Produksi Ammonia dan Hidrogen Sulfida Ekskreta Ayam Broiler yang DIberi Tepung Kemangi (Ocimum basilicum) Dalam Pakan

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA
EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI
TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum)
DALAM PAKAN

SKRIPSI
RINI HIDAYATUN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN
RINI HIDAYATUN. D14103031. 2007. Produksi Ammonia dan Hidrogen
Sulfida Ekskreta Ayam Broiler yang diberi Tepung Kemangi (Ocimum
basilicum) dalam Pakan. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Niken Ulupi, MS
Pembimbing Anggota : Ir. Salundik, MSi
Dampak negatif usaha peternakan berkaitan dengan limbah ternak antara lain

berupa produksi ekskreta. Limbah tersebut menimbulkan bau dan menyebarkan gas.
Bau yang dikeluarkan berasal dari unsur nitrogen dan hidrogen sulfida. Kemangi
merupakan tanaman beraroma anggota famili lamiaceae. Aroma khas tersebut
muncul dari minyak atsiri kemangi. Ekstrak kemangi berkhasiat menyembuhkan
diare, obat disentri.
Pemberian tepung kemangi dalam pakan perlu diaplikasikan pada ayam
broiler di daerah tropis. Penggunaan minyak atsiri kemangi dalam pakan ternak
merupakan salah satu alternatif upaya pengelolaan dampak negatif bau dengan
harapan dapat mengurangi terbentuknya ekskreta ayam broiler yang cair.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui tingkat
pemberian tepung kemangi terhadap produksi NH3 dan H2S ekskreta ayam broiler.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi
Ternak Unggas Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium
Toksikologi Balai Penelitian Veteriner pada bulan Juli sampai September 2006.
Penelitian menggunakan 128 ekor DOC ayam broiler strain Cobb, pakan komersial
dan tepung kemangi (O basilicum). Tepung kemangi diberikan sejak DOC sampai
ayam berumur 37 hari. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Acak lengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan (terdiri dari pakan komersial + 0%
tepung kemangi (TK0); + 1% tepung kemangi (TK1); + 2% tepung kemangi (TK2);
dan + 3% tepung kemangi (TK3) dengan 4 ulangan. Masing-masing ulangan diambil

3 ekor ayam untuk dijadikan sampel setelah ayam berumur lima minggu. Data
dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
Dari hasil penelitian ini pemberian tepung kemangi sampai 3% dalam pakan
menghasilkan produksi NH3 ekskreta ayam broiler yang masih berada pada batas
aman bagi ayam. Produksi total gas H2S ekskreta ayam broiler berkisar antara 1,261,37 ppm. Kadar air ekskreta ayam broiler tiap perlakuan berkisar antara 81,3681,86%. Pemberian tepung kemangi dalam pakan tidak menurunkan bobot badan
akhir ayam broiler.
Kata-kata kunci: kemangi, (Ocimum basilicum),ammonia, hidrogen sulfida, ekskreta

ABSTRACT
Production Ammonia and Hydrogen Sulfida of Ekskreta Broiler Given
Kemangi Meal (Ocimum basilicum) in Diets
Hidayatun Rini, Niken Ulupi, and Salundik
This reseach was conducted to determine the effect of suplementation kemangi
meal (O basilicum) on the production of ammonia and hidrogen sulfida of ekskreta’s
broiler. For five week feeding trial used Completely Randomized Design, all of
broiler chicks (128 broiler) were allocated to four treatments and seven days of
incubation. The treatment were TK0 (0% kemangi meal), TK1 (1% kemangi meal),
TK2 (2% kemangi meal), and TK3 (3% kemangi meal). After five weeks, 38 out of
128 chicken were moved into 16 cage. Ammonia and hydrogen sulfide were analized
and calculated percentage of ekskreta’s broiler. The result showed that production

NH3 ekskreta’s broiler at kemangi gift until 3% in diets still in normal boundary.
Like also NH3, H2S is still in normal boundary too. Production H2S ekskreta broiler
ranging from 1,26-1,37 ppm. At all of treatment level, production NH3 and H2S tend
to increase in the early incubation and downhill by the end of incubation. Rate
moisture content of ekskreta broiler to move 81.36%-81.86%. Kemangi meal in
ransum didn’t have any effect (P>0,05) on final body weight of broiler which
breeding in litter.
Keywords : kemangi (O basilicum),ammonia, hydrogen sulfide, ekskreta

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA
EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI
TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum)
DALAM PAKAN

RINI HIDAYATUN
D14103031

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA
EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI
TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum)
DALAM PAKAN

Oleh:
RINI HIDAYATUN
D14103031

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 23 Februari 2007

Pembimbing Utama


Pembimbing Anggota

Ir. Niken Ulupi, MS
NIP. 131 284 604

Ir. Salundik, MSi
NIP. 131 839 217

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur. Sc
NIP 131 624 188

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Maret 1985 di desa Kutosari, Kecamatan
Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak keempat
dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Soenarto dan Ibu Sudarti Martingsih.
Pendidikan kanak-kanak diselesaikan di TK Aisiyah Bustanul Atfhal I pada

tahun 1990-1991, dilanjutkan dengan pendidikan dasar pada SDN Kutosari I pada
tahun 1991-1997. Sekolah lanjutan tingkat pertama lulus pada tahun 1999 di SLTPN
I Kebumen, kemudian dilanjutkan ke SMUN I Kebumen dan lulus pada tahun 2003.
Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)
pada tahun 2003. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi
Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut
Pertanian Bogor angkatan 2003 (40).
Selama mengikuti perkuliahan di IPB penulis aktif di beberapa kegiatan
kemahasiswaan yaitu Famm Al An’am 2003/2004 dan Badan Eksekutif Mahasiswa,
Fakultas Peternakan IPB tahun 2004-2006. Penulis juga aktif dalam perkumpulan
mahasiswa Kebumen di Bogor (FORKOMA). Selain itu, penulis juga berperan aktif
dalam berbagai kepanitiaan kegiatan di dalam dan luar fakultas.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas besarnya limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi,
penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi dengan judul Produksi Ammonia dan Hidrogen Sulfida Ekskreta
Ayam Broiler yang diberi Tepung Kemangi (Ocimum Basilicum) dalam Pakan ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini
merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan. Skripsi ini
disusun dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai masalah pencemaran
yang ditimbulkan gas NH3 dan H2S ekskreta ayam broiler.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan
dan peternakan serta menjadi catatan amalan shaleh. Amien.
Tak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Allah Yang Maha Pemurah dan
Penyayang yang akan membalasnya.

Bogor, Februari 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .........................................................................................


i

ABSTRACT ............................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ............................................................................

iv

DAFTAR ISI ...........................................................................................

v

DAFTAR TABEL ...................................................................................


vii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

ix

PENDAHULUAN ....................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................
Perumusan Masalah .....................................................................
Tujuan ..........................................................................................
Manfaat ........................................................................................
Hipotesis ......................................................................................


1
2
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

4

Ayam Broiler ...............................................................................
Ekskreta Ayam .............................................................................
Metabolisme Protein ....................................................................
Pencemaran Gas ............................................................................
Ammonia (NH3) ...........................................................................
Hidrogen Sulfida (H2S).................................................................
Kemangi (Ocimum basilicum) ......................................................

4

4
5
6
7
8
9

METODE .................................................................................................

12

Lokasi dan Waktu .........................................................................
Materi ..........................................................................................
Rancangan Percobaan ..................................................................
Peubah yang Diamati .......................................................
Analisis Data ...................................................................
Prosedur ........................................................................................

12
12
13
13
13
13

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

18

Kandungan Pakan ........................................................................
Produksi NH3 ........................................................................... ....
Produksi H2S .................................................................................
Kadar Air Ekskreta Ayam Broiler ................................................
Bobot Badan Akhir Ayam Broiler ...............................................

18
19
22
25
25

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

27

Kesimpulan .................................................................................
Saran ...........................................................................................

27
27

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

29

LAMPIRAN .............................................................................................

32

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas ..................

5

2. Batas Aman dan Kematian akibat Gas yang Merugikan di Kandang Ayam ...................................................................................

6

3. Baku Mutu Ambient dan Emisi Gas NH3 dan H2S ......................

7

4. Ambang Batas Kadar NH3 pada Manusia dan Ternak ................

7

5. Ambang Batas Toleransi Gas Hidrogen Sulfida ..........................

8

6. Komposisi Nilai Gizi Daun Kemangi (O. basilicum) Perseratus
Gram Bahan ..................................................................................

11

7. Kandungan Zat Nutrisi Tepung Kemangi ....................................

18

8. Kandungan Zat Nutrisi Pakan Penelitian ......................................

18

9. Total Produksi NH3 Ekskreta Ayam Broiler selama Tujuh Hari
Inkubasi .........................................................................................

19

10. Total Produksi H2S Ekskreta Ayam Broiler selama Tujuh Hari
Inkubasi ........................................................................................
11. Rataan Kadar Air Ekskreta Ayam Broiler ...................................

23
25

12. Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler ...................................

26

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA
EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI
TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum)
DALAM PAKAN

SKRIPSI
RINI HIDAYATUN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN
RINI HIDAYATUN. D14103031. 2007. Produksi Ammonia dan Hidrogen
Sulfida Ekskreta Ayam Broiler yang diberi Tepung Kemangi (Ocimum
basilicum) dalam Pakan. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Niken Ulupi, MS
Pembimbing Anggota : Ir. Salundik, MSi
Dampak negatif usaha peternakan berkaitan dengan limbah ternak antara lain
berupa produksi ekskreta. Limbah tersebut menimbulkan bau dan menyebarkan gas.
Bau yang dikeluarkan berasal dari unsur nitrogen dan hidrogen sulfida. Kemangi
merupakan tanaman beraroma anggota famili lamiaceae. Aroma khas tersebut
muncul dari minyak atsiri kemangi. Ekstrak kemangi berkhasiat menyembuhkan
diare, obat disentri.
Pemberian tepung kemangi dalam pakan perlu diaplikasikan pada ayam
broiler di daerah tropis. Penggunaan minyak atsiri kemangi dalam pakan ternak
merupakan salah satu alternatif upaya pengelolaan dampak negatif bau dengan
harapan dapat mengurangi terbentuknya ekskreta ayam broiler yang cair.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui tingkat
pemberian tepung kemangi terhadap produksi NH3 dan H2S ekskreta ayam broiler.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi
Ternak Unggas Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium
Toksikologi Balai Penelitian Veteriner pada bulan Juli sampai September 2006.
Penelitian menggunakan 128 ekor DOC ayam broiler strain Cobb, pakan komersial
dan tepung kemangi (O basilicum). Tepung kemangi diberikan sejak DOC sampai
ayam berumur 37 hari. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Acak lengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan (terdiri dari pakan komersial + 0%
tepung kemangi (TK0); + 1% tepung kemangi (TK1); + 2% tepung kemangi (TK2);
dan + 3% tepung kemangi (TK3) dengan 4 ulangan. Masing-masing ulangan diambil
3 ekor ayam untuk dijadikan sampel setelah ayam berumur lima minggu. Data
dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
Dari hasil penelitian ini pemberian tepung kemangi sampai 3% dalam pakan
menghasilkan produksi NH3 ekskreta ayam broiler yang masih berada pada batas
aman bagi ayam. Produksi total gas H2S ekskreta ayam broiler berkisar antara 1,261,37 ppm. Kadar air ekskreta ayam broiler tiap perlakuan berkisar antara 81,3681,86%. Pemberian tepung kemangi dalam pakan tidak menurunkan bobot badan
akhir ayam broiler.
Kata-kata kunci: kemangi, (Ocimum basilicum),ammonia, hidrogen sulfida, ekskreta

ABSTRACT
Production Ammonia and Hydrogen Sulfida of Ekskreta Broiler Given
Kemangi Meal (Ocimum basilicum) in Diets
Hidayatun Rini, Niken Ulupi, and Salundik
This reseach was conducted to determine the effect of suplementation kemangi
meal (O basilicum) on the production of ammonia and hidrogen sulfida of ekskreta’s
broiler. For five week feeding trial used Completely Randomized Design, all of
broiler chicks (128 broiler) were allocated to four treatments and seven days of
incubation. The treatment were TK0 (0% kemangi meal), TK1 (1% kemangi meal),
TK2 (2% kemangi meal), and TK3 (3% kemangi meal). After five weeks, 38 out of
128 chicken were moved into 16 cage. Ammonia and hydrogen sulfide were analized
and calculated percentage of ekskreta’s broiler. The result showed that production
NH3 ekskreta’s broiler at kemangi gift until 3% in diets still in normal boundary.
Like also NH3, H2S is still in normal boundary too. Production H2S ekskreta broiler
ranging from 1,26-1,37 ppm. At all of treatment level, production NH3 and H2S tend
to increase in the early incubation and downhill by the end of incubation. Rate
moisture content of ekskreta broiler to move 81.36%-81.86%. Kemangi meal in
ransum didn’t have any effect (P>0,05) on final body weight of broiler which
breeding in litter.
Keywords : kemangi (O basilicum),ammonia, hydrogen sulfide, ekskreta

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA
EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI
TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum)
DALAM PAKAN

RINI HIDAYATUN
D14103031

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA
EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI
TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum)
DALAM PAKAN

Oleh:
RINI HIDAYATUN
D14103031

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 23 Februari 2007

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Niken Ulupi, MS
NIP. 131 284 604

Ir. Salundik, MSi
NIP. 131 839 217

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur. Sc
NIP 131 624 188

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Maret 1985 di desa Kutosari, Kecamatan
Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak keempat
dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Soenarto dan Ibu Sudarti Martingsih.
Pendidikan kanak-kanak diselesaikan di TK Aisiyah Bustanul Atfhal I pada
tahun 1990-1991, dilanjutkan dengan pendidikan dasar pada SDN Kutosari I pada
tahun 1991-1997. Sekolah lanjutan tingkat pertama lulus pada tahun 1999 di SLTPN
I Kebumen, kemudian dilanjutkan ke SMUN I Kebumen dan lulus pada tahun 2003.
Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)
pada tahun 2003. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi
Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut
Pertanian Bogor angkatan 2003 (40).
Selama mengikuti perkuliahan di IPB penulis aktif di beberapa kegiatan
kemahasiswaan yaitu Famm Al An’am 2003/2004 dan Badan Eksekutif Mahasiswa,
Fakultas Peternakan IPB tahun 2004-2006. Penulis juga aktif dalam perkumpulan
mahasiswa Kebumen di Bogor (FORKOMA). Selain itu, penulis juga berperan aktif
dalam berbagai kepanitiaan kegiatan di dalam dan luar fakultas.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas besarnya limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi,
penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi dengan judul Produksi Ammonia dan Hidrogen Sulfida Ekskreta
Ayam Broiler yang diberi Tepung Kemangi (Ocimum Basilicum) dalam Pakan ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini
merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan. Skripsi ini
disusun dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai masalah pencemaran
yang ditimbulkan gas NH3 dan H2S ekskreta ayam broiler.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan
dan peternakan serta menjadi catatan amalan shaleh. Amien.
Tak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Allah Yang Maha Pemurah dan
Penyayang yang akan membalasnya.

Bogor, Februari 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .........................................................................................

i

ABSTRACT ............................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ............................................................................

iv

DAFTAR ISI ...........................................................................................

v

DAFTAR TABEL ...................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

ix

PENDAHULUAN ....................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................
Perumusan Masalah .....................................................................
Tujuan ..........................................................................................
Manfaat ........................................................................................
Hipotesis ......................................................................................

1
2
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

4

Ayam Broiler ...............................................................................
Ekskreta Ayam .............................................................................
Metabolisme Protein ....................................................................
Pencemaran Gas ............................................................................
Ammonia (NH3) ...........................................................................
Hidrogen Sulfida (H2S).................................................................
Kemangi (Ocimum basilicum) ......................................................

4
4
5
6
7
8
9

METODE .................................................................................................

12

Lokasi dan Waktu .........................................................................
Materi ..........................................................................................
Rancangan Percobaan ..................................................................
Peubah yang Diamati .......................................................
Analisis Data ...................................................................
Prosedur ........................................................................................

12
12
13
13
13
13

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

18

Kandungan Pakan ........................................................................
Produksi NH3 ........................................................................... ....
Produksi H2S .................................................................................
Kadar Air Ekskreta Ayam Broiler ................................................
Bobot Badan Akhir Ayam Broiler ...............................................

18
19
22
25
25

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

27

Kesimpulan .................................................................................
Saran ...........................................................................................

27
27

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

29

LAMPIRAN .............................................................................................

32

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas ..................

5

2. Batas Aman dan Kematian akibat Gas yang Merugikan di Kandang Ayam ...................................................................................

6

3. Baku Mutu Ambient dan Emisi Gas NH3 dan H2S ......................

7

4. Ambang Batas Kadar NH3 pada Manusia dan Ternak ................

7

5. Ambang Batas Toleransi Gas Hidrogen Sulfida ..........................

8

6. Komposisi Nilai Gizi Daun Kemangi (O. basilicum) Perseratus
Gram Bahan ..................................................................................

11

7. Kandungan Zat Nutrisi Tepung Kemangi ....................................

18

8. Kandungan Zat Nutrisi Pakan Penelitian ......................................

18

9. Total Produksi NH3 Ekskreta Ayam Broiler selama Tujuh Hari
Inkubasi .........................................................................................

19

10. Total Produksi H2S Ekskreta Ayam Broiler selama Tujuh Hari
Inkubasi ........................................................................................
11. Rataan Kadar Air Ekskreta Ayam Broiler ...................................

23
25

12. Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler ...................................

26

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Daun Kemangi (Ocimum basilicum) ............................................

9

2. Alat Inkubasi Ekskreta dalam Kondisi Aerobik untuk Pengikatan
Gas Ammonia dan Hidrogen Sulfida ..........................................

15

3. Pola Pelepasan GasAmmonia (NH3) Ekskreta Ayam Broiler .....

21

4. Pola Pelepasan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) Ekskreta Ayam
Broiler ..........................................................................................

24

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Penyiapan Pereaksi ......................................................................

32

2. Penghitungan Kandungan Gas Hidrogen Sulfida .........................

34

3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Gas Ammonia ..................................

35

4. Analisis Ragam Bobot Badan Akhir ............................................

35

5. Perhitungan Produksi Gas Ammonia dalam Kandang .................

36

6. Perhitungan Produksi Gas Hidrogen Sulfida dalam Kandang ......

36

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi ayam ras pedaging di Bogor tahun 2003 mencapai 14,20%
(33.864.778 ekor) dari produksi ayam ras pedaging di Jawa Barat. Data Statistik
Peternakan (2005) menunjukkan bahwa pada tahun 2005 populasi ayam ras pedaging
di propinsi Jawa Barat mencapai angka 44,63% (385.680.666) dari populasi ayam ras
pedaging di Indonesia. Angka ini merupakan penyumbang terbesar kebutuhan daging
ayam di Indonesia. Ketersediaan populasi ayam broiler tersebut digunakan untuk
mencukupi kebutuhan konsumen Bogor dan sekitarnya.
Dampak negatif usaha peternakan berkaitan dengan limbah ternak antara lain
berupa produksi ekskreta. Limbah tersebut menimbulkan bau dan menyebarkan gas.
Bau yang dikeluarkan diantaranya berasal dari unsur nitrogen dan sulfida. Unsur
tersebut akan membentuk gas NH3, nitrat, nitrit, dan gas hidrogen sulfida selama
proses penguraian. Udara yang tercemar gas NH3 dan sulfida dapat menyebabkan
gangguan kesehatan ternak dan masyarakat di sekitar peternakan.
Ayam bersifat homeothermic (berdarah panas), artinya ayam harus
mempertahankan suhu tubuh untuk hidup dan berproduksi secara efisien. Ayam
berupaya menjaga suhu tubuhnya tetap dalam kisaran 40,6-41,7°C. Ayam akan
mencegah kenaikan suhu dengan memperlambat laju metabolisme dan mengurangi
konsumsi pakan. Suhu lingkungan antara 18-21°C merupakan suhu yang sesuai
(thermoneutral zone) untuk pertumbuhan optimal ayam (North dan Bell, 1990).
Ayam di daerah panas mengalami stres yang ditimbulkan oleh suhu
lingkungan yang tinggi. Suhu rata-rata daerah tropis berkisar antara 20,63-33,30oC,
dengan rata-rata 26,81ºC (BPS, 2004). Suhu lingkungan yang fluktuatif
menyebabkan stres pada ayam meningkat, daya tahan tubuh menurun, mudah
terserang penyakit, sehingga produktivitas ayam menurun. Dampak dari suhu tinggi,
konsumsi air minum ayam meningkat untuk menurunkan cekaman panas. Ekskreta
menjadi lebih cair dan menimbulkan pencemaran bau.
Upaya penanggulangan bau ekskreta ayam dengan menggunakan zeolit,
kapur, dan mikroba telah dicoba. Bahan tersebut dapat mengurangi produksi gas NH3
dan sulfida. Salah satu alternatif lain untuk menanggulangi kondisi tersebut dengan
memberikan tepung kemangi dalam pakan ternak.

1

Kemangi merupakan anggota famili lamiaceae yang berarti kelompok
tanaman dengan bunga berbibir. Nama genus kemangi adalah ocimum yang berarti
tanaman beraroma (Sutarno dan Atmowidjojo, 2001; Massimo et al., 2004). Aroma
khas tersebut muncul dari daun kemangi. Kemangi terbukti dapat mengatasi masalah
pencernaan pada manusia, meningkatkan kecernaan dan penyerapan. Ekstrak
kemangi berkhasiat menyembuhkan diare, obat disentri, dan juga dapat mengatasi
albuminaria, yaitu adanya produksi albumin di dalam urin (Telci et al., 2006).
Pemberian tepung kemangi dalam pakan perlu diaplikasikan pada ayam
broiler di daerah tropis. Penggunaan minyak atsiri kemangi dalam pakan ternak
merupakan salah satu alternatif upaya pengelolaan dampak negatif bau dengan
harapan dapat mengurangi terbentuknya ekskreta ayam broiler yang cair.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui tingkat
pemberian tepung kemangi terhadap produksi NH3 dan H2S ekskreta ayam broiler.
Perumusan Masalah
Pemeliharaan ayam broiler antara lain dihadapkan pada masalah yang
disebabkan oleh praktek manajemen, salah satu contohnya adalah manajemen
perkandangan dan penanganan limbah. Ekskreta ayam broiler yang lebih cair karena
meningkatnya konsumsi air minum pada suhu lingkungan yang tinggi menimbulkan
bau sebagai dampak dari produksi gas ammonia dan hidrogen sulfida.
Kemangi sebagai salah satu tanaman herbal digunakan untuk menunjang
produktivitas ternak unggas. Tanaman herbal memiliki kemampuan yang cukup baik
dan tidak menimbulkan residu bagi tubuh ternak maupun manusia yang
mengkonsumsinya. Kemangi mempunyai kemampuan menurunkan suhu tubuh pada
manusia, membantu pencernaan dan menyembuhkan diare. Perumusan masalah
dalam penelitian ini mengacu pada point berikut:
1. Apakah pemberian tepung kemangi dalam pakan ayam broiler dapat
menurunkan produksi ammonia dan hidrogen sulfida serta kadar air ekskreta
ayam broiler?
2. Apakah pemberian tepung kemangi dalam pakan ayam broiler dapat
menurunkan bobot badan akhir ayam broiler?

2

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemberian tepung kemangi
dalam pakan terhadap produksi NH3, H2S, kadar air ekskreta dan bobot badan akhir
ayam broiler.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi mengenai masalah
pencemaran yang ditimbulkan gas NH3 dan H2S ekskreta ayam broiler.
Hipotesis
Pemberian tepung kemangi sampai 3 % dalam pakan dapat mengurangi
produksi NH3, H2S, dan kadar air ekskreta ayam broiler akan tetapi pemberian
tepung kemangi dalam pakan tidak menurunkan bobot badan akhir ayam broiler.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Menurut North dan Bell (1990) ayam pedaging dibedakan menjadi tiga kelas
yaitu broiler, roaster, dan capon. Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang
dijual pada umur sekitar 7 minggu dan dikonsumsi dengan cara dipanggang.
Umumnya ayam broiler dijual saat bobot badan mencapai sekitar 1,8 kg. Ensminger
(1992) menambahkan ayam broiler adalah ayam muda berumur 6-9 minggu dengan
jenis kelamin yang berbaur dalam pemeliharaanya. Ciri-ciri ayam broiler
mempunyai tekstur kulit dan daging yang lembut, serta tulang dada merupakan
tulang rawan yang fleksibel.
Ayam ras pedaging disebut juga ayam broiler, merupakan jenis ras unggulan
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging. Pemeliharaannya pun relatif singkat, sekitar 56 minggu dengan bobot badan 1,3-1,75 kg sudah dapat dipanen (Prihatman, 2002).
Roaster juga merupakan ayam pedaging yang dikonsumsi dengan cara
dipanggang dengan bobot potong sekitar 2,95 kg (North dan Bell, 1990). Menurut
Ensminger (1992) roaster lebih berat dan lebih tua dibanding broiler. Pemeliharaan
roaster dengan kedua jenis kelamin berbaur sampai umur 9-11 minggu dan bobot
badan mencapai 2,7-3,6 kg.
Capons dikembangkan dengan karakteristik jantan kebiri yang berpial lebih
pucat dan kecil. Daging capons lebih gelap dibanding daging ayam broiler pada
umur yang sama. Capons dipasarkan saat berumur 20-24 minggu dengan bobot
badan 5,4-6,3 kg (Ensminger, 1992).
Ekskreta Ayam
Ekskreta merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang berasal dari
pakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil metabolisme
(Ensminger,1992). Jumlah dan komposisi ekskreta yang diproduksi berbeda-beda
tergantung jenis unggas, bobot badan, waktu pengambilan ekskreta, jenis dan jumlah
pakan, dan cuaca (Muller,1980; Ensminger,1992). Jumlah ekskreta murni tanpa
adanya litter dapat dilihat pada Tabel 1.

4

Tabel 1. Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas
Jenis
Unggas
Ayam
petelur
Ayam
broiler
Kalkun

Jumlah
Ternak
(ekor)
100

Rata-rata
bobot badan
(kg)
2,0

Waktu
Periode

Jumlah
ekskreta (kg)

12 bulan

1.091

Jumlah ekskreta
(g/ekor/hari/BB)
*
15

1000

1,8

9 minggu

1.227

11

1000

3,6

16 minggu

1.964

4,9

Sumber : Ensminger (1992)
* Data diolah

Ekskreta ayam terdiri dari sisa pakan dan serat yang tidak tercerna. Ekskreta
ayam mengandung protein, karbohidrat, lemak dan senyawa lain (Rohaeni,2005).
Kadar air yang yang diproduksi pada ekskreta broiler berkisar antara 60-80%
(Leeson dan Summers, 2000).
Sumber pencemaran dari ekskreta ayam broiler berkaitan dengan unsur
nitrogen dan sulfida yang terkandung di dalamnya. Selama penumpukan ekskreta
terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganisme membentuk gas ammonia, nitrat,
nitrit, dan gas sulfida. Gas-gas tersebut menyebabkan bau. Kandungan gas ammonia
yang tinggi dalam ekskreta menunjukkan kurang sempurnanya proses pencernaan
atau protein yang berlebihan dalam pakan ternak, sehingga tidak semua dapat
terabsorsi tetapi dikeluarkan sebagai ammonia dalam ekskreta (Rohaeni,2005).
Muller (1980) menyatakan bahwa rataan kandungan protein kasar ekskreta
ayam adalah 30% dalam kisaran antara 18-40%. Jumlah tersebut terdiri dari 37- 45%
protein murni, 28-50% asam urat, 8-15% ammonia, 3-10% urea dan komponen
nitrogen lainnya. Kandungan protein kasar ekskreta ayam broiler yang dipelihara
dengan sistem kandang litter berkisar antara 18-30% (Ensminger, 1992).
Metabolisme Protein
Protein yang dikonsumsi oleh unggas akan dicerna menjadi struktur yang
lebih sederhana, sehingga dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh. Protein dan
asam amino dalam pakan dicerna dan diserap dalam usus kemudian dibawa ke hati
untuk disintesis. Sebagian protein hasil sintesis dalam hati yang tidak diserap dalam
usus, disalurkan menuju ginjal untuk sintesis asam urat yang dikeluarkan bersama
ekskreta (Leeson et al., 1995).

5

Proses degradasi sisa metabolisme menjadi ammonia dipengaruhi oleh
kelembaban, suhu, pH, bahan litter, komposisi pakan, kepadatan ternak, dan sirkulasi
ventilasi dalam kandang (Suryana, 2002; Estevez, 2002).
Protein diubah menjadi asam amino oleh beberapa reaksi hidrolisis serta
enzim-enzim yang bersangkutan dalam proses pencernaan makanan. Enzim yang
bekerja pada proses hidrolisis protein antara lain pepsin, tripsin, kimotripsin,
karboksi peptidase, tripeptidase, amino peptidase, dan dipeptidase (Leeson et al.,
1995).
Ada tiga kemungkinan mekanisme penguraian protein menurut Poedjiadi
(1994) yaitu 1) Komponen sel mati mengalami proses penguraian dan dibentuk selsel baru, 2) Protein mengalami proses penguraian dan terjadi sintesis protein baru
tanpa ada sel yang mati, 3) Protein dikeluarkan dari dalam sel dan diganti dengan
sintesis protein baru.
Pencemaran Gas
Gas berbahaya yang sering ditemukan dalam kandang antara lain NH3, H2S,
CO2, dan metana. Pada konsentrasi tertentu, gas-gas tersebut dapat menyebabkan
kematian (North dan Bell,1990). Batas konsentrasi tersebut disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Batas Aman dan Kematian akibat Gas yang Merugikan di Kandang
Ayam
Jenis Gas

Batas Kematian
(%)

Batas Aman
(%)

(ppm)

Ammonia

Diatas 0,05

Dibawah 0,0025

Dibawah 25

Hidrogen Sulfida

Diatas 0,05

Dibawah 0,004

Dibawah 40

Carbon dioksida

Diatas 30,00

Dibawah 1

Dibawah10.000

Methana

Diatas 5

Dibawah 5

Dibawah 50.000

Sumber: North dan Bell (1990)

Di Indonesia, baku mutu gas ammonia dan hidrogen sulfida di udara
dijelaskan dalam surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup No. KEP 03/MENKHL/II/1991 dalam Wahyuni (2002) dapat dilihat pada
Tabel 3.

6

Tabel 3. Baku Mutu Ambient dan Emisi Gas NH3 dan H2S
Konsentrasi Gas
Ketentuan

NH3

H2S

2 ppm/24 jam

0,03/30 menit

-

-

Ringan

5 ppm

6,25 ppm

Ketat

1 ppm

5 ppm

Baku mutu udara ambient
Baku mutu udara emisi

Sumber : Wahyuni (2002)

Ammonia (NH3)
Rachmawati (2000) menyebutkan bahwa NH3, H2S, dan gas CO2 seringkali
menyebabkan masalah bagi kesehatan ternak, peternak, dan lingkungan sekitar.
Beberapa penelitian tentang pengaruh NH3 terhadap ternak unggas telah dilaporkan,
diantaranya dapat menurunkan rata-rata pertumbuhan dapat mengurangi effisiensi
pakan, merusak saluran pernafasan (Cronic Respiratory Disease) dan meningkatkan
aktivitas virus ND (New Castle Disease).
Ayam broiler merupakan salah satu jenis ternak yang menghasilkan ekskreta
dengan ammonia relatif lebih tinggi dibanding ternak lainnya, karena ayam broiler
mengkonsumsi protein lebih tinggi untuk kebutuhan hidup. Batas toleransi kadar
NH3 pada ayam disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Ambang Batas Kadar NH3 pada Manusia dan Ternak
Kadar NH3 (ppm)

Pengaruh

5

Mulai timbul iritasi pada mukosa mata dan saluran
pernafasan ayam

11

Penurunan produktivitas ayam

25

Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 8 jam

36

Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 10 menit

50

Penurunan produktivitas ayam dan pembengkakan bursa
fabricious

Sumber: Pauzenga (1991)

Konsentrasi NH3 dalam kandang dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi,
kandang, tata laksana perkandangan, penanganan kotoran ternaknya, jumlah kotoran
dalam kandang, serta temperatur, dan kelembaban yang tinggi. Konsentrasi NH3
meningkat sejalan dengan dengan meningkatnya kelembaban, pH, dan temperatur
kandang, serta populasi mikroorganisme (Rohaeni, 2005).

7

Kususiyah (1992), menyebutkan bahwa penggunaan zeolit dalam litter
dengan taraf 2,5 kg/m2 dapat mengurangi kelembaban litter, dan cenderung
menurunkan kandungan ammonia udara kandang. Azhari (1995) juga menyebutkan
penaburan zeoilt 15 dan 30% dapat mengurangi tingkat kandungan gas ammonia
masing-masing selama 6-10 hari.
Upaya penanggulangan dampak negatif bau dengan zat imbuhan pada pakan
ternak juga telah dilakukan Nurlelasari (2005). Air rebusan daun batang sambiloto
dengan konsentrasi 15 gram/2 liter air yang direbus selama 5 menit dan diberikan
dengan dosis 7,5-22,5 ml/ekor/hari tidak berpengaruh terhadap kandungan ammonia
ekskreta ayam petelur strain Hy Line umur 33-40 minggu.
Hidrogen Sulfida (H2S)
Bau yang keluar bersama ekskreta ayam sulit diukur karena terdiri dari
beberapa senyawa. Hidrogen sulfida, dan disulfida disebut sebagai salah satu
senyawa penyebab bau busuk, demikian juga indol, skatol, dan senyawa lainnya juga
berperan secara bersamaan (Overcash et al., 1983).
Asam amino cystine dan methionine mengandungi sulfur, termasuk semua
polipeptida, protein, dan enzim yang mengandungi asam amino ini. Cystine mulamula akan direduksi menjadi dua molekul cystine kemudian diubah menjadi H2S,
NH3, asam asetat, dan asam format pada kondisi aerob. Cystine terdeaminasi
melepaskan H2S pada kondisi aerobik. Adanya oksigen menyebabkan gas H2S
dengan cepat teroksidasi menjadi sulfat (Pelczar dan Chan,1986). Pauzenga (1991)
menjelaskan bahwa gas hidrogen sulfida tidak saja bersifat toksik terhadap ternak
tetapi juga berbahaya terhadap manusia (Tabel 5).
Tabel 5. Ambang Batas Gas Hidrogen Sulfida
Konsentrasi H2S

Gejala yang tampak

10 ppm

Iritasi mata

20 ppm

Iritasi mata hidung dan tenggorokan

50-100 ppm

Mual muntah dan diare

200 ppm/jam

Pusing depresi dan rentan pneumonia

500 ppm/330 menit

Mual muntah dan pingsan

600 ppm

Dapat menimbulkan kematian

Sumber: Pauzenga (1991)

8

Azhari (1995) menyebutkan penaburan zeoilt 15 dan 30% dapat mengurangi
kandungan H2S ekskreta ayam broiler masing-masing selama 6-8 hari. Disebutkan
pula penaburan klorin 1000 ppm dapat mengurangi kandungan gas ammonia dan H2S
ayam broiler selama 6 hari. Wahyuni (2002) menambahkan bahwa penaburan
klinofeed (mineral dengan struktur kristal yang telah diaktivasi) pada ekskreta ayam
hingga taraf 5% mampu menyerap gas ammonia dan hidrogen sulfida, sehingga
menurunkan kandungan gas ammonia dan hidrogen sulfida yang dilepas oleh
ekskreta ayam.
Kemangi (Ocimum basillicum)
Kemangi dalam taksonomi tanaman termasuk dalam famili lamiaceae,
spesies O. basilicum (Sutarno dan Atmowidjojo, 2001). Menurut Agusta (2000)
kemangi termasuk divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas
Dicotyledonae, famili Solanales, ordo Labiatae, genus Ocimum.
Kemangi merupakan tanaman setahun yang tumbuh tegak dengan cabang
banyak. Daunnya tunggal, berhadapan, bentuk bulat telur, bagian tepi bergerigi,
berwarna hijau, dan berbau aromatis khas kemangi. Bentuk daun oval mungil dan
berbulu halus di permukaan bagian bawah (Her, 2002). Bunga majemuk berbentuk
malai, kelopak berwarna hijau, mahkota dan benang sari berwarna putih. Tinggi
tanaman antara 60-70 cm (Massimo et al., 2004). Berikut disajikan gambar tanaman
kemangi (O. basilicum) pada Gambar 1.

Gambar 1. Daun Kemangi (O. basilicum)

9

Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh yang rumit, sehingga dapat ditanam
di berbagai daerah, khususnya yang bertanah asam. Pada daerah tropis dan subtropis,
kemangi dapat tumbuh antara 5-30°C dan optimum kira-kira pada 20°C (Sutarno
dan Atmowidjojo, 2001).
Sisca (2003) menyebutkan bahwa menurut tim peneliti dari Center for New
Crops and Plant Products, Purdue University, AS, daun kemangi terbukti ampuh
untuk menyembuhkan diare, sembelit, dan gangguan ginjal. Telci et al, (2006)
menambahkan bahwa ekstrak kemangi berkhasiat menyembuhkan diare, obat
disentri, dan juga dapat mengatasi albuminaria, yaitu adanya konsentrasi albumin di
dalam urin.
Minyak kemangi berkhasiat mengatasi gangguan pencernaan seperti salah
cerna, infeksi usus, radang lambung, serta gas dalam usus. Minyak yang dihasilkan
juga dapat memberikan fungsi melawan bakteri seperti Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, dan Salmonella enteritidis. Minyak tersebut bahkan mampu
menangkal infeksi yang disebabkan virus seperti Bacillus subtilis, Salmonella
parathyph, dan Proteus vulgaris (Adnyana dan Firmansyah, 2006).
Massimo et al., (2004) menyatakan minyak atsiri tanaman kemangi
mengandung

osinema,

farsena,

sineol,

felandrena,

sedrena,

bergamotena,

amorftena, burnesena, kardinena, kopaena, pinena, terpinena, santelena, sitral, dan
kariofilena. Telci et al, (2006) menambahkan bahwa terkandung senyawa lain
didalam minyak atsiri tanaman kemangi seperti anetol, apigenin, asam kafeat,
eskuletin, eskulin, estragol, faenesol, histidin, magnesium, rutin,tanin, ß – sitoserol.
Ahmet et al., (2005) menyatakan ethanol sari O. basilicum mengandung
senyawa antimicrobial yang mampu melawan sembilan jenis bakteri patogen seperti
Acinetobacter, Baksil, Escherichia, dan Staphylococcus. Di sisi lain, metanol dan
heksan ekstrak O. basilicum menunjukkan aktivitas antibacterial melawan enam
spesies bakteri meliputi Acinetobacter, Baksil, Brucella, Escherichia, Micrococcus,
dan Staphylococcus.
Daun kemangi banyak mengandung vitamin A dan C serta mineral P, Ca, dan
Fe. Kandungan mineral kalsium dan fosfor dalam daun kemangi sebanyak 154 g dan
69 g per 100 g daun kemangi. Komposisi nilai gizi daun kemangi menurut Riana
(2000) dapat dilihat pada Tabel 6.

10

Tabel 6. Komposisi Nilai Gizi Daun Kemangi (O. basilicum) Perseratus
Gram Bahan
Nilai Gizi

Daun Kemangi

Kalori (kal)

27 (113 kj)

Protein (g)

2,54

Lemak (g)

0,61

Karbohidrat (g)

4,34

Serat (g)

3,90

Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (g)
Magnesium (mg)
Potassium (mg)
Seng (mg)
ß – karoten (μg)

154,00
69,00
3,17
81,00
462,00
0.85
4500,00

Thiamin (mg)

0,02

Rhiboflavin (mg)

0,07

Niasin (mg)

0,92

Vitamin E (mg)

0,26

Vitamin B-12 (mcg)

0,00

Vitamin A (mcg)
Vitamin A (IU)

386,00
3684,00

Asam asorbat(mg)

18,00

Air (%)

90,96

Sumber : Riana, (2000)

11

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di kandang B Laboratorium Lapang Bagian Ilmu
Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis
kemangi (O. basilicum) dan pakan komersial dilakukan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan. Analisis sampel ekskreta dilakukan di
Laboratorium Toksikologi Balai Penelitian Veteriner Jl. RE Martadinata No. 30.
Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai September 2006.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan yaitu ayam broiler strain Cobb galur CP 707
produksi PT. Charoend Pokphand Jaya Farm sebanyak 128 ekor umur satu hari (Day
Old Chick) sampai umur 37 hari.
Kandang
Ayam dipelihara dalam kandang litter berukuran 1 x 1 m2. Kandang yang
dibutuhkan 16 buah, masing-masing petak berisi delapan ekor Day Old Chick
(DOC). Untuk penampungan ekskreta, ayam broiler dipelihara di 16 buah kandang
cage berukuran 50x60 cm2 masing-masing diisi tiga ekor ayam broiler selama tiga
hari.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah tempat pakan dan minum.
Peralatan lain yang digunakan yaitu plastik atau tirai penutup, kertas koran, meteran,
lampu, gayung, dan ember. Peralatan untuk pengambilan sampel ekskreta ayam
broiler yaitu timbangan, plastik penampung, sendok plastik, plastik hitam, kaleng
bekas, alat tulis, dan kertas label. Peralatan untuk analisis ekskreta ayam broiler
digunakan kertas saring, cawan petri, gelas ukur, tabung erlenmeyer, pipa kaca,
corong, botol plastik, pengaduk, selang plastik, penyambung pipa, karet penutup,
lilin malam, inkubator, labu ukur, erlenmeyer asah, biuret, parafilm, pemanas, pipet,
spatula, jerigen plastik besar, lemari pendingin, dan spektrofotometer.

12

Pakan
Pakan yang digunakan selama penelitian yaitu pakan komersial Superfeed
MR-1 produksi PT. Cheil Jedang Superfeed. Pakan basal (TK0) ditambah tepung
kemangi dengan beberapa tingkat persentase yang berbeda yaitu 1, 2, dan 3% (TK1,
TK2, dan TK3).
Rancangan Percobaan
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Tingkat
pemberian tepung kemangi dalam pakan ayam broiler merupakan perlakuan.
Perlakuan terdiri dari empat taraf pemberian tepung kemangi yaitu 0% (TK0), 1%
(TK1), 2% (TK2), dan 3% (TK3). Setiap taraf perlakuan mendapat empat ulangan
dengan unit eksperimen masing-masing petak berisi delapan ekor.
Model matematika dari rancangan percobaan mengikuti model matematika
Steel dan Torrie (1993) sebagai berikut :
Yij = μ + άi + εij
Yij

: Nilai pengamatan satuan percobaan ke-j yang mendapat perlakuan pakan
ke-i.

μ

: Nilai rata-rata sesungguhnya.

αi

: Pengaruh perlakuan teknik pemberian tepung kemangi ke-i (i=1,2,3,4)

εij

: Pengaruh galat percobaan akibat perlakuan ke-i pada satuan percobaan ke-j
(j=1,2,3,4).

Peubah yang diamati
Peubah yang diamati adalah produksi ammonia (NH3), hidrogen sulfida
(H2S), kadar air ekskreta ayam broiler, dan bobot badan akhir ayam broiler.
Analisis Data
Data produksi NH3, H2S, dan kadar air ekskreta ayam broiler dianalisis secara
deskriptif, sedangkan untuk peubah bobot badan akhir dianalisis dengan analisis
ragam (Steel, dan Torrie 1993).
Prosedur
Pembuatan Tepung Kemangi (O. basilicum)
Kemangi dilayukan dalam ruangan selama satu hari (24 jam), kemudian
dijemur di bawah sinar matahari (kering udara) selama 3-4 jam, setelah itu dioven

13

dengan suhu 60ºC selama 24 jam. Setelah itu, kemangi yang telah kering digiling dan
dicampur dengan pakan komersial sesuai masing-masing taraf perlakuan.
Persiapan Kandang
Kandang dibuat petak-petak untuk masing-masing perlakuan dengan ukuran
1 x 1 m2 dilengkapi dengan satu tempat pakan, satu tempat air minum dan satu buah
lampu 75 watt untuk masing-masing petak. Lantai dan pembatas kandang kemudian
disemprot dengan desinfekstan dan dikapur, untuk memutus rantai kehidupan
mikroorganisme yang merugikan. Tempat pakan dan minum, dicuci terlebih dahulu
sebelum dipasang.
Pemeliharaan
Kandang dibersihkan, dikapur, dan disemprot desinfektan. Peralatan
dibersihkan dan sekam ditabur pada tiap petak kandang. Pengacakan kandang
dilakukan sebelum penempatan ayam broiler dengan menyusun nomor perlakuan
dan ulangan terlebih dahulu pada setiap kandang yang telah disiapkan, kemudian
dipilih secara acak.
Ayam broiler yang baru datang diberi larutan air gula untuk mengembalikan
kondisi tubuh ayam selama perjalanan dari poultry shop. Pakan diberikan sesuai taraf
perlakuan dari hari pertama sampai hari ke 37. Pakan dan minum diberikan ad
libitum
Untuk mencegah penyakit, umur empat hari dilakukan vaksinasi ND melalui
tetes mata, dan vaksinasi gumboro melalui injeksi subkutan. Umur 28 hari dilakukan
vaksin ND tahap II secara oral. Vaksin tersebut diproduksi oleh PT. Vaksindo Satwa
Nusantara.
Saat ayam broiler berumur 34 hari, dilakukan penimbangan bobot badan
akhir (gram/ekor). Selanjutnya setiap unit percobaan diambil secara acak tiga ekor
dan dipindahkan ke 16 kandang cage masing-masing berukuran 50x60 cm2. Pada
bagian bawah kandang disiapkan plastik penampung ekskreta seluas alas kandang.
Pengambilan Sampel
Pengumpulan ekskreta dilakukan pada pemeliharaan umur 37 hari setelah
pemeliharaan dari kandang litter dipindah ke kandang cage dengan masa adaptasi
selama tiga hari. Sampel ekskreta ditampung menggunakan plastik sesuai ukuran alas

14

kandang cage. Ekskreta yang digunakan