PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AIR TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

ABSTRACT

EFFECT OF DEFICIT EVAPOTRANSPIRATION ON THE GROWTH AND
CROP WATER PRODUCTIVITY OF SOYBEAN PLANT (Glycine Max L.
Merrill)

By

I KETUT ADI PUTRA WIJAYA

The purpose of research is to calculate and compare the magnitude of crop water
productivity and growth of three varieties of soybean plants in each treatment
evapotranspiration deficit. Research was conducted in September 2014 December 2014 in the Greenhouse of Integrated Field Laboratory and Laboratory
of Water Resources and Land Department of Agriculture, University of Lampung.
The experiment was conducted using a factorial in completely randomized design
(CRD) with two factors that is soybean varieties which consists of three varieties:
Kaba, Tanggamus, and Willis and deficit ETC which consists of three levels: 1 x
ETC, 0.8 x ETC, and 0.6 x ETC. Data were analyzed with Analysis of Variance
(Test F), then continued by LSD test at the significance level of 5% and 1%.
Results showed that (1) Based on the total leaf area, Kaba and Wilis varieties of
soybean plants have started stress at week 2nd in the treatment ET2 (0,8 x ETC),

varieties Tanggamus began stress on the 3rd week of the treatment ET3 (0,6 x
ETC). Eventually based on the production of soybeans plant, varieties Tanggamus
and Kaba remains stress in treatment ET2 (0,8 x ETC) except varieties Willis on
ET3 (0.6 x ETC), (2) the crop water productivity was not significantly different
between treatments except treatment Tanggamus varieties ET3 deficit (0.6 x ETC),
(3) kaba varieties have the highest production in the amount of 20.22 grams, while
the crop water productivity of the highest of the Wilis varieties is equal to 0.5
kg.m-3.
Keywords: evapotranspiration, deficit irrigation, Soybeans

ABSTRAK

PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKTIVITAS AIR TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

Oleh

I KETUT ADI PUTRA WIJAYA

Tujuan penelitian adalah menghitung dan membandingkan besarnya produktivitas

air tanaman serta pertumbuhan tiga varietas tanaman kedelai pada masing-masing
perlakuan defisit evapotranspirasi. Penelitian dilaksanakan bulan September 2014
– Desember 2014 di Rumah Plastik Laboratorium Lapang Terpadu dan
Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian
Universitas Lampung. Percobaan dilakukan dengan metode faktorial dalam
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu varietas kedelai yang
terdiri dari tiga varietas: Kaba, Tanggamus, dan Wilis dan defisit ETC yang terdiri
dari 3 level: 1 x ETC, 0,8 x ETC, dan 0,6 x ETC. Data pengamatan dianalisis
dengan Analisis Ragam (Uji F), kemudian dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf
nyata 5 % dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Berdasarkan Total
Luas Daun, varietas Kaba dan Wilis tanaman kedelai sudah mulai tercekam pada
minggu ke-2 pada perlakuan ET2 (0,8 x ETC), varietas Tanggamus mulai tercekam
pada minggu ke-3 pada perlakuan ET3 (0,6 x ETC). Pada akhirnya berdasarkan
produksi tanaman kedelai varietas Kaba dan Tanggamus tetap tercekam pada
perlakuan ET2 (0,8 x ETC) kecuali varietas Wilis pada ET3 (0,6 x ETC), (2) pada
produktivitas air tanaman tidak berbeda nyata antar perlakuan kecuali pada
varietas Tanggamus perlakuan defisit ET3 (0,6 x ETC), (3) varietas kaba
mempunyai produksi yang paling tinggi yaitu sebesar 20,22 gram, sedangkan
produktivitas air tanaman yang paling tinggi yaitu pada varietas Wilis yaitu
sebesar 0,5 kg/m3.

Kata kunci: evapotranspirasi, irigasi defisit, kedelai

PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AIR TANAMAN KEDELAI
(Glycine max L. Merrill)

Oleh

I KETUT ADI PUTRA WIJAYA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG

2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rama Nirwana Kabupaten Lampung
Tengah pada tanggal 21 Mei 1992, sebagai anak ke-3 dari 3
bersaudara keluarga Bapak I Wayan Redita dan Ibu Ni Ketut
Sutarmi. Penulis Menyelesaikan pendidikan mulai dari
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Rama Nirwana pada
tahun 1998-2004, SMPN 2 Seputih Raman pada tahun 2004-2007, SMAN 1
Kotagajah-Lampung Tengah pada tahun 2007-2010 dan terdaftar sebagai
mahasiswa S1 Teknik Pertanian di Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama
menjadi mahasiswa penulis terdaftar aktif pada beberapa unit lembaga
kemahasiswaan, sebagai Anggota Departemen Keprofesian di Permatep
(Perhimpunan Mahasiswa Teknik Pertanian) Periode 2011-2012, Sebagai
Anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan UKM-H (Unit Kegiatan
Mahasiswa Hindu) periode 2010-2011, Sebagai Sekretaris Bidang Penelitian dan
Pengembangan UKM-H (Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu) periode 2011-2012,
Sebagai Wakil Ketua Umum UKM-H (Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu) periode

2012-2013.
Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT. Great Giant
Pineapple Lampung Tengah dan melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) Tematik periode I tahun 2014 di Sendang Asih Kecamatan Sendang
Agung Kabupaten Lampung Tengah. Penulis berhasil mencapai gelar Sarjana
Teknologi Pertanian (S.TP.) S1 Teknik Pertanian pada tahun 2015 dan
menghasilkan skripsi yang berjudul “Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap
Pertumbuhan dan Produktivitas Air Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill)”.

iii

“Kupersembahkan karya kecil ini untuk Ayah, Ibu, dan Kedua
Kakakku yang selalu memberikan dukungan, doa, serta kasih
sayang yang tiada hentinya”
Serta
“Kepada Almamater Tercinta”
Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2010


Pengetahuan tidak didapatkan melalui jalan yang mudah. Ketahuilah dalam dirimu ada
dua sisi, guru dan murid. Sang guru akan senantiasa memberimu petunjuk, hanya
bagaimana sang murid dapat memahami petunjuk yang diberikan sang guru. Sering kali
pelajaran tidak disampaikan secara verbal padamu, kau yang mengolahnya sendiri menjadi
pelajaran yang berharga untuk digunakan menghadapi kehidupan
-Ki Hadjar Dewantara-

Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever
-Mahatma Gandhi-

Akrodhena jayet krodham
asadhum sadhuna jayet
jayet kadaryam danena
jayet satyena canrtam
Taklukkanlah kemarahan orang lain tanpa kemarahan
taklukkanlah kejahatan dengan kebaikan
taklukkanlah orang yang kikir dengan sifat saling memberi
taklukkanlah kebohongan dengan kebenaran
-Udyogaparwa 38. 73-74-


SANWACANA

Puja astungkara kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung kerta
wara nugraha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini
dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap
Pertumbuhan dan Produktivitas Air Tanaman Kedelai (Glycine Max L.
Merrill)” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi
Pertanian (S.TP.) di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.

Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P. selaku ketua jurusan teknik pertanian yang
telah memberikan arahan;

2.

Prof. Dr. Ir. R.A. Bustomi Rosadi, M.S. selaku pembimbing pertama yang
telah memberikan bimbingan dan saran serta kesabaran sehingga
terselesaikannya skripsi ini;


3.

Ir. M. Zen Kadir, M.T. selaku pembimbing kedua sekaligus pembimbing
akademik yang telah memberikan berbagai masukan dan bimbingannya
dalam penyelesaian skripsi ini;

4.

Ahmad Tusi, S.T.P., M.Si. selaku pembahas yang telah memberikan saran
dan masukan sebagai perbaikan selama penyusunan skripsi ini;

5.

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku dekan Fakultas Pertanian yang
telah membantu dalam administrasi skripsi ini;

6.

Seluruh Dosen serta Staff Jurusan Teknik Pertanian;


7.

Orang tua ku tercinta, Ibu dan Bapak serta Kakak-kakakku yang tidak
henti-hentinya memberikan dukungan baik moril maupun materil serta kasih
sayang sehingga menjadi sumber penyemangat dalam penyusunan skripsi
ini;

8.

Keluarga besar Persatuan Mahasiswa Teknik Pertanian (PERMATEP)
Unila;

9.

Teman-teman keluarga besar TEP ’10 yang sangat saya banggakan, terima
kasih atas keceriaan dan doanya;

10.


Teman-teman yang telah membantu penelitian saya selama 3 bulan; Ardi,
Ayub, Adam, Fadli, Ikhwan, Muklis, Muammar, Ucok serta teman-teman
yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu;

11.

Keluarga besar UKM Hindu Unila, terimakasih atas pengalaman
berorganisasi, kebahagiaan, semangat,

dan kekeluargaan yang telah

diberikan.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu dengan segala kerendahan hati penulis harapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun kearah perbaikan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, 25 Februari 2015
Penulis,

I Ketut Adi Putra Wijaya

vii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.3 Hipotesis .................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
2.1 Kedelai ....................................................................................................... 5
2.2 Hubungan Air, Tanah dan Tanaman ......................................................... 6
2.3 Evapotranspirasi (ETC) ............................................................................. 7
2.4 Evapotranspirasi Tanaman Acuan (ET0) .................................................. 8
2.5 Koefisien Tanaman (KC) .......................................................................... 9
2.6 Kebutuhan Air Tanaman ........................................................................... 9
2.7 Irigasi Defisit ........................................................................................... 10
2.8 Produktivitas Air Tanaman....................................................................... 10

III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 12
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 12
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 12
3.3 Metode Percobaan ................................................................................. 13
3.4 Tata Letak Satuan Percobaan ................................................................ 13
3.5 Pelaksanaaan Penelitian ........................................................................ 14
3.5.1 Sifat Fisik Tanah .............................................................................. 14
3.5.2 Persiapan Media Tanam .................................................................. 15
3.5.3 Pemberian Air .................................................................................. 16
3.5.4 Penanaman Benih ............................................................................ 16
3.5.5 Pemeliharaan Tanaman .................................................................... 17
3.5.6 Pengambilan Data ............................................................................ 17
3.6 Analisis Data ......................................................................................... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 20
4.1 Hasil ...................................................................................................... 20
4.1.1 Tinggi Tanaman ............................................................................... 20
4.1.2 Jumlah Daun .................................................................................... 26
4.1.3 Total Luas Daun .............................................................................. 32
4.1.4 Jumlah Bunga .................................................................................. 39
4.1.5 Jumlah Polong ................................................................................. 44
4.1.6 Produksi ........................................................................................... 51
4.1.7 Produktivitas Air Tanaman .............................................................. 52
4.1.8 Jumlah Air Irigasi (Evapotranspirasi) .............................................. 53
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 54
4.2.1 Fase Vegetatif................................................................................... 54
4.2.2 Fase Generatif .................................................................................. 59
4.2.3 Produksi ........................................................................................... 61
4.2.4 Produktivitas Air Tanaman .............................................................. 62

ix

V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 64
5.1 Simpulan ............................................................................................... 64
5.2 Saran ...................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66
LAMPIRAN ......................................................................................................... 67

x

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Deskripsi Beberapa Varietas Kedelai.................................................................. 6
2. Sifat Fisik Tanah .............................................................................................. 15
3. Pengamatan Data Tanaman .............................................................................. 18
4. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Tinggi Tanaman (TT) (cm)
Kedelai Minggu ke-3 ....................................................................................... 21
5. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Tinggi Tanaman (TT) (cm)
Kedelai Minggu ke-4 ....................................................................................... 22
6. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Tinggi Tanaman (TT) (cm)
Kedelai Minggu ke-5 ....................................................................................... 23
7. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Tinggi Tanaman (TT) (cm)
Kedelai Minggu ke-6 ....................................................................................... 24
8. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Daun (JD) Tanaman
Kedelai Minggu ke-3 ....................................................................................... 27
9. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Daun (JD) Tanaman
Kedelai Minggu ke-4 ....................................................................................... 28
10. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Daun (JD) Tanaman
Kedelai Minggu ke-5 ....................................................................................... 29
11. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Daun (JD) Tanaman
Kedelai Minggu ke-6 ....................................................................................... 30
12. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total luas daun (TLD) (cm2)
Tanaman Kedelai Minggu ke-2 ....................................................................... 33
13. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total luas daun (TLD) (cm2)
Tanaman Kedelai Minggu ke-3 ....................................................................... 34
14. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total luas daun (TLD) (cm2)
Tanaman Kedelai Minggu ke-4 ....................................................................... 35
15. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total luas daun (TLD) (cm2)
Tanaman Kedelai Minggu ke-5 ....................................................................... 36
16. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total luas daun (TLD) (cm2)
Tanaman Kedelai Minggu ke-6 ....................................................................... 37
17. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Bunga (JB) Tanaman
Kedelai Minggu ke-6 ....................................................................................... 40

18. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Bunga (JB) Tanaman
Kedelai Minggu ke-7 ....................................................................................... 41
19. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Bunga (JB) Tanaman
Kedelai Minggu ke-8 ....................................................................................... 42
20. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Polong (JP) Tanaman
Kedelai Minggu ke-6 ....................................................................................... 45
21. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Polong (JP) Tanaman
Kedelai Minggu ke-7 ....................................................................................... 46
22. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Polong (JP) Tanaman
Kedelai Minggu ke-8 ....................................................................................... 47
23. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Polong (JP) Tanaman
Kedelai Minggu ke-9 ....................................................................................... 48
24. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Polong (JP) Tanaman
Kedelai Minggu ke-10 ..................................................................................... 49
25. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Produksi (PRO) (gram) Tanaman
Kedelai ............................................................................................................. 52
26. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Produktivitas Air (PA) Tanaman
Kedelai ............................................................................................................. 53
27. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Tinggi Tanaman (TT) (cm)
Kedelai Minggu ke-1 sampai Minggu ke-6 ..................................................... 56
28. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Daun Tanaman Kedelai
Minggu ke-1 sampai Minggu ke-6 .................................................................. 56
29. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total Luas Daun (cm2) Tanaman
Kedelai Minggu ke-1 sampai Minggu ke-6 ..................................................... 57
30. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Bunga Tanaman Kedelai
Minggu ke-6 sampai Minggu ke-8 .................................................................. 60
31. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Polong Tanaman Kedelai
Minggu ke-6 sampai Minggu ke-10 ................................................................ 60
32. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Produksi rata-rata (gram)
Tanaman Kedelai ............................................................................................. 62
33. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Produktivitas Air Tanaman
Kedelai (kg.m-3) .............................................................................................. 63
Lampiran
34. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Tinggi Tanaman Minggu ke-1 68
35. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Tinggi Tanaman Minggu ke-2 69
36. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Tinggi Tanaman Minggu ke-3 70
37. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Tinggi Tanaman Minggu ke-4 71
38. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Tinggi Tanaman Minggu ke-5 72
39. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Tinggi Tanaman Minggu ke-4 74
40. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Daun Minggu ke-1 ..... 76

xii

41. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Daun Minggu ke-2 ..... 76
42. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Daun Minggu ke-3 ..... 77
43. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Daun Minggu ke-4 ..... 78
44. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Daun Minggu ke-5 ..... 80
45. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Daun Minggu ke-6 ..... 81
46. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total Luas Daun Minggu ke-1 83
47. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total Luas Daun Minggu ke-2 84
48. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total Luas Daun Minggu ke-3 85
49. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total Luas Daun Minggu ke-4 86
50. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total Luas Daun Minggu ke-5 88
51. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Total Luas Daun Minggu ke-7 89
52. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Bunga Minggu ke-6 ... 91
53. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Bunga Minggu ke-7 ... 92
54. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Bunga Minggu ke-8 ... 93
55. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Polong Minggu ke-6 .. 95
56. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Polong Minggu ke-7 .. 96
57. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Polong Minggu ke-8 .. 97
58. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Polong Minggu ke-6 .. 99
59. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Jumlah Polong Minggu ke-10 100
60. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Produksi................................. 102
61. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Produktivitas Air Tanaman .. 104
62. Total Pemberian Air (Irigasi) Minggu ke-1 ................................................. 106
63. Total Pemberian Air (Irigasi) Minggu ke-2 ................................................. 106
64. Total Pemberian Air (Irigasi) Minggu ke-3 ................................................. 107
65. Total Pemberian Air (Irigasi) Minggu ke-4 ................................................. 107
66. Total Pemberian Air (Irigasi) Minggu ke-5 ................................................. 108
67. Total Pemberian Air (Irigasi) Minggu ke-6 ................................................. 108
68. Total Pemberian Air (Irigasi) Minggu ke-7 ................................................. 109
69. Total Pemberian Air (Irigasi) Minggu ke-8 ................................................. 109
70. Total Pemberian Air (Irigasi) Minggu ke-9 ................................................. 110
71. Total Pemberian Air (Irigasi) Minggu ke-10 ............................................... 110

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Tata Letak Satuan Percobaan ........................................................................... 13
2. Diagram Alir Penelitian ................................................................................... 14
3. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata tinggi tanaman
kedelai varietas Kaba ....................................................................................... 25
4. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata tinggi tanaman
kedelai varietas Wilis ...................................................................................... 25
5. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata tinggi tanaman
kedelai varietas Tanggamus ............................................................................ 26
6. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumlah daun
tanaman kedelai varietas Kaba ........................................................................ 31
7. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumlah daun
tanaman kedelai varietas Wilis ........................................................................ 31
8. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumlah daun
tanaman kedelai varietas Tanggamus .............................................................. 32
9. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata total luas daun
tanaman kedelai varietas Kaba ........................................................................ 38
10. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata total luas daun
tanaman kedelai varietas Wilis ........................................................................ 38
11. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata total luas daun
tanaman kedelai varietas Tanggamus .............................................................. 39
12. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah bunga tanaman
kedelai varietas Kaba ....................................................................................... 43
13. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah bunga tanaman
kedelai varietas Wilis ...................................................................................... 44
14. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah bunga tanaman
kedelai varietas Tanggamus ............................................................................ 44
15. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah polong tanaman
kedelai varietas Kaba ....................................................................................... 50
16. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah polong tanaman
kedelai varietas Wilis ...................................................................................... 50

17. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah polong tanaman
kedelai varietas Tanggamus ............................................................................ 51
18. Grafik jumlah air irigasi pada tiga varietas kedelai dan tiga taraf defisit
evapotranspirasi ............................................................................................... 54
19. Tanaman Kedelai Varietas Kaba 6 Minggu Setelah Tanam .......................... 58
20. Tanaman Kedelai Varietas Wilis 6 Minggu Setelah Tanam .......................... 58
21. Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus 6 Minggu Setelah Tanam ................ 59
22. Bunga dan Polong Tanaman Kedelai ............................................................. 61
Lampiran
23. Pengukuran Kebutuhan Air Harian dengan Metode Gravimetri................... 112
24. Pemberian Air Irigasi ................................................................................... 112
25. Pengambilan Data Tanaman ........................................................................ 113
26. Pengambilan Data Tanaman Fase Vegetatif ................................................ 113
27. Data Tanaman Fase Generatif ...................................................................... 114
28. Tanaman Kedelai Umur 6 Minggu Setelah Tanam....................................... 114
29. Tanaman Kedelai Umur 10 Minggu Setelah Tanam..................................... 115
30. Proses Pemanenan Kedelai .......................................................................... 115
31. Biji Kedelai Hasil Pemanenan ..................................................................... 116
32. Penimbangan Biji Kedelai............................................................................. 116
33. Pengeringan Biji Kedelai dengan Oven ....................................................... 117
34. Penimbangan Biji Kedelai Setelah Dikeringkan .......................................... 117

xv

I.

1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang penting di Indonesia. Kedelai
dapat dijadikan berbagai olahan makanan seperti tempe, tahu, dan lain-lain.
Kedelai mengandung protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Kedelai juga
merupakan sumber protein nabati yang efisien dalam arti, untuk memperoleh
jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah kecil (Suprapto,
2001).
Produksi kedelai nasional selama 2010-2012 terus menurun. Produksi kedelai dari
tahun 2010-2012 yaitu berturut-turut sebesar 907.031 ton, 851.286 ton, dan
843.153 ton. Akibatnya terjadi defisit yang terus meningkat dengan rata-rata
20,38%/tahun selama 2008-2012. Defisit pada tahun 2012 mencapai 2,09 juta ton
(246% dari produksi), jauh diatas defisit pada tahun 2008 yang hanya 0,94 juta
ton (122% dari produksi). Pada tahun 2012, produksi dalam negeri hanya mampu
menyediakan 29% dari konsumsi total. Rendahnya produktivitas kedelai tersebut
salah satunya disebabkan oleh cekaman kekeringan karena kedelai umumnya
ditanam di musim kering (Rusono dkk., 2013).

2

Air mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
begitu pula kedelai. Dengan terganggunya pertumbuhan kedelai, maka akan
menurunkan produktivitasnya. Air sebagian besar digunakan tanaman untuk
proses evapotranspirasi.
Evapotranspirasi merupakan proses penguapan pada tanaman (transpirasi) dan
pada tanah (evaporasi). Evapotranspirasi tanaman di bawah kondisi standar atau
dinotasikan dengan ETC didefinisikan sebagai evapotranspirasi tanaman yang
bebas penyakit, pupuknya baik, tumbuh di areal luas, di bawah kondisi air tanah
yang optimum, dan mencapai produksi maksimal di bawah kondisi iklim tertentu
(Allen et al., 1998 dalam Rosadi, 2012). Kebutuhan air tanaman dianggap sama
dengan jumlah air yang digunakan untuk proses evapotranspirasi (ETC).
Air tidak senantiasa tersedia untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, ada kalanya
air terbatas ketersediaannya seperti pada saat musim kemarau atau pada lahan
kering. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka diperlukan suatu teknik
budidaya tanaman yang mengefisienkan penggunaan air. Salah satu cara untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan air yaitu dengan irigasi defisit. Irigasi defisit
berarti membiarkan tanaman mengalami cekaman air namun tidak mempengaruhi
produksi secara nyata (Rosadi, 2012).
Defisit irigasi telah banyak diteliti sebagai strategi produksi berkelanjutan dan
bernilai di daerah kering. Dengan membatasi pemberian air pada fase
pertumbuhan yang sensitif terhadap kekeringan, praktek ini bertujuan untuk
memaksimalkan produksi air dan menstabilkan hasil (bukan memaksimalkan

3

hasil) (Geerts dan Raes, 2009 dalam Rosadi, 2012). Kirda (2000) menyatakan
bahwa irigasi defisit pada masa vegetatif kedelai sangat cocok untuk diterapkan.
Menurut Molden (2003) dalam (Rosadi, 2012) untuk mengevaluasi strategi irigasi
defisit dihitung besar produktivitas air tanamannya. Produktivitas air tanaman
adalah perbandingan antara massa dari hasil yang dapat dipasarkan dengan
volume air yang dikonsumsi oleh tanaman. Semakin besar produktivitas air
tanaman semakin baik pula efisiensi penggunaan airnya.
Menurut Aqil dkk. (2009) produktivitas air tanaman dapat lebih ditingkatkan
melalui pengurangan jumlah irigasi dengan memperhatikan defisit air tanaman
sehingga didapatkan hasil optimal.

1.2

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Membandingkan pertumbuhan tiga varietas tanaman kedelai pada masingmasing perlakuan defisit evapotranspirasi.
2. Menghitung nilai produktivitas air tanaman tiga varietas kedelai pada masingmasing perlakuan defisit evapotranspirasi dan membandingkannya.

4

1.3

Hipotesis

1. Defisit evapotranspirasi mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas air
tanaman kedelai.
2. Masing-masing varietas mempunyai produktivitas air tanaman yang berbedabeda.

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui besarnya defisit ETC yang
dapat meningkatkan produktivitas air tanaman.

II.

2.1

TINJAUAN PUSTAKA

Kedelai

Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi
tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol,
latosol, ultisol, dan andosol. Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu
antara 5,8 – 7, namun pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh
baik (AAK, 1989).
Pemupukan dilakukan setelah benih kedelai ditanam dan diawali dengan
pemberian pupuk N sebanyak 50-100 kg/ha. Sedang pupuk TS, berupa unsur P
dan K, yang digunakan adalah 100-200 kg/ha, dan KCl atau ZK 50-100 kg/ha.
Perbandingan antara pupuk Urea: TS/DS : KCl adalah 1:2:1 (AAK, 1989).
Kedelai memiliki banyak varietas, beberapa dari varietas kedelai itu antara lain
Kaba, Wilis, dan Tanggamus. Deskripsi dari ketiga varietas tersebut dapat dilihat
pada Tabel 1.

6

Tabel 1. Deskripsi Beberapa Varietas Kedelai
Keterangan

Varietas Kaba

Varietas Wilis

Varietas Tanggamus

Tahun dilepas

22 Oktober 2001

21 Juli 1983

22 Oktober 2001

Hasil rata-rata

2,13 ton/ha

1,6 ton/ha

1,22 ton/ha

Asal

Silang ganda 16

Seleksi keturunan

Hibrida

Warna hipokitil

Ungu

Ungu

Ungu

Warna epikotil

Hijau

Hijau

Hijau

Warna Bunga

Ungu

Ungu

Ungu

Warna kulit

Kuning

Kuning

Kuning

Warna polong

Coklat

Coklat tua

Coklat

Warna hilum

Coklat

Coklat tua

Coklat tua

Bentuk biji

Lonjong

Oval pipih

Oval

Tipe tumbuh

Determinit

Determinit

Determinit

Umur berbunga

35 hari

± 39 hari

35 hari

Umur panen

85 hari

85–90 hari

88 hari

Tinggi tanaman

64 cm

± 50 cm

67 cm

Bobot 100 biji

10,37 g

± 10 g

11,0 g

Ukuran biji

Sedang

Kandungan protein

44,0%

37,0%

44,5%

Kandungan lemak

8,0%

18,0%

12,9%

Pengusul

Muchlish A, dkk

Sumarno, dkk.

Muchlish Adie, dkk

Sedang

Sumber : Departemen Pertanian (2014)

2.2

Hubungan Air, Tanah dan Tanaman

Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori di antara padatan tanah. Jika tanah
dalam keadaan jenuh air, semua ruang ruang pori tanah terisi oleh air. Dalam
keadaan ini jumlah air yang disimpan di dalam tanah – jadi merupakan jumlah air

7

maksimum yang disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Dalam budi daya
tanaman, kehilangan air dari tanah selain terjadi lewat proses transpirasi juga
lewat permukaan tanah yang disebut evaporasi. Proses transpirasi dan evaporasi
terjadi

bersamaan

sehingga

disebut

evapotranspirasi.

Dengan

demikian

evapotranspirasi merupakan jumlah air yang diperlukan tanaman (Islami dan
Utomo, 1995).

2.3

Evapotranspirasi (ETC)

Evapotranspirasi tanaman (ETC) adalah evapotranspirasi dari tanaman yang bebas
penyakit, pupuknya baik, tumbuh di areal luas, dibawah kondisi air tanah yang
optimum, dan mencapai produksi maksimal dibawah kondisi iklim tertentu (Allen
dkk. 1998 dalam Rosadi, 2012).
Untuk menghitung ETC, terlebih dahulu harus dihitung ET0 dan KC nya. Berikut
persamaan yang digunakan untuk menghitung ETC:
ETC
dimana:

= KC x ET0..........................................................(1)
KC

= koefisien tanaman

ET0

= evapotranspirasi tanaman acuan

(Rosadi, 2012).

8

2.4

Evapotranspirasi Tanaman Acuan (ET0)

ET0 merupakan evapotranspirasi dari permukaan acuan. Permukaan acuan tersebut
adalah tanaman rumput dengan tinggi 0,12 m, tahanan permukaan 70 s m-1, dan
albedo 0,23, tanaman menutup sempurna serta ditanam di areal yang luas,
pengairannya baik dan pertumbuhannya aktif serta tingginya seragam (Allen dkk.,
1998 dalam Rosadi, 2012).
Metode penghitungan ET0 yang direkomendasikan sebagai penghitungan standar
menurut Allen dkk. (1998) yaitu metode FAO Penman-Monteith. Berikut adalah
persamaan FAO penman-monteith:

............(2)

Dimana:

Divisi Land and Water Development FAO mengembangkan program untuk
menghitung ET0 berdasarkan metode Penmann-Monteith yang diberi nama
CROPWAT. Program ini memerlukan data iklim seperti suhu, curah hujan,
kelembaban, kecepatan angin, serta lama penyinaran. CROPWAT dimaksudkan

9

sebagai alat yang praktis untuk menghitung laju evapotranspirasi standar,
kebutuhan air tanaman dan pengaturan irigasi tanaman (Marica, 2000).

2.5

Koefisien Tanaman (KC)

Koefisien tanaman (KC) dapat diartikan dengan perbandingan antara besarnya
evapotranspirasi potensial dengan evaporasi acuan tanaman pada kondisi
pertumbuhan tanaman yang tidak terganggu. Nilai KC tergantung pada musim,
serta tingkat pertumbuhan tanaman karena erat kaitannya dengan pertumbuhan
dan perhitungan evapotranspirasi acuan tanaman (ET0) (Allen, et al., 1998).

2.6

Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air tanaman, dinyatakan sebagai jumlah satuan air yang diserap per
satuan berat kering yang dibentuk, atau banyaknya air yang diperlukan untuk
menghasilkan satu satuan berat kering tanaman. Kebutuhan air tanaman sama
dengan kehilangan air per satuan luas yang diakibatkan oleh kanopi tanaman
ditambah dengan hilangnya air melalui penguapan permukaan tanah pada luasan
tertentu (Jumin, 2005).
Kedelai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Oleh karena itu,
air sangat diperlukan sejak awal pertumbuhan sampai pada masa polong mulai
berisi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sejak tumbuh sampai pada fase
pengisian polong, keadaan tanah hendaknya cukup lembab, struktur tanah

10

gembur, dan cukup sinar matahari. Sedangkan pada saat kedelai memasuki proses
pemasakan polong, tanah harus dalam keadaan kering dan cukup sinar matahari
(AAK, 1989).

2.7

Irigasi Defisit

Irigasi defisit yang dilakukan secara tepat dapat meningkatkan kualitas tanaman.
Misalnya kandungan protein roti dari gandum, panjang dan kekuatan serat kapas,
dan konsentrasi sukrosa dari gula bit, semuanya meningkat dengan irigasi defisit
(Kirda, 2000 dalam Rosadi, 2012).
Menurut Nurhayati (2009) Cekaman air berpengaruh sangat nyata terhadap semua
komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai dan jumlah kebutuhan air
kumulatif tanaman kedelai umur 8 – 95 hari.
Menurut FAO (2000) dalam Rosadi (2012) penerapan irigasi defisit pada berbagai
fase pertumbuhan tanaman gandum dapat menghemat air antara 25 – 75 % tanpa
kehilangan hasil dan keuntungan.

2.8

Produktivitas Air Tanaman

Menurut Molden (2003) dalam Rosadi (2012) produktivitas air dengan dimensi kg
m-3 didefinisikan sebagai rasio antara massa dari hasil yang dapat dipasarkan
(mass of marketable yield, Ya) dengan volume air yang dikonsumsi oleh tanaman
(ETa):

11

WP = Ya/ETa..............(4)
Keragaman nilai kisaran produktivitas air tanaman dipengaruhi oleh kondisi iklim
wilayah, manajemen pemberian air serta pengelolaan hara tanaman. Berdasarkan
data FAO, kisaran nilai produktivitas air tanaman sangat tinggi memberikan
peluang untuk memberikan hasil yang lebih tinggi dengan mengurangi
penggunaan airnya sebesar 20-40% (Aqil dkk., 2009).

III.

3.1

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 – Desember 2014 di
Rumah Plastik Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung dan
Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian
Universitas Lampung.

3.2

Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

30 buah ember yang diisi dengan tanah, 27 buah akan ditanami kedelai dan 3
buah ditanami rumput sebagai kontrol.

2.

Timbangan untuk mengukur banyak air yang harus diberikan.

3.

Timbangan Analitik.

4.

Ayakan 3 mm untuk menyaring tanah.

5.

Oven untuk menghilangkan kadar air pada tanah.

6.

Tiga varietas kedelai yang digunakan yaitu Kaba, Willis, dan Tanggamus.

7.

Potongan bambu sepanjang 1,5 m sebanyak 54 buah sebagai ajir.

8.

Gelas ukur 1 liter dengan ketelitian 1 ml.

13

3.3

Metode Percobaan

Percobaan ini dilakukan dengan metode faktorial dalam Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu varietas kedelai yang terdiri dari tiga
varietas: Kaba, Tanggamus, dan Wilis dan defisit ETC yang terdiri dari 3 level: 1 x
ETC, 0,8 x ETC, dan 0,6 x ETC. Percobaan menggunakan tiga ulangan. Satuan
percobaan berupa ember. Tata letak dari satuan percobaan dapat dilihat pada
Gambar 1.

3.4

Tata Letak Satuan Percobaan

Gambar 1. Tata Letak Satuan Percobaan

14

3.5

Pelaksanaaan Penelitian

MULAI

Persiapan Media Tanam

Penanaman dan Perlakuan

Pemberian Air

Pengumpulan Data

Data Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman

Data Jumlah Siraman Air (Irigasi)

Analisis Data

Pembuatan Draft Laporan

SELESAI

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

3.5.1

Sifat Fisik Tanah

Data sifat fisik tanah diambil dari Balai Penelitian Tanah, Bogor, yaitu sebagai
berikut:

15

Tabel 2. Sifat Fisik Tanah
Uraian

Keterangan

Kapasitas Lapang (%)

32,95

Titik Layu Permanen (%)

24,05

Sumber: Balai Penelitian Tanah, Bogor (2013)

3.5.2

Persiapan Media Tanam

1. Tanah yang telah diambil langsung dikeringkan selama satu minggu,
kemudian dilakukan pengayakan dengan ayakan 3 mm yang diambil dari
Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
2. Disiapkan ember yang bersih dan telah diberi lubang drainase, serta telah
diberi label sesuai dengan perlakuan yang diberikan;
3. Sampel tanah diambil sebanyak 100 gram untuk dianalisis kadar air tanah
kering udara (TKU), sebelum TKU tersebut dimasukkan kedalam ember.
Pengukuran kadar air tanah dilakukan dengan cara gravimetrik. Pada
metode ini kandungan air dalam tanah (kelengasan tanah) dinyatakan
dalam persen berat air (dalam tanah tersebut) terhadap berat tanah kering
(kering oven, 100-110 oC). Rumus yang digunakan yaitu :
% kadar air =
Keterangan :

− �


� 100 %..................................................................(5)

BB = Berat basah (gr)
BK = Berat Kering (gr)
4. Berat ember kosong diukur;

16

5. Tanah kering udara dimasukkan kedalam ember sebanyak 7 kg;

3.5.3

Pemberian Air

Pemberian air dilakukan pada pagi hari. Banyaknya pemberian air dilakukan
dengan metode gravimetrik. Pada hari pertama seluruh perlakuan kandungan air
tanahnya dikembalikan pada Kapasitas Lapang (Field Capacity), untuk hari
selanjutnya sampai 2 minggu sebelum panen masing-masing perlakuan metode
pemberian airnya yaitu sebagai berikut:
1. ET1 = 1,0 x ETC;
2. ET2 =







� �

��1 (



3





)

x 0,8

3. ET3 (ulangan pertama sampai ketiga masing-masing varietas) =


3.5.4





� �

��1 (

3







)

x 0,6

Penanaman Benih

1. Benih kedelai yang akan digunakan sebelum ditanam direndam dalam air
selama 24 jam dengan tujuan untuk merangsang percepatan pertumbuhan
kotiledon. Setelah itu, dipilih yang tenggelam.
2. Benih kedelai ditanam antara 2-3 cm dalam ember yang telah dimasukkan
TKU. Benih yang ditanam pada tiap ember sebanyak 5 buah, setelah
benih berumur 2 minggu, dilakukan penjarangan menjadi dua tanaman
dalam tiap ember.

17

3.5.5


Pemeliharaan Tanaman

Pemberian Pupuk

Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK dengan dosis NPK 75 kg – 200 kg/ha,
atau setara dengan 0,375-1 g/ember. Pupuk diberikan setelah penanaman benih.
Pupuk diberikan dengan cara disebar secara merata keseluruh bagian tanah dalam
ember.


Pemberantasan Gulma

Penyiangan dilakukan saat gulma tumbuh disekitar tanaman.

Pemberian

insektisida juga dilakukan disesuaikan dengan keperluan, yaitu menurut intensitas
serangan atau populasi hama. Penyemprotan insektisida pada tanaman dilakukan
apabila terdapat tanda-tanda terserang penyakit sehingga tanaman bebas dari
serangan hama dan dapat berkembang dengan baik.

3.5.6


Pengambilan Data

Data ETC

ETC sama dengan air irigasi yang diberikan pada masing-masing perlakuan.


Produktivitas Air tanaman

Dihitung dengan persamaan:
WP = Ya/ETa.........................................................................(6)
-

Massa dari hasil yang dapat dipasarkan (mass of marketable yield, Ya)

-

Volume air yang dikonsumsi oleh tanaman (ETa)

18



Data Tanaman

Tabel 3. Pengamatan Data Tanaman
No Pengukuran Waktu
pengukuran

Alat yang
digunakan

Cara pengukuran

1 Tinggi
Tanaman

1 Minggu
Sekali
Selama 6
Minggu

Penggaris

diukur mulai dari pangkal
batang pada permukaan
tanah sampai ujung daun
tertinggi (titik tumbuh)

2 Jumlah
Daun

1 Minggu
Sekali
Selama 6
Minggu

-

Dihitung perhelai mulai
dari minggu pertama

3 Total Luas
Daun

1 Minggu
Sekali
Selama 6
Minggu

Penggaris

Setiap daun dalam tiap
tanaman diukur luasnya
kemudian dijumlahkan

4

Jumlah
Bunga

1 Minggu
Sekali
Selama 4
Minggu

-

Dihitung
mulai
dari
keluarnya bunga pertama
pada fase generatif

5

Jumlah
Polong

1 Minggu
Sekali
Selama 4
Minggu

-

Dihitung
mulai
dari
keluarnya polong pertama
pada fase generatif

6

Berat Biji

Setelah
Panen

Timbangan
Analitik

Ditimbang berat total biji
pada
masing-masing
perlakuan

3.6

Analisis Data

Data perhitungan dan pengamatan yang diperoleh akan dianalisis serta disajikan
dalam bentuk tabel, grafik dan uraian. Analisis statistik yang digunakan adalah

19

Analisis Ragam (Uji F), kemudian dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5
% dan 1%.

V.

5.1

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengaruh
defisit evapotranspirasi terhadap pertumbuhan dan produktivitas air tanaman
kedelai adalah:
1. Berdasarkan Total Luas Daun, varietas Kaba dan Wilis tanaman kedelai sudah
mulai tercekam pada minggu ke-2 pada perlakuan ET2 (0,8 x ETC), varietas
Tanggamus mulai tercekam pada minggu ke-3 pada perlakuan ET3 (0,6 x ETC).
Pada akhirnya berdasarkan produksi tanaman kedelai varietas Kaba dan
Tanggamus tetap tercekam pada perlakuan ET2 (0,8 x ETC) kecuali varietas
Wilis pada ET3 (0,6 x ETC).
2. Pada produktivitas air tanaman tidak berbeda nyata antar perlakuan kecuali
pada varietas Tanggamus perlakuan defisit ET3 (0,6 x ETC).
3. Varietas kaba mempunyai produksi yang paling tinggi yaitu sebesar 20,22
gram, sedangkan produktivitas air tanaman yang paling tinggi yaitu pada
varietas Wilis yaitu sebesar 0,5 kg.m-3.

65

5.2

Saran

Penelitian ini perlu dilakukan kembali dengan kontrol perlakuan yang lebih
intensif yaitu pada pagi, siang, dan sore hari serta untuk penerapannya
direkomendasikan menggunakan defisit evapotranspirasi ET2 (0,8) dalam
pemberian air (irigasi) untuk tanaman kedelai varietas Tanggamus, sedangkan
untuk varietas Kaba dan Wilis disarankan menggunakan defisit evapotranspirasi
ET3 (0,6).

66

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Kedelai. Kanisius:Yogyakarta. 83 hlm.
Allen, R.G., L.S. Pereira, D. Raes, and M. Smith. 1998.Crop Evapotranspiration:
Guidelines for computing crop water requirements. Irrigation and Drainage
Paper 56, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome,
300 p.
Aqil, M., I.U. Firmansyah, dan Nining N.A. 2009. Peluang Peningkatan Produksi
Pangan Melalui Penerapan Konsep Produktivitas Air Tanaman. Prosiding
Seminar Nasional Serealia: 200-205.
Departemen Pertanian. http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id. Diakses pada
tanggal 9 April 2014.
Islami, T., dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP :
Semarang Press. 297 hlm.
Jumin, H.B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. Rajagrafindo Persada : Jakarta. 250
hlm
Kirda, C. 2000. Deficit irrigation scheduling based on plant growth stages
showing water stress tolerance. Deficit Irrigation Practices. Water Reports
no. 22. FAO Rome, Italy. 8 hlm.
Marica, A., 2000. Short Description of CROPWAT Model. www.fao.org/ waicent/
faoinfo/ agricult/agl/aglw/cropwat.htm
Nurhayati, 2009. Pengaruh Cekaman Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai ( Glycine Max (L.) Merril). Jurnal Floratek
4:55-64
Rusono, N., A. Suanri, A. Candradijaya, A. Muharam, I. Martino, Tejaningsih,
P.U. Hadi, S.H. Susilowati, dan M. Maulana. 2013. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan Dan Pertanian 20152019. Direktorat Pangan dan Pertanian : Jakarta. 419 hlm.
Rosadi, R.A.B. 2012. Irigasi Defisit. Lembaga Penelitian Universitas Lampung :
Lampung. 101 hlm.
Suprapto, H.S. 2001. Bertanam Kedelai. Jakarta:Swadaya. 74 hlm.