Taksasi produksi tanaman sagu (Metroxylon sp.) di PT.National Timber forest product unit HTI murni sagu, Selatpanjang, Riau

TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DI
P.T. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT
HTI MURNI SAGU, SELAT PANJANG, RIAU

EDI WIRAGUNA
A24054284

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
EDI WIRAGUNA. Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon
spp.) Di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu,
Selat panjang, Riau. (Di bawah bimbingan M.H Bintoro Djoefrie dan Pasril
Wahid)
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya sagu. Aspek khusus
yang diamati dalam magang tersebut adalah taksasi produksi di P.T. National
Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu. Kegiatan magang dilaksanakan
di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu dari Bulan

Februari sampai bulan Juni 2009. Kegiatan magang menggunakan dua metode
yaitu metode langsung dengan melaksanakan kegiatan teknis budidaya dan melakukan pengamatan terhadap teknis budidaya di kebun tersebut serta melakukan
pengamatan khusus mengenai taksasi produksi. Kegiatan yang dilakukan di
perkebunan meliputi pengendalian gulma (manual dan kimia), penjarangan anakan, pembuatan lorong setapak, penyemprotan dan pengawasan pendalaman kanal.
Metode kedua yang dilakukan di perkebunan adalah taksasi produksi. Pengamatan taksasi produksi meliputi hidup-mati, tinggi tanaman, diameter, dan ciri
kematangan fisiologis tanaman sagu.
Percobaan taksasi produksi dilakukan dengan contoh 0,017% dari
populasi. Hasil dari taksasi produksi tidak menggambarkan keadaan sesungguhnya maka, pengujian beberapa metode penarikan contoh dilakukan. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah diagonal (dua metode), acak dalam baris, dan
enam petak terletak di pinggir. Pengujian empat metode tersebut menggunakan uji
t. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua metode dapat digunakan di P.T.
National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu.
P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu melakukan
sensus taksasi produksi dan hidup mati. Faktor pengamatan yang dilakukan
meliputi hidup-mati tanaman, tinggi dan ciri fisiologi. Sensus yang dilakukan
untuk taksasi produksi 10% dan hidup mati 50% dari populasi tanaman sagu.
Pengujian proporsi contoh dilakukan untuk memberi pertimbangan kepada
perkebunan tersebut. Pengujian proporsi contoh menggunakan metode pengaca-

iii


kan baris. Taksasi produksi dilakukan pada berbagai proporsi yaitu 1,6%; 3,2%;
4,8%; 9,7% dan 14,5%, sedangkan hidup-mati dilakukan pada tingkat proporsi
1,6%; 4,8%; 9,7%; 14,5%; 25,8%; 40,3%; 50% dan 64,5%. Tingkatan proporsi
tersebut dibandingkan dengan populasi. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa
untuk taksasi produksi dan hidup-mati cukup dengan menggunakan contoh sebanyak 1,6%.

TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DI
P.T. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT
HTI MURNI SAGU, SELAT PANJANG, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

EDI WIRAGUNA
A24054284

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Judul

: TAKSASI

PRODUKSI

TANAMAN

SAGU

(Metroxylon spp.) DI P.T. NATIONAL TIMBER AND
FOREST PRODUCT UNIT HTI MURNI

SAGU,

SELAT PANJANG, RIAU
Nama Mahasiswa


: EDI WIRAGUNA

NRP

: A24054284

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. H.M.H. Bintoro Djoefrie, M.Agr
NIP. 19480108 197403 1 001

Pembimbing II

Dr. Ir. Pasril Wahid, MS.
NIP. 080016303

Mengetahui,

Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc
NIP. 19610202 198601 1 008

Tanggal Lulus : ...................

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada tanggal 22
September 1987. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Dalimin dan Ibu
Wriningsih.
Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri Bandungrejo 2, kemudian pada
tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 4 Kutoarjo, Kabupaten
Purworejo. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 7 Purworejo pada tahun
2005. Pada tahun 2005 penulis lulus dan diterima di IPB melalui jalur SPMB.
Selanjutnya, pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Dari tahun 2006 hingga 2008 penulis menjadi pengurus organisasi mahasiswa daerah Gamapuri (Keluarga Mahasiswa Purworejo Di IPB). Dari Tahun
2006 sampai 2007 penulis menjadi pengurus Badan Pengawas Himpro (BPH)

yang bertugas mengawasi kinerja Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi).

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan magang yang berjudul

Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon spp.) Di P.T. National Timber And
Forest Product, Selat Panjang, Riau. Kegiatan magang tersebut merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
 Prof. Dr. Ir. H.M.H Bintoro Djoefrie, M.Agr dan Dr. Ir. Pasril Wahid, MS selaku
dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan dan saran-saran
dalam pembuatan laporan akhir ini.
 Bapak, Ibu, Kakak dan seluruh keluarga yang telah memberi semangat, dukungan
dan doa
 Pak Erwin, Pak Habib, Pak Budi, Kak Gia, Kak Budi, Kak Fikko dan seluruh staf
kantor P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu yang telah
memberikan banyak bantuan
 Ruri, Ratih, Adit, dan Shandra yang telah membantu memberi saran dan

membantu selama penelitian.
 Pak Nasrudin, Pak Cornelis, Pak Albert, Pak Pandu, Pak Alfian, Bang Jun, Bang
Ridwan dan seluruh karyawan P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI
Murni Sagu yang telah membantu dalam penelitian maupun magang
 Semua teman di Departemen Agronomi dan Hortikultura angkatan 42
Semoga laporan tugas akhir ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.

Bogor, September 2009

Penulis

viii

ix

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xii

PENDAHULUAN.............................................................................................1
Latar belakang....................................................................................... 1
Tujuan....................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
Botani Sagu........................................................................................... 3
Syarat Tumbuh...................................................................................... 4
Taksasi Produksi................................................................................... 5
Budidaya............................................................................................... 7
METODE MAGANG....................................................................................... 9
Waktu dan Tempat................................................................................ 9
Metode Magang.....................................................................................9
Taksasi produksi............................................................................. 10
Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar
0,017%....................................................................................... 10
Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar
1,2%........................................................................................... 11
Penarikan contoh acak dalam baris dengan contoh sebesar
1,2%........................................................................................... 12
Penarikan contoh enam petak dengan contoh sebesar 1,2%......13
Acak dalam baris dalam blok dengan berbagai proporsi

Contoh........................................................................................15
Pengujian contoh sebesar 1,6% dengan yang dilakukan
Perusahaan................................................................................. 15
Hidup-mati tanaman...................................................................... 17
Faktor Pengamatan.............................................................................. 17
Jumlah tanaman yang hidup-mati dalam tiap blok.........................17
Tinggi batang..................................................................................17
Diameter batang..............................................................................17
Ciri kematngan fisiologis tanaman sagu.........................................17
KONDISI UMUM KEBUN............................................................................18
Sejarah Kebun......................................................................................18
Letak Geografis dan Admnistratif.......................................................18
Keadaan Tanah dan Iklim....................................................................19
Areal Konsesi dan Pertanaman............................................................20
MENEJERIAL KEBUN................................................................................. 22
Pengorganisasian Kebun..................................................................... 22
Deskripsi Kerja Karyawan.................................................................. 23

ix


Buruh Harian Lepas (BHL)............................................................ 23
Karyawan Tetap..............................................................................24
Kontrak........................................................................................... 25
PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA..................................................... 26
Persiapan Bahan Tanam...................................................................... 26
Pembibitan...........................................................................................27
Pelaksanaan Pengendalian Gulma (Weeding)..................................... 27
Pengendalian gulma secara manual................................................28
Pengendalian gulma secara kimia...................................................29
Kontrol Pertumbuhan (Penjarangan Anakan)..................................... 30
Pengelolaan Air................................................................................... 31
Pengukur tinggi air kanal................................................................32
Pizzo meter......................................................................................33
Bendungan...................................................................................... 34
Sensus..................................................................................................35
Panen................................................................................................... 37
Sensus Bersama...................................................................................38
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 41
Teknis Budidaya Sagu........................................................................ 41
Hasil.................................................................................................... 43

Taksasi Produksi Tanaman Sagu....................................................43
Taksasi produksi tanaman sagu empat divisi............................ 43
Pengujian beberapa metode penarikan contoh.......................... 45
Pengujian proporsi contoh........................................................ 46
Pengujian contoh sebesar 1,6% dengan penarikan contoh
Yang Dilakukan perkebunan......................................................47
Hidup-Mati Tanaman Sagu.............................................................48
Pembahasan......................................................................................... 49
Taksasi Produksi Tanaman Sagu....................................................49
Hidup-Mati Tanaman Sagu.............................................................51
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 53
Kesimpulan..........................................................................................53
Saran
............................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 54
LAMPIRAN....................................................................................................55

x

x xi

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Taksasi Produksi Divisi 1, 3 dan 4 Dengan Metode
Diagonal Arah Timur Ke Laut Barat................................................. 43
2. Taksasi Produksi Divisi 2 Dengan Metode Diagonal
Arah Barat Laut Ke Tenggara............................................................. 44
3. Hasil Pengujian Metode Penarikan Contoh Dengan
Variabel Tinggi Tanaman....................................................................46
4. Pengujian Berbagai Proporsi Contoh Taksasi Produksi
Dengan Variabel Tinggi Tanaman...................................................... 47
5. Pengujian Taksasi Produksi Contoh 1,6% Dengan
Yang Dilakukan Oleh Perkebunan......................................................48
6. Pengujian Berbagai Proporsi Contoh Hidup-Mati
Dengan Variabel Tinggi Tanaman..................................................... 49

TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DI
P.T. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT
HTI MURNI SAGU, SELAT PANJANG, RIAU

EDI WIRAGUNA
A24054284

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
EDI WIRAGUNA. Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon
spp.) Di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu,
Selat panjang, Riau. (Di bawah bimbingan M.H Bintoro Djoefrie dan Pasril
Wahid)
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya sagu. Aspek khusus
yang diamati dalam magang tersebut adalah taksasi produksi di P.T. National
Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu. Kegiatan magang dilaksanakan
di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu dari Bulan
Februari sampai bulan Juni 2009. Kegiatan magang menggunakan dua metode
yaitu metode langsung dengan melaksanakan kegiatan teknis budidaya dan melakukan pengamatan terhadap teknis budidaya di kebun tersebut serta melakukan
pengamatan khusus mengenai taksasi produksi. Kegiatan yang dilakukan di
perkebunan meliputi pengendalian gulma (manual dan kimia), penjarangan anakan, pembuatan lorong setapak, penyemprotan dan pengawasan pendalaman kanal.
Metode kedua yang dilakukan di perkebunan adalah taksasi produksi. Pengamatan taksasi produksi meliputi hidup-mati, tinggi tanaman, diameter, dan ciri
kematangan fisiologis tanaman sagu.
Percobaan taksasi produksi dilakukan dengan contoh 0,017% dari
populasi. Hasil dari taksasi produksi tidak menggambarkan keadaan sesungguhnya maka, pengujian beberapa metode penarikan contoh dilakukan. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah diagonal (dua metode), acak dalam baris, dan
enam petak terletak di pinggir. Pengujian empat metode tersebut menggunakan uji
t. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua metode dapat digunakan di P.T.
National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu.
P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu melakukan
sensus taksasi produksi dan hidup mati. Faktor pengamatan yang dilakukan
meliputi hidup-mati tanaman, tinggi dan ciri fisiologi. Sensus yang dilakukan
untuk taksasi produksi 10% dan hidup mati 50% dari populasi tanaman sagu.
Pengujian proporsi contoh dilakukan untuk memberi pertimbangan kepada
perkebunan tersebut. Pengujian proporsi contoh menggunakan metode pengaca-

iii

kan baris. Taksasi produksi dilakukan pada berbagai proporsi yaitu 1,6%; 3,2%;
4,8%; 9,7% dan 14,5%, sedangkan hidup-mati dilakukan pada tingkat proporsi
1,6%; 4,8%; 9,7%; 14,5%; 25,8%; 40,3%; 50% dan 64,5%. Tingkatan proporsi
tersebut dibandingkan dengan populasi. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa
untuk taksasi produksi dan hidup-mati cukup dengan menggunakan contoh sebanyak 1,6%.

TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DI
P.T. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT
HTI MURNI SAGU, SELAT PANJANG, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

EDI WIRAGUNA
A24054284

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Judul

: TAKSASI

PRODUKSI

TANAMAN

SAGU

(Metroxylon spp.) DI P.T. NATIONAL TIMBER AND
FOREST PRODUCT UNIT HTI MURNI

SAGU,

SELAT PANJANG, RIAU
Nama Mahasiswa

: EDI WIRAGUNA

NRP

: A24054284

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. H.M.H. Bintoro Djoefrie, M.Agr
NIP. 19480108 197403 1 001

Pembimbing II

Dr. Ir. Pasril Wahid, MS.
NIP. 080016303

Mengetahui,
Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc
NIP. 19610202 198601 1 008

Tanggal Lulus : ...................

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada tanggal 22
September 1987. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Dalimin dan Ibu
Wriningsih.
Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri Bandungrejo 2, kemudian pada
tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 4 Kutoarjo, Kabupaten
Purworejo. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 7 Purworejo pada tahun
2005. Pada tahun 2005 penulis lulus dan diterima di IPB melalui jalur SPMB.
Selanjutnya, pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Dari tahun 2006 hingga 2008 penulis menjadi pengurus organisasi mahasiswa daerah Gamapuri (Keluarga Mahasiswa Purworejo Di IPB). Dari Tahun
2006 sampai 2007 penulis menjadi pengurus Badan Pengawas Himpro (BPH)
yang bertugas mengawasi kinerja Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi).

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan magang yang berjudul

Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon spp.) Di P.T. National Timber And
Forest Product, Selat Panjang, Riau. Kegiatan magang tersebut merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
 Prof. Dr. Ir. H.M.H Bintoro Djoefrie, M.Agr dan Dr. Ir. Pasril Wahid, MS selaku
dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan dan saran-saran
dalam pembuatan laporan akhir ini.
 Bapak, Ibu, Kakak dan seluruh keluarga yang telah memberi semangat, dukungan
dan doa
 Pak Erwin, Pak Habib, Pak Budi, Kak Gia, Kak Budi, Kak Fikko dan seluruh staf
kantor P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu yang telah
memberikan banyak bantuan
 Ruri, Ratih, Adit, dan Shandra yang telah membantu memberi saran dan
membantu selama penelitian.
 Pak Nasrudin, Pak Cornelis, Pak Albert, Pak Pandu, Pak Alfian, Bang Jun, Bang
Ridwan dan seluruh karyawan P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI
Murni Sagu yang telah membantu dalam penelitian maupun magang
 Semua teman di Departemen Agronomi dan Hortikultura angkatan 42
Semoga laporan tugas akhir ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.

Bogor, September 2009

Penulis

viii

ix

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xii
PENDAHULUAN.............................................................................................1
Latar belakang....................................................................................... 1
Tujuan....................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
Botani Sagu........................................................................................... 3
Syarat Tumbuh...................................................................................... 4
Taksasi Produksi................................................................................... 5
Budidaya............................................................................................... 7
METODE MAGANG....................................................................................... 9
Waktu dan Tempat................................................................................ 9
Metode Magang.....................................................................................9
Taksasi produksi............................................................................. 10
Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar
0,017%....................................................................................... 10
Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar
1,2%........................................................................................... 11
Penarikan contoh acak dalam baris dengan contoh sebesar
1,2%........................................................................................... 12
Penarikan contoh enam petak dengan contoh sebesar 1,2%......13
Acak dalam baris dalam blok dengan berbagai proporsi
Contoh........................................................................................15
Pengujian contoh sebesar 1,6% dengan yang dilakukan
Perusahaan................................................................................. 15
Hidup-mati tanaman...................................................................... 17
Faktor Pengamatan.............................................................................. 17
Jumlah tanaman yang hidup-mati dalam tiap blok.........................17
Tinggi batang..................................................................................17
Diameter batang..............................................................................17
Ciri kematngan fisiologis tanaman sagu.........................................17
KONDISI UMUM KEBUN............................................................................18
Sejarah Kebun......................................................................................18
Letak Geografis dan Admnistratif.......................................................18
Keadaan Tanah dan Iklim....................................................................19
Areal Konsesi dan Pertanaman............................................................20
MENEJERIAL KEBUN................................................................................. 22
Pengorganisasian Kebun..................................................................... 22
Deskripsi Kerja Karyawan.................................................................. 23

ix

Buruh Harian Lepas (BHL)............................................................ 23
Karyawan Tetap..............................................................................24
Kontrak........................................................................................... 25
PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA..................................................... 26
Persiapan Bahan Tanam...................................................................... 26
Pembibitan...........................................................................................27
Pelaksanaan Pengendalian Gulma (Weeding)..................................... 27
Pengendalian gulma secara manual................................................28
Pengendalian gulma secara kimia...................................................29
Kontrol Pertumbuhan (Penjarangan Anakan)..................................... 30
Pengelolaan Air................................................................................... 31
Pengukur tinggi air kanal................................................................32
Pizzo meter......................................................................................33
Bendungan...................................................................................... 34
Sensus..................................................................................................35
Panen................................................................................................... 37
Sensus Bersama...................................................................................38
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 41
Teknis Budidaya Sagu........................................................................ 41
Hasil.................................................................................................... 43
Taksasi Produksi Tanaman Sagu....................................................43
Taksasi produksi tanaman sagu empat divisi............................ 43
Pengujian beberapa metode penarikan contoh.......................... 45
Pengujian proporsi contoh........................................................ 46
Pengujian contoh sebesar 1,6% dengan penarikan contoh
Yang Dilakukan perkebunan......................................................47
Hidup-Mati Tanaman Sagu.............................................................48
Pembahasan......................................................................................... 49
Taksasi Produksi Tanaman Sagu....................................................49
Hidup-Mati Tanaman Sagu.............................................................51
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 53
Kesimpulan..........................................................................................53
Saran
............................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 54
LAMPIRAN....................................................................................................55

x

x xi

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Taksasi Produksi Divisi 1, 3 dan 4 Dengan Metode
Diagonal Arah Timur Ke Laut Barat................................................. 43
2. Taksasi Produksi Divisi 2 Dengan Metode Diagonal
Arah Barat Laut Ke Tenggara............................................................. 44
3. Hasil Pengujian Metode Penarikan Contoh Dengan
Variabel Tinggi Tanaman....................................................................46
4. Pengujian Berbagai Proporsi Contoh Taksasi Produksi
Dengan Variabel Tinggi Tanaman...................................................... 47
5. Pengujian Taksasi Produksi Contoh 1,6% Dengan
Yang Dilakukan Oleh Perkebunan......................................................48
6. Pengujian Berbagai Proporsi Contoh Hidup-Mati
Dengan Variabel Tinggi Tanaman..................................................... 49

xi xii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Bentuk Penarikan Contoh Diagonal.................................................... 10
2. Teknik Penarikan Contoh Pendugaan Empat Divisi........................... 11
3. Teknik Penarikan Contoh Diagonal Populasi Satu Blok.....................12
4. Penentuan enam baris tanaman secara acak dan
Pengambilan contoh dalam blok........................................................ 13
5. Penentuan Enam Petak Contoh dan Teknik
Pengambilan Contoh Dalam Blok.......................................................14
6. Penarikan Contoh Pengacakan Baris...................................................15
7. Pengambilan Contoh Sebesar 10% Dilakukan di Satu Blok
Tanaman, Satu Divisi dan Empat Divisi............................................. 16
8. Berbagai Bentuk Banir Anakan Sagu..................................................26
9. Proses Pembuatan Rakit...................................................................... 27
10. Pelaksanaan Pengendalian Gulma Secara Manual..............................29
11. Proses Pengalian Kanal Dengan Ekskavator dan Pemancangan
Untuk Patokan Penggalian di Areal Intag...........................................32
12. Pemasangan Alat Pengukur Tinggi Air Kanal (Canal water level).... 33
13. Skema Pizzo Meter dan Pemasangan Pizzo Meter di Lapangan....... 34
14. Bendungan Dengan Pintu Air Buka Tutup..........................................35
15. Jalur Sensus Tanaman dan Pengukuran Keliling Tanaman................ 36
16. Penggelindingan Tual Pengukuran Panjang Tual Oleh
Mandor Panen..................................................................................... 38
17. Pelaksanaan Sensus Bersama.............................................................. 40

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Curah Hujan........................................................................................ 56
2. Temperatur Udara................................................................................57
3. Struktur Organisasi..............................................................................58
4. Peta Letak Kebun............................................................................... .59
5. Taksasi Produksi Divisi 1 Dengan Jumlah Contoh 0,017%................60
6. Taksasi Produksi Divisi 3 Dengan Jumlah Contoh 0,017%................60
7. Taksasi Produksi Divisi 4 Dengan Jumlah Contoh 0,017%................60
8. Beberapa Metode Penarikan Contoh Dengan Variabel
Tinggi Tanaman (ha)...........................................................................61
9. Berbagai Proporsi Contoh Taksasi Produksi Dengan
Kriteria Tinggi Tanaman.....................................................................61
10. Berbagai Proporsi Contoh Hidup-Mati Dengan Kriteria
Tinggi Tanaman.................................................................................. 62
11. Pengujian Contoh Sebesar 1,6% Dengan Taksasi
Produksi Yang Dilakukan Oleh Perkebunan.......................................62

PENDAHULUAN
Latar belakang
Sagu merupakan bahan makanan yang telah lama dikenal di Indonesia.
Haryanto dan Pengloli (1992) menyatakan bahwa penduduk Maluku, terutama di
desa-desa telah lama mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokok. Selain daerah
Maluku, Irian Jaya, Sulawesi, Kepulauan Mentawai di Sumatra Barat juga menggunakan sagu sebagai makanan pokok.
Sagu (Metroxylon spp.) di Indonesia tumbuh dalam bentuk hamparan
hutan yang kurang terpelihara sebagaimana mestinya. Sagu dapat tumbuh di
daerah rawa atau tanah marginal yang tanaman penghasil karbohidrat lainnya
sukar untuk tumbuh wajar. Tanaman sagu pertumbuhannya akan bagus jika
kadang-kadang tergenang air. Sagu pertumbuhannya akan kurang bagus apabila
selalu tergenang air.
Indonesia memiliki areal pertanaman atau hutan sagu terluas di dunia dan
memiliki diversitas genetik yang terkaya. Namun demikian perhatian terhadap
tanaman sagu masih sangat kurang hal ini ditandai dengan luas tanaman atau
hutan sagu belum diketahui secara pasti. Namun, menurut Manan dan Supangkat
dalam Bintoro (2008) luasan lahan sagu di Indonesia adalah 4 183 300 hektar.
Tanaman sagu mempunyai banyak manfaat dari daun sampai batangnya.
Daun dapat dijadikan atap rumah tradisional, tulang daunnya dapat dijadikan
dinding, lidinya dapat digunakan sebagai sapu, dan kulit batangnya dapat
dijadikan lantai. Empulur sagu setelah diparut dapat dijadikan pakan ternak.
Apabila setelah diparut, kemudian parutan tersebut diolah lebih jauh, maka
limbahnya yang berupa serat dapat dijadikan pakan ternak, media tumbuh jamur
atau untuk media berbagai tanaman pertanian. Limbah cairnya dapat dijadikan
sebagai pupuk. Pati sagu dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan,
misalnya bahan bakar “bio fuel” (etanol), bahan baku penyedap masakan (monosodium glutamat) gula cair, bahan baku plastik ramah lingkungan yang dapat
terurai dalam tanah dan pakan ternak.
Taksasi produksi adalah penghitungan cepat untuk mengetahui jumlah
tanaman sagu yang dapat dipanen. Keuntungan dari kegiatan tersebut adalah
mengetahui populasi lebih cepat dengan anggaran biaya yang lebih sedikit. Hal

2

tersebut sangat diperlukan oleh suatu perusahaan untuk memperkiraan hasil dalam
waktu singkat. Hasil taksasi produksi diharapkan mendekati keadaan sesungguhnya (populasi).
Taksasi produksi berguna untuk memperkirakan jumlah tanaman yang
dapat dipanen. Taksasi yang dilakukan untuk mengetahui jumlah tanaman setiap
fase pertumbuhan. Menurut Henanto (1996) di Propinsi Bengkulu rata-rata pohon
sagu yang dapat ditebang per hektar hanya 11 batang.
Taksasi produksi dilakukan di empat divisi. Divisi-divisi tersebut mempunyai jarak tanam 8 m x 8 m. Jarak tanam menentukan jumlah pati yang akan
didapat. Menurut Bintoro (1999) apabila, jarak antara tanaman yang terlalu dekat
maka pohon sagu yang dapat dipungut hasilnya hanya sedikit sekali. Di kawasan
yang tumbuh sagunya tidak dominan seperti di kawasan Kalimantan Selatan, ratarata pohon sagu yang dapat dipanen sekitar, lima pohon/hektar/tahun, padahal di
serawak pohon sagu yang dapat dipanen sekitar 150-250 pohon/hektar/tahun dan
produksi patinya sekitar 150-250 kg/ pohon.
Taksasi produksi mempunyai dua masalah utama. Masalah tersebut adalah
ketepatan jumlah contoh dan metode yang digunakan. Metode dan jumlah contoh
yang digunakan tepat apabila, hasil taksasi produksi mendekati sesungguhnya.

Tujuan
Pelaksanaan kegiatan magang bertujuan:
1. meningkatkan relevansi dan keterkaitan antara proses pendidikan dengan
lapangan kerja
2. memberikan pengalaman kerja praktis tentang aspek produksi dan pengelolaan secara sebenarnya
3. mengetahui cara teknis yang tepat dalam melakukan taksasi produksi sagu.
4. mempelajari teknis budidaya tanaman sagu (Metroxylon spp.) dari penyiapan lahan sampai dengan pemeliharaan tanaman
5. mencari jumlah contoh yang dapat digunakan untuk taksasi produksi dan
sensus hidup-mati
6. memperkirakan jumlah tanaman yang dapat dipanen

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Sagu
Tanaman sagu (Metroxylon spp.) merupakan tanaman monokotil. Secara
taksonomi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Ordo

: Spadiciflora

Famili

: Palmae

Genus

: Metroxylon

Spesies

: Metroxylon spp.

Bagian yang terpenting dari tanaman sagu adalah batang. Batang merupakan tempat untuk menyimpan cadangan makanan berupa karbohidrat. Batang
sagu berbentuk silinder dengan kulit luar yang keras dan bagian dalam berupa empulur yang mengandung serat-serat dan pati. Sagu memiliki daun sirip, menyerupai daun kelapa yang tumbuh pada tangkai daun. Bunga sagu majemuk yang keluar dari ujung batang sagu, berwarna merah kecoklat-coklatan seperti karat.
Batang sagu terdiri atas lapisan kulit bagian luar yang keras dan bagian dalam berupa empulur yang mengandung serat-serat dan pati. Tebal kulit luar yang
keras sekitar 3 – 5 cm dan bagian tersebut di daerah Maluku sering digunakan
sebagai bahan bangunan. Pohon sagu yang masih muda mempunyai kulit yang
lebih tipis dibandingkan sagu dewasa (Haryanto dan Pangloli, 1992).
Lapisan kulit paling luar berupa lapisan sisa-sisa pelepah daun sagu yang
terlepas, sehingga yang terlihat hanya lapisan kulit tipis pembungkus kulit dalam
yang keras. Pada tanaman sagu yang masih muda, kulit dalam tersebut tipis dan
tidak begitu keras. Serat dan empulur pada sagu muda masih muda dan banyak
mengandung air, sedangkan pada sagu dewasa sampai umur panen empulur dan
serat sudah mulai kering dan keras.
Daun sagu muda pada umumnya berwarna hijau muda yang berangsurangsur berubah menjadi hijau tua, kemudian berubah lagi menjadi coklat kemerah-merahan apabila sudah tua. Tangkai daun yang sudah tua akan lepas dari
batang dan meninggalkan bekas.
Pada pucuk tanaman sagu yang telah berbunga terdapat bunga jantan dan
betina. Bunga jantan mengeluarkan tepung sari sebelum bunga betina terbuka.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyerbukan terjadi secara silang,

4

maka jika tumbuh secara soliter (sendiri) jarang sekali berhasil membentuk buah.
Putik pada bunga betina mengandung tiga sel induk telur, tetapi hanya satu yang
keluar membentuk kecambah. Dua induk telur lainnya bersifat rudimenter
(Haryanto dan Pangloli, 1992).

Syarat tumbuh
Lingkungan yang baik untuk pertumbuhan sagu adalah daerah yang
berlumpur, akar napas tidak terendam, kaya mineral, kaya bahan organik, air
tanah berwarna coklat dan bereaksi agak masam. Habitat tersebut cocok untuk
pertumbuhan mikroorganisme yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman
sagu. Pada tanah-tanah yang tidak cukup mengandung mikroorganisme, pertumbuhan tanaman sagu akan kurang baik. Selain itu, pertumbuhan tanaman sagu juga
dipengaruhi oleh adanya unsur hara yang disuplai dari air tawar terutama
potasium, fosfat, kalium dan magnesium. Akar napas sagu yang terendam terus
menerus akan menghambat pertumbuhan tanaman sagu, sehingga pembentukan
pati dalam batang juga terhambat (Haryanto dan Pangloli, 1992).
Sagu tumbuh di daerah-daerah rawa yang berair tawar, rawa yang bergambut, sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air dan hutan-hutan rawa yang kadar
garamnya tidak terlalu tinggi (Haryanto dan Pangloli, 1992).
Kisaran keadaan hidrologi tempat tumbuh sagu sangat lebar yaitu sagu
dapat hidup pada lahan yang tergenang sampai yang tidak tergenang asal kelembaban tanah cukup tinggi, daya memegang air tinggi (karena banyak mengandung bahan organik), maupun oleh karena air tanah yang dangkal. Pada genangan
tetap, pertumbuhan sagu pada fase semai masih baik, tetapi pada fase pembentukan batang (tihang dan pohon) laju pertumbuhannya sangat lambat. Akibatnya
produksi pati per pohon rendah dan jumlah pohon masak tebang per hektar
sedikit. Pertumbuhan dan produksi tampak cukup baik pada lahan dengan
penggenangan berkala atau yang tidak tergenang (Bintoro, 1999)
Tanaman sagu dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian sampai 400 m
di atas permukaan laut (dpl). Lebih dari 400 m dpl pertumbuhannya lambat dan
kadar patinya rendah. Pada ketinggian di atas 600 m dpl, tinggi tanaman sagu

5

sekitar 6 m. Tegakan sagu secara alamiah ditemukan sampai 300 m dpl (Bintoro,
2008).
Sagu dapat tumbuh dengan baik dari daerah Filipina bagian Selatan (utara
Negara Indonesia) sampai pulau Rote ( Negara Indonesia bagian selatan) atau dari
10o LU – 10o LS dan dari Kepulauan Pasifik (barat Negara Indonesia) sampai ke
India bagian Timur (timur Negara Indonesia). Di kawasan tersebut hutan Sagu
ditemukan pada lahan-lahan dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl, di
sepanjang tepi sungai, di tepi danau ataupun di rawa-rawa dangkal (Bintoro,
2008).

Taksasi produksi
Taksasi produksi sagu adalah kegiatan memperkirakan jumlah tanaman
sagu yang dapat dipanen. Taksasi produksi dilakukan untuk memprediksi panen
setiap tahun.
Ciri-ciri tanaman sagu siap panen pada umumnya dapat dilihat dari
perubahan yang terjadi pada daun, duri, pucuk dan batang. Umumnya tanaman
sagu siap panen menjelang pembentukan primordia bunga atau kuncup bunga tapi
belum mekar. Pada saat tersebut daun-daun terakhir yang keluar mempunyai jarak
yang berbeda dengan daun sebelumnya dan daun terakhir juga agak berbeda, yaitu
lebih tegak dan ukurannya kecil. Perubahan lain adalah pucuk menjadi agak
menggelembung. Di samping itu duri semakin berkurang dan pelepah daun
menjadi lebih bersih dan licin dibandingkan dengan pohon yang lebih muda
(Haryanto dan Pangloli, 1992).
Pietries dalam Haryanto dan Pangloli (1992) menyatakan bahwa masyarakat Maluku mengenal empat tingkat kematangan sagu, yaitu tingkat wela atau
putus duri, tingkat maputih, tingkat maputih masa, dan tingkat siri buah.
Tingkat kematangan

putus duri (wela) adalah suatu fase kematangan

tanaman sagu yang sebagian duri pada pelepah daun telah lenyap. Pada saat tersebut sagu belum mencapai kematangan yang sempurna dan kandungan patinya
masih rendah. Kandungan pati hanya banyak terdapat pada bagian pangkal batang, sedangkan pada bagian ujung batang tidak mengandung pati. Walaupun
kandungan patinya rendah, dalam keadaan terpaksa pohon sagu dapat dipanen

6

pada fase tersebut (di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni
Sagu disebut fase buang duri).
Tingkat daun pendek (maputih) adalah tingkat kematangan sagu yang
ditandai dengan menguningnya pelepah daun. Duri yang terdapat pada pelepah
daun hampir seluruhnya lenyap, kecuali pada bagian pangkal pelepah masih
tertinggal sedikit. Daun muda yang baru terbentuk ukurannya semakin pendek dan
kecil. Pada tingkat tersebut sagu jenis M. rumphii MART sudah siap dipanen,
karena kandungan patinya sangat tinggi. Bila pemanenan dilakukan setelah fase
tersebut, kandungan patinya akan menurun dan rasanya tidak enak lagi (di P.T.
National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu disebut fase mutih).
Tingkat jantung (maputih masa) yaitu fase kematangan tanaman sagu yang
semua pelepah daun telah menguning dan kuncup bunga mulai muncul. Pada fase
tersebut kandungan pati telah padat mulai dari pangkal sampai ujung batang,
sehingga seluruh batang dapat diolah, tetapi patinya kurang enak terutama untuk
jenis sagu M. rumphii MART. Pada jenis sagu “ihur” (M. syvester MART) fase
tersebut merupakan waktu yang tepat untuk pemanenan (di P.T. National Timber
and Forest Product Unit HTI Murni Sagu disebut fase nyorong).
Tingkat sirih buah (siri buah) merupakan tingkat kematangan terakhir.
Kuncup bunga sagu telah mekar dan bercabang menyerupai tanduk rusa dan buahnya mulai terbentuk. Fase tersebut adalah saat yang paling tepat untuk memanen
sagu jenis M. longispinum MART. Jenis sagu lainnya pada tingkat tersebut sudah
menurun kandungan patinya, karena dipergunakan untuk pembungaan dan
pembentukan buah (di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni
Sagu disebut fase berbunga).
Tiap jenis tanaman sagu mempunyai fase kematangan optimum yang
berbeda. Umumnya sagu dipanen saat mulai muncul bunga, kalau sudah muncul
bunga bahkan muncul buah maka kandungan pati dalam batang sagu sudah
menurun.
Menurut Flach dalam Haryanto dan Pangloli (1992) sagu mulai mengakumulasi pati sejak saat pembentukan batang berlangsung. Kandungan pati dalam
batang sagu semakin lama semakin banyak, dan apabila sagu mendapat sinar
matahari yang cukup selama pertumbuhannya, kandungan pati dalam batang me-

7

ningkat secara linier sampai terjadi pembentukan bunga. Tanaman sagu yang mulai membentuk buah, kandungan pati dalam batang sagu menurun, karena sebagian digunakan untuk pembentukan buah, dan proses fotosintesis sudah berkurang
karena daun-daun sagu yang terbentuk sebelumnya sudah berukuran lebih kecil.

Budidaya
Anakan sagu yang akan digunakan sebagai bibit hendaknya diambil dari
induk sagu yang produksi patinya tinggi. Bibit yang masih segar mempunyai
pelepah daun yang masih hijau, sedangkan bibit sudah cukup tua dicirikan dengan
bonggol (banir) yang sudah keras. Bibit yang bagus dicirikan oleh pelepah pucuk
daun yang masih hidup, perakaran cukup, panjang pelepah minimal 30 cm, tidak
terserang hama penyakit, dan bonggol berbentuk L.
Persemaian dilakukan supaya saat penanaman kemungkinan kematiannya
kecil. Sebelum dilakukan persemaian, daun tua dipangkas lebih dahulu dengan
ketinggian 30 - 50 cm dari bonggol agar evaporasi dapat ditekan dan untuk
mempercepat pemunculan calon tunas pertama yang selanjutnya menjadi daun.
Bibit sagu kemudian dicelupkan dalam larutan fungisida misalnya M-45 dengan
dosis 2 g/l air. Bibit direndam selama 1 – 2 menit, setelah itu dikeringanginkan
selama 10 – 15 menit agar fungisida tersebut meresap.
Tanaman sagu menghasilkan pati optimum, apabila fotosintesis berjalan
dengan baik. Menurut Haska et al. (2007) fotosintesis merupakan proses biologis
yang mengubah energi matahari menjadi produk biomassa. Dalam rangka pemanfaatan sagu yang lebih efisien, pengetahuan yang tepat dan akurat tentang ekofisioligis dari tanaman sagu sangat diperlukan, terutama pengetahuan tentang karakter fotosintesis yang berhubungan erat dengan produksi pati.
Penanaman merupakan salah satu hal yang menentukan hasil panen. Menurut Amir et al. (1986) penanaman pohon sagu dengan cara menanam anakan sagu yang berumur 1 atau 2 tahun. Penanaman dengan cara memindahkan anakan
dari rumpun pohon sagu, kemudian memotong cabang atau pelepah tangkai daunnya dan ditanam pada lubang galian yang tersedia. Lubang tanaman tersebut
tidaklah terlalu besar dan dalam, tetapi cukup untuk memasukkan anakan sagu
yang digunakan sebagai bibit. Lubang ditimbun pada batas yang kelak akan keluar

8

akar-akar sagu. Pembersihan tanaman sagu dilakukan sewaktu-waktu bila ada
gangguan pertumbuhannya oleh semak-semak.

METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan magang mahasiswa Program Sarjana (S1) pada Departemen
Agronomi dan Hortikultura berlangsung selama empat bulan mulai bulan Februari
sampai Juni. Magang dan penelitian dilaksanakan di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Kabupaten Meranti, Propinsi Riau.
Metode Magang
Metode yang dilakukan adalah metode langsung dan tidak langsung.
Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja langsung di lapangan
dengan turut kerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan, wawancara, dan diskusi.
Metode tidak langsung dengan melakukan pengumpulan laporan bulanan, laporan
tahunan, dan arsip kebun.
Teknik budidaya yang dilakukan di kebun meliputi pembibitan, pembuatan
gawangan hidup, pembersihan keliling sagu (piringan), penjarangan anakan (pruning),
sensus, mengawasi penyemprotan, mengawasi ekskavator, mengawasi pembuatan
gawangan setapak (pasar tikus) dan pengawasan panen. Data yang diperoleh selama

melaksanakan kegiatan tersebut berupa prestasi kerja harian kontrak, prestasi
buruh harian lepas, prestasi kerja mahasiswa, hambatan dan pendukung teknis
budidaya, data tersebut kemudian dibandingkan dengan data kebun.
Aspek pengamatan yang dilakukan meliputi faktor menejerial, tenaga
kerja, sarana dan prasarana, pelaksanaan teknik budidaya yang dilakukan dan
prestasi kerja. Data yang didapat dilengkapi dengan wawancara. Wawancara dilakukan dengan karyawan, pekerja kontrak, maupun buruh harian lepas. Wawancara
dilakukan saat jam kerja maupun di luar jam kerja.
Aspek-aspek pengamatan yang dilakukan masih diperlukan pengamatan
lebih lanjut. Salah satu pengamatan yang perlu dilakukan adalah taksasi produksi.
Taksasi produksi terdiri atas jumlah dan teknik pengambilan contoh. Cara dan
jumlah contoh yang benar akan menghasilkan data yang mendekati populasi.
Pengujian dilakukan pada dua kriteria yaitu taksasi produksi dan hidupmati. Satu blok tanaman sagu seluas 50 ha. Jarak tanam yang digunakan 8 m x 8
m. Kedua kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

10

1. Taksasi produksi
a. Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar 0,017%
Penarikan contoh secara diagonal dilakukan dengan dua metode.
Kedua metode tersebut adalah susuan petak contoh membentuk diagonal
yang membentang dari barat laut ke tenggara (Gambar 1.a) dan dari timur
laut ke barat daya (Gambar 1.b). Rumpun contoh diambil ketiga dari tepi
blok.

U

(a)

Keterangan :

(b)

= petak contoh

= blok tanaman contoh
Gambar 1. Bentuk Penarikan Contoh Diagonal (a) Barat Laut Ke Tenggara Dan
(b) Timur Laut Ke Barat Daya
Pengambilan contoh yang digunakan untuk menduga empat divisi
dapat dilihat pada Gambar 2. Populasi yang diduga sebanyak empat divisi.
Satu divisi seluas 1 000 ha. Satu blok tanaman sagu seluas 50 ha. Setiap
divisi memiliki 20 blok. Jarak tanam yang digunakan 8 m x 8 m. Jumlah
contoh yang digunakan sebanyak 0,017 % (27 rumpun). Penarikan contoh
yang dilakukan sebagai berikut:
i. pemilihan satu blok setiap divisi
ii. blok terpilih dilakukan penarikan contoh 27 rumpun
iii. rumpun contoh dibagi dalam tiga petak kecil (Gambar 1)
iv. petak contoh membentuk diagonal

11

v. petak contoh terdiri atas sembilan rumpun contoh yang
membentuk persegi.
Kebun PT National Timber
and Forest Product

Pengukuran rumpun
contoh

4 divisi tanaman
sagu

Penarikan contoh 27
rumpun secara diagonal

Setiap divisi
terdiri atas 20 blok

Penarikan contoh 1
blok tanaman
secara acak

Gambar 2. Teknik Penarikan Contoh Pendugaan Empat Divisi
Rumpun contoh diukur tinggi batang, lingkar batang, jumlah
tanaman hidup dan tingkat kematangan tanaman sagu. Setiap rumpun sagu
terdiri atas dua pohon (anakan dan induk) atau lebih yang mempunyai
tinggi berbeda. Data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam tingkat
pertumbuhan tanaman sagu.
b. Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar 1,2%
Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh 1,2% dilakukan
dengan dua metode. Kedua metode tersebut adalah susuan petak contoh
membentuk diagonal yang membentang dari barat laut ke tenggara (Gambar 1.a) dan dari timur laut ke barat daya (Gambar 1.b). Rumpun contoh
diambil mulai ketiga dari tepi blok.
Pengujian penarikan contoh secara diagonal dengan contoh 1,2%
menggunakan populasi satu blok seluas 50 ha. Contoh diambil sebanyak
96 rumpun (1,2%). Penarikan contoh yang dilakukan adalah sebagai
berikut (Gambar 3):
i. populasi yang digunakan satu blok tanaman
ii. contoh terletak dalam petak contoh
iii. petak contoh membentuk diagonal
iv. dalam petak contoh terdapat 32 rumpun

12

v. petak contoh berbentuk persegi panjang dengan delapan
rumpun posisi utara-selatan dan