Cemaran Kimia Dan Mikroba Dalam Pakan Dan Ekskreta Ayam Broiler Yang Diberi Pakan Mengandung Tepung Ulat Hongkong

i

CEMARAN KIMIA DAN MIKROBA DALAM PAKAN DAN
EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN
MENGANDUNG TEPUNG ULAT HONGKONG

RISKY NAULY PANJAITAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Cemaran Kimia dan
Mikroba dalam Pakan dan Ekskreta Ayam Broiler yang Diberi Pakan

Mengandung Tepung Ulat Hongkong” adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2017
Risky Nauly Panjaitan
NIM D151140171

ii

RINGKASAN
RISKY NAULY PANJAITAN. Cemaran Kimia dan Mikroba dalam Pakan dan
Ekskreta Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Tepung Ulat Hongkong.
Dibimbing oleh NIKEN ULUPI dan NAHROWI.
Meat and bone meal (MBM) merupakan sumber protein hewani pada pakan
unggas, tetapi sebagian besar masih diimport dan diproduksi dari berbagai

jaringan atau organ babi, bangkai atau ternak sakit. Salah satu upaya mengurangi
penggunaan MBM adalah menggunakan bahan baku alternatif lain seperti
pemanfaatan ulat hongkong (Tenebrio molitor L). Ulat hongong dianalisis
keamanan pangannya sebagai pakan ternak sebelum dimanfaatkan menjadi bahan
baku alternatif MBM. Ulat hongkong yang terkontaminasi cemaran dapat
menimbulkan ancaman bagi ayam broiler dan kesehatan manusia yang
mengkonsumsi daging terkontaminasi. Tujuan penelitian ini adalah penelusuran
cemaran kadmium, pestisida organoklorin, E. coli dan Salmonella sp. dalam ulat
hongkong, tepung ulat hongkong, ransum dan ekskreta ayam broiler yang diberi
pakan mengandung tepung ulat hongkong sebagai alternatif pengganti MBM.
Penelitian ini menggunakan ulat hongkong dari Malang, Sukabumi, Bekasi
dan Bogor yang berumur 2-4 bulan. Ulat hongkong dibersihkan dan diolah
menjadi tepung yang telah dikeluarkan lemaknya. Sebanyak 200 ekor ayam
broiler jantan strain Lohman, dipelihara dalam kandang koloni sebanyak 10 petak
(1 x 1 m2 setiap petakan). Tiap petakan berisi 10 ekor ayam. Tiap kandang diberi
tempat pakan dan tempat minum. Ayam diberi makan secara ad libitum. Setelah
ayam broiler berumur 35 hari, satu ekor ayam diambil secara acak dari tiap petak
dan dipindahkan ke kandang individu (50 x 60 x 30 cm3). Setiap minggu bobot
badan ayam dan sisa pakan ditimbang. Sampel ekskreta ditimbang, dikomposit
dan diuji cemaran. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah

rancangan acak lengkap (RAL), dengan perlakuan R0 pemberian 0% tepung ulat
hongkong dan 5% MBM (kontrol) dan R1 pemberian 5% tepung ulat hongkong
dan 0% MBM.
Hasil penelitian tidak ditemukan cemaran kadmium, pestisida organoklorin
dan Salmonella sp. dalam ulat hongkong, tepung ulat hongkong, pakan yang
mengandung tepung ulat hongkong dan ekskreta ayam broiler yang diberi tepung
ulat hongkong. Namun, bakteri E. coli ditemukan pada bahan-bahan tersebut
dengan konsentrasi jauh di bawah ambang batas aman. Hasil penelusuran cemaran
kadmium, pestisida organoklorin, E.coli, dan Salmonella sp. tersebut maka tepung
ulat hongkong dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif pengganti MBM.
Kata kunci: ulat hongkong, kadmium, pestisida organoklorin, E. coli, Salmonella
sp.

iii

SUMMARY
RISKY NAULY PANJAITAN. Chemical and Microbial Contamination in Feed
and Excreta of Broilers Fed Diets Containing Mealworm Meal. Supervised by
NIKEN ULUPI and NAHROWI.
Meat and bone meal (MBM) is a source of animal protein in the feed of

poultry, but mostly still imported and produced from various of pig tissues, organs
and carcases or sick animals. Reducing utilization of MBM can be done by using
alternative feedstock, such as the use of mealworm (Tenebrio molitor L).
Mealworm was analyzed its food safety as feed before used as alternative
feedstock for MBM. Contaminated mealworm can affect to broilers and human
health. This study aimed to carry out investigation of cadmium, organochlorine
pesticide, E. coli and Salmonella sp. contamination on mealworm, mealworm
meal (defatted), feed and excreta of broiler fed diets containing mealworm meal as
alternative feedstock for MBM.
This study used mealworm from Malang, Sukabumi, Bekasi and Bogor,
with age 2-4 months old. Mealworm was cleaned and processed into mealworm
meal (defatted). As much as 200 males of broiler Lohman strain were maintained
in colony cage of ten plots (1 x 1 m2 each plot). A plot was contained ten
chickens. Each cage was given the feeding and drinking places. Chicken was fed
ad libitum. After 35 day old broilers, a chick was taken from each plot randomly
and moved into individual cage (50 x 60 x 30 cm3). Every week, broiler weight
and feed residue were weighed. Excreta samples were weighed, composited and
analysed that contamination. The experimental design used for this study was a
completely randomized design (CRD). Treatment R0 was feeding 0% mealworm
meal and 5% MBM (control). Treatment R1 was feeding 5% mealworm meal and

0% MBM.
The results of this study showed that there were no contamination of
cadmium, organochlorine pesticide and Salmonella sp. on mealworm, mealworm
meal (defatted), feed contain mealworm meal and excreta of broilers fed diets
containing mealworm meal. E. coli was found in these materials with
concentration below safety levels. From this research results, it can be concluded
that the mealworm meal can be used as an alternative feed of MBM.
Key words: mealworm, cadmium, organochlorine pesticide, E. coli, Salmonella sp.

iv

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


i

CEMARAN KIMIA DAN MIKROBA DALAM PAKAN DAN
EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN
MENGANDUNG TEPUNG ULAT HONGKONG

RISKY NAULY PANJAITAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017


ii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Salundik, MSi

iii

Judul Tesis : Cemaran Kimia dan Mikroba dalam Pakan dan Ekskreta Ayam
Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Tepung Ulat Hongkong
Nama
: Risky Nauly Panjaitan
NIM
: D151140171

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Niken Ulupi, MS
Ketua

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Salundik, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 10 Februari 2017

Tanggal Lulus:

iv


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Juni sampai September 2016 dengan
judul adalah Cemaran Kimia dan Mikroba dalam Pakan dan Ekskreta Ayam
Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Tepung Ulat Hongkong.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Niken Ulupi, MS dan Bapak
Prof Dr Ir Nahrowi, MSc selaku pembimbing, memberikan bantuan serta saran
untuk pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Bapak Dr Ir Salundik, MSi selaku dosen penguji luar komisi,
memberikan saran untuk melengkapi dan memperbaiki penulisan tesis ini. Terima
kasih penulis ucapkan juga kepada staf Pascasarjana Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak
Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah atas
Beasiswa Pendidikan Pascasarjana sebagai sponsor dana pendidikan selama
menjalani pendidikan pascasarjana. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kementerian Keuangan, Republik
Indonesia sebagai sponsor dana penelitian yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan materi pada penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini, staf laboratorium

lapang kandang blok C, Fakultas Peternakan IPB. Penulis juga mengungkapkan
terimakasih kepada teman-teman team ulat hongkong atas segala saran, gagasan,
dan pemikiran yang diberikan selama penelitian maupun penulisan tesis ini, dan
teman-teman Pascasarjana Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan 2014.
Terimakasih kepada Suami tercinta, Ronaldo B, orang tua, M. Panjaitan dan
Ningsih, mertua Suar J Binti dan Patyani, kedua anak-anak terkasih saya (Naysa
dan Naomi), saudara kandung Efrinawati Panjaitan dan Putri Achirawati Panjaitan
atas doa, semangat, dan materi yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat baik kepada masyarakat secara umum.

Bogor, Februari 2017
Risky Nauly Panjaitan

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2
3

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Materi
Prosedur Penelitian
Rancangan Percobaan dan Analisis Data

3
3
3
4
9

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Cemaran Kadmium
Cemaran Pestisida Organoklorin
Cemaran E. coli
Cemaran Salmonella sp.

10
10
12
14
16

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

18
18
19

5 DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

28

vi

DAFTAR TABEL
1
2
3

Komosisi dan nutrien pakan perlakuan (starter dan finisher)
Indeks most probable number (MPN)
Hasil uji kandungan kadmium, pestisida, Salmonella sp., dan E. coli

5
8
10

DAFTAR GAMBAR
1
2

Proses pembuatan tepung ulat hongkong
Prosedur penelitian

4
6

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Hasil analisis uji cemaran pada ulat hongkong oleh PT. Saraswanti Indo
Genetech Bogor
Batas maksimum cemaran pestisida organoklorin
Gambar materi penelitian

25
26
27

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan merupakan faktor penting dalam pemeliharaan ayam broiler dengan
komposisi kandungan zat lengkap, seperti protein. Pakan dengan kandungan
protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh ayam broiler.
Protein yang terkandung dalam bahan pakan terdiri atas protein nabati dan hewani.
Salah satu bahan pakan yang mengandung protein hewani adalah meat and bone
meal (MBM) yang banyak digunakan dalam campuran pakan unggas di beberapa
bagian dunia, termasuk Australia, Cina dan Asia Tenggara (Liu et al. 2016).
Selain sebagai sumber protein hewani, MBM juga merupakan sumber asam amino,
kalsium dan fosfor (Mutucumarana dan Ravindran 2016).
MBM mengandung zat gizi cukup lengkap tetapi memiliki kekurangan di
antaranya terbuat dari jaringan organ binatang dieutanasia (binatang yang
dibunuh dengan sengaja karena penyakit tertentu seperti sapi gila), bangkai
binatang berasal dari kebun binatang dan jaringan organ sapi, babi, serta unggas
(Gracia et al. 2006). MBM di Indonesia masih 100% impor dari negara Australia,
New Zealand dan Amerika (Ditjennak 2016). Hal ini mengkhawatirkan karena
bahan baku MBM tersebut tidak diketahui secara pasti dan diduga dapat
menyebabkan penyebaran penyakit tertentu.
Upaya untuk mengurangi dan menurunkan penggunaan MBM adalah
menggunakan bahan baku berbasis lokal, salah satunya ulat hongkong. Ulat
hongkong atau Tenebrio molitor L. merupakan larva dari kumbang beras (Ramos
et al. 2002). Keunggulan ulat hongkong antara lain memiliki nutrien tinggi,
mudah dipelihara, produksi tinggi, dan ramah lingkungan. Namun, pemanfaatan
ulat hongkong sebagai bahan pakan broiler belum diteliti lebih lanjut dari segi
keamanan pangan produk unggas ini. Berdasarkan UU RI No. 18 Tahun 2012
tentang pangan, pangan yang aman adalah pangan yang tidak mengandung bahaya
biologi atau mikrobiologi, bahaya fisik, bahaya kimia. Bahaya kimia termasuk
diantaranya cemaran logam berat kadmium, dan pestisida, sedangkan bahaya
biologi diantaranya mikroba Escherichia coli dan Salmonella sp.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa serangga sangat
mudah terkontaminasi oleh cemaran kimia seperti logam berat (Lindqvist 1992;
Merrington et al. 1997; Green et al. 2001; Vijver et al. 2003; Handley et al. 2007;
Zhuang et al. 2009). Jenis logam berat yang terakumulasi dalam serangga adalah
kadmium (Charlton et al. 2015). Menurut Vijver et al. (2003) bahwa jenis
serangga yang mudah terakumulasi kadmium adalah ulat hongkong. Hasil
penelitiannya ulat hongkong tercemar kadmium yang dipelihara di beberapa
karakteristik tanah yang berbeda. Cemaran kimia lainnya adalah pestisida.
Tanaman yang tercemar pestisida dapat masuk ke dalam tubuh ternak dan
cemarannya akan ditemukan dalam produk akhir ternak (Gustiani 2009). Cemaran
biologi yang ditemukan pada serangga adalah bakteri Salmonella sp. dan E. coli,
bakteri ini ada karena bergantung pada kondisi pakan dan pemeliharaannya.
Cemaran bakteri patogen ini berbahaya bagi hewan dan manusia (EFSA 2015).
Ulat hongkong sebelum diperkenalkan sebagai bahan baku alternatif MBM,
perlu dilakukan penelitian mengenai keamanan pangan yang dihasilkan dengan

2

penggunaan ulat hongkong sebagai pakan ternak. Ulat hongkong yang
terkontaminasi cemaran dapat menimbulkan ancaman bagi ayam broiler dan
kesehatan manusia dengan mengkonsumsi daging terkontaminasi. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan penelusuran cemaran kimia dan biologi dalam ulat hongkong,
tepung ulat hongkong (defatted), pakan dan ekskreta ayam broiler yang diberi
pakan yang mengandung tepung ulat hongkong.Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai informasi mengenai keamanan pemakaian ulat hongkong
dalam pakan unggas sebagai pengganti MBM.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah penggunaan tepung ulat
hongkong sebagai pengganti MBM yang dikhawatirkan mengandung cemaran
kadmium, pestisida organoklorin, E. coli, dan Salmonella sp. Selain itu, pakan
tambahan lainnya juga mengandung cemaran tersebut. Hal ini perlu dilakukan
penelusuran cemaran residu dalam ulat hongkong, tepung ulat hongkong
(defatted), pakan dan ekskreta ayam broiler yang diberi tepung ulat hongkong.
Tepung ulat hongkong yang dimaksud adalah proses penepungan ulat hongkong
yang telah dikeluarkan lemaknya.
Tujuan Penelitian
1.

2.

3.

4.

Tujuan penelitian ini antara lain:
Penelusuran cemaran kadmium dalam ulat hongkong, tepung ulat hongkong
(defatted), pakan dan ekskreta ayam broiler yang diberi pakan mengandung
tepung ulat hongkong sebagai alternatif pengganti MBM.
Penelusuran cemaran pestisida organoklorin dalam ulat hongkong, tepung ulat
hongkong (defatted), pakan dan ekskreta ayam broiler yang diberi pakan
mengandung tepung ulat hongkong sebagai alternatif pengganti MBM.
Penelusuran cemaran E. coli dalam ulat hongkong, tepung ulat hongkong
(defatted), pakan dan ekskreta ayam broiler yang diberi pakan mengandung
tepung ulat hongkong sebagai alternatif pengganti MBM.
Penelusuran Salmonella sp. dalam ulat hongkong, tepung ulat hongkong
(defatted), pakan dan ekskreta ayam broiler yang diberi pakan mengandung
tepung ulat hongkong sebagai alternatif pengganti MBM.
Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberi informasi kandungan cemaran kadmium, pestisida organoklorin, E.
coli, dan Salmonella sp. dalam ulat hongkong, tepung ulat hongkong (defatted),
pakan dan ekskreta.
2. Memberi informasi keberadaan cemaran kadmium, pestisida organoklorin, E.
coli, dan Salmonella sp. pada ayam broiler yang diberi pakan mengandung
tepung ulat hongkong sebagai pengganti MBM.

3

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terdiri atas empat tahap yaitu pengumpulan ulat hongkong,
proses pembuatan tepung ulat hongkong, proses penyusunan pakan, dan ekskreta.
Semua tahap ini dilakukan uji cemaran kadmium, pestisida organoklorin, E. coli,
dan Salmonella sp. Apabila hasil pengujian tersebut ditemukan cemaran dalam
tepung ulat hongkong dan pakan, maka dapat diimpretasikan bahwa kandungan
cemaran dalam tepung ulat hongkong dan kandungan cemaran dalam pakan sama
dengan cemaran dalam ekskreta, yang artinya cemaran tidak resistensi dalam
tubuh ayam broiler. Apabila cemaran dalam tepung ulat hongkong dan kandungan
cemaran dalam pakan lebih besar dari cemaran dalam ekskreta, artinya cemaran
ada dalam tubuh ayam broiler, sehingga dilakukan pengujian cemaran pada organ
hati dan ginjal ayam broiler.

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2016.
Pengumpulan bahan baku ulat hongkong dari Malang, Sukabumi, Bekasi dan
Bogor. Proses pembuatan pakan dilakukan di laboratorium industri pakan IPB,
pemeliharaan ayam di laboratorium lapang kandang blok C, Fakultas Peternakan
IPB. Uji cemaran kadmium, pestisida organoklorin, E. coli dan, Salmonella sp.
dalam ulat hongkong, tepung ulat hongkong (defatted), pakan, dan ekskreta
dilakukan di laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech Bogor.
Materi
Ternak dan Pakan
Penelitian menggunakan 200 ekor day old chick (DOC) jantan strain
Lohman (MB 202 Platinum). Pakan disusun dari campuran bungkil kedelai, dedak
padi, MBM, ulat hongkong, crude palm oil (CPO), kapur, garam, DL-methionin,
dicalcium phosphate (DCP).
Kandang
Jenis kandang yang digunakan adalah open house, terdiri dari kandang
koloni berukuran 1 x 1 m2 per petak dan kandang individu berukuran 50 x 60 x 30
cm3. Kandang koloni menggunakan sistem litter beralaskan sekam.Setiapkandang
dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Sekali seminggu ayam
dan pakan ditimbang. Setelah ayam berumur 35 hari, satu ekor dari setiap petak
dipindahkan pada kandang individu. Pada bagian bawah kandang individu
disiapkan plastik penampung ekskreta seluas alas kandang.

4

Prosedur Penelitian
Persiapan Ulat Hongkong
Ulat hongkong diperoleh dari empat lokasi yang berbeda, yaitu Malang,
Sukabumi, Bekasi dan Bogor. Ulat hongkong yang digunakan pada penelitian ini
berumur 2-4 bulan. Pakan ulat hongkong dari ketiga lokasi pada umumnya polard
dan dedak padi.
Proses Pembuatan Tepung Ulat Hongkong
Proses pembuatan tepung ulat hongkong berdasarkan metode Meeker dan
Hamilton (2006). Ulat hongkong diayak dan dibersihkan dari kotoran dan kitin,
dimasak menggunakan steam dengan suhu 88 ºC selama kurang lebih 45 menit,
kemudian ulat diangkat dan ditiriskan. Ulat hongkong dipress untuk
mengeluarkan lemak dari ulat. Ulat hongkong yang telah dikeluarkan lemaknya
kemudian dilakukan proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari
selama kurang lebih 8-12 jam atau di oven selama 12-24 jam dengan suhu 60 ºC.
Ulat hongkong selanjutnya digiling hingga menjadi tepung ulat hongkong
(defatted). Prosedur proses pembuatan tepung ulat hongkong ditunjukkan pada
Gambar 1.
Ulat hongkong

Seleksi ulat hongkong

Proses steam

Proses pengepresan

Protein ulat hongkong

Lemak ulat hongkong

Proses pengeringan

Penggilingan

Tepung ulat hongkong (defatted)
Gambar 1 Proses pembuatan tepung ulat hongkong

5

Tepung ulat hongkong yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung
dari proses penepungan ulat hongkong yang telah dikeluarkan lemaknya.
Persiapan Pembuatan Pakan
Bahan pakan lainnya (jagung, bungkil kedelai, dedak padi, crude palm oil
(CPO), kapur, garam, DL-methionin, DCP, L-Lysin, premik) dicampur dalam
setiap perlakuan. Pada perlakuan R0 menggunakan pakan dengan penambahan
MBM, sedangkan perlakuan R1 menggunakan pakan dengan penambahan tepung
ulat hongkong. Pakan yang telah dihomogenkan dibentuk menjadi mash, crumble
untuk starter dan bentuk pellet untuk finisher. Komposisi pakan yang digunakan
dalam penelitian pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi dan nutrien pakan perlakuan (starter dan finisher)
Komposisi dan Nutrien
Kommposisi bahan:
Jagung
Dedak padi
Bungkil kedelai
Meat & bone meal (MBM)
Tepung ulat hongkong
CPO
CaCO3
DCP
Garam
L-Lysin
DL-Methionine
Premix
Total
Kandungan nutrien*:

Bahan kering (%)
Energi metabolis (kkal/kg)
Protein kasar (%)
Lemak (%)
Serat kasar (%)
Kalsium (%)
Fosfor (%)
Lisin (%)
Metionin (%)
Methionin + sistin (%)

Finisher
Starter
R1
R0
R1
R0
.................................(%)..........................................
54.18
54.09
63.77
64.70
3.50
4.00
3.50
3.50
30.81
29.78
20.78
19.69
5.00
0.00
5.00
0.00
0.00
5.00
0.00
5.00
4.04
3.00
4.59
3.20
0.85
1.50
0.66
1.35
0.30
1.35
0.45
1.33
0.45
0.44
0.45
0.41
0.08
0.18
0.09
0.19
0.28
0.22
0.21
0.13
0.50
0.50
0.50
0.50
100.00
100.00
100.00
100.00
89.63
3050.00
22.00
6.94
2.82
0.95
0.68
1.30
0.65
0.95

89.87
3050.00
22.00
6.43
3.32
0.97
0.66
1.30
0.57
0.96

89.69
3150.00
18.00
7.79
2.76
0.89
0.67
1.00
0.52
0.76

89.88
3150.00
18.00
6.96
3.22
0.89
0.61
1.00
0.43
0.75

*Hasil perhitungan dari program formulasi pakan winfeed
Formulasi pakan berdasarkan rekomendasi Lesson Summer (2005)

Persiapan Kandang Koloni
Jenis kandang yang digunakan adalah kandang open house. Kandang
dibersihkan dari sisa kotoran, sampah, dan debudan diberi desinfektan. Dilakukan
pemasangan lampu pijar 60 watt diatas kandang sebagai sumber cahaya dan

6

pemanas selama 2 minggu. Penelitian ini menggunakan day old chick (DOC)
ayam broiler jantan strain Lohman (MB 202 Platinum) dari PT JAPFA Comfeed
Indonesia Tbk sebanyak 200 ekor yang dibagi kedalam 2 perlakuan dan 10
ulangan, setiap ulangan terdiri atas 10 ekor. Penentuan penempatan ke dalam
kandang koloni dengan sistem acak dan penomoran. Kandang menggunakan
sistem litter (sekam padi). Ukuran setiap petakan 1 x 1 m2 sebanyak 10 petak.
Pada masing-masing petak terdiri atas 10 ekor dan dilengkapi dengan tempat
pakan dan air minum. Pakan dan air diberikan secara ad libitum. Seminggu sekali,
ayam dan sisa pakan ditimbang.
Persiapan Kandang Individu
Ayam broiler setelah umur 35 hari, diambil secara acak satu ekor dari tiaptiap petak dan dipindahkan ke kandang individu. Kandang induvidu berukuran 50
x 60 x 30 cm3. Penempatan nomor kandang induvidu sesuai dengan urutan posisi
kandang semula. Pemberian pakan dan minum diberi secara ad libitum.
Pengambilan sampel ekskreta dilakukan setelah 24 jam pemberian pakan. Sampel
diambil dan ditimbang setiap hari selama 3 hari. Sisa pakan, sampel ekskreta
ditimbang, dikomposit dan diuji kadmium, pestisida, E. coli, dan Salmonella sp.
Prosedur penelitian ditunjukkan melalui Gambar 2.
Ulat
hongkong
(Uh)

Tepung ulat
+
hongkong (defatted)

Bahan pakan
lainnya

+

Pakan R1

Pakan R0

Ayam R1

Ayam R0

Ekskreta R1

Ekskreta R0

MBM

Uji: Kadmium, Pestisida, Salmonella sp., dan E. coli
Gambar 2 Prosedur penelitian
Uji Cemaran Kadmium
Metode yang digunakan adalah metode inductively coupled plasma optical
emission spectrometry (ICP-OES) (Novaes et al. 2016). Prinsipnya berdasarkan
penentuan unsur-unsur logam berdasarkan pada penyebaran absorbs radiasi oleh
atom.Sampel ditimbang 0.5 mL ditambahkan 10 mL HNO3, didestruksi selama 15
menit dengan suhu 150 ºC. Setelah itu dimasukan kedalam labu ukur 50 mL dan
diencerkan dengan aquabides dan disaring. Kadar cemaran kadmium diukur

7

dengan inductively coupled plasma optical emission spectrometry (ICP OES)
(Agilent type 720 detector CCD, US) dengan panjang gelombang kadmium
214.439 nm.
Uji Cemaran Pestisida
Uji cemaran pestisida ini adalah jenis pestisida organoklorin (AOAC 2007).
Sampel ditimbang sebanyak 15 g kedalam tabung teflon 50 mL (berisi 6.0±0.3 g
MgSO4 anhidrat dan 1.5±0.1 g Na-Acetate anhidrat) kemudian ditambah 15 mL
CH3COOH 1% dalam acetonitrile dan 75 μL larutan internal standar (kons. Istd
200 ng g-1) dilakukan pengocokan dengan kuat selama 1 menit dan centrifuge >
1500 relative centrifugal force (rcf) selama 1 menit. Hasil sentrifuge di pindahkan
larutan (1-2 mL) kedalam tube (berisi 150 mg MgSO4 dan 50 mg PSA per mL
ekstrak). Tube ditutup kemudian dikocok selama 30 detik dan dicentrifuge pada
kecepatan > 1500 rcf selama 1 menit. Larutan dipindahkan ke vial GC dan
ditambahkan triphenil phosphate (TPP). Larutan diinjeksi ke alat GC (GC Clarus
580, perkin elmer, US).
Uji Cemaran E. coli
Uji cemaran E. coli dilakukan melalui tiga tahap uji (FDA BAM Chapter 4
Tahun 2002). Tahap pertama adalah uji penduga. Pada uji ini sampel ditimbang
sebanyak 25 gm L-1 ke dalam 225 mL larutan bufer PO kemudian dihomogenkan
selama 2 menit. Sampel sebanyak 1 mL homogen (pengenceran 1 х 10-1) diambil
dari preparasi sampel lalu masukkan ke 9 mL diluent (pengenceran 1 х 10-2).
Sampel 1 mL diambil dari tabung pengenceran 1 х 10-2 untuk dimasukkan ke-9
mL diluent (pengenceran 1 х 10-3). Pada setiap transfer sampel yang dilakukan,
tabung dikocok berayun 25 kali dengan ketinggian ayunan pengocokan 30 cm
atau vorteks selama 7 detik. Disiapkan 3 seri tabung MPN berisi masing-masing 5
mL Lauryl Sulphate Tryptose (LST) broth dengan tabung durham didalamnya
(total 9 tabung yang dibagi menjadi 3 seri). Suspensi dimasukan ke dalam 1 mL
dari pengenceran 1 х 10-1 ke tiga tabung pertama, dimasukan 1 mL dari
pengenceran 1 х 10-2 ke tabung kedua, dan masukkan 1 mL dari pengenceran 1 х
10-3 ke tiga tabung ketiga. Inkubasi semua tabung pada suhu 35±0.5 ºC selama
24±2 jam. Tabung durham diamati terbentuknya gas kemudian hasilnya dicatat.
Tabung yang tidak terbentuk gas diinkubasi lagi menjadi 48±3 jam. Bila media
keruh dan terbentuk gas diinterpretasi hasil positif pada inkubasi 24±2 jam atau
48±3 jam. Namun, bila media tidak terdapat pertumbuhan dan tidak terbentuk gas
diinterpretasi hasil negatif. Gas diproduksi dapat terjebak dalam tabung durham
ataupun berbentuk buih (effervescence) yang timbul saat dikocok. Perkiraan
konsentrasi (Tabel 3) yang didapat merupakan nilai dugaan adanya E. coli.
Tahap kedua adalah uji penegasan untuk cemaran E. coli. Tabung durham
diisi masing-masing 10 mL EC broth. Satu ulasan inokulum dari tiap tabung LST
broth yang menghasilkan uji positif dimasukan ke dalam tiap tabung EC broth.
Seluruh tabung diinkubasi pada suhu 45.5 oC selama 24±2 jam. Tabung durham
diamati terbentuknya gas dan dicatat hasilnya. Tabung yang tidak terbentuk gas
dilakukan inkubasi kembalil selama 48±2 jam. Interpretasi hasil positif jika media
keruh dan terbentuk gas. Interpretasi hasil negatif jika tidak terdapat pertumbuhan
dan tidak terbentuk gas. Jumlah E. coli (MPN g-1 atau mL) dengan menghitung
tabung positif kemudian dicocokkan dengan tabel MPN (Tabel 2) berdasarkan

8

dari perhitungan uji dugaan. Perkiraan konsentrasi E. coli berdasarkan Tabel 2
adalah nilai penegasan adanya E. coli. Bakteri E. coli dapat diketahui pada tabung
EC broth dengan melanjutkan uji pelengkap. Nilai Most Probable Number (MPN)
ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel 2 Indeks Most Probable Number (MPN)
Kombinasi Positif
0-0-0
0-0-1
0-1-0
0-1-1
0-2-0
0-3-0
1-0-0
1-0-1
1-0-2
1-1-0
1-1-1
1-2-0
1-2-1
1-3-0

Indeks MPN g-1
< 3.0
3.0
3.0
6.1
6.2
9.4
3.6
7.2
11.0
7.4
11.0
11.0
15.0
16.0

Batas kepercayaan 95%*
Rendah
Atas
--9.5
0.15
9.6
0.15
11.0
1.20
18.0
1.20
18.0
3.60
38.0
0.17
18.0
1.30
18.0
3.60
38.0
1.30
20.0
3.60
38.0
3.60
42.0
4.50
42.0
4.50
42.0

Batas kepercayaan 95%* untuk berbagai kombinasi dari tabung positif dalam serangkaian
pengenceran 3 tabung seri yang menggunakan jumlah inokulum 0.1, 0.01, dan 0.001 g.
(USDA/FSIS 2008).

Tahap akhir dari Uji E. coli adalah uji pelengkap. Tabung positif
mengandung gas dari EC broth dikocok kemudian inokulasikan ke dalam cawan
L-EMB agar dan inkubasi pada 35±0.5 oC selama 18-24 jam. Interpretasi dugaan
E. coli jika memiliki ciri-ciri koloni datar, berwarna hitam di tengah koloni
dengan atau tanpa warna kilat logam (metallic sheen). Inokulasi sampai lima
koloni terduga ke PCA dan inkubasi 35±0.5 oC selama 18 sampai 24 jam untuk
kultur uji penegasan selanjutnya. Satu dari lima koloni yang teridentifikasi positif
E. coli cukup untuk menyatakan bahwa tabung EC broth tersebut terkonfirmasi
positif E. coli. Uji kultur dugaan dengan uji pewarnaan gram dan morfologi sel.
Semua kultur yang mencirikan gram negatif dan sel berbentuk batang pendek
selanjutnya diuji dengan tahap berikutnya. Inokulasi kembali kultur dugaan
tersebut ke media LST lalu inkubasi pada 35±0.5 oC selama 48±2 jam untuk
mengkonfirmasi ulang terbentuknya gas. Kemudian kultur dugaan yang sama
dilakukan uji IMViC. Salah satu uji IMViC adalah uji produksi indole; uji ini
akan membedakan bakteri yang mampu atau tidak mampu memproduksi indole
dari Tryptone. Inokulasi kultur dugaan ke Tryptone broth dan diinkubasi pada
suhu 35±0.5 oC selama 24±2 jam, ditambah 0, 20, 3 mL reagen kovac’s. Jika
terbentuk cincin merah pada bagian atas tabung maka bakteri dapat memproduksi
indol (indol positif) dan bila terbentuk cincin kuning maka disimpulkan sebagai
indol negatif. Jika kultur dugaan adalah E. coli maka seharusnya menunjukkan
hasil positif dan sel berbentuk batang pendek.

9

Uji Cemaran Salmonella sp.
Sample ditimbang 25 g ke dalam 225 mL media lactose broth. Sampel
dihomogen dengan blender atau stomacher selama 1-2 menit. Sampel didiamkan
selama 60±5 menit pada suhu ruang, diinkubasi pada suhu 35 ºC selama 25±2 jam.
Sampel dipisahkan menjadi dua perlakuan. Perlakuan pertama; sampel 0.1 mL
dalam 10 mL rappaport vassiliadis (RV) diinkubasi pada suhu 42±0.2 ºC selama
24±2 jam. Perlakuan kedua; sampel 1 mL dalam 10 mL tetrathionate broth
diinkubasi, bila populasi tertinggi dengan suhu 43±0.2 ºC selama 24±2 jam, dan
bila populasi rendah dengan suhu 35±2.0 ºC selama 24±2 jam. Kedua perlakuan
menghasilkan suspensi gores dari masing-masing media pengayaan yang telah
diinkubasi pada media xylose lysine desoxycholate (XLD), hektoen enteric (HE),
dan bismuth sulfite agar (BSA). Kemudian diinkubasi dengan suhu 35 ºC selama
24±2 jam. Media XLD positif, artinya koloni merah muda dengan atau tanpa inti
hitam. Kultur Salmonella sp. kebanyakan memproduksi koloni besar dengan inti
hitam mengkilap atau dapat muncul berwarna hitam seluruhnya. Media HE positif,
artinya koloni biru hijau dengan atau tanpa inti hitam. Media BSA positif, artinya
koloni coklat, abu, atau hitam, memiliki beberapa kilap metalik. Koloni diambil
dari ketiga media tersebut, diinkulasi ke triple sugar iron agar (TSIA) dengan
menggores agar miring dan menusuk agar tegak, kemudian ke lysine iron agar
(LIA) dengan menusuk agar tegak digores dan agar miring. Media TSIA pada
posisi miring berwarna merah (alkalin), posisi tegak berwarna kuning (asam)
dengan atau tanpa H2S. Media LIA pada posisi miring berwarana ungu (alkalin),
posisi tegak berwarna ungu (alkalin) menghasilkan H2S (FDA BAM Chapter 5
Tahun 2007).

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas dua perlakuan dan sepuluh
ulangan. Data dianalisis secara deskriptif komparatif. Setiap ulangan terdiri atas
10 ekor ayam. Perlakuan pada penelitian ini adalah:
R0 = Pakan mengandung 0% ulat hongkong, 5% MBM (kontrol)
R1 = Pakan mengandung 5% ulat hongkong, 0% MBM.
Model matematika rancangan percobaan yang digunakan adalah:
Yij = μ + Pi + εij
Keterangan :
Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i (1,2) dan ulangan ke-j (1, 2, 3, …, 10)
i
= Perlakuan ke-i
j
= Ulangan ke-j
μ
= Nilai rata-rata umum dari seluruh perlakuan
Pi = Pengaruh pemberian pakan ke-i (1,2) terhadap cemaran kadmium, pestisida, E. coli,
Salmonella sp. dalam ulat hongkong, tepung ulat hongkong, pakan, dan ekskreta ayam
yang diberi pakan mengandung tepung ulat hongkong.
εij = Pengaruh galat cemaran kadmium, pestisida, E. coli, dan Salmonella sp. dalam ulat
hongkong, tepung ulat hongkong, pakan, dan ekskreta ayam yang diberi pakan
mengandung ulat hongkong ke-i dan ulangan ke-j (1, 2, 3, …, 10) (Mattjik dan
Sumertajaya 2013).

10

Peubah
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah cemaran kadmium,
pestisida, Salmonella sp. dan E. coli dalam ulat hongkong, tepung ulat hongkong,
MBM, pakan R0, pakan R1, ekskreta R0 dan ekskreta R1.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji cemaran kadmium, pestisida, Salmonella sp., dan E. coli pada ulat
hongkong, pakan dan ekskreta disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil uji kandungan kadmium, pestisida, E. coli dan Salmonella sp.
Bahan yang diuji
Ulat hongkong
Tepung ulat hongkong
MBM
Pakan 1 (R0)
Pakan 2 (R1)
Ekskreta 1 (E0)
Ekskreta 2 (E1)

Kadmium
(ppm)
td
td
td
td
td
td
td

Pestisida
(ppm)
Td
Td
Td
Td
Td
Td
Td

E. coli
(MPN/g)