Pengaruh Sistem Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

(1)

PENGARUH SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

DWI ANGGRAINI 122101143

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

NAMA : DWI ANGGRAINI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NIM : 122101143

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

JUDUL : PENGARUH SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tanggal : ...2015 DOSEN PEMBIMBING

Doli M. Jafar Dalimunthe SE, M.Si NIP. 19830119 200604 1 001

.

Tanggal :...2015 KETUA PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

Dr. Yeni Absah, SE M.Si. NIP. 19741123 200012 2 001

Tanggal :...2015 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Prof.Dr.Azhar Maksum,SE,Mec.Ac,CA NIP. 19560407 198002 1 001


(3)

i Assalamu’alaikumWr. Wb.

Segala puji kepada Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, yang senantiasa tetap memberikan yang terbaik kepada seluruh umat di dunia.Begitu pula shalawat teriring salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa tatanan iman dan ajaran selamat menyelamatkan di dunia yang semu ini.

Rasa syukur yang sangat disampaikan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini guna memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan program studi pendidikan Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini dalah”PENGARUH SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA”.

Tugas Akhir ini merupakan hasil jerih payah penulis sebagai seorang manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Penulis juga menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini.

Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayah penulis, Asianto yang selama ini telah memberikan nasehat-nasehat terindah sertai bunda penulis, Lemsiwati yang telah mendidik dan mengayomi dengan penuh kesabaran dan kasih sayang yang


(4)

ii

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si dan selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dolli M. Jafar Dalimunthe, SE,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan koreksi kepada penulis.

4. Pak Irwanda, Pak Thoriq,Ibu Sari, Ibu Eti dan Bang Andi selaku pegawai pada Sub Bagian Bendahara Penerimaan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

5. Para teman-teman Program Studi D-III Keuangan stambuk 2012 yang telah berjuang bersama semasa kuliah.

Akhir kata, kepada pihak yang telah memberi bantuan yang takter nilai harganya ini, penulis mengucapkan terimakasih. Dan besar harapan penulis semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan pembaca sekalian.

WassalamualaikumWr.Wb.

Medan, 29 April 2015 Penulis


(5)

iii

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ... ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ...vii

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4

BAB II PROFIL DISPENDA PROVSU... ... 6

A. Sejarah Ringkas Perusahaan ... 6

B. Jaringan Usaha / Kegiatan ... . 8

C. Struktur Organisasi ... ... 11

D. Uraian Tugas ... 13

E. Kinerja Usaha Terkini ... ... 20

F. Rencana Kegiatan Perusahaan ... . 22

BAB III PEMBAHASAN...23

A. Pajak...23

B. Pajak Daerah...25

C. Pajak Kendaraan Bermotor...26

D. Pendapatan Asli Daerah...28

E. Sistem Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera utara...35

F. Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari Sistem Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor...41


(6)

iv BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...50 B. Saran...52 DAFTAR PUSTAKA


(7)

v

Tabel 2.1. Program & Kegiatan...9

Tabel 2.2. Tujuan & Indikator Kerja...21

Tabel 3.1. Sistem Organisasi SAMSAT...37

Tabel 3.2. Target Penerimaan PKB Provinsi Sumatera Utara...42

Tabel 3.3. Realisasi Penerimaan PAD Untuk Tahun 2011-2013...46


(8)

vi

No Gambar Judul Halaman Gambar 2.1. Struktur Organisasi Dispenda Provsu...12


(9)

1 A. Latar Belakang

Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tuntutan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah. Dengan adanya Otonomi Daerah yang diberlakukan pemerintah pada masa sekarang ini lebih terfokus pada peningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dianggap sangat penting. Kewenangan pemungutan jenis-jenis pajak daerah didasarkan atas prinsip keadilan berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada setiap daerah.

Salah satu jenis pajak daerah yang memiliki potensi yang semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan standar kebutuhan sekunder menjadi primer adalah pajak kendaraan bermotor, Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor.


(10)

Perlu diketahui bahwa sistem pemungutan pajak ada 3 (tiga) macam yaitu Official Assessment System, Self Assessment System, With Holding System.Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yangmemberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang dan With Holding System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Dalam melakukan pemungutan pajak kendaraan bermotor ini telah melibatkan tiga instansi pemerintah yaitu: Dinas Pendapatan Daerah, Polisi Republik Indonesia, dan PT. Persero Asuransi Kerugian Jasa Raharja. Dalam melaksanakan proses pencatatan dan pembayaran pajak kendaraan bermotor menggunakan Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (SAMSAT) yang dilakukan oleh SAMSAT terdiri dalam melakukan proses pengeluaran STNK, pembayaran pajak, BBNKB dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ). Selanjutnya dalam mewujudkan tercapainya kesatuan dalam rangka wawasan nusantara serta kebijakan yang baik bagi masyarakat sekitar wilayah Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka pengaturan yang akan dilakukan bagi pajak kendaraan bermotor oleh daerah dilaksanakan dalam melakukan pola keterpaduan dan keseragaman secara Nasional sehingga diperlukan sistem pemungutan pajak masyarakat khususnya para wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor .


(11)

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan wujud eksistensi lembaga yang menggali potensi daerah Provinsi Sumatera Utara. Hadirnya Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara sebagai lembaga penanggung jawab dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah serta meningkatkan kualitas pelayanan dibidang pengelolaan pendapatan asli daerah. Sektor pajak kendaraan bermotor dapat memberikan kontribusi yang terus meningkat setiap tahunnya guna meningkatkan sumber dana pembangunan tiap daerah masing-masing sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan lancer dan mengalami peningkatan. Jumlah obyek kendaraan bermotor Provinsi Sumatera Utara ini didapatkan dari jumlah obyek kendaraan bermotora ntar 32Kabupaten/ Kota yang terdapat di Sumatera Utara. Pembagian wilayah pengenaan pajak kendaraan bermotor di Sumatera Utara sendiri dikoordinir dan dibagi sesuai UPTD yang telah diatur oleh peraturan daerah masing-masing. Keterkaitan antara jumlah penduduk, jumlah obyek kendaraan bermotor dan pendapatan asli daerah menjadikan satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Semakin besar potensi dan realisasi pajak kendaraan bermotor maka akan semakin besar pula mempengaruhi jumlah pendapatan asli daerahnya.

Hal ini dapat terus ditingkatkan setiap tahunnya jika pemerintah dapat mengelola dengan baik sehingga akan mencapai realisasi pajak kendaraan bermotor melebihi dari potensi atau target yang telah ditetapkan. Untuk meningkatkan realisasi pajak kendaraan bermotor yang selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan asli daerah, pemerintah dapat mengatur upaya melalui kebijakannya sendiri sehingga dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang


(12)

mempengaruhi upaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dari sistem pemungutan pajak kedaraaan bermotor.

Berdasarkan uraian diatas maka Tugas Akhir ini diberi judul ’PENGARUH SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVSU”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: Apakah sistem pemungutan pajak berpengaruh terhadap upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan kinerja merupakan hasil akhir yang harus dicapai. Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem pemungutan pajak kendaraan bermotor berpengaruh terhadap upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ?

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dicapai dengan antara lain sebagai berikut:

a. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas dalam mendapatkan pengetahuan tentang Pengaruh sistem pemungutan pajak kendaraan bermotor.


(13)

b. Bagi Akademis, menambah perbendaharaan perpustakaan sehingga dapat acuan mahasiswa yang akan mendapatkan penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan Pengaruh Sistem Pemungutan pajak kendaraan bermotor.

c. Bagi pembaca yaitu sebagai masukan dan pertimbangan yang nantinya dapat bermanfaat sebagai referensi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam membuat paper ditahun-tahun mendatang yang berkaitan dengan Pengaruh sistem pemunguan pajak kendaraan bermotor


(14)

6 A. Sejarah Ringkas

Pada mulanya urusan pengelolaan Pendapatan Daerah berada dalam koordinasi Biro Keuangan sebagai Bagian Pajak dan Pendapatan.Berdasarkan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 102/II/GSU tanggal 6 Maret 1973 tentang Susunan Oranisasi Tata Kerja Setwilda Tingkat I Sumatera Utara, sejak 16 Mei 1973 Biro Keuangan berubah nomenklatur menjadi Direktorat Keuangan. sebagai konsekuensi perubahan tersebut maka Bagian Pajak dan Pendapatan mengalami perubahan menjadi Sub Direktorat Pendapatan Daerah pada Direktoriat Keuangan. Perubahan terus dilakukan dengan diterbitkannya SK Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 Maret 1975 Nomor 137/II/GSU (sebagai tindak lanjut Surat Keputusan Menteri dalam Negeri R.I. tanggal 7 Nopember 1974 Nomor Finmat 7/15/3/74), sehingga sejak tanggal 1 April 1975, Sub Direktorat Pendapatan Daerah ditingkatkan statusnya menjadi Direktorat Pendapatan Daerah. Selanjutnya, melalui SK Mendagri No.KUPD 3/12/43 tertanggal 1 September 1975 tentang “Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II seluruh Indonesia”, Direktorat Pendapatan Daerah berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah. Semula Pembentukannya dilakukan berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 14/II/GSU, yang lebih lanjut keberadaannya diperkuat dengan Perda Propinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 1976 (mulai berlaku tanggal 31 Maret 1976). Sebagai tindak lanjut dari UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintahan


(15)

Republik Indonesia (PP R.I) Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, Pemeritahan Provinsi Sumatera Utara mengeluarkan Peraturan Daerah(Perda) Nomor 3 tanggal 31 Juli 2001 tentang Dinas-Dinas sebagai Instusiteknis, yang membentuk Pemerintah Provinsi (Gubernur) dalammelaksanakan tugas desentralisasi, desentralisasi dan tugas pembantu (medebewind). Salah satu dinas tersebut adalah DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. Mengingat luasnya wilayah kerja Dinas Pendapatan yang meliputi seluruh wilayah Sumatera Utara maka untuk efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tupoksinya maka dibentuk UPTD/Unit Pelaksana Teknis Dinas (sebelumnya disebut cabang dinas). UPTD ini terdapat organisasi Sistem Administrasi Bersama di Bawah Satu Atap (SAMSAT). Sampai tahun2004, telah dibentuk sebanyak 14 unit, yang terkait dengan Kantor Bersama SAMSAT. Sebagai pernyelenggara sebagian kewenangan pemerintah maupun tugas dekonsentrasi dibidang pendapatan daerah, Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara memiliki peranan yang strategis “sebagai pengelola utama sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digunakan mendanai belanja Provinsi Sumatera Utara, dengan berpedoman pada prinsip akuntabilitas, transparansi, efesien, dan efektif”.

Terjadinya pergeseran paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari paradigma sentralistis kearah desentralistik yang ditandai dengan pemberian otonomi yang luas dan bertanggung jawab pada daerah, yang juga membawa perubahan kebijakan pemerintah diberbagai bidang. Penyelenggaraan otonomi daerah yang berkaitan dengan pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah dan peraturan perpajakan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah menetapkan


(16)

langkah-langkah dalam rangka pengelolaan sumber-sumber pendapatan yang potensial dan rasional agar dikelola dengan baik; maka Visi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara dirumuskan sebagai berikut MENJADIKAN DINAS PENDAPATAN DAERAH YANG PROFESIONAL DAN BERKUALITAS DALAM PEMBERDAYAAN POTENSI DAERAH MENUJU OTONOMI DAERAH YANG MAJU DAN MANDIRI

Untuk merealisasi visi, guna memberikan arah dan tujuan yang fokus terhadap program kegiatan pengelolaan sumber pendapatan daerah maka ditetapkan misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemandirian daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan Pemerintahan Umum dan Pembangunan.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan yang profesional. B. Jaringan Usaha/Kegiatan

Strategi pencapaian tujuan/sasaran Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara terdiri dari kebijakan dan program. Kebijakan merupakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati untuk dijadikan pedoman/pegangan atau petunjuk dalam pelaksanaan program dan kegiatan agar lebih terarah, terpadu sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Kebijakan yang telah ditetapkan dijabarkan secara rinci dalam program strategis dan selanjutnya kebijakan dan program ini akan dijabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan.Strategi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang dapat mendukung dalam tercapainya proses kegiatan yang melewati sasaran dan target dapat dilihat dalam program dan kegiatan-kegiatan berikut


(17)

Tabel 2.1

Program Dan Kegiatan

PROGRAM KEGIATAN

Program Peningkatan Sarana Prasarana Aparatur

1 Penyediaan Prasarana (membangun gedung baru)

2 Perbaikan Prasarana (rehabilitasi gedung)

3 Perbaikan Sarana (fasilitas) Kantor

4 Pemenuhan Sarana (melengkapi fasilitas) Kantor

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya

Aparatur

1

Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada PNS untuk mengikuti jenjang pendidikan formal (program belajar dan izin

belajar) 2

Penyertaan PNS pada diklat teknis (kursus penjenjangan untuk peningkatan karier)

3

Penyertaan PNS pada diklat fungsional (kursus untuk meningkatkan kemampuan

fungsional) 4

Melaksanakan study banding keluar Provinsi Sumatera Utara

5

.Melaksanakan bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan


(18)

PROGRAM KEGIATAN

6 Melakukan evaluasi secara berkala terhadap kinerja para staf

Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

1 Pemasangan dan Pengembangan Jaringan Teknologi Informasi

Program Peningkatan Pendapatan Daerah

1 Meningkatkan koordinasi dengan berbagai pihak

2 Melakukan sosialisasi 3 Melakukan Razia

4 Pendistribusian Wilayah Pengelolaan


(19)

C. Struktur organisasi

Perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari terdiri dari beberapa bagian, dimana bagian yang satu dengan bagian lainnya saling berkaitan erat. Untuk memperjelas kedudukan dan bagian setiap personalia dibutuhkan suatu struktur organisasi yang jelas.

Struktur Organisasi perusahaan merupakan salah satu factor penting yang mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Dengan adanya struktur organisasi akan memudahkan dalam menuntun dan mengawasi pelaksanaan kegiatan perusahaan berdasarkan tugas dan tanggung jawab.

Struktur organisasi merupakan pemisahan yang jelas bagi setiap bagian dari perusahaan. Dari struktur organisasi tersebut dapat kita lihat dengan jelas pendegelasian wewenang dari setiap bagian, pendegelasian wewenang dari setiap bagian, pendegelasian wewenang mengandung unsur-unsur tersebut setiap personalia pada perusahaan dapat menentukan sampai dimana personalia tersebut harus mempertanggung jawabkan tugas serta kewajiban.

Untuk mencapai visi dan misi perusahaan maka diperlukan organisasi yang secara efektif yang dapat menjalankan roda perusahaan yang dijabarkan dalam struktur organisasi perusahaan.

Adapun struktur organisasi Dinas pendapatan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:


(20)

STRUKTUR ORGANISASI

DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVSU

SUB BAG SUB BAG SUB BAG

UMUM KEUANGAN PROGRAM

M.Sahrijal Erizal S.Sos Achmad

Nst S.Sos fadly S.Sos

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara (2015, data diolah) Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provsu

KEPALA DINAS H.Rajali. S.Sos. MSp

SEKRETARIS Halina. Sh

BID RETRIBUSI & PENDAPATAN

LAINNYA

Riawan. SE BID PAJAK AIR

&PAJAK LAINNYA

Rita Mestika Hayati Sp..Msi

SEKSI RETRIBUSI

Drs H. Datok Bondaharo

M.IKom SEKSI TEHNIS

PERPAJAKAN

Adriansyah P. Srg SE

SEKSI PENDAPATAN

LAINNYA

Yudhi Armand SIP. MM SEKSI KEBERATAN& SENGKETA PERPAJAKAN Amelida Amin.SE SEKSI PEMBUKUAN DAN PEKLAPORAN

Risto Antono. SE SEKSI

PEMBUKUAN & PELAPORAN

Wina Amenta Tarigan SStp BID PENGEMBANGAN

&PENGENDALIAN

H.Guntur Hsb. S.sos.Msp

BID PAJAK KENDARAAN BERMOTOR &KENDARAAN DIATAS

AIR

Dr.Victor L MAp.MSp

SEKSI PERENCANAAN &PENGEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH Hj.Novidawaty S.sos

SEKSI EVALUASI & PENGENDALIAN

PENDAPATAN DAERAH

Rizki Rawalman. SE

SEKSI HUKUM & PUBLIKASI

Hj.Yusraidah Srg. SH

SEKSI TEHNIS PAJAK KENDARAAN BERMOTOR & KENDARAAN DIA TAS

AIR

Ahmad S Hrp S.Sos MM

SEKSI KEBERATAN & SENGKETA KENDARAAN

BERMOTOR &KENDARAAN DIATAS

AIR

Susi Hariyani. SE

SEKSI PEMBUKUAN DAN PELAPORAN


(21)

D. Uraian Tugas (Job Description)

a. Kepala dinas

(1) Kepala Dinas Pendapatan mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas otonomi, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantu di bidang pendapatan.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas Kepala Dinas menyelenggarakanfungsi: a. Penyiapan konsep kebijakan daerah, ketentuan dan standar

pelaksanaan daerah kabupaten/kota serta standar pelaksanaan tugas-tugas dinas dibidang pendapatan daerah.

b. Penyelenggaraan koordinasi dan kerja sama dengan pihak terkait, pembinaan, pengendalian teknis dan evaluasi panggilan potensi, pemberdayaan potensi dan pemungutan sumber yang di tetapkan. c. Penyusunan dan pelaksanaan rencana jangka menengah dan

tahunan dibidang pendapatan daerah, sesuai kebijakan daerah, ketentuan dan standar yang diterapkan.

d. Pelaporan dan pertanggung jawabkan atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah sesuai standar yang ditetapkan.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur dan sekretaris daerah sesuai standar yang ditetapkan masukan yang telah ditetapkan sesuai bidang tugas dan fungsinya.

(3) Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Kepala Dinas dibantu oleh : A. Sekretaris .


(22)

C. Kepala Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.

D. Kepala Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya.

E. Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

F. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

b. Sekretaris

(1) Sekretaris mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam pembinaan dan pengelolaan kepegawaian, keuangan, umum dan penyusunan program. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud point (1), Sekretaris

menyelanggarakan fungsi :

a) Penyusunan dan penyempurnaan standar penyelenggaraan urusan pemberdayaan kepegawaian, keuangan, tata usaha dana administrasi umum barang/perlengkapan serta penyusunan program.

b) Perencanaan dan pengadaan, kebutuhan internal dan kebutuhan administrasi umum barang/perlengkapan serta penyempurnaan peningkatan pengelolaan, pemeliharaan atas penggunaannya.

c) Perencanaan, pengelolaan dan peningkatan pendayagunaan organisasi dan kepegawaian, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.


(23)

d) Perencanan, pengelolaan, dan pengurusan pertanggung jawaban keuangan dinas, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan. e) Perencanaan dan peningkatan sistem kerja serta pengelolaan

barang/perlengkapan dinas, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

b. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas, sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

f) Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya.

(3) Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaiman di maksud point (1), sekretaris dibantu oleh :

a) Sub Bagian Sekretaris Umum b) Sub Bagian Keuangan

c) Sub Bagian Program

c.Kepala Bidang Pengembangan dan Pengendalian

(1) Kepala Bidang Pengembangan dan Pengendalian mempunyai tugas membentu Kepala Dinas dalam bidang penyusunan perencanaan dan pengembangan pendapatan daerah, evaluasi dan pengendalian pendapatan daerah serta hokum dan publikasikan.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud point(1), Kepala Bidang Pengembangan dan Pengendalian menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana strategis jangka menengah dan tahunan dinas, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.


(24)

b) Pelaksanaan penyusunan perencanaan dan pengembangan pendapatan daerah, evaluasi dan pengendalian pendapatan daerah serta hokum dan publikasi sesuai ketentuan standar.

c) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.

d) Pemberian yang dimasukan yang perlu kepada Kepala Dinas sesuai bidang tugasnya.

e) Pelaporan dan pertanggung jawaban atas peaksanaan tugas dan fungsinya kepada kepala dinas sesuai standar yang ditetapkan. (3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud poin (1), Kepala

Bidang Pengembangan dan Pengendalian dibantu oleh :

1. Seksi Pengembangan dan Pengendalian Pendapatan Daerah; 2. Seksi Evaluasi dan Pengendalian Pendapatan Daerah; 3. Seksi Hukum dan Publikasi;

3. Kepala Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di a) Atas Air (PKB-KAA)

(1) Kepala Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air yang selanjutnya disebut PKB-KAA mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang teknis perpajakan, keberatan dan sengketa PKB-KAA, pembukuan dan pelaporan PKB-KAA serta Bea Balik Nama/Kendaraan Bermotor-Kendaraan di Atas Air yang selanjutnya disebut BBN/KB-KAA.


(25)

(2) Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Bidang PKB-KAA,mempunyai tugas:

a) Penyusunan dan penyempurnaan standar teknis pengelolaan PKB-KAA serta BBN/KB-KAA, penatausahaan danpemberian pertimbangan penyelesaian keberatan pajak, intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan, pembukuan dan pelaporan.

b) Pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengendalian programjangka menengah dan tahunan dibidang teknis perpajakan, keberatan PKB-KAA, pembukuan dan pelaporan sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan. c) Penyelenggaraan koordinasi dan pengolahan data dalam

pengelolaan PKB-KAA serta BBN/KB-KAA, Intensifikasi dan Ekstifikasi, Keberatan PKB-KAA, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala dinassesuai bidang tugas dan fungsinya.

e) Pemberian masukan yang perlu dari kepala Bidang PKB kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas bidang yang dimiliki bagian Kepala Bidang tersebut.

f) Pelaporan dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas, sesuai standar yang ditetapkan.


(26)

(3) Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud point (1), Kepala Bidang PKB-KAA dibantu oleh :

a) Seksi Teknis PKB-KAA.

b) Seksi Keberatan dan Sengketa PKB-KAA. c) Seksi Pembukuan dan Pelaporan.

4. Kepala Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya

(1) Kepala Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya, mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang teknis perpajakan, keberatan dan sengketa perpajakan, pembukuan dan pelaporan. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud point (1),

Kepala Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya menyelenggarakan fungsinya :

a) Penyusunan dan penyempurnaan standar teknis perpajakan, keberatan dan sengketa perpajakan, pembukuan dan pelaporan, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan. b) Pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengendalian program

pembangunan jangka menengah dan tahunan sesuai standar yang di tetapkan, rencana jangka menengah tahunan dibidang teknis perpajakan, keberatan dan sengketa perpajakan, pembukuan dan pelaporan.

c) Pelaksanaan, koordinasi dan pendataan dalam pengelolaanteknis perpajakan, keberatan dan sengketa


(27)

perpajakan, pembukuan dan pelaporan sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinassesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

e) Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

(3) Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana dimaksud point (1) Kepala Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya dibantu oleh:

a) Seksi Teknis Perpajakan

b) Seksi Keberatan dan Sengketa Perpajakan c) Seksi Pembukuan dan Pelaporan

5. Kepala Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya

(1) Kepala Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang teknis retribusi, pendapatan lainnya, pembukuan dan pelaporan.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud point (1), Kepala Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan dan penyempurnaan standar teknis retribusi, pendapat lainnya, pembukuan dan pelaporannya.

b) Pelaksanaan dan pengkoordinasian dan pengendalian rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan


(28)

dibidang retribusi dan pendapatan lainnya sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

c) Pelaksanaan koordinasi, bimbingan teknis, sosialisasi dan penetapan dan pemungutan retribusi dan pendapatan lainnya, menyiapkan bahan dalam teknis retribusi dan pendapatan lainnya, intensifikasi dan ekstensifikasi serta pembukuan dan pelaporan sesuai ketentuan dan stanar yang ditetapkan.

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.

e) Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.

(3) Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud point

(1) Kepala Kepala Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya dibantu oleh :

a) Seksi Retribusi

b) Seksi Pendapatan Lainnya c) Seksi Pembukuan dan Pelaporan E. Kinerja Terkini

Untuk mengetahui pencapaian kinerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara perlu diketahui capaian kinerja kebijakan, program, dan sasaran kegiatan. Capaian kinerja ini menunjukkan hal-hal yang ingin dicapai oleh seluruh jajaran Dinas Pendapatan Kota Medanmelalui implementasi seluruh kebijakan


(29)

program dan kegiatan. Dalam penilaian maupun pengukuran kinerja kegiatan yang dilakukan dapat dilihat dari sejauh mana adanya kesesuaian antara program dengan kegiatan yang dilaksanakan yang dapat dilihat daril Tujuan dan Indikator Kinerja berikut:

Tabel 2.3

Tujuan dan Indikator Kerja

NO TUJUAN INDIKATOR KERJA

1. Meningkatkan Kualitas Administrasi Perkantoran

Meningkatkan kelancaran rutinitas tugas pokok dan fungsi

2 Meningkatkan Sarana Prasarana Aparatur

Menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan dan berkualitas 3 Meningkatkan Disiplin Aparatur Meningkatkan kepatuhan terhadap

ketentuan kepegawaian 4 Memfasilitasi Pindah/Purna Tugas

PNS

Mengoptimalkan sistem administrasi kepegawaian

5 Meningkatkan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

Mempersiapkan sumber daya

manusia yang berkualitas dan memiliki integritas serta akuntabel


(30)

NO TUJUAN INDIKATOR KERJA

6 Meningkatkan Pengembangan

Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

Mempersiapkan tercapainya sistem pelaporan pendapatan daerah cepat, tepat dan akuntabel

7 Meningkatkan Pendapatan Daerah Mengintensifkan potensi serta upaya-upaya mendapatkan sumber-sumber penerimaan bagi Provinsi Sumatera Utara

Sumber; Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara (2015, data diolah)

F. Rencana Usaha/Kegiatan

Rencana Usaha Kegiatan merupakan tindakan nyata untuk melakukan program, dalam jangka waktu tertentu, yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan. Tujuan penyusunan rencana usaha kegiatan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah untuk mencapai sasaran dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Berikut kebijakan yang yang telah ditentukan:

1. Kebijakan Optimalisasi Pajak Provinsi 2. Kebijakan Optimalisasi Retribusi Provinsi

3. Kebijakan Optimalisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah 4. Kebijakan Penetapan Harga


(31)

23 A. Pajak

a. Pengertian Pajak

Menurut Soemitro dalam Waluyo (2011:10), pajak adalah iuran rakyat kepada negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) dan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

b. Asas Pemungutan Pajak

1. Asas domisili ( Asas Tempat tinggal )

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.

2. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas pengahasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib pajak.

3. Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara c. Sistem Pemungutan Pajak


(32)

1. Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak memberi wewenang pemerintah (fiskus) untuk menentukan besar-besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus 2) Wajib pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak yang timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang .

Ciri-cirinya:

1) Wewenang Untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri.

2) Wajib pajak aktif, Mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri- cirinya; Wewenang mnentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, Pihak selain fiskus dan wajib pajak.


(33)

B. Pajak daerah a. Definisi Pajak daerah

Menurut Resmi (2009:9) Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (Pajak Provinsi) maupun pajak daerah tingkat II (Pajak Kabupaten/Kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak iuran wajib yang dilakukan oleh objek atau Badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan Peraturan Daerah dan Pembangunan Daerah..

b. Jenis-Jenis Pajak Daerah

1. Jenis - jenis pajak daerah tingkat I (Provinsi) a. Pajak Kendaraan Bermotor.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. d. Pajak Air Permukaan.

e. Pajak Rokok.

2. Jenis - jenis pajak daerah tingkat II (kab/kota) a. Pajak Hotel.

b. Pajak Restoran. c. Pajak Hiburan. d. Pajak Reklame.

e. Pajak Penerangan Jalan.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. g. Pajak Parkir.


(34)

h. Pajak Air Tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet.

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. k. Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

C. Pajak kendaraan bermotor

a. Definisi Pajak kendaraan bermotor.

Menurut UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak & Retribusi Daerah, Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.

b. Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Objek pajak atas kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan disemua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7. (Tujuh Gross Tonnage).


(35)

c. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor

Subjek Pajak atas Kendaraan Bermotor adalah (Pasal 4 Undang-undang No 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah) :

1. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor.

2. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan Bermotor.

3. Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut.

c. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur pokok (Pasal 5 Undang-undang No 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah) :

1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan

2. bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.

3. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara No 1 tahun 2012 tentang pajak daerah, pasal 7 dan 8 menyebutkan bahwa besarnya pokok pajak kendaraan bermotor yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak kendaraan bermotor dengan 2 unsur pokok sebagaimana yang diatur dalam pasal Undang-undang No 28 tahun 2009. Tarif kendaraan bermotor sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 perda no 1 tahun 2012 adalah :


(36)

1) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1,5 % (satu koma lima persen),

2) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 5 % (lima persen),

3) Kendaraan bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, kendaraaan bermotor milik badan sosial, keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah ditetapkan sebesar 1 %

4) Tarif pajak kendaraan bermotor alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 0,2 %.

5) Bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama. Sehingga

6) Kontribusi yang dimaksud dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh pendapatan pajak atas kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah.

D. Pendapatan Asli Daerah

a. Pengertian pendapatan asli daerah

Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal/angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.


(37)

Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah”. Sedangkan menurut Rahman (2005:38) Pendapatan asli daerah Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah ,hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otoda sebagai perwujudan asas desentralisasi. Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam rnelaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau dan segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan kesatuan perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah.

Sebagaimana telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pendapatan daerah dalam hal ini pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber dana pembiayaan pembangunan daerah pada Kenyataannya belum cukup memberikan sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan pemerintah daerah menggali dan


(38)

meningkatkan pendapatan daerah terutama sumber pendapatan asli daerah.

Dalam penjelasan Undang-undang No.33 Tahun 2004 Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi Daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudkan asas desentralisasi.

b. Sumber-sumber pendapatan asli daerah

Menurut Abdullah (2002:144) dalam upaya memperbesar peran pemerintah daerah dalam pembangunan, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan operasionah rumah tangganya. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa pendapatan daerah tidak dapat dipisahkan dengan belanja daerah, karena adanya saling terkait dan merupakan satu alokasi anggaran yang disusun dan dibuat untuk melancarkan roda pemerintahan daerah.

Sebagaimana halnya dengan negara, maka daerah dimana masing-rnasing pemerintah daerah mempunyai fungsi dan tanggung jawab untuk meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan rakyat dengan jalan melaksanakan pembangunan disegala bidang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah bahwa “Pemerintah daerah berhak dan berwenang menjalankan otonomi, seluas-Iuasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”. (Pasal 10) Adanya hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan Kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, merupakan satu upaya


(39)

untuk meningkatkan peran pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi daerahnya dengan mengelola sumber-sumber pendapatan daerah secara efisien dan efektif khususnya Pendapatan asli daerah sendiri.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan bahwa Pemerintah Daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri diberikan sumber-sumber pedapatan atau penerimaan keuangan Daerah untuk membiayai seluruh aktivitas dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat secara adil dan makmur.

Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagaimana datur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157, yaitu: 1) Hasil pajak daerah;

Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah disamping retribusi daerah. Pengertian pajak secara umum telah diajukan oleh para ahli, misalnya Sumitro (2011:1) yang merumuskannya “Pajak lokal atau pajak daerah ialah pajak yang dipungut oleh daerah-daerah, seperti Provinsi, Kotapraja, Kabupaten, dan sebagainya”. Sedangkan Menurut Siagian (2000:2) merumuskannya sebagai, “pajak negara yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik”. Dengan demikian ciri-ciri yang menyertai pajak daerah dapat diikhtisarkan seperti berikut:

a. Pajak daerah berasal dan pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah;


(40)

b. Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang;

c. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang- undang dan/atau peraturan hukum Lainnya;

d. Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai perigeluaran daerah sebagai badan hukum publik; 2) Hasil retribusi daerah;

Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi daerah. Pengertian retribusi daerah dapat ditetusuri dan pendapat-pendapat para ahli, misalnya Panitia Nasrun merumuskan retribusi daerah Menurut Riwu (2005:171) adalah pungutan daerah sebagal pembayaran pemakalan atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah baik Iangsung maupun tidak Iangsung”.

Dari pendapat tersebut di atas dapat diikhtisarkan ciri-ciri pokok retribusi daerah, yakni:

a) Retribusi dipungut oleh daerah;

b) Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang Iangsung dapat ditunjuk;

c) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau mengenyam jasa yang disediakan daerah;

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Kekayaan daerah yang dipisahkan berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dan penguasaan umum yang dipertanggung jawabkan melalui


(41)

anggaran belanja daerah dan dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggung jawabkan sendiri. Dalam hal ini hasil laba perusahaan daerah merupakan salah satu dari pada pendapatan daerah yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Maka sewajarnya daerah dapat pula mendirikan perusahaan yang khusus dimaksudkan untuk menambah penghasilan daerah disamping tujuan utama untuk mempertinggi produksi, yang kesemua kegiatan usahanya dititik beratkan kearah pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya serta ketentraman dan kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu, dalam batas-batas tertentu pengelolaan perusahaan haruslah bersifat professional dan harus tetap berpegang pada prinsip ekonomi secara umum, yakni efisiensi

Berdasarkan ketentuan di atas maka walaupun perusahaan daerah merupakan salah satu komponen yang diharapkan dapat memberikan kontribusinya hagi pendapatan daerah, tapi sifat utama dan perusahaan daerah bukanlah berorientasi pada profit (keuntungan), akan tetapi justru dalam memberikan jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum. Atau dengan perkataan lain, perusahaan daerah menjalankan fungsi ganda yang harus tetap terjainin keseimbangannya, yakni fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Walaupun demikian hal ini tidak berarti bahwa perusahaan daerah tidak dapat memberikan kontribusi maksimal bagi ketangguhan keuangan daerah.

Menurut Riwu (2005:188) Pemenuhan fungsi sosial oleh perusahaan daerah dan keharusan untuk mendapat keuntungan yang memungkmnkan perusahaan daerah dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah,


(42)

bukanlah dua pilihan dikotomis yang saling bertolak belakang. Artinya bahwa pemenuhan fungsi sosial perusahaan daerah dapat berjalan seiring dengan pemenuhan fungsi ekonominya sebagai badan ekonomi yang bertujuan untuk mendapatkan laba/keuntungan. Hal ini dapat berjalan apabila profesionalisme dalam pengelolaannya dapat diwujudkan.

4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b. Jasa giro;

c. Pendapatan bunga;

d. Keuntungan seIisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah Sedangkan menurut Rosalia dalam Tjokroamidjojo (2004: 160) sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah antara lain:

a) Dari pendapatan melalui pajak yang sepenuhnya diserahkan kepada daerah atau yang bukan menjadi kewenangan pemajakan pemerintah pusat dan masih ada potensinya di daerah;

b) Penerimaan dari jasa-jasa pelayanan daerah, misalnya retribusi, tarif perizinan tertentu, dan lain-lain;

c) Pendapatan-pendapatan daerah yang diperoleh dari keuntungan-keuntungan perusahaan daerah, yaitu perusahaan yang mendapat modal sebagian atau seluruh dari kekayaan daerah;


(43)

d) Penerimaan daerah dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, dengan ini dimaksudkan sebagai bagian penerimaan pusat dan kemudian diserahkan kepada daerah;

e) Pendapatan daerah karena pemberian subsidi secara langsung atau yang penggunaannya ditentukan daerah tersebut;

f) Seiring terdapat pemberian bantuan dari pemerintah pusat yang bersifat khusus karena keadaan tertentu. Di Indonesia hal ini disebut ganjaran; g) Penerimaan-penerimaan daerah yang didapat dari pinjaman-pinjaman

yang dilakukan pemerintah daerah

E. Sistem Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Provsu

Sistem pemungutan pajak kendaraan bermotor dilingkungan Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu primadona pendapatan pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara dikarenakan tiap tahunnya jumlah kendaraan bermotor mengalami penambahan. Untuk menghasilkan kinerja pelayanan yang baik dalam hal ini wajib pajak kendaraan bermotor, maka terbenutuklah loket-loket yang terdiri dari:

1) Loket 1 : pengambilan formulir

2) Loket 2 : pendaftaran, penerbitan SKPD, penetapan PKB, dan penetapan SWDLLJ

3) Loket 3 : Pembayaran PKB dan pengecapan

4) Loket 4 : Penyerahan STNK, TNKB dan PENENG

Dalam melakukan pembayaran wajib pajak instansi memberikan layanan bagi masyarakat melalui sistem kerja sama dengan jasa perbankan dalam hal ini


(44)

Bank Daerah SUMUT untuk memudahkan wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar PKB/KB layanan ini sejalan dengan budaya organisasi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara yakni melakukan Prima dalam Pelayanannmya, berikut fasilitas yang telah diberikan:

1. Samsat Drive Thru : Counter layananan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dengan pengesahan STNK sehingga mempermudah Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

2. Sistem dan prosedur layanan Samsat Drive Thru membawa kendaraan yang bersangkutan ke lokasi Dhrive Thru. Wajib Pajak tidak perluturun dari kendaraannya, cukup hanya mempersiapkan dokumen asli.

3. Samsat Corner yakni layanan pengesahan STNK, pembayaran PKB dan SWDKLIJ di pusat pembelanjaan (Mall, Supermarket, Hypermarket). Durasi maksimal 5 menit (terhitung sejak berkas diproses). Samsat Corner yang telah beroperasi Samsat Corner Sun Plaza dan Samsat Corner Plaza Medan Fair.

4. Bus Keliling merpakan fasilitas layanan pembantu yang disiapkan untuk pengesahan STNK, pembayaran PKB dan SWDKLLJ dengan menggunakan kendaraan bermotor yang beroperasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya.


(45)

Adapula faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dalam sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, yang meliputi:

Pertama, luasnya wilayah pengelolaan pajak Provinsi Sumatera Utara, maka sejak dibentuk tanggal 1 September 1975 dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, secarabertahap dilakukan pembentukan/pengembangan Unit Pelaksana Teknis Dinas/UPTD. Dalam perkembangannya, pada beberapa UPTD ini terdapatorganisasi SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal dibawah Satu Atap). Sampai tahun 2015, telah terbentuk sebanyak 32 unit UPTD, yang sekaligus terkait dengan Kantor Bersama SAMSAT, yakni:

Tabel 3.1

Sistem Organisasi Samsat

NO WILAYAH KERJA

KABUPATEN/KOTA

UPTD/SAMSAT SAMSAT PEMBANTU

UNIT

1 Kota Medan & Sebagian Deli Serdang

Medan Utara;

Didukung oleh Samsat Corner Plaza Medan Fair, Bus Keliling; Samsat Keliling

Drive Thru;

1

Medan Selatan;

Didukung oleh Samsat Corner Sun Plaza, Bus Setempat Keliling dan Samsat Gerai Marelan;


(46)

NO WILAYAH KERJA KABUPATEN/KOTA

UPTD/SAMSAT SAMSAT PEMBANTU

UNIT

2 Kota Binjai Binjai 1

3 Kabupaten Langkat Stabat 1

Pangkalan Brandan 1

4 Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam 1

5 Kabupaten Aerdang Bedagai Sei Rampah 1

6 Kota Tebing Tinggi Tebing Tinggi 1

7 Kota Pematang Siantar Siantar 1

8 Kabupaten Simalungun Perdagangan 1

9 Kabupaten Tiba samosir Balige 1

10 Kabupaten Samosir Panguruan 1

11 Kabupaten Tapanuli Utara Tarutung 1

12 Kabupaten Humbang Hasundutan

Dolok Sanggul 1

13 Kota Sibolga Sibolga 1

14 Kabupaten Tapanuli Tengah Barus 1

15 Kota Tanjung Balai Tanjung Balai 1

16 Kota Padang Sidempuan Padang Sisempuan 1

17 Kabupaten Tapanuli Selatan Sibuhuan 1

18 Kabupaten Asahan Kisaran 1

19 Kabupaten Batubara 1.Lima Puluh

2. Samsat Gerai Indrapura


(47)

NO WILAYAH KERJA KABUPATEN/KOTA

UPTD/SAMSAT SAMSAT PEMBANTU

UNIT

20 Kabupaten Dairi Sidikalang 1

21 Kabupaten Pakpak Barat Salak 1

22 Kabupaten Karo Kabanjahe 1

23 Kabupaten Labuhan Batu Rantau Prapat 1 24 KabupatenLabuhan Batu

Selatan

Kota Pinang 1

25 Kabupaten Labuhan Batu Utara

Kota Aek Kanopan 1

26 Kabupaten Mandailing Natal 1.Payabungan 2.Natal

1

27 Kabupaten Nias Gunung Sitoli 1

28 Kabupaten Nias Barat -

29 Kabupaten Nias Selatan Teluk Dalam 1

30 Kabupaten Nias Utara -

31 Kabupaten Padang Lawas Sibuhuan 1

32 Kabupaten Padang Lawas Utara

Gunung Tua 1

Sumber:Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara (2015,data diolah).

agar unit pelayanan ini proporsional dalam memberikan pelayanan sehingga menghasilkan pengelolaan yang efesien dan efektif sesuai dengan keberadaan


(48)

Kabupaten dan Kota yang saat ini berjumlah 32 Kabupaten/Kota, maka disetiap Kabupaten/Kota harus terdapat minimal 1 unit kantor Pelayanan.

Kedua, Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak, yang dapat berpengaruh pada besarnya penerimaan pajak yang digunakan untuk pembangunan daerah. Karena masih banyak wajib pajak yang menunggak dalam pembayaran pajak maka akan memperlambat pembangunan daerah adakah sebaiknya para wajib pajak untuk lebih menyadarkan diri untuk membayar pajak karena sudah merupakan kewajibannya.

Ketiga, Masih kurangnya pengetahuan tentang pajak oleh wajib pajak mengakibatkan proses pemungutan pajak jadi terhambat.

Keempat, ketidak seimbangnya antara jumlah petugas pemungutan pajak dengan jumlah wajib pajak yang setiap tahun semakin meningkat.

Kelima, secara umum kondisi sarana dan prasarana yang ada belum memadai untuk mendukung kelancaran proses administrasi. Oleh sebab itu, dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah, upaya-upaya penataan terus dilakukan, baik dengan cara meningkatkan kualitasnya maupun dengan cara menambah kuantitasnya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi efektivitas sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada Unit Pelayanan Pendapatan Daerah khususnya pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang belum memadai, petugas yang masih terbatas yang dapat memperlambat pelayanan terhadap wajib pajak, yang menyebabkan penumpukan berkas dan waktu yang kurang efesien dalam pelayanan sehingga belum mencapai target.Sedangkan


(49)

faktor eksternal dapat dilihat dari luas wilayahnya yang menyebabkan penerimaan belum mencapai target karena keterlambatan dalam proses pelaporan dari wajib pajak dan tingkat kesadaran wajib pajak yang masih kurang dalam tata cara pemungutan.

F. Upaya peningkatan pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Sistem pajak Kendaraan Bermotor pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu primadona bagi pembiayaan pembangunan di Daerah, Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pemungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial, yang pemungutannya diatur berdasarkan Peraturan Daerah No.1 Pasal 3 Tahun 2011 tentang Pajak Kendaraan Bermotor. Dijelaskan pula, bahwa semua orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor wajib membayar pajak dengan nama Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang dipungut di Wilayah Daerah tempat kendaraan bermotor didaftarkan.

Fakta bahwa Pajak Daerah bermasalah antara target dan realisasinya, demikan juga terhadap Pajak Kendaraan Bermotor. Maka dari itu penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor haruslah diimbangi dengan efektivitas dalam proses pemungutannya. Pengelolaan Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penerimaan-penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor sebagai komponen Pendapatan Asli Daerah khususnya pada Provisnsi Sumatera Utara. Penerimaan Pajak Pajak Kendaraan Bermotor dapat


(50)

dinyatakan efektif apabila realisasi melampui target yang telah ditetapkan. Berikut inimerupakan target dan realisasinya Pajak Kendaraan Bermotor di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 3.2

Target Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

TAHUN TARGET TARGET REALISASI

PENERIMAAN

PERSENTASE

2011 1.000.000.991.000 1.046.727.575.214 104,57% 2012 1.199.237.457.346 1.211.376.190.415 101.01 % 2013 1.340.999.154.058 1.322.318.068.189 98.61% Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pajak Kendaraan Bermotor pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara (2015,data diolah).

Berdasarkan tabel diatas dari tahun 2012 hingga tahun 2013 penerimaan dari Pajak Kendaraan Bermotor mengalami kenaikan yang cukup siginifikan, apalagi jika dilihat pada tahun 2013, hal ini tentunya dapat membangun pemikiran yang positif dari masyarakat bahwa pihak-pihak yang terkait dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor ini telah menjalankan peran dan fungsinya masing-masing dengan baik dikarenakan kenaikan yang terjadi pada penerimaan pendapatan pajak tersebut.Selama periode 2011–2013, terjadi peningkatan target dan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor di Sumatera Utara, yang mengindikasikan bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor memberikan kontribusi yang terus meningkat terhadap PAD.


(51)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan indikator penting untuk menilai tingkat kemandirian pemerintah daerah dibidan keuangan, semakin tinggi peranan Pendapatan Asli Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), mencerminkan keberhasilan usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan dan penyelenggaraan pembangunan serta pemerintah, dengan meningkatnya PAD, akan mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap subsidi atau bantuan pemerintah pusat. Selain itu pemerintah daerah akan lebih leluasa membelanjakan penerimaannya sesuai dengan prioritas pembangunan yang sedang dilaksanakan didaerahnya. Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu pemasok Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan PAD merupakan salah satu bagian dari APBD. APBD merupakan dasar dan modal penyelenggaraan otonomi dan pembangunan daerah. Sehingga dapat diketahui bahwa betapa pentingnya posisi dan fungsi PKB dalam pelaksanaan otonomi dan pembangunan daerah. Oleh karena itu upaya peningkatan PAD melalui PKB perlu dilakukan terlebih penyelenggaraan otonomi dan pembangunan daerah memerlukan modal finansial yang begitu banyak, dan jumlah kendaraan bermotor semakin lama semakin banyak. Hal ini merupakan peluang bagi upaya peningkatan PAD. Hal ini pula yang menyebabkan PKB menjadi primadona dalam upaya peningkatan PAD. Jika melakukan upaya peningkatan PAD melalui sektor PKB, berarti harus melakukan upaya peningkatan PKB terlebih dahulu. Meningkatnya perolehan PKB menjadikan meningkatnya pula PAD, dan meningkatnya PAD maka meningkat pula APBD. Demikian juga sebaliknya jika perolehan PKB menurun maka mengakibatkan penurunan terhadap PAD, dan menurunnya PAD akan menurunkan perolehan APBD.


(52)

Jadi diantara PKB, PAD, dan APBD memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan PKB, antara lain:

1. Dengan membuat aturan yang dapat menunjang upaya peningkatan PKB; 2. Melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan untuk meningkatkan

upaya pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor

3. Dengan memberitahukan kepada masyarakat tentang penitingnya membayar pajak, agar masyarakat dapat membayar wajib pajak taat dan tepat Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah pada Pajak Kendaraan Bermotor juga mengalami banyak hambatan, berikut yang dapat dilakukanPKB sehingga dapat menanggulangi hambatan-hambatan yang terjadi,

4. antara lain:

a. Memperbaiki aturan hukumnya;

b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas petugas pelaksana c. Melengkapi fasilitas (sarana dan prasarana)

d. Memerbaiki kondisi masyarakat, meningkatkan kesadaran wajib Pajak Kendaraan Bermotor agar taat dan tepat melaksanakan kewajibannya membayar Pajak Kendaraan Bermotor.Akan tetapi walaupun demikian hambatan jugan akan tetap ada. Hal ini wajar karena memang kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, watak, sifat masyarakat yang beraneka ragam, sehingga dapat mempengaruhi ketaatan mereka dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor. Hambatan hambatan yang ditemui diwilayah Kantor Bersama SAMSAT adalah:

a. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang pindah alamat tanpa pemberitahuan. Hal ini akan menyulitkan petugas dalam mencarinya;


(53)

b. Kendaraan yang dibeli secara kredit dengan menggunakan jasa leasing akan tetapi karena tidak dapat mengangsur cicilannya kemudian kendaraan ditarik kembali. Hal ini menyebabkan pembeli tidak mau membayar Pajak Kendaraan Bermotornya;

c. Kendaraan yang sudah rusak atau hilang yang kemudian menyebabkan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor tidak mau membayar Pajak Kendaraan Bermotornya;

d. Kendaraan yang sudah dipindah tangankan (dijual) kepada pihak lain tetapi masih belum balik nama. Karena merasa sudah menjual kendaraannya maka pemilik pertama tidak mau membayar PKBnya, sedangkan pemilik baru juga kurang memperhatikan kewajiban membayar Pajak Kendaraan Bermotornya.

Fakta lain menyatakan, walaupun jumlah penerimaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) cenderung menunjukkan peningkatan dan memberikan konstribusi yang besar terhadap penerimaan daerah, pencapaian hasil relatif masih dibawah target. Khususnya pencapaian target (realisasi) penerimaan pajak daerah dari sub-sektor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), berikut realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah.


(54)

Tabel 3. 3

Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Tahun Jenis Penerimaan Jumlah

PKB BBN-KB PBB-KB APU/ABT

2011 1.046.727.575.214 1.533.366.072.193 539.657.139.592 21.372.670.438 3.141.123.907.437

2012 1.211.376.190.415 1.808.944.474.183 587.582.131.614 28.171850.002 3.636.074.646.214

2013 1.322.318.068.189 1.642.093.635.022 682.716.876.960 1.909.046.044 3.685.437.787.937

Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pajak Kendaraan Bermotor pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara (2015, data diolah)

Dilihat dari tabel diatas bahwa realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah setiap Tahunnya mendapatkan perubahan penerimaan yang diterima oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara terutama yang diterima bagian penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor. Kebijakan pemerintah untuk memberlakukan pajak pajak progeresif atas kepemilikan kepemilikan kendaraan bermotor lebih dari satu dengan nama dan alamat yang sama tidak hanya memiliki satu tujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) saja namun kebijakan ini diharapkan mampu mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di kotakota besar. Dengan terjadinya pengurangan penggunaan kendaraan bermotor diharapkan mampu mengurangi tingkat kemacetan arus lalu lintas yang menyebabkan kemacetan arus lalu lintas yang berada ditempat tersebut terutama pada kota-kota besar.

Berikut pengenaan pajak progresif didasarkan pada kepemilikan kendaraan bermotor:


(55)

1) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% dan paling tinggi sebesar 2%

2) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% dan paling tinggi sebesar 10% Salah satu pajak yang sangat besar pengaruhnya terhadap kas daerah adalah Pajak Kendaraan Bermotor. Dalam peraturan Nomor 5 tahun 2011 Pajak Kendaraan Bermotor termasuk dalam kategori pajak provinsi dalam hal ini daerah Provinsi Sumatera Utara. Peraturan daerah tentang pajak daerah menyebutkan pada bab1 bahwa pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

G. Kontribusi Pajak Kendaraan bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Pada hakekatnya penyelenggaraan pemerintah ditujukan kepada terciptanya fungsi pelayanan publik (public service). Pemerintah yang baik cenderung menciptakan terselenggaranya fungsi pelayanan publik dengan baik pula. Sebaliknya, pemerintah yang buruk mengakibatkan fungsi pelayanan publik tidak akan terselenggara dengan baik pula. Prinsip tata pemerintahan yang baik,


(56)

tidak hanya terbatas pada penggunaan perundang-undangan yang berlaku, melainkan dikembangkan dengan menerapkan prinsip penyelenggaraan pemerintah yang baik yang tidak hanya melibatkan pemerintah atau negara (state) semata, tetapi harus melibatkan sistem birokrasi maupun ekstern birokrasi. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan indikator penting yang dinilai sebagai tingkat kemandirian pemerintah daerah di bidang keuangan. Semakin tinggi peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), mencerminkan keberhasilan usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan dan penyelenggaraan pembangunan serta pemerintah. Dengan meningkatnya pendapatan asli daerah, akan mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap subsidi atau bantuan dari pemerintah pusat. Selain itu pemerintah daerah akan lebih leluasa membelanjakan penerimaan sesuai dengan prioritas pembangunan yang sedang dilaksanakan di daerahnya.Adapun kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.4

Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah

TAHUN PAJAK KENDARAAN

BERMOTOR

KONTRIBUSI

2011 1.046.727.575.214 33,32%

2012 1.211.376.190.415 33,31%

2013 1.322.318.068.189 35,87%


(57)

Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak Kendaraan bermotor merupakan salah satu primadona daerah karena memberikan kontribusi yang cukup besar. Selama periode tahun 2011 – 2013, kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap PAD Provinsi Sumatera Utara berkisar 33 – 35%, dimana pada tahun 2013 sebesar 35,87%, Hal ini menunjukkan bahwa pajak kendaraan bermotor memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD Provinsi Sumatera Utara, sehingga penerimaan dari pajak kendaraan bermotor menjadi salah satu sumber utama PAD Provinsi Sumatera Utara.


(58)

50 A. Kesimpulan

Dari hasil analisa dan pembahasan mengenai pengaruh Sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Dalam Sistem pemungutan Pajak Kendaraan bermotor pada provinsi Sumatera Utara melibatkan tiga instansi yaitu Dinas Pendapatan Daerah, Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah dan PT Jasa Raharja. Ketiga instansi ini bekerja sama melayani masyarakat yang bernaung dibawah satu atap atau satu kantor yang disebut dengan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT). Sebelum adanya SAMSAT, masyarakat harus mendatangi ketiga instansi tersebut ditempat yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan biaya dan tenaga, hal ini sangat dirasakan tidak efesien serta memberatkan masyarakat. Namun dikarenakan tiap tahunnya jumlah kendaraan bermotor mengalami penambahan .untuk menghasilkan kinerja yang baik dalam hal ini wajib pajak kendaraan bermotor dilakukan pembentukan/pengembangan UPTD, pada beberapa UPTD ini terdapat organisasi SAMSAT tahun tahun 2015, telah terbentuk 32 unit UPTD.Dalam melakukan pembayaran wajib pajak instansi memberikan layanan bagi masyarakat melalui sIstem kerjasama dengan jasa perbankan untuk memudahkan wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar PKB/KB. Sistem pemungutan pajak daerah yang dipergunakan dalam pajak


(59)

kendaraan Bermotor yaitu system official assessment, hal tersebut dijelaskan dari proses pemungutan pajak bedasarkan penetapan kepala daerah dan SKPD atau dokumen lainnya yang sudah ditentukan pemerintah (fiskus).

2. Dalam melakukan upaya peningkatan PAD melalui sektor PKB, berarti harus melakukan upaya peningkatan PKB terlebih dahulu. Meningkatnya perolehan PKB menjadikan meningkatnya pula PAD, dan meningkatnya PAD maka meningkat pula APBD. Demikian juga sebaliknya jika perolehan PKB menurun maka mengakibatkan penurunan terhadap PAD,dan menurunnya PAD akan menurunkan perolehan APBD. Jadi diantara PKB, PAD, dan APBD memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan. Hal ini merupakan peluang bagi upaya peningkatan PAD. Dan Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak Kendaraan bermotor merupakan salah satu primadona daerah karena memberikan kontribusi yang cukup besar. Selama periode tahun 2011 -2013, kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap PAD Provinsi Sumatera Utara berkisar 33 – 35%, dimana pada tahun 2013 sebesar 35,87%, Hal ini menunjukkan bahwa pajak kendaraan bermotor memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD Provinsi Sumatera Utara, sehingga penerimaan dari Pajak kendaraan bermotor menjadi salah satu sumber utama PAD Provinsi Sumatera Utara


(60)

B. Saran

Berdasarkan Kesimpulan diatas, Penulis mengemukakan saran Kepada instasi Pemerintahan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera utara dalam upaya peningkatan PAD khususnya pada sektor Pajak Kendaraan bermotor yaitu sebagai berikut:

1. Dalam rangka mengelola sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digunakan mendanai belanja Provinsi Sumatera Utara, dengan berpedoman pada prinsio akuntabilitas, transparansi, efesien dan efektif. Dengan peran yang strategis ini, maka Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara dituntut untuk mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah secara terus menerus khususnya penerimaan dari Pajak Provinsi, mampu memberikan dan mewujudkan pelayanan prima dalam melaksanakan administrasi Pajak Provinsi kepada Wajib Pajak sejalan dengan budaya Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, terus memberikan kemudahan bagi wajib pajak dan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pajak, serta mampu mengoptimalkan kewenangan dibidang Pajak Provinsi Sumatera Utara.

2. Dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, UPTD Pelayanan Pendapatan Provinsi Sumatera Utara dapat lebih berperan aktif lagi dalam mengelola sumber pendapatan Daerah yang ada dalam wilayah kerjanya sehingga tidak akan ditemukan kesalahan dalam perhitungan dan lainnya sehingga Aparat UPTD dapat lebih jeli dalam memantau, mendata dan sekaligus menagih terhadap objek pajak yang masih menunggak dan belum


(61)

terpantau dan terdata, karena masih banyak tunggakan kendaraan bermotor yang tidak membayar pajak dan BBN–KB.


(62)

54

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. B Ilyas, Wirawan. 2011. Perpajakan Indonesia, buku 1 Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.

Mardiasmo. 2006. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: ANDI.

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus, Buku 1 edisi 5. Salemba Empat. Jakarta.

Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus, Buku 1 edisi 8. Salemba Empat. Jakarta.

Halim, Abdul. 2014. Manajemen Sektor Publik: Problematika Penerimaan dan

Pengeluaran Pemerintah (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara/Daerah). Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009. Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2011. Tentang Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Pendapatan Asli Daerah-Negara Hukum. 14 Nov 2011 (diakses 23 april 2015).

Buku Profil Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. dispenda.sumutprov.go.id>web (diakses 21 april 2015).


(1)

49

Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak Kendaraan bermotor merupakan salah satu primadona daerah karena memberikan kontribusi yang cukup besar. Selama periode tahun 2011 – 2013, kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap PAD Provinsi Sumatera Utara berkisar 33 – 35%, dimana pada tahun 2013 sebesar 35,87%, Hal ini menunjukkan bahwa pajak kendaraan bermotor memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD Provinsi Sumatera Utara, sehingga penerimaan dari pajak kendaraan bermotor menjadi salah satu sumber utama PAD Provinsi Sumatera Utara.


(2)

50 A. Kesimpulan

Dari hasil analisa dan pembahasan mengenai pengaruh Sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Dalam Sistem pemungutan Pajak Kendaraan bermotor pada provinsi Sumatera Utara melibatkan tiga instansi yaitu Dinas Pendapatan Daerah, Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah dan PT Jasa Raharja. Ketiga instansi ini bekerja sama melayani masyarakat yang bernaung dibawah satu atap atau satu kantor yang disebut dengan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT). Sebelum adanya SAMSAT, masyarakat harus mendatangi ketiga instansi tersebut ditempat yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan biaya dan tenaga, hal ini sangat dirasakan tidak efesien serta memberatkan masyarakat. Namun dikarenakan tiap tahunnya jumlah kendaraan bermotor mengalami penambahan .untuk menghasilkan kinerja yang baik dalam hal ini wajib pajak kendaraan bermotor dilakukan pembentukan/pengembangan UPTD, pada beberapa UPTD ini terdapat organisasi SAMSAT tahun tahun 2015, telah terbentuk 32 unit UPTD.Dalam melakukan pembayaran wajib pajak instansi memberikan layanan bagi masyarakat melalui sIstem kerjasama dengan jasa perbankan untuk memudahkan wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar PKB/KB. Sistem pemungutan pajak daerah yang dipergunakan dalam pajak


(3)

51

kendaraan Bermotor yaitu system official assessment, hal tersebut dijelaskan dari proses pemungutan pajak bedasarkan penetapan kepala daerah dan SKPD atau dokumen lainnya yang sudah ditentukan pemerintah (fiskus).

2. Dalam melakukan upaya peningkatan PAD melalui sektor PKB, berarti harus melakukan upaya peningkatan PKB terlebih dahulu. Meningkatnya perolehan PKB menjadikan meningkatnya pula PAD, dan meningkatnya PAD maka meningkat pula APBD. Demikian juga sebaliknya jika perolehan PKB menurun maka mengakibatkan penurunan terhadap PAD,dan menurunnya PAD akan menurunkan perolehan APBD. Jadi diantara PKB, PAD, dan APBD memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan. Hal ini merupakan peluang bagi upaya peningkatan PAD. Dan Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak Kendaraan bermotor merupakan salah satu primadona daerah karena memberikan kontribusi yang cukup besar. Selama periode tahun 2011 -2013, kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap PAD Provinsi Sumatera Utara berkisar 33 – 35%, dimana pada tahun 2013 sebesar 35,87%, Hal ini menunjukkan bahwa pajak kendaraan bermotor memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD Provinsi Sumatera Utara, sehingga penerimaan dari Pajak kendaraan bermotor menjadi salah satu sumber utama PAD Provinsi Sumatera Utara


(4)

B. Saran

Berdasarkan Kesimpulan diatas, Penulis mengemukakan saran Kepada instasi Pemerintahan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera utara dalam upaya peningkatan PAD khususnya pada sektor Pajak Kendaraan bermotor yaitu sebagai berikut:

1. Dalam rangka mengelola sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digunakan mendanai belanja Provinsi Sumatera Utara, dengan berpedoman pada prinsio akuntabilitas, transparansi, efesien dan efektif. Dengan peran yang strategis ini, maka Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara dituntut untuk mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah secara terus menerus khususnya penerimaan dari Pajak Provinsi, mampu memberikan dan mewujudkan pelayanan prima dalam melaksanakan administrasi Pajak Provinsi kepada Wajib Pajak sejalan dengan budaya Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, terus memberikan kemudahan bagi wajib pajak dan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pajak, serta mampu mengoptimalkan kewenangan dibidang Pajak Provinsi Sumatera Utara.

2. Dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, UPTD Pelayanan Pendapatan Provinsi Sumatera Utara dapat lebih berperan aktif lagi dalam mengelola sumber pendapatan Daerah yang ada dalam wilayah kerjanya sehingga tidak akan ditemukan kesalahan dalam perhitungan dan lainnya sehingga Aparat UPTD dapat lebih jeli dalam memantau, mendata dan sekaligus menagih terhadap objek pajak yang masih menunggak dan belum


(5)

53

terpantau dan terdata, karena masih banyak tunggakan kendaraan bermotor yang tidak membayar pajak dan BBN–KB.


(6)

54

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. B Ilyas, Wirawan. 2011. Perpajakan Indonesia, buku 1 Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.

Mardiasmo. 2006. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: ANDI.

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus, Buku 1 edisi 5. Salemba Empat. Jakarta.

Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus, Buku 1 edisi 8. Salemba Empat. Jakarta.

Halim, Abdul. 2014. Manajemen Sektor Publik: Problematika Penerimaan dan

Pengeluaran Pemerintah (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara/Daerah). Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009. Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2011. Tentang Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Pendapatan Asli Daerah-Negara Hukum. 14 Nov 2011 (diakses 23 april 2015).

Buku Profil Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. dispenda.sumutprov.go.id>web (diakses 21 april 2015).