Tidak heran dengan ketetapan-ketetapan finansial yang berasaskan agama dalam buku
al Kharraj menjadikan umat Islam pada masa Abasiyah merasakan kemakmuran yang dahsyat. Tercatat bahwa dari
pajak kharraj saja pada masa Harun ar Rasyid mencapai 7 juta dirham dan
kemudian meningkat pesat pada masa al Mu’tashim menjadi 30 miliar dirham. Itu baru dihitung dari segi
kharraj tanpa memasukkan sumber pendapatan lain dari berbagai macam jenis keuangan publik seperti zakat
dan lain sebagainya.
3.2 LEMBAGA-LEMBAGA DALAM EKONOMI ISLAM Sistem perekonomian ummat manusia tersebut perlu diatur
sedemikian rupa sebab hal ini adalah merupakan kebutuhan utama yang tidak dapat ditawar-tawar keberadaannya. Seluruh ummat manusia di
mana dan kapan saja dia berada, pastilah akan mengalami dan berinteraksi dengan orang lain dalam rangka system perekonomian ini.
Sebab hal ini adalah merupakan sebuah keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup umat manusia.
Sistem perekonomian tersebut banyak macam ragamnya baik yang diatur secara langsung oleh Allah swt, maupun yang telah ada sebelumnya,
namun keberadaannya dilegitimasi oleh ajaran agama. Sistem-sitem perekonomian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Badan Amil Zakat
Badan Amil Zakat adalah merupakan sebuah lembaga keagaamaan yang beregerak dalam bidang perekonomian yang salah satu tugas
pokoknya adalah mengentaskan masyarakat khususnya ummat Islam dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Pembentukan lembaga ini
adalah didasarkan atas Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Badan Amil Zakat diharuskan dibentuk secara
berjenjang mulai dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat kecamatan. Hal ini dimaksudkan agar potensi ummat Islam dalam bentuk zakat, infaq dan
shodaqah dapat diberdayakan secara maksimal sehingga berdaya guna dan berhasil guna. Hal ini dirasa sangat penting sebab zakat, infaq dan
shodaqah adalah merupkan potensi ummat Islam yang dapat komplementer dengan pembangunan nasional, sebab potensi zakat, infaq
dan shodaqah apabila dapat diberdayakan secara maksimal, maka akan mendatangkan dana yang cukup besar yang dapat dipergunakan untuk
mengatasi berbagai persoalan bangsa dan Negara.
2. Badan Perwakafan Nasional
Wakaf merupakan salah satu lembaga ekonomi Islam yang cukup dikenal di Indonesia, namun satu hal yang sangat disayangkan lembaga ini belum
memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberlangsungan bangsa dan Negara. Hal ini disebabkan karena wakaf sebagai aset berharga ummat
Islam dan sangat potensial, belum dimanfaatkan secara maksimal dan belum menghasilkan secara optimal. Potensi wakaf yang sangat
besar tersebut kalaupun telah dikelola sebahagiannya, namun pengelolaan tersebut belum bersifat produktif, sehingga dengan demikian
maka jadilah harta-harta wakaf itu dalam bentuk lahan tidur yang tidak dapat menghasilkan secara ekonomis.
3. Baitul Maal Wat Tamwil
Baitul Maal wat Tamwil adalah merupakan sebuah lembaga Negara yang bergerak dalam bidang penampungan harta ummat Islam dan
Negara. Semua dana yang terkumpul apakah itu dari pajak maupun dari yang lainnya, kesemuanya dikumpul pada lembaga yang disebut dengan
Baitul Maal Wat Tamwil. Baitul Maal Wat Tamwil ini adalah semacam Kas Negara ataupun Departemen Keuangan pada zaman modern yang
bertugas menyimpan dan mengelola keuangan Negara sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada public secara transfaran dan akuntable.
Baitul Maal Wat Tamwil adalah pertama sekali diprakarsai oleh Rasulullah saw sebagai sebuah lembaga keuangan Negara pada abad
ketujuh masehi yang mempunyai tugas yakni semua hasil pengumpulan Negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dibelanjakan
sesuai dengan kebutuhan Negara. Status harta pengumpulan itu adalah milik Negara dan bukan milik individu. Meskipun demikian dalam batasan-
batasan tertentu, pemimpin negara dan pejabat lainnya menggunakan harta tersebut untuk mencukupi kebutuhan peribadinya. Hal ini tentu
berada di luar jalur dan ketentuan yang berlaku. Pada masa pemerintahan Rasulullah saw, Baitul Maal bertempat di
Masjid Nabawi yang ketika itu dipergunakan sebagai kantor pusat Negara yang sekaligus berfungsi sebagai tempat tinggal Rasulullah. Binatang-
binatang yang merupakan perbendaharaan Negara tidak disimpan di Baitul Maal sesuai dengan alamnya, binatang-binatang tersebut
ditempatkan di lapangan terbuka. Namun harta Negara seperti uang dan lain sebagainya yang dapat disimpan, ditempatkan di Baitul Maal yang
adalah merupakan perbendaharaan dan Kas Negara.
4. Bank Syariah Perbankan syariah adalah merupakan sebuah lembaga keuangan
yang berdasarkan hukum Islam yang adalah merupakan sebuah lembaga baru yang amat penting danm strategis peranannya dalam mengatur
perekonomian dan mensejahterakan umat Islam. Kehadiran lembaga perbankan bukan hanya dapat mengatur perekonomian masyarakat, akan
tetapi kehadirannya dapat juga menghancurkan perekonomian sebuah Negara sebagaimana yang dialami bangsa Indonesia decade delapan
puluhan dan sembilan puluhan. Oleh karena itulah maka diperlukan perbankan yang berorientasi
syariah sehingga dapat melindungi uang si penanam modal dan juga memberikan keuntungan bagi si pemiunjam modal. Pada keduanya
terjalin hubungan yang sinergis dan saling menguntungkan, serta kesepakatan bersama apabila terjadi kerugian yang tidak
diinginkan bersama. Apabila terjadi keuntungan, maka sesungguhnya hal itu mudah diatur, akan tetapi apabila terjadi kerugian ataupun jatuh pailit,
maka timbullah percekcokan. Dalam kaitan dengan ini, hukum Islam telah memberikan aturan main yang saling menguntungkan dan tidak saling
merugikan. Bank Islam ataupun Bank Syariah sebagaimana disebutkan oleh
Fuad Mohammad Fakhruddin adalah bank dimana kebanyakan pendirinya adalah orang yang beragama Islam dan seluruhnya atau sebahagian
besar sahamnya kepunyaan orang Islam sehingga dengan demikian maka kekuasaan dan wewenang baik mengenai administrasi maupun mengenai
yang lainnya terletak di tangan orang Islam.
Sedangkan menurut Karnaen A. Parwaatmadja, Bank Islam atau Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam, yakni bank dengan tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan- ketentuan syariah Islam. Salah satu unsur yang harus dijauhi dalam
muamalah Islam adalah praktik-praktik yang mengandung unsur riba. Dari definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bank
Islam ataupun Bank Syariah adalah bank yang mana seluruh atau sebahagian besar sahamnya milik orang Islam dan beroferasi dengan
menggunakan ketentuan-ketentuan syariah Islam al-Quran dan al- Sunnah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
5. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS adalah bank perkreditan
rakyat yang melakukan usaha berdasarkan prinsip syariah ataupun disebut juga bank perkreditan rakyat yang pola operasionalnya mengikuti
prinsip-prinsip muamalah Islam. BPRS ini dapat dibentuk dengan badan hukum berupa Perseroan terbatas PT, Koperasi dan Perusahaan Daerah.
6. Asuransi Syariah Asuransi dalam Islam lebih dikenal dengan istilah takaful yang
berarti saling memikul resiko di antara sesama orang Islam, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang
lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar tolong menolong dalam kebaikan dimana masing-masing mengeluarkan
danasumbanganderma tabarruk yang ditunjuk untuk menanggung resiko tersebut. Takaful dalam pengertian tersebut sesuai dengan surat al-
Maidah 5 : 2 “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” Asuransi seperti ini disebut dengan Asuransi Syariah.
Asuransi Syariah sebagaimana tersebut di atas mempunyai prinsip- prinsip pokok sebagai berikut :
1.Saling bekerjasama dan saling membantu. 2.Saling melindungi dari berbagai kesusahan.
3.Saling bertanggungjawab. 4.Menghindari unsur gharar, maysir, dan riba.
7. Obligasi Syariah Obligasi Syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang
bersifat jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu
menurut syarat dan ketentuan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara priodik menurut akad.
Perbedaan mendasar antara Obligai Syariah dan Obligasi Konvensional adalah terletak pada penetapan bunga yang besarnya sudah
ditentukan di awal transaksi jual beli, sedangkan pada obligasi syariah saat perjanjian jual beli tidak ditentukan besarnya bunga, yang ditentukan
adalah berapa proporsi pembagian hasil apabila mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
Obligai syraiah sebagaimana tersebut di atas dapat dibagi kepada jenis-jenis obligasi syariah sebagai berikut :
1. Obligasi Mudharabah, yaitu obligasi yang menggunakan akad mudharabah akad kerjasama antara pemilik modal sahohibul maal
investor yang menyediakan dana penuh 100 dan tidak boleh aktif dalam pengelolaan usaha dan pengelola mudhorib emiten mengelola
harta secara penuh dan mandiri dengan persyaratan-persyaratan tertentu.
2. Obligasi Ijarah, yaitu obligasi berdasarkan akad ijarah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian artinya
pemilik harta memberikan hak untuk memanfaatkan obyek dengan manfaat tertentu dan membayar imbalan kepada pemilik obyek. Dalam
akad ijarah disertai adanya perpindahan manfaat tetapi tidak perpindahan kepemilikan.
8. Pegadaian Syariah Pegadaian syariah dalam hukum Islam dikenal dengan istilah rahn.
Rahn secara bahasa berarti at-tsubut tetap, al-dawam kekal, dan al- habas jaminan. Secara istilah rahn berarti menjadikan sesuatu barang
yang berharga sebagai jaminan hutang dengan dasar bisa diambil kembali oleh orang yang berhutang setelah dia mampu menebusnya.
Pegadaian Syariah sebagaimana tersebut telah berdiri dan beroperasi di Indonesia pada 9 Kantor wilayah, 22 pegadaian unit syariah,
dan 10 kantor gadai syariah. Jumlah pegadaian tersebut masih jauh dari mencukupi dan memadai sebab jumlah itu baru 2,9 dari total 739
perum pegadaian cabang di seluruh Indonesia. Idealnya di mana ada perum pegadaian, maka di situ pula ada perum pegadaian syariah,
sehingga tersedia alternative pilihan bagi masyarakat. 9. Reksadana Syariah
Salah satu produk investasi yang sudah menyesuaikan diri dengan aturan-aturan syariah adalah reksadana. Produk investasi ini bisa menjadi
alternativ yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hasil yang relativ kecil.
Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara
pemodal sebagai pemilik harta dengan manejer investasi sebagai wakil shohibul maal, maupun antara manejer investasi sebagai wakil shohibul
maal dengan pengguna investasi. Reksadana syariah dan reksadana konvensional sebenarnya hampir sama pengertian dan bentuknya, hanya
saja berbeda dari sisi pengelolaan, kebijaksanaan invesatasi, akad, pelaksanaan investasi dan pembagian keuntungan.
10. Badan Arbitrase Syariah Nasional Badan Arbitrase Syariah Nasional adalah suatu badan yang dibentuk
oleh Majelis Ulama Indonesia yang bertugas untuk menyelesaaikan perkara perbankan di luar pengadilan umum.
Badan Arbitrase Syariah Nasional sebagaimana tersebut di atas memiliki tujuan sebagai berikut :
1.Menyelesaikan perselisihan-perselisihan sengketa-sengketa keperdataan dengan prinsip mengutamakan usaha-usaha perdamaian
islah sebagaimana yang dimaksud dalam Surat al-Nisa ayat 128 dan al- Hujurat ayat 9.
2.Meneyelasaikan sengketa bisnis yang operasionalnya mempergunakan hukum Islam.
3.Menyelesaikan kemungkinan adanya sengketa di antara bank-bank syariah.
4.Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa muamalahperdata yang timbul dalam bidang perdagangan, jasa, industri
dan lain sebagainya.
3.3 PERBEDAAN EKONOMI ISLAM DENGAN EKONOMI KAPITALIS