGerak ..................................................................................

18

Alat Bantu (peraga) ......................................................................

18

AlatBelajar.....................................................................................

18

GerakDasar ....................................................................................

20

BelajarMotorik ..............................................................................

21

ModifiakasiAlatPembelajaran .......................................................

21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MetodologiPenelitian ....................................................................

25

RencananPenelitian .......................................................................

29

SubjekPenelitian ............................................................................

29

TemapatdanWaktu.........................................................................

29

Proses PembelajaranKeterampilanGerakDasarTolakPeluru .........

29

SiklusPertama ................................................................................

30

SiklusKedua...................................................................................

31

SiklusKetiga ..................................................................................

32

InstrumenPenelitian .......................................................................

34

TeknikAnalisi Data .......................................................................

34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HasilPenelitian...............................................................................

37

AnalisiRekapitulasiRefleksiHasil PTK Pembelajaran
KeterampilanGerakDasarTolakPeluru ..........................................

40

SiklusPertama ................................................................................

41

SiklusKedua...................................................................................

42

SiklusKetiga .............................

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR TOLAK PELURU TEKNIK LINIER DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIIa SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

2 13 14

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING MELALUI MODIFIKASI SARANA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 BATU PUTU BANDAR LAMPUNG

0 19 52

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN TOLAK PELURU MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 CAMPANG RAYA TAHUN AJARAN 2011/2012

0 10 31

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VII.A SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN 2011/2012

3 24 55

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN METODE PEMBELAJARAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 GADINGREJO PRENGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 43

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN METODE PEMBELAJARAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 GADINGREJOPRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 29 36

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR RENANG GAYA BEBAS DENGAN METODE BAGIAN DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 4 62

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR TOLAK PELURU DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI BINJAI WANGI KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 4 61

PENINGKATAN GERAK DASAR TOLAK PELURU DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 2 RAJA BASA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 32

EFEK TIFITAS MODIFIKASI PELURU DALAM PEMBELAJARAN GERAK DASAR TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING (ortodox ) MAHASISWA PENJASKES ANGKATAN 2012 TAHUN AJARAN 2012/2013

2 13 60