PENGARUH APLIKASI FOSFOR DAN SILIKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill.)

(1)

PENGARUH APLIKASI FOSFOR DAN SILIKA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill.)

Oleh

Erika Alina Puteri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH APLIKASI FOSFOR DAN SILIKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill.)

Oleh

ERIKA ALINA PUTERI

Produktivitas kedelai di Indonesia masih rendah. Upaya meningkatkan

produktivitas kedelai dapat dilakukan melalui dosis pemupukan baik pupuk makro maupun mikro. Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui pengaruh pemberian P terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai; (2) mengetahui tanggapan tanaman kedelai terhadap pemberian Si dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman; (3) mengetahui tanggapan tanaman kedelai terhadap kombinasi pemberian P dan Si dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Januari--Juni 2013. Perlakuan disusun secara faktorial (5x3) dalam RKTS dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk P: 0 g/10 kg tanah (P(0)); 0,5 g/10 kg tanah (P(1)); dan 1 g/10 kg tanah

(P(2)). Faktor kedua adalah dosis pupuk Si: 0 g/10 kg tanah (Si(0)),

1 g/10 kg tanah (Si(1)), 2 g/10 kg tanah (Si(2)), 3 g/10 kg tanah (Si(3)), dan 4 g/10

kg tanah(Si(4)). Data dianalisis dengan anara dan pemisahan nilai tengah dengan


(3)

Erika AlinaPuteri Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian P tidak tergantung dari

pemberian Si. Pemberian (P(1)) dan (P(2)) lebih baik daripada (P(0)) berdasarkan

variabel jumlah daun, jumlah buku subur, bobot kering berangkasan, bobot kering akar, dan bobot polong/tanaman dengan selisih masing-masing sebesar 3 helai; 6,21 buku; 10,15 gram; 1,17 gram; dan 2,73 gram sedangkan P(1) tidak berbeda

dengan P(2) pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai kecuali pada tinggi

tanaman dengan selisih 5,99 cm. Pemberian silika sampai 4 g/10 kg tanah (Si(4))

tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda pada semua variabel pengamatan.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai ... 8

2.2 Peranan Fosfor dalam Pertumbuhan dan Hasil Tanaman ... 10

2.3 Penyerapan Fosfor oleh Tanaman ... 11

2.4 Peranan Silika dalam Pertumbuhan dan Hasil Tanaman ... 12

2.5 Penyerapan Silika oleh Tanaman ... 12

III. BAHAN DAN METODE ... 15

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

3.2 Bahan dan Alat ... . 15

3.2 Metode Penelitian ... . 16

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... . 17

3.3.1 Persiapan media tanam ... . 17

3.3.2 Penanaman ... . 17


(7)

3.3.4 Perlakuan pemupukan .. ... . 18

3.3.5 Pemeliharaan tanaman ... . 19

3.3.6 Panen ... . 19

3.4 Pengamatan ... . 20

3.4.1 Variabel Pertumbuhan Tanaman ... 20

3.4.1.1 Tinggi tanaman ... . 20

3.4.1.2 Jumlah daun ... . 20

3.4.1.3 Jumlah bunga ... . 20

3.4.1.4 Jumlah buku subur ... . 21

3.4.1.5 Bobot kering berangkasan ... . 21

3.4.1.6 Bobot kering akar ... . 21

3.4.2 Variabel Hasil Tanaman ... 21

3.4.2.7 Jumlah polong bernas ... . 21

3.4.2.8 Jumlah polong hampa ... . 21

3.4.2.9 Bobot polong per tanaman ... . 22

3.4.2.10 Bobot biji per tanaman ... . 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 23

4.1 Hasil Penelitian ... . 23

4.1.1 Variabel Pertumbuhan Tanaman ... 23

4.1.1.1 Tinggi tanaman ... . 23

4.1.1.2 Jumlah daun ... . 25

4.1.1.3 Jumlah bunga ... . 26

4.1.1.4 Jumlah buku subur ... . 28

4.1.1.5 Bobot kering berangkasan ... . 29

4.1.1.6 Bobot kering akar ... 31

4.2.1 Variabel Hasil Tanaman ... 33

4.2.1.1 Jumlah polong isi ... . 33

4.2.1.2 Jumlah polong hampa ... 35

4.2.1.3 Bobot polong per tanaman ... . 37

4.2.1.4 Bobot biji per tanaman ... . 39

4.2 Pembahasan ... . 41

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... . 45

5.1 Kesimpulan ... . 45

5.2 Saran ... . 46

PUSTAKA ACUAN ... . 47

LAMPIRAN . ... ……… 50

Gambar ... 50


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Karakteristik fase vegetatif dan reproduktif tanaman kedelai. ... 9 2. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel tinggi tanaman

saat tanaman berumur 9 MST. ... 24 3. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel jumlah daun

saat tanaman berumur 9 MST. ... 25 4. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel jumlah bunga

tanaman kedelai. ... 26 5. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel jumlah bunga

tanaman kedelai (detransformasi antilog x). ... 27 6. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel jumlah buku

subur tanaman kedelai. ... 28 7. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel bobot kering

berangkasan tanaman kedelai. ... 29 8. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel bobot kering

berangkasan (detransformasi antilog x). ... 30 9. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel bobot kering

akar tanaman kedelai. ... 31 10. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel bobot kering

akar (detransformasi akar x2). ... 32 11. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel jumlah polong

isi tanaman kedelai. ... 33 12. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel jumlah polong


(9)

13. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel jumlah polong

hampa tanaman kedelai. ... 35 14. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel jumlah polong

hampa (detransformasi antilog x). ... 36 15. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel bobot polong

per tanaman kedelai. ... 37 16. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel bobot polong

per tanaman (detransformasi x2). ... 38 17. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap variabel bobot biji

per tanaman. ... 39 18. Pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap bobot biji per tanaman

(detransformasi x2). ... 40 Lampiran

19. Hasil analisis awal tanah yang digunakan. ... 51 20. Deskripsi tanaman kedelai varietas Tanggamus. ... 52 21. Koefesien ortogonal polinomial dan ortogonal kontras. ... 53 22. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap tinggi tanaman

kedelai terhadap saat umur 9 MST. ………. 54 23. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

tinggi tanaman kedelai terhadap saat umur 9 MST. ... 55 24. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap tinggi tanaman kedelai terhadap saat umur 9 MST. ... 56 25. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap tinggi tanaman kedelai terhadap saat umur 9 MST. ... 57 26. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap jumlah daun

kedelai umur 9 MST. ... 58 27. Uji homogenitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah daun kedelai umur 9 MST. ... 59 28. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika


(10)

29. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap jumlah daun kedelai umur 9 MST. ... 61 30. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap jumlah bunga

tanaman kedelai. ... 62 31. Uji homogenitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah bunga tanaman kedelai. ... 63 32. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap jumlah bunga tanaman kedelai. ... .. 64 33. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap jumlah bunga tanaman kedelai. ... 65 34. Data transformasi pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah bunga tanaman tanaman kedelai. ... 66 35. Uji homogenitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap jumlah

bunga tanaman kedelai hasil transformasi data. ... 67 36. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap jumlah bunga tanaman kedelai hasil transformasi data. … 68 37. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah bunga tanaman kedelai hasil transformasi data. ... 69 38. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap jumlah buku subur

tanaman kedelai. ... 70 39. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah buku subur tanaman kedelai. ... 71 40. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap jumlah buku subur tanaman kedelai. ... 72 41. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah buku subur tanaman kedelai. ... 73 42. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap bobot kering

berangkasan tanaman kedelai. ... 74 43. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot kering berangkasan tanaman kedelai. ... 75 44. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika


(11)

45. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap bobot kering berangkasan tanaman kedelai. ... 77 46. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap bobot kering

berangkasan tanaman kedelai hasil transformasi data. ... 78 47. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot kering berangkasan tanaman kedelai hasil transformasi data. 79 48. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap bobot kering berangkasan kedelai hasil transformasi data. 80 49. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot kering berangkasan tanaman kedelai hasil transformasi data. 81 50. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap bobot kering akar

tanaman kedelai. ... 82 51. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot kering akar tanaman kedelai. ... 83 52. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap bobot kering akar tanaman kedelai. ... 84 53. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot kering akar tanaman kedelai. ... 85 54. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap bobot kering akar

tanaman kedelai hasil transformasi data. ... 86 55. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot kering akar tanaman kedelai hasil transformasi data. ... 87 56. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap bobot kering akar tanaman kedelai hasil transformasi data. 88 57. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot kering akar tanaman kedelai hasil transformasi data. ... 89 58. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap jumlah polong isi

tanaman kedelai. ………. ... 90 59. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah polong isi tanaman kedelai. ... 91 60. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika


(12)

61. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap jumlah polong isi tanaman kedelai. ... 93 62. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap jumlah polong isi

tanaman kedelai dari hasil transformasi data. ... 94 63. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah polong isi tanaman kedelai dari hasil transformasi data. ... 95 64. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap jumlah polong isi kedelai dari hasil transformasi data. .... 96 65. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah polong isi tanaman kedelai dari hasil transformasi data. ... 97 66. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap jumlah polong

hampa tanaman kedelai. ……… 98

67. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah polong hampa tanaman kedelai. ... 99 68. Analisis ragam dan uji aditivitaspengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap jumlah polong hampa tanaman kedelai. ... 100 69. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah polong hampa tanaman kedelai. ... 101 70. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap jumlah polong

hampa tanaman kedelai dari hasil transformasi data. ... 102 71. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah polong hampa tanaman kedelai dari hasil transformasi data. 103 72. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap jumlah polong hampa kedelai dari hasil transformasi data. 104 73. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

jumlah polong hampa tanaman kedelai dari hasil transformasi data. 105 74. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap bobot polong

per tanaman kedelai. ... 106 75. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot polong total per tanaman kedelai. ... 107 76. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika


(13)

77. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot polong total per tanaman kedelai. ... 109 78. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap bobot polong total

per tanaman kedelai dari hasil transformasi data. ... 110 79. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot polong total per tanaman kedelai dari hasil transformasi data. 111 80. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap bobot polong total per tanaman dari hasil transformasi data. 112 81. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot polong total per tanaman kedelai dari hasil transformasi data. 113 82. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap bobot biji total

per tanaman kedelai. ... 114 83. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot biji total per tanaman kedelai. ... 115 84. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap bobot biji total per tanaman kedelai. ... 116 85. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot biji total per tanaman kedelai. ... 117 86. Data pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap bobot biji total

per tanaman kedelai dari hasil transformasi data. ... 118 87. Uji homogenitas ragam pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap

bobot biji total per tanaman kedelai dari hasil transformasi data. ... 119 88. Analisis ragam dan uji aditivitas pengaruh aplikasi fosfor dan silika

terhadap bobot biji total per tanaman dari hasil transformasi data. .. 120 89. Uji ortogonal polinomial pengaruh aplikasi fosfor dan silika terhadap


(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(15)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia.

Hal tersebut didasarkan pada manfaatnya sebagai sumber protein nabati, vitamin, mineral, lemak, dan besi yang penting bagi manusia. Nilai gizi kedelai dalam 100 gram bahan makanan cukup tinggi sekitar 53 gram karbohirat, 35 gram protein, 18 gram lemak, 8 gram air, 227 miligram kalsium, 358 miligram fosfor, 8 miligram besi, serat, serta vitamin A dan vitamin B (Sumarno, 2007).

Kebutuhan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan

pertumbuhan penduduk akan tetapi produksi kedelai masih rendah sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012), kemampuan produksi kedelai dalam negeri baru mampu memenuhi kebutuhan kedelai sebesar ± 851,286 ton biji kering atau hanya mencukupi ± 37,01% dari kebutuhan dalam negeri, sisanya ± 63% diimpor dari negara lain. Menurut Sudaryono, Taufiq, dan Wijanarko (2007), produksi kedelai karena petani belum menggunakan varietas unggul kedelai seperti varietas yang responsif terhadap pemupukan dan toleran terhadap hama dan penyakit.


(16)

2 Selain itu, pengembangan budidaya pada pra dan pasca panen (pengolahan tanah, pemupukan, pengairan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, dan pasca panen) masih belum optimal diterapkan oleh petani.

Upaya meningkatkan produktivitas kedelai dapat dilakukan melalui pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu cara atau teknik mengembalikan kehilangan unsur hara pada saat panen sebelumnya. Pemupukan juga digunakan dalam metabolisme tanaman untuk memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dikelompokkan sebagai unsur hara makro dan mikro (Dewanto dan Londok, 2013).

Menurut Hardjowigeno (2003), fosfor (P) yang merupakan salah satu unsur hara makro esensial dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Pada tanaman

leguminosa, P berperan dalam pembentukan dan aktivitas bintil akar pada fase vegetatif tanaman. Pemberian P pada tanaman kedelai memperngaruhi hasil dan komposisi biji kedelai. Bila kekurangan unsur P pada tanaman maka dapat menghambat pertumbuhan, pemasakan buah, dan biosintesis klorofil sehingga tanaman mengalami perubahan warna menjadi gelap dan pengisian polong kurang maksimal.

Salah satu unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang cukup banyak adalah silika (Si). Menurut Balai Penelitian Tanah (2010), silika

merupakan bagian besar unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Silika berperan dalam meningkatkan laju fotosintesis dan resistensi tanaman terhadap


(17)

3 cekaman biotik (serangan hama dan penyakit) dan abiotik (kekeringan, salinitas, alkalinitas, dan cuaca ekstrim). Kelarutan silika dalam tanah sangat kecil; silika yang terkandung dalam tanaman umumnya di bawah 1--2% bobot kering.

Pengaruh silika pada tanaman dikaitkan dengan unsur fosfor dalam tanah dan tanaman. Beberapa ahli mengatakan, Si mampu menggantikan P dari kompleks pertukaran sehingga ketersediaan P meningkat. Ketersediaan P dalam tanah akan berkurang apabila senyawa beracun seperti Al dan Fe meningkat. Pemberian Si yang cukup dalam tanah dapat menekan senyawa Al dan Fe pada tanah sehingga P tersedia bagi tanaman (Nugroho, 2009).

Pada tanaman kedelai, pemberian P disertai Si belum banyak diteliti terutama pada lahan kering masam. Penelitian P disertai Si diterapkan pada tanaman kedelai khususnya varietas Tanggamus yang toleran terhadap kondisi lahan kering masam. Penelitian dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) Apakah terdapat pengaruh pemberian P terhadap tanaman kedelai dalam

meningkatkan pertumbuhan dan hasil?

(2) Bagaimana tanggapan tanaman kedelai terhadap pemberian Si dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil?

(3) Bagaimana tanggapan tanaman kedelai terhadap kombinasi pemberian P disertai Si dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil?


(18)

4 1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah disusun tujuan penelitian sebagai berikut:

(1) Mengetahui pengaruh pemberian P terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.

(2) Mengetahui tanggapan tanaman kedelai terhadap pemberian Si dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.

(3) Mengetahui tanggapan tanaman kedelai terhadap kombinasi pemberian P dan Si dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.

1.3

Kerangka Pemikiran

Tanaman memerlukan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman didapat dari alam maupun dari penambahan berupa pupuk kimia buatan. Unsur hara makro meliputi unsur N, P, K, Ca, Mg, dan S sedangkan unsur hara mikro ialah unsur Cl, B, Fe, Mn, Zn, dan Si.

Fosfor (P) sebagai unsur hara makro yang diserap tanaman dari tanah dalam bentuk ion fosfat terutama H2PO4- dan HPO42-. Ion H2PO4- lebih banyak dijumpai

pada tanah yang lebih masam sedangkan bentuk HPO42- lebih dominan pada pH


(19)

5 secara difusi yang diangkut dari xylem menuju mesofil daun mengikuti aliran transpirasi (Schachtman et al.,1998).

Menurut Hardjowigeno (2003), unsur P pada tanah kering masam ketersediannya masih rendah, hal ini karena tanah kering masam banyak mengandung mineral-mineral beracun seperti Al dan Fe yang menyebabkan P terfiksasi oleh Al dan Fe sehingga ketersediaan P dalam tanah dan penyerapan P oleh tanaman masih rendah. Istigani et al. (2005) menjelaskan bahwa efektivitas pemupukan P pada tanah-tanah di daerah tropika hanya 10--30% sehingga 70--90% pupuk P tetap berada di dalam tanah dan tidak dapat diserap oleh tanaman. Unsur P yang diserap tanaman dari pemberian pupuk P hanya 5--20% P sisanya mengendap di dalam tanah sehingga dapat menimbulkan residu pupuk P pada tanah. Sumber P yang umumnya digunakan dalam budidaya pertanian adalah pupuk fosfat alam, TSP, dan SP-36 (Sutedjo, 2002).

Unsur mikro silika (Si) termasuk dalam unsur hara mikro pembangun (fakultatif) yang merangsang pertumbuhan tanaman dan dapat menjadi unsur penting untuk beberapa tanaman. Menurut Yukamgo dan Yuwono (2007), tanaman menyerap Si dalam bentuk SiO2 dalam jumlah yang banyak, melebihi unsur-unsur lain.

Kandungan unsur Si pada tanah-tanah di daerah tropis sangat tinggi sekitar 5--40%, namun ketersediannya sering kali sangat rendah bagi tanaman. Umumnya tanah-tanah di daerah tropika memiliki kejenuhan basa yang tinggi dan mudah terakumulasi oleh ion aluminium oksida sehingga unsur Si dalam tanah mudah dilepaskan dari mineral-mineral terlapuk yang kemudian akan terbawa oleh aliran


(20)

6 air atau terbawa saat tanaman dipanen. Potensi kehilangan Si dari tanah-tanah tropika sangat besar bisa mencapai 54,2 kg/ha setiap tahun. Pemberian Si pada tanaman dapat meningkatkan tinggi tanaman, kadar klorofil, hasil biji, membantu daun untuk lebih tegak, mencegah terinfeksinya penyakit bercak daun pada tanaman kedelai, mengurangi tendensi tanaman untuk layu pada kondisi

kekeringan, dan meningkatkan daya oksidasi akar tanaman sehingga keracunan tanaman terhadap senyawa beracun dapat diperbaiki (Mitani dan Ma, 2005).

Pengaruh Si pada tanaman umumnya dikaitkan dengan unsur P dalam tanah dan tanaman. Menurut Sudibyo (2008), pemberian Si pada tanah-tanah di daerah tropika dapat meningkatkan ketersediaan P dalam tanah. Penambahan Si pada tanah akan melalui dua proses. Proses pertama yaitu peningkatan konsentrasi asam monosilikat pada tanah yang akan menghasilkan pengubahan P tidak larut menjadi P tersedia bagi tanaman. Fosfor yang tidak tersedia bagi tanaman berhenti pada sisi ikatan menyebabkan P terikat menjadi tersedia bagi tanaman. Hal ini karena SiO44- memiliki elektronegatifitas lebih besar dibandingkan dengan

PO43- sehingga SiO44- dapat menggantikan PO43- yang tidak tersedia. Proses

kedua yaitu Si dapat mengikat P sehingga pelindian P berkurang sekitar 40--90%.

Persamaan reaksinya sebagai berikut (Matichenkov and Calvert, 2002): CaHPO4 + Si(OH)4→ CaSiO3 + H2O + H3PO4

2Al (H2PO4)3 + 2Si (OH)4 + 5H+→ Al2Si2O5 + 5H3PO4+ 5H2O


(21)

7 Hasil penelitian Nugroho (2009) yang memperkuat hasil penelitian Matichenkov and Calvert (2002) bahwa perlakuan Si yang diberikan sebelum perlakuan P dapat meningkatkan jumlah P tersedia bagi tanaman yang berasal dari pupuk P yang ditambahkan sedangkan pemberian Si setelah perlakuan P mengakibatkan

terjadinya pemecahan seskuioksidasi yang menyebabkan kelarutan Si meningkat. Pemberian pupuk P disertai Si menunjukkan pengaruh pada variabel pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman dan bobot kering berangkasan.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

(1) Pemberian P yang berbeda berpengaruh dalam pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang berbeda.

(2) Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan Si; setelah mencapai tanggapan maksimum, tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai akan menurun seiring dengan peningkatan Si.

(3) Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai terhadap pemberian P tergantung dari pemberian Si.


(22)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) mempunyai sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, akar sekunder, cabang akar

sekunder, dan cabang akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. (Adie dan Krisnawati, 2007). Daun kedelai termasuk daun majemuk. Daun kedelai berbulu, berwarna abu-abu atau coklat dan pada tanaman muda berisi cairan, tetapi bila sudah tua cairan hilang dan diganti dengan udara. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna. Buah kedelai berbentuk polong. Jumlah polong bervariasi mulai 2--20 dalam satu pembungaan dan lebih dari 400 dalam satu tanaman. Umunya satu polong berisi 2--3 biji. Polong yang masak berwarna kuning muda sampai kuning kelabu, cokelat, atau hitam (Adie dan Krisnawati, 2007). Tipe pertumbuhan tanaman kedelai dibedakan atas 3 macam, yaitu tipe determinate, semi determinate, dan indeterminate. Kedelai varietas Tanggamus memiliki tipe pertumbuhan determinate atau tipe tanaman yang ujung batangnya tidak melilit dan pertumbuhan vegetatifnya berhenti setelah tanaman berbunga. Tahapan pertumbuhan kedelai terdiri dari tahapan pertumbuhan vegetatif dan tahapan pertumbuhan generatif (reproduktif) (Adie dan Krisnawati, 2007).


(23)

9

Tabel 1. Karakteristik fase vegetatif dan reproduktif tanaman kedelai.

Sandi fase Fase Pertumbuhan Keterangan

Ve Kecambah Tanaman baru muncul di atas tanah.

Vc Kotiledon Daun keping (kotiledon) terbuka dan dua

daun tunggal di atasnya juga mulai terbuka. V1 Buku kesatu Daun tunggal pada buku pertama telah berkembang penuh, dan daun berangkai tiga

(trifoliat) pada buku diatasnya telah terbuka. V2 Buku kedua Daun trifoliat pada buku kedua telah berkembang penuh, dan daun pada buku di

atasnya telah terbuka.

V3 Buku ketiga Daun trifoliat pada buku ketiga telah berkembang penuh, dan daun pada buku di atasnya telah terbuka.

V4 Buku keempat Daun trifoliat pada buku keempat telah berkembang penuh, dan daun pada buku kelima telah terbuka.

Vn Buku ke-n Daun trifoliat pada buku ke-n telah

berkembang penuh.

R1 Mulai berbunga Terdapat satu bunga mekar pada batang

utama.

R2 Berbunga penuh Pada dua atau lebih buku batang utama

terdapat bunga mekar.

R3 Mulai pembentukan

polong

Terdapat satu atau lebih polong sepanjang 5 mm pada utama.

R4 Polong berkembang

penuh

Polong pada batang utama mencapai panjang 2 cm atau lebih.

R5 Polong mulai berisi Polong pada batang utama berisi biji dengan

ukuran 2 mm x 1 mm.

R6 Biji penuh

Polong pada batang utama berisi biji berwarna hijau atau biru yang telah memenuhi rongga polong (besar biji mencapai maksimum).

R7 Polong mulai

kuning,coklat, matang

Satu polong pada batang utama menunjukkan warna matang (berwarna abu-abu atau kehitaman).

R8 Polong matang penuh 95% dari polong telah matang (kuning

kecokelatan atau kehitaman). Sumber: Adie dan Krisnawati (2007).


(24)

10

2.2 Peranan Fosfor dalam Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang membangun sekitar 0,2% dari bobot kering tanaman. Tanaman tidak akan tumbuh bila unsur ini tidak tercukupi

(Schactman et al., 1998). Fosfor berperan sebagai peredaran energi di tanaman. Energi didapatkan dari hasil fotosintesis, respirasi, dan metabolisme karbohidrat dalam bentuk ATP dan ADP yang kemudian digunakan untuk proses

pertumbuhan dan reproduksi ( L e i w a k a b e s s y d a n S u t a n d i , 2 0 0 4 ) .

Menurut L e i w a k a b e s s y d a n S u t a n d i ( 2 0 0 4 ), P merupakan komponen struktural penting dari biokimia, meliputi asam nukleat (DNA dan RNA), koenzim, nukleotida, fosfoprotein, fosfolipid, dan gula P. Fosfolipid terlibat dalam kerangka struktural protoplasma.

Fosfat pada benih ditemukan dalam bentuk asam fitat yang merupakan garam (K dan Mg) dari asam fitin. Pada benih legume, kandungan fitat sekitar 50% dan banyak terdapat di kotiledon. Pada awal perkecambahan, fitat digunakan sebagai sumber mineral bagi embrio (Schactman et al., 1998). Pada benih, P berperan dalam menghasilkan benih yang lebih cepat berkecambah, meningkatkan kandungan protein benih, dan meningkatkan kualitas benih (Yuliastuti, 1993).


(25)

11

2.3 Penyerapan Fosfor oleh Tanaman

Fosfor dalam tanah diserap dalam bentuk ion fosfat. Ion fosfat diserap tanaman terutama dalam bentuk anion P valensi satu (H2PO4-) dan anion P valensi dua

(HPO42-). Pada pH di bawah 7, P diserap dalam bentuk H2PO4- yang bereaksi

dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau

aluminium fosfat yang sukar larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman sedangkan pada tanah dengan pH di atas 7, HPO42- bereaksi dengan ion

kalsium membentuk ion kalsium fosfat yang bersifat sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman (Salisbury dan Ross, 1995).

Menurut Salisbury dan Ross (1995), P diserap secara difusi menuju apoplas, selanjutnya P dipompa ke dalam sitoplasma. Di dalam sitoplasma, P diubah dalam bentuk asam nukleat (DNA, dan RNA), adenin triphosphate (ATP), dan

adenin diphosphate (ADP) yang digunakan untuk merangsang pembelahan sel dan

membantu proses asimilasi serta respirasi. Selanjutnya, senyawa-senyawa fungsional tersebut digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Fosfat yang berlebihan di sitoplasma disimpan di vakuola dan digunakan kembali apabila terjadi defisiensi unsur P.

Kehilangan P pada tanah dan tanaman disebabkan oleh pengikisan partikel oleh erosi. Selain itu, P memiliki sifat mudah bereaksi dengan tanah dan mudah terikat dengan senyawa-senyawa lainnya (Al dan Fe) sehingga unsur P tidak dapat


(26)

12

2.4 Peranan Silika dalam Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Komposisi berat unsur Si yang terdapat di kerak bumi sebesar 27,7%. Porsi terbesar Si tanah dijumpai dalam bentuk kuarsa atau kristal silikon. Silika merupakan unsur yang inert (sangat tidak larut) sehingga selama ini Si dianggap tidak memiliki arti penting bagi proses-proses biokimia dan kimia padahal perannya dalam pertumbuhan tanaman sangat menguntungkan (Yukamgo dan Yuwono, 2007).

Tanaman yang cukup pasokannya dengan unsur silika akan mempunyai pertumbuhan yang cukup baik, seperti batang dan daun yang tegak serta akan mengurangi toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik (Nugroho, 2009).

2.5 Penyerapan Silika oleh Tanaman

Di wilayah tropika basah seperti di Indonesia, dengan rata-rata curah hujan dan suhu relatif tinggi, tanah umumnya memiliki kejenuhan basa dan kandungan Si rendah serta mengalami akumulasi alumunium oksida. Proses ini disebut desilikasi. Silika dilepaskan dari mineral-mineral yang terlapuk, kemudian

terbawa aliran air drainase atau tanaman yang dipanen. Potensi kehilangan Si dari tanah-tanah tropika bisa mencapai 54,2 kg per ha setiap tahun atau 200 kali lebih banyak dibandingkan dengan Al yang hilang hanya 0,27 kg per ha dalam setahun (Yukamgo dan Yuwono, 2002).


(27)

13

Berbeda dengan unsur hara lainnya, kehilangan Si dari tanah jarang sekali

dikompensasi melalui pemupukan. Konsentrasi asam monosilikat (bentuk Si yang tersedia bagi tanaman) cenderung terus berkurang pada lahan-lahan pertanian yang dibudidayakan secara intensif. Degradasi kesuburan tanah akan terjadi seiring dengan penurunan kadar asam monosilikat, terutama karena 2 alasan. Pertama, berkurangnya asam monosilikat akan diikuti dengan dekomposisi mineral Si (fenomena keseimbangan hara tanah), dekomposisi memiliki arti penting dalam mengontrol berbagai sifat tanah. Kedua, penurunan asam

monosilikat akan menurunkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga kesuburan tanah pemupukan Si

sebenarnya diperlukan (Yukamgo dan Yuwono, 2002).

Silika bukan merupakan unsur yang penting (esensial) bagi tanaman. Tetapi hampir semua tanaman mengandung Si, dalam kadar yang berbeda-beda dan sering sangat tinggi. Walaupun tidak termasuk hara tanaman, silika dapat menaikkan produksi karena Si mampu memperbaiki sifat fisik tanaman dan berpengaruh pada kelarutan P dalam tanah. Tidak ada unsur hara lain yang dianggap non esensial hadir dalam jumlah yang secara konsisten banyak pada tanaman. Pada tanaman padi misalnya, kadar Si sangat tinggi dan melebihi unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S). Apabila kadar SiO2 kurang dari 5% maka

tegak tanaman padi tidak kuat dan mudah roboh. Robohnya tanaman

menyebabkan turunnya produksi, dengan demikian pemupukan Si dianggap dapat menaikkan produksi tanaman karena tanaman lebih tegak (Yukamgo dan


(28)

14

Dalam tanah silika diserap dalam bentuk SiO2 yang terdapat hampir pada semua

batuan tanah. Ketersediaan Si tergantung kecepatan pelapukan batuan tersebut. Kadar Si dalam tanah sering dipengaruhi oleh reaksi adsorbsi, temperatur, air irigasi, dan pH tanah. Air irigasi untuk pertanian sering kali mengandung Si dengan jumlah yang cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi ketersediaan Si dalam tanah. Pada tanah asam, kadar Si dalam tanah cenderung tinggi dan pada pH tinggi umumnya kadarnya rendah. Jumlah Si yang terlarut (dissolved) dari tanah meningkat seiring meningkatnya suhu. Hal ini berkaitan dengan tingkat pelapukan batuan yang mengandung mineral silikat. Semakin tinggi suhu, maka tingkat pelapukan semakin tinggi. Pengapuran sering menyebabkan turunnya kadar SiO2 dalam larutan tanah. Ketersediaan Si dipengaruhi oleh perbandingan

Si tersedia terhadap seskuioksida tersedia. Makin tinggi ratio Si/Al atau Si/Fe, makin tinggi pula Si yang dapat diserap oleh tanaman padi (Mitani dan Ma, 2005).


(29)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan ketinggian 146 meter di atas permukaan laut dari bulan Januari--Juni 2013.

3.2 Bahan dan alat

Bahan yang digunakan adalah tanah kering masam, benih kedelai Varietas Tanggamus, pupuk Urea, pupuk SP-36 dengan kandungan P2O5, pupuk KCl,

pupuk silika (NaSiO3.9H2O) dengan kandungan SiO2, insektisida Bayluscide

dengan bahan aktif niclosamide 250 g/l, dan insektisida Dursband dan Basband dengan bahan aktif klorpirifos.

Alat yang digunakan bans, polibag, cangkul, koret, timbangan, alat semprot, meteran, ember, gembor, oven, alat pembagi tepat benih, dan alat tulis.


(30)

16 3.3 Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji hipotesis disusun rancangan perlakuan sebagai berikut:

Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (5x3). Faktor pertama adalah dosis pupuk P dengan 3 taraf, yaitu 0 g/10 kg tanah setara dengan 0 kg/ha (P(0)); 0,5

g/10 kg tanah setara dengan 100 kg/ha (P(1)); dan 1 g/10 kg tanah setara dengan

200 kg/ha (P(2)). Faktor kedua adalah dosis pupuk Si dengan 5 taraf, yaitu 0 g/10

kg tanah setara dengan 0 kg/ha (Si(0)), 1 g/10 kg tanah setara dengan

100 kg/ha (Si(1)), 2 g/10 kg tanah setara dengan 200 kg/ha (Si(2)), 3 g/10 kg tanah

setara dengan 300 kg/ha (Si(3)), dan 4 g/10 kg tanah setara dengan 400 kg/ha

(Si(4)).

Perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam rancangan kelompok teracak sempurna. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan waktu pengamatan.

Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi analisis ragam terpenuhi, dilanjutkan pemisahan nilai tengah faktor. Untuk perlakuan pengaruh fosfor diuji dengan ortogonal kontras sedangkan pengaruh peningkatan dosis silika diuji dengan ortogonal polinomial pada α 5%.


(31)

17 3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan media tanam

Jenis tanah yang akan digunakan sebagai media tanam adalah tanah kering masam. Tanah tersebut terlebih dahulu digemburkan menggunakan cangkul kemudian diaduk sampai merata dan dipisahkan dari gulma atau bagian tanaman lainnya yang terbawa. Selanjutnya tanah yang telah digemburkan dimasukkan ke dalam polibag berukuran 10 kg dan ditimbang seberat 10 kg tanah. Polibag yang digunakan sebanyak 135 polibag. Penyiapan media tanam ini dilakukan satu minggu sebelum tanam.

3.4.2 Penanaman

Benih kedelai ditanam di polibag yang telah terisi media tanam. Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan benih ke dalam polibag yang telah terisi media tanam dengan kedalaman sekitar 3 cm. Benih ditanam sebanyak empat butir benih dalam satu polibag. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang tingkat pertumbuhannya paling baik dan untuk mencegah kegagalan tumbuh benih yang ditanam. Satu minggu setelah tanam dilakukan seleksi tanaman yang pertumbuhannya paling baik sebanyak 2 tanaman dalam satu polibag dan sisanya akan digunakan sebagai tanaman sulam apabila ada tanaman yang tidak tumbuh baik atau mati.


(32)

18 3.4.3 Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada saat satu minggu setelah tanam. Penyulaman dilakukan bila benih yang tumbuh kurang dari dua tanaman atau tidak ada benih yang tumbuh dalam satu polibag. Penyulaman harus dilakukan secepat mungkin. Bertujuan untuk menyeragamkan pertumbuhan tanaman kedelai.

3.4.4 Perlakuan pemupukan

Pemberian pupuk Si dengan interval 0 g/10 kg tanah setara dengan 0 kg/ha, 1 g/10 kg tanah setara dengan 100 kg/ha, 2 g/10 kg tanah setara dengan 200 kg/ha, 3 g/10 kg tanah setara dengan 300 kg/ha, dan 4 g/10 kg tanah setara dengan 400 kg/ha diaplikasikan pada saat satu minggu setelah tanam dengan membenamkan pupuk silika (NaSiO3.9H2O) ke dalam media tanam secara larikan. Perlakuan

pupuk P dengan interval 0 g/10 kg tanah setara dengan 0 kg/ha;

0,5 g/10 kg tanah setara dengan 100 kg/ha; dan 1 g/10 kg tanah setara dengan 200 kg/ha diberikan sebanyak 5 kali lipat ke dalam tanah pada dua minggu setelah tanam atau satu minggu setelah aplikasi pupuk silika. Pupuk P yang diberikan ke tanaman dalam bentuk pupuk SP-36 sesuai perlakuan bersamaan dengan aplikasi pupuk Urea dan KCl masing-masing sebanyak 0,4 gram yang diberikan 5 kali lipat dengan cara dibenamkan ke dalam tanah secara larikan.


(33)

19 3.4.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan berupa pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan kondisi lapang. Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menunjang tingkat pertumbuhan tanaman di lapang dan guna menghindari kontaminasi dari organisme yang dapat mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman. Pengendalian gulma dilakukan setiap minggunya setelah tanam dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida Bayluscide dengan bahan aktif niclosamide 250 g/l sebanyak 2 ml/liter dan insektisida Dursband dan Basband dengan bahan aktif klorpirifos sebanyak 2 ml/liter setiap dua hari sekali secara preventif sesuai dengan tingkat serangan dan keparahan hama dan penyakit.

3.4.6 Panen

Panen dilaksanakan pada saat tanaman berumur sekitar 100 hari. Pada umur ini polong telah mencapai matang fisiologis yang ditandai oleh polong berwarna kecoklatan lebih dari 90% serta batang dan daun telah berwarna kecoklatan. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut batang kedelai dari polibag yang berisi tanah. Berangkasan tanaman hasil panen dikumpulkan ditempat

penjemuran dengan diberi alas sampai kadar air sekitar 13% bertujuan untuk memudahkan perontokan benih. Perontokan benih dilakukan setelah pengeringan dengan cara memisahkan polong dari tanaman menggunakan tangan.


(34)

20 Selanjutnya dilakukan pembersihan polong kedelai dengan cara memisahkan biji kedelai dari kotoran yang terbawa.

3.5 Pengamatan

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan

pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang dihasilkan. Untuk indikator pertumbuhan, diambil 2 tanaman contoh dari masing-masing polibag yang diambil secara acak.

3.5.1 Variabel Pertumbuhan Tanaman

(a) Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh batang utama yang dilakukan setiap minggu sampai mencapai masa generatif (pembentukan bunga). Pengukuran dilakukan dalam satuan sentimeter dengan menggunakan alat ukur panjang.

(b) Jumlah daun. Jumlah daun diketahui dengan cara menghitung jumlah daun maksimum yang terbentuk. Kriteria daun maksimum pada tanaman kedelai, yaitu (1) dalam satu tangkai terdapat 3-4 helai daun, (2) berbentuk lancip, dan (3) berbentuk bulat atau lonjong.

(c) Jumlah bunga. Jumlah bunga diamati saat tanaman memasuki fase reproduktif pada stadium R1 (stadium mulai berbunga) sampai R2 (stadium

berbunga penuh yang berlangsung selama 3--5 minggu setelah tanam. Jumlah bunga diketahui dengan cara menghitung jumlah bunga mekar


(35)

21 sempurna yang tumbuh dalam satu tanaman. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui persentase bunga jadi polong.

(d) Jumlah buku subur. Jumlah buku subur diketahui dengan cara menghitung jumlah buku (ketiak) yang terdapat bunga.

(e) Bobot kering berangkasan. Seluruh bagian tanaman kedelai yang telah panen sebanyak 135 polibag baik di tanaman maupun berangkasan yang rontok dikumpulkan dan segera dikeringkan seusai panen. Pengeringan dilakukan dengan menjemur berangkasan di bawah sinar matahari selama 24 jam setelah itu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 700 C selama ±3 hari hingga bobot konstan. Setelah kering, berangkasan ditimbang dengan menggunakan timbangan. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

(f) Bobot kering akar. Pada saat panen, akar dan berangkasan tanaman

dipisahkan. Akar dibersihkan dari tanah yang terbawa kemudian dikeringkan. Pengeringan akar dilakukan dengan menggunakan oven dengan suhu 70o C selama ±3 hari hingga bobot konstan. Setelah kering, akar ditimbang dengan menggunakan timbangan. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

3.5.2 Variabel Hasil Tanaman

(a) Jumlah polong isi. Pengamatan dilakukan pada saat setelah panen dengan menghitung polong yang bernas pada setiap sampel kemudian dirata-ratakan jumlahnya.

(b)Jumlah polong hampa. Jumlah polong hampa diperoleh dari hasil

pengurangan jumlah polong total dengan polong isi pada 2 tanaman contoh per polibag. Polong yang hampa dihitung secara terpisah.


(36)

22 (c) Bobot polong per tanaman. Bobot polong diketahui dengan dua cara, yaitu:

Bobot polong per tanaman didapat dengan mengeringkan polong dibawah sinar matahari selama 3x24 jam. Polong kedelai yang sudah kering ditimbang menggunakan timbangan dengan satuan gram.

(d)Bobot biji per tanaman. Pengamatan dilakukan dengan memipilkan biji kedelai dari kulit dan kotoran lain yang terbawa. Biji kedelai yang sudah bersih di timbang menggunakan timbangan. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.


(37)

45

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian P dosis 0,5 g/ 10 kg tanah setara dengan 100 kg/ha dan 1 g/ 10 kg tanah setara dengan 200 kg/ha yang diberikan 5 kali lipat lebih efektif

daripada tidak diberi P berdasarkan variabel jumlah daun, jumlah buku subur, bobot kering berangkasan, bobot kering akar, dan bobot polong/tanaman kedelai.

2. Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai tidak berbeda meskipun dosis Si ditingkatkan sampai 4 g/ 10 kg tanah atau setara dengan 400 kg/ha.

3. Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai pada pemberian P tidak tergantung dari pemberian Si.


(38)

46

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan untuk melakukan penelitian lanjutan, disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara P dan Si, sebaiknya perlakuan dosis P hanya 2 taraf saja yaitu diberi P dan tidak diberi P sedangkan dosis Si ditingkatkan tarafnya melebihi 4 g/10 kg tanah.

2. Melakukan analisis pupuk dan tanah sebelum dan sesudah aplikasi.

3. Melakukan penyiraman air dua kali dalam sehari jika ditanam dalam metode penanaman yang sama dalam penelitian ini.


(39)

PUSTAKA ACUAN

Adie, M. M. dan Krisnawati, A. 2007. Biologi Tanaman Kedelai. Hlm 45 Dalam

Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan, disunting oleh Sumarno,

Suyamto, Adi Widjono, Hermanto, dan Husni Kasim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 521 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia.

http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. Diakses pada tanggal 15 Juni 2012, pukul 21.00 WIB.

Balai Penelitian Tanah. 2010. “Mengenal Silika sebagai Unsur Hara.” Warta

Penelitian dan Pengembangan Pangan, 32 (3): 19-20.

Dewanto, F.G. dan J.J.M.R Londok. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik Dan Organik Terhadap Produksi Tanaman Jagung. Jurnal Zootek. 32 (5): 1-8. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. 286 hlm. Harsono, A., Purwaningrahayu, R.D., dan Taufiq, A. 2007. Pengelolaan Air dan

Drainase pada Budidaya Kedelai. Hlm 253-273 Dalam Kedelai Teknik

Produksi dan Pengembangan, disunting oleh Sumarno, Suyamto, Adi

Widjono, Hermanto, dan Husni Kasim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 521 hlm .

Istigani, M., S. Kabirun, dan SA Siradz. 2005. Pengaruh inokulasi bakteri pelarut fosfat terhadap pertumbuhan sorghum pada berbagai kandungan P tanah.

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 5: 48-54.

Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Diktat Kuliah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 208 hlm.


(40)

48

Liferdi, L. 2010. “Efek pemberian fosfor terhadap pertumbuhan dan status hara

pada bibit manggis”. Jurnal Hortikultura. 20 (1): 18-26

Matichenkov, V.V., and E. A. Bocharnikova. 2002. The Relationship of Silicon to Soil Physical and Chemical Properties. Proceeding International

Conference Silicon in Agriculture, in press. 22: 21-25.

Mitani, N., and J. F. Ma. 2005. Uptake system of silicon in defferent plant species. Journal of Experimental Botany. 56 (414): 1255-1261.

Nugroho, B. 2009. Peningkatan Produksi Padi Gogo dengan Aplikasi Silikat dan Fosfor serta [Siol] Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskular Pada [Siol]

Ultisol. IPB Press. Bogor. 111 hlm.

Priyatno, R. 2001. PengaruhPeningkatan dosis gandasil D pada produksi dan

kualitas benih kedelai (Glycine max [L.] Merr.) Varietas Slamet. Skripsi

Sarjana S1 Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung. 54 hlm. Salisbury, F. B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1.

Diterjemahkan dari Plant Physiology oleh D. R. Lukman dan Sumaryono, disunting oleh S. Niksolihin. Penerbit ITB. Bandung. 241 hlm.

Schachtman, D. P., R. J. Reid, and S. M. Ayling. 1998. “Phosphorus Uptake by

Plants from Soil to Cell”. Plant Physiology. 116 (2): 447-453.

Sudaryono, A. Taufik, dan A. Wijanarko. 2007. Peluang Peningkatan

Produksi Kedelai di Indonesia. Hlm 130 Dalam Kedelai Teknik Produksi

dan Pengembangan, disunting oleh Sumarno, Suyamto, Adi Widjono,

Hermanto, dan Husni Kasim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 521 hlm.

Sudibyo, B. S. B. 2008. Pengaruh Pemberian Si terhadap Serapan Si dan hasil

Jagung (Zea mays,. L) pada Andisol Dalam Jurnal Ilmu Tanah dan

Lingkungan, disunting oleh Yukamgo, Edo dan Yuwono, N. Widya.

Universitas Gajah Mada. 7 (2): 103-116.

Sumarno, et al. 2007. Kedelai : Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 512 hlm. Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

176 hlm.

Yang, Y., J. Li, H. Shi, Y. Ke, J. Yuan, and Z. Tang. 2008. Allevation on low P stressed maize seedling under hydroponic culture conditions. World

Journal Of Agri Sci. 4 (2): 168-172.

Yukamgo, Edo dan Yuwono, N. Widya. 2007. “Peran Silikon Sebagai Unsur

Bermanfaat pada Tanaman Tebu”. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.


(41)

49

Yuliastuti. 1993. Pengaruh Pemupukan P terhadap Akumulasi P Total dan

Viabilitas Benih Jagung (Zea mays). Skripsi Sarjana S1 Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. 58 hlm.

Zuchri, Amin. 2009. “Pemupukan SP-36 Pada Lahan Regosol Bereaksi Masam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Kacang Tanah”. Jurnal


(1)

22 (c) Bobot polong per tanaman. Bobot polong diketahui dengan dua cara, yaitu:

Bobot polong per tanaman didapat dengan mengeringkan polong dibawah sinar matahari selama 3x24 jam. Polong kedelai yang sudah kering ditimbang menggunakan timbangan dengan satuan gram.

(d)Bobot biji per tanaman. Pengamatan dilakukan dengan memipilkan biji kedelai dari kulit dan kotoran lain yang terbawa. Biji kedelai yang sudah bersih di timbang menggunakan timbangan. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian P dosis 0,5 g/ 10 kg tanah setara dengan 100 kg/ha dan 1 g/ 10 kg tanah setara dengan 200 kg/ha yang diberikan 5 kali lipat lebih efektif

daripada tidak diberi P berdasarkan variabel jumlah daun, jumlah buku subur, bobot kering berangkasan, bobot kering akar, dan bobot polong/tanaman kedelai.

2. Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai tidak berbeda meskipun dosis Si ditingkatkan sampai 4 g/ 10 kg tanah atau setara dengan 400 kg/ha.

3. Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai pada pemberian P tidak tergantung dari pemberian Si.


(3)

46

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan untuk melakukan penelitian lanjutan, disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara P dan Si, sebaiknya perlakuan dosis P hanya 2 taraf saja yaitu diberi P dan tidak diberi P sedangkan dosis Si ditingkatkan tarafnya melebihi 4 g/10 kg tanah.

2. Melakukan analisis pupuk dan tanah sebelum dan sesudah aplikasi.

3. Melakukan penyiraman air dua kali dalam sehari jika ditanam dalam metode penanaman yang sama dalam penelitian ini.


(4)

Adie, M. M. dan Krisnawati, A. 2007. Biologi Tanaman Kedelai. Hlm 45 Dalam Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan, disunting oleh Sumarno, Suyamto, Adi Widjono, Hermanto, dan Husni Kasim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 521 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia.

http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. Diakses pada tanggal 15 Juni 2012, pukul 21.00 WIB.

Balai Penelitian Tanah. 2010. “Mengenal Silika sebagai Unsur Hara.” Warta

Penelitian dan Pengembangan Pangan, 32 (3): 19-20.

Dewanto, F.G. dan J.J.M.R Londok. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik Dan Organik Terhadap Produksi Tanaman Jagung. Jurnal Zootek. 32 (5): 1-8. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. 286 hlm. Harsono, A., Purwaningrahayu, R.D., dan Taufiq, A. 2007. Pengelolaan Air dan

Drainase pada Budidaya Kedelai. Hlm 253-273 Dalam Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan, disunting oleh Sumarno, Suyamto, Adi Widjono, Hermanto, dan Husni Kasim. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Bogor. 521 hlm .

Istigani, M., S. Kabirun, dan SA Siradz. 2005. Pengaruh inokulasi bakteri pelarut fosfat terhadap pertumbuhan sorghum pada berbagai kandungan P tanah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 5: 48-54.

Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Diktat Kuliah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 208 hlm.


(5)

48

Liferdi, L. 2010. “Efek pemberian fosfor terhadap pertumbuhan dan status hara

pada bibit manggis”. Jurnal Hortikultura. 20 (1): 18-26

Matichenkov, V.V., and E. A. Bocharnikova. 2002. The Relationship of Silicon to Soil Physical and Chemical Properties. Proceeding International Conference Silicon in Agriculture, in press. 22: 21-25.

Mitani, N., and J. F. Ma. 2005. Uptake system of silicon in defferent plant species. Journal of Experimental Botany. 56 (414): 1255-1261.

Nugroho, B. 2009. Peningkatan Produksi Padi Gogo dengan Aplikasi Silikat dan Fosfor serta [Siol] Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskular Pada [Siol] Ultisol. IPB Press. Bogor. 111 hlm.

Priyatno, R. 2001. PengaruhPeningkatan dosis gandasil D pada produksi dan kualitas benih kedelai (Glycine max [L.] Merr.) Varietas Slamet. Skripsi Sarjana S1 Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung. 54 hlm. Salisbury, F. B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1.

Diterjemahkan dari Plant Physiology oleh D. R. Lukman dan Sumaryono, disunting oleh S. Niksolihin. Penerbit ITB. Bandung. 241 hlm.

Schachtman, D. P., R. J. Reid, and S. M. Ayling. 1998. “Phosphorus Uptake by Plants from Soil to Cell”. Plant Physiology. 116 (2): 447-453.

Sudaryono, A. Taufik, dan A. Wijanarko. 2007. Peluang Peningkatan

Produksi Kedelai di Indonesia. Hlm 130 Dalam Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan, disunting oleh Sumarno, Suyamto, Adi Widjono, Hermanto, dan Husni Kasim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 521 hlm.

Sudibyo, B. S. B. 2008. Pengaruh Pemberian Si terhadap Serapan Si dan hasil Jagung (Zea mays,. L) pada Andisol Dalam Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, disunting oleh Yukamgo, Edo dan Yuwono, N. Widya. Universitas Gajah Mada. 7 (2): 103-116.

Sumarno, et al. 2007. Kedelai : Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 512 hlm. Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

176 hlm.

Yang, Y., J. Li, H. Shi, Y. Ke, J. Yuan, and Z. Tang. 2008. Allevation on low P stressed maize seedling under hydroponic culture conditions. World Journal Of Agri Sci. 4 (2): 168-172.

Yukamgo, Edo dan Yuwono, N. Widya. 2007. “Peran Silikon Sebagai Unsur

Bermanfaat pada Tanaman Tebu”. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.


(6)

Yuliastuti. 1993. Pengaruh Pemupukan P terhadap Akumulasi P Total dan Viabilitas Benih Jagung (Zea mays). Skripsi Sarjana S1 Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. 58 hlm.

Zuchri, Amin. 2009. “Pemupukan SP-36 Pada Lahan Regosol Bereaksi Masam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Kacang Tanah”. Jurnal Agrovigor. Madura. 2 (1): 31-34.