Pengertian Pajak Konsep perpajakan menurut Abu Yusuf - Repository UIN Sumatera Utara Tesis M. Fauzan

BAB III PERPAJAKAN DALAM EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Pajak

Secara etimologi pajak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah daribah yang berasal dari kata daraba, darban, yang artinya mewajibkan, menetapkan menentukan, memukul, menerangkan, atau membebankan. 53 Dharibah tunggal atau daraib jama’ disebut beban karena merupakan kewajiban tambahan atas harta setelah zakat, sehingga dalam pelaksanannya akan dirasakan sebagai sebuah beban pikulan yang berat. Secara bahasa maupun tradisi, daribah dalam pengunannya memang mempunyai banyak arti, namun para ulama memakai ungkapan daribah untuk menyebut harta yang dipungut sebagai kewajiban. 54 Pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 55 Adapun beberapa pendapat ulama dan para ahli tentang pengertian pajak adalah sebagai berikut: 1. Pajak menurut Yusuf Qardhawi adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum disatu pihak dan untuk merealisasi sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh negara. 56 53 Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h. 27. 54 Ibid. 55 Undang-Undang, Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP, h. 2. 56 Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah, h. 31. 2. Abdul Qadim Zallum berpendapat. Pajak adalah harta yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada kaum Muslim untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos- pos pengeluaran yang memang diwajibkan atas mereka, pada kondisi baitul mal tidak ada uang harta. 57 3. Menurut S.I Djajaningrat, pajak adalah kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan , kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai hukuman menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. 58 4. Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R , pajak dapat diartikan adanya aliran dari sektor privat ke sektor publik secara dipaksakan yang dipungut berdasarkan keuntungan ekonomi tertentu dari nilai setara dalam rangka pemenuhan kebutuhan negara dan objek-objek sosial. 59 5. Menurut Prof. Dr. PJA. Andriani, pajak adalah iuran wajib pada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas pemerintah. 60 6. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasakan undang-undang yang dapat dipakasakan dengan tiada mendapat jasa timbul kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 61 Dari berbagai definisi pajak diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak memiliki unsur-unsur: 62 1. Iuran dari rakyat kepada negara. 57 Ibid., h. 32. 58 Diaz Priantara, Perpajakan Indonesia Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013, h. 2. 59 Ibid. 60 Bohari, Pengantar Hukum Pajak Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 23. 61 Mardiasmo, Perpajakan Yogyakarta: Andi Offset, 2009, h. 1. 62 Ibid. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang bukan barang. 2. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

B. Landasan Hukum