Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Cosplayer Berdasarkan Komunikasi Simbolik T1 362008028 BAB IV

(1)

BAB IV

BUDAYA POP JEPANG DAN KOMUNITAS

COSPLAY

JAICO

Dalam penelitian ini penulis akan melihat bagaimana konsep diri cosplayer berdasarkan komunikasi yang dilakukan dengan simbol. Cosplay sendiri adalah bagian dari budaya pop Jepang. Untuk melihat hubungan antara Konsep Diri cosplayer dengan budaya pop Jepang maka penulis memberikan penjelasan atau gambaran secara umum mengenai budaya pop Jepang, khususnya budaya pop yang berhubungan dengan Cosplay.

2.1.Anime

Anime (baca: a-ni-me, bukan a-nim) adalaha nimasi khas Jepang, yang biasanya dicirikan melalui gambar-gambar berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita, yang ditujukan pada beragam jenis penonton. Anime dipengaruhi gaya gambar manga, komik khas Jepang (http://id.wikipedia.org/wiki/Anime, 7 Februari 2014)

Gambar 3


(2)

Sumber : devianart.com

Kata anime tampil dalam bentuk tulisan dalam tiga karakter katakanaa, ni, me yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris "Animation" dan diucapkan sebagai "Anime-shon".Anime pertama yang mencapai kepopuleran yang luasAstro Boy karya Ozamu Tezuka pada tahun 1963. Sekarang anime sudah sangat berkembang jika dibandingkan dengan anime zaman dulu.Dengan grafik yang sudah berkembang sampai alur cerita yang lebih menarik dan seru.Masyarakat Jepang sangat antusias menonton anime dan membaca manga.Dari anak-anak sampai orang dewasa. Mereka menganggap, anime itu sebagai bagian dari kehidupan mereka, Hal ini yang membuat beberapa televisi kabel yang terkenal akan beberapa film kartunnya, seperti Cartoon Network dan Nickelodeon mengekspor kartunnya. Sekarang anime menjadi sebuah bisnis yang menggiurkan bagi semua orang, dan banyak juga orang yang memanfaatkan hal ini untuk sebuah tindakan kejahatan.Pembuat anime itu sendiri disebutanimator.Para Animator itu bekerja disebuah perusahaan media untuk memproduksi sebuah anime. Di dalam perusahaan itu, terdapat beberapa animator yang saling bekerja sama untuk menghasilkan sebuah anime yang berkualitas. Tapi sangat disayangkan, gaji dari para animator tersebut kecil jika dibandingkan dengan kerja keras mereka.Hal ini yang membuat para animator enggan untuk bekerja secara professional.Mereka merasa hal itu tidak sebanding dengan usaha yang telah mereka lakukan.Para animator itu sendiri sering disebut Seniman Bayangan. Karena mereka bekerja seperti seorang seniman yang

berusaha mengedepankan unsur cerita dan unsur

intrinsiknya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Anime, 7 Februari 2014)

Pembajakan juga mempersulit para animator untuk mendapatkan keuntungan penuh dari hasil kerja keras mereka, meski ternyata juga ada "gosip" yang mengatakan bahwa ada juga pihak produsen anime itu sendiri yang menyebarluaskan karya mereka di luar jalur perdagangan resmi (mungkin gratisan atau dibajak) dengan tujuan untuk lebih memopulerkan hasil karya mereka. Tidak sedikit yang orang yang


(3)

pergi ke Jepang untuk belajar mengenai pembuatan anime (dan manga tentunya) karena tertarik setelah melihat berbagai anime yang telah menyebar ke berbagai pelosok dunia di berbagai benua.Adapun pihak yang membuat hasil karya yang serupa atau bahkan mungkin meniru ciri anime, misalnya Korea dan beberapa negara Asia lainnya.

Teknologi CG (Computer Graphics) dan Teknologi Visual, Komputer telah mempermudah pembuatan anime sekarang ini, karena itu ada yang menganggap bahwa kualitas artistiknya lebih rendah dibandingkan dengan anime masa lalu. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa kualitas gambarnya pun sekarang ini lebih nikmat dilihat dan lebih mudah dimengerti karena gambarnya lebih proporsional dan warnanya lebih bagus, ditambah keberadaan teknologi HD(http://id.wikipedia.org/wiki/Anime, 7 Februari 2014)

2.2. Manga

Manga (baca: man-ga, atau ma-ng-ga) merupakan kata komik dalam bahasa Jepang; di luar Jepang, kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang. Mangaka (baca: man-ga-ka, atau ma-ng-ga-ka) adalah orang yang menggambar manga.

Majalah-majalah manga di Jepang biasanya terdiri dari beberapa judul komik yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman majalah itu (satu chapter/bab).Majalah-majalah tersebut sendiri biasanya mempunyai tebal berkisar antara 200 hingga 850 halaman. Sebuah judul ma nga yang sukses dapat terbit hingga bertahun-tahun seperti "Jojo no Kimyō na Bōken / JoJo's Bizarre Adventure / Misi Rahasia". Umumnya, judul-judul yang sukses dapat diangkat untuk dijadikan dalam bentuk animasi (atau sekarang lebih dikenal dengan istilah ANIME) contohnya adalah seperti Na ruto, Bleach dan One Piece

Untuk beberapa judul (yang sukses) bahkan telah/akan dibuat versi manusia (Live Action, atau kadang disingkat sebagai L.A. di jepang), beberapa judul yang telah


(4)

diangkat menjadi Live Action adalah Death Note, Detektif Conan, GeGeGe no Kintaro, Cutie Honie, Casshern, DevilMan, Saigake!! Otokojuku dan lain lain.

Gambar 4

Manga/Komik buatan Jepang Sumber : devianart.com

Lebih lanjut sebagian judul juga akan dibuat remake kembali secara internasional oleh produsen di luar negara Jepang, seperti Amerika, yang membuat film Live Action Dragon Ball versi Hollywood (20'th Century Fox) dan kabarnya juga akan dibuat versi live action dari Death Note oleh pihak produser barat.

Manga Berdasarkan Jenis Pembaca :

a) Manga yang khusus ditujukan untuk anak disebut kodomo :untuk anak-anak.

b) Manga yang khusus ditujukan untuk (Wanita) dewasa disebut josei (atau redikomi) : wanita.


(5)

d) Manga yang khusus ditujukan untuk perempuan disebut shōjo :remaja perempuan.

e) Manga yang khusus ditujukan untuk laki-laki disebut shōnen :remaja lelaki.

2.3. Doujinshi

Doujinshi adalah sebutan bagi manga yang dibuat oleh fansmanga tersebut yang memiliki alur cerita atau ending yang berbeda dari manga aslinya. Para fans ini biasa mendistribusikannya dari tangan ke tangan, dijual secara indie di toko doujinshi, atau mengikuti konvensiakbar doujinshi yang biasa disebutComiket. Disini dijual ribuan judul doujinshi tiap tahunnya. Pengunjungnya bisa mencapai 400.000 orang.( www.wiki pedia.com)

Doujinshi sendiri kadang menjadi batu loncatan seseorang/kelompok untuk menjadi mangaka. Ken Akamatsu (Love Hina,Negima) juga sering membuat dojin karyanya sendiri. Manga yang bertema hentai biasanya adalah dojin dari manga tertentu yang sudah terkenal. Biasanya karakter manga tersebut memang didesain untuk jadi "sasaran" (sebutan bagi para pembuat seperti manga-ka). (http://id.wikipedia.org/wiki/Manga, 7 Februari 2014)

2.4.Harajuku Style

Penelitian yang dilakukan Siregar, dkk (2008), mengkaji mengenai visual gaya harajuku di Indonesia melalui unsur-unsur fashion, harajuku sendiri sebenarnya merupakan suatu kawasan kecil di Tokyo. Merupakan sebuah tempat berkumpulnya anak-anak muda dengan dandanan yang ekspresif, nyentrik dan “aneh”.Harajuku merupakan sebuah kawasan yang ramai, disesaki oleh toko-toko dan para pemberontak busana yang dalam bahasa positifnya disebut “trend setter“.Busana yang sangat tidak Jepang tetapi di saat yang bersamaan, sangat Jepang.Harajuku style adalah suatu simbol pembrontakan anak-anak muda Jepang terhadap tradisi yang ada


(6)

dalam budaya Jepang. Harajuku merupakan ikon pemberontakan gaya busana di Jepang. Gaya ini muncul di era tahun 80-90-an.

Gambar 5

Harajuku Style oleh anak-anak muda di Harajuku street, Jepang Sumber :http:// namikureiji.blogspot.com

Selain itu, gaya harajuku dinilai sebagai bentuk pemberontakan terhadap nilai kemapanan, kemudian diadopsi menjadi tren yang meriah disekitar kehidupan anak muda. Anak-anak muda terbiasa berkumpul untuk melepaskan tekanan hidup sehari-hari. Setiap akhir minggu, mereka berkumpul dan satu sama lain berusaha berdandan secara ekstrim. Mereka menjadi sosok yang berbeda dari kehidupan sehari-hari yang menurut mereka cenderung membosankan.

Di Indonesia, gaya harajuku atau dandanan khas gaya anak muda Jepang dipopulerkan oleh beberapa penyanyi, misalnya grup duo Ratu, Pinkan Mambo, Agnes Monica, J-Rocks, dan lain-lain. Tidak hanya sebatas penyanyi saja, di jakarta juga banyak anak muda yang tidak segan dan tidak malu bergaya harajuku di pusat-pusat keramaian. Umumnya mereka memiliki perhatian khusus pada produk budaya pop Jepang seperti anime, cosplay, komik, makanan, film, majalah, dan juga musik, serta bahasa Jepang.


(7)

Cosplay adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, manhwa, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan film kartun. Pelaku cosplay disebut cosplayer, Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai layer.

Gamb ar 6 Cospl ayer sedan g berpo

se denga

n gaya yang khas dari karakter yang dibawakan

Sumber :cosplaybandung.weebly.com dan www.crunchyroll.com, 2013

Di Jepang, peserta cosplay bisa dijumpai dalam acara yang diadakan perkumpulan sesama penggemar (dōjin circle), seperti Comic Market, atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei. Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Cosplay, 7 Februari 2014)..

Sekitar tahun 1985, hobi cosplay semakin meluas di Jepang karena cosplay telah menjadi sesuatu hal yang mudah dilakukan.Pada waktu itu kebetulan tokoh


(8)

Kapten Tsubasa sedang populer, dan hanya dengan kaus T-shirt pemain bola Kapten Tsubasa, orang sudah bisa "ber-cosplay". Kegiatan cosplay dikabarkan mulai menjadi kegiatan berkelompok sejak tahun 1986. Sejak itu pula mulai bermunculan fotografer amatir (disebut kamera-kozō) yang senang memotret kegiatan cosplay ((http://id.wikipedia.org/wiki/Cosplay, 7 Februari 2014)

Cosplayer adalah orang yang mengenakan

pakaian/kostum/cosplay.Kebanyakan kostum yang digunakan dari Jepang. Di Indonesia sangat jarang ditemukan Cosplayer yang mengenakan pakaian dari komik luar asia, beberapa menggunakan tipe eropa tetapi dikarenakan di ambil dari manga/manwa bukan dari komik luar asia. Cospla y terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1) Cosplay anime/manga. Cosplay yang berasal dari anime maupun manga. Biasanyamanhwa termasuk didalamnya termasuk komik dari Amerika. 2) Cosplay Game. Cosplay yang berasal atau mengambil dari karakter di

Game.

3) CosplayTokusatsu. Cosplay yang berasal atau mengambil dari karakter di film tokusatsu.

4) Cosplay Gothic. Cosplay yang berasal atau mengambil dari karakter bernuansa gelap atau Gothic. Biasanya digabung dengan Lolita.

5) Cosplay Original. Cosplay yang benar-benar original tidak ada di anime, tokusatsu dan lainnya. Atau memiliki dasar yang sama seperti tokoh game Kingdom heart misalnya: Sora (Kingdom Heart) tetapi berbentuk metalic(modern)

6) Harajuku Style. Beberapa cosplayer sering menduga Harajuku style adalah bagian dari cosplay. Beberapa Harajuku style muncul di manga/anime seperti Nana (http://id.wikipedia.org/wiki/Cosplay, 7 Februari 2014)


(9)

Istilah otaku pertama kali diperkenalkan oleh kolumnisNakamori Akio dalam artikel “Otaku”no Kenkyū (Penelitian tentang Otaku) yang dimuat majalahManga Burikko. Dalam artikel yang dimuat bersambung dari bulan Juni hingga Desember 1983, istilah otaku digunakan untuk menyebut penggemar berat subkulturseperti anime dan manga.

Pada waktu itu, masyarakat umum sama sekali belum mengenal istilah otaku. Media massa yang pertama kali menggunakan istilah otaku adalah radioNippon Broadcasting System yang mengangkat segmen Otakuzoku no jittai (situasi kalangan otaku?) pada acara radio Young Paradise. Istilah Otakuzoku (secara harafiah: suku Otaku) digunakan untuk menyebut kalangan ota ku, mengikuti sebutan yang sudah ada untuk kelompok anak muda yang memakai akhiran kata "zoku," sepertiBosozoku.

Pada perkembangan selanjutnya, sebutan otaku digunakan untuk pria lajang yang mempunyai hobi anime, manga, idol, permainan video, dan komputer pribadi tanpa mengenal batasan umur. Istilah otaku juga banyak dipakai untuk menyebut wanita lajang atau wanita sudah menikah yang membentuk kelompok sedikit bersifat "cult" berdasarkan persamaan hobi.Kalangan yang berusia 50 tahun ke atas yang merupakan penggemar berat high culture atau terus mengejar prestasi di bidang akademis jarang sekali dan hampir tidak pernah disebut otaku.

Istilah "otaku" dalam arti sempit awalnya hanya digunakan di antara orang-orang yang memiliki hobi sejenis yang membentuk kalangan terbatas seperti penerbitanDōjinshi.Belakangan ini, istilah otaku dalam arti luas sering dapat mempunyai konotasi negatif atau positif bergantung pada situasi dan orang yang menggunakannya. Istilah otaku secara negatif digunakan untuk penggemar fanatik suatu subkultur yang letak bagusnya tidak bisa dimengerti masyarakat umum, atau orang yang kurang mampu berkomunikasi dan sering tidak mau bergaul dengan orang lain. Otaku secara positif digunakan untuk menyebut orang yang sangat mendalami suatu bidang hingga mendetil, dibarengi tingkat pengetahuan yang sangat tinggi hingga mencapai tingkat pakar dalam bidang tersebut.


(10)

Gamb ar 7 Ruang

an tempat koleks i Otaku

Sumber :www.kaskus.co.id

Sebelum istilah otaku menjadi populer di Jepang, sudah ada orang yang disebut "mania" karena hanya menekuni sesuatu dan tidak mempunyai minat pada kehidupan sehari-hari yang biasa dilakukan orang. Di Jepang, istilah otaku sering digunakan di luar konteks penggemar berat anime atau manga untuk menggantikan istilah mania, sehingga ada istilah Game-otaku, Gundam-otaku (otaku mengenai robot Gundam),Gunji-otaku (otaku bidang militer), Pasokon-otaku (otaku komputer),

Tetsudō-otaku (otaku kereta api alias Tecchan), Morning Musume-otaku (otaku Morning Musume alias -ota), Jani-ota (otaku penyanyi keren yang tergabung dalam Johnny & Associates).

Secara derogatif, istilah otaku banyak digunakan orang sebagai sebutan bagi "laki-laki dengan kebiasaan aneh dan tidak dimengerti masyarakat umum," tanpa memandang orang tersebut menekuni suatu hobi atau tidak.Anak perempuan di Jepang sering menggunakan istilah otaku untuk anak laki-laki yang tidak populer di kalangan anak perempuan, tapi sebaliknya istilah ini tidak pernah digunakan untuk perempuan.Berhubung istilah otaku sering digunakan dalam konteks yang menyinggung perasaan, penggunaan istilah otaku sering dikritik sebagai praduga atau perlakuan diskriminasi terhadap seseorang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Manga, 7 Februari 2014)


(11)

Otaku juga identik dengan sebutan Akiba Kei yang digunakan untuk laki-laki yang berselera buruk dalam soal berpakaian. Sebutan Akiba Kei berasal dari gaya berpakaian laki-laki yang lebih suka mengeluarkan uang untuk keperluan hobi di distrik Akihabara, Tokyo daripada membeli baju yang sedang tren. Sebutan lain yang kurang umum untuk Akiba-Kei adalah A-Boy atau A-Kei, mengikuti istilah B-Boy (B-Kei atau B-Kaji) yang sudah lebih dulu ada untuk orang yang meniru penampilan penyanyihip-hop berkulit hitam (http://id.wikipedia.org/wiki/Manga, 7 Februari 2014)

2.6.Komunitas Cosplay Jaico

2.6.1. Sejarah singkat Komunitas Cosplay Jaico

Komunitas pencinta budaya Jepang Jaico yang pertama membawa pengaruh budaya Jepang di lingkungan kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES).Komunitas Jaico berdiri pada tanggal 14 Mei 2009 oleh mahasiswa-mahasiwa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang memang menyukai budaya Jepang.Dengan jurusan yang berbeda-beda juga, mereka sepakat membentuk komunitas yang akhirnya dinamai Jaico.Pertama yang mempunyai ide untuk membuat komunitas adalah sebuah band indie beraliran musik Jepang yaitu Neko yang anggotanya dari berbagai jurusan seperti Rista (PJKR), Kris (Geografi), Agus (Geografi), Hengky (Manajemen), dan Aan (Sendratasik). Kemudian mereka bertemu dengan mahasiswa jurusan lain yang memang menyukai budaya Jepang yaitu Kiky (Bahasa Jepang), Nita ( Bahasa Jepang), dan Tora (Teknik Sipil).

Untuk perekrutan anggota pertama, media yang mereka gunakan adalah pamlet.Pamflet tersebut ditempel di sekitar lingkungan kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES), komunitas pencinta budaya Jepang Jaico mendapat anggota baru.Anggota Komunitas Cosplay Jaico pada awal dibentuknya adalah sekitar 60 orang.Jaico mulai merintis kesuksesannya lewat lomba-lomba yang diselenggarakan di acara festifal budaya Jepang di wilayah kota Semarang maupun luar kota Semarang. Berkembangnya komunitas pencinta budaya Jepang Jaico, membuat


(12)

anggotanya semakin bertambah, dan tidak hanya berasal dari kalangan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) saja.Anggota komunitas pencinta budaya Jepang Jaico mulai bervariasi, mulai dari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai lingkungan kerja atau umum.Berikut beberapa foto Komunitas Cosplay Jaico ketika sedang melakukan cosplay.

Gam bar 8 Kom unita s Cosp

lay Jaico saat sedang cosplay

secara tim di dalam sebuah event festival Budaya Jepang sumber : Dokumen Pribadi Penulis, 2009, 2013

4.6.2. Alasan keterlibatan dalam komunitas

Setelah terbentuk pada tahun 2009 yang lalu, Komunitas Jaico menjadi semakin berkembang dengan bertambahnya anggota dan juga kegiatan.Komunitas ini telah membuktikan eksistensinya sebagai komunitas yang beranggotakan orang-orang yang menyukai Jepang khususnya Cosplay, dan menjadi wadah bagi mereka untuk berekspresi dan mengembangkan kemampuannya dalam bidang Cosplay.Setiap anggota yang masuk dan ikut bergabung dalam komunitas ini memiliki alasan yang membuat mereka merasa tertarik dan merasa nyaman untuk bergabung dengan Komunitas ini.

Minat terhadap Cosplay awalnya didahului pada ketertarikan dengan anime, tokusatsu dan film Jepang. Beberapa anggota yang menjadi informan yang merupakan anggota senior komunitas Jaico mengatakan bahwa sejak kecil mereka


(13)

sudah tertarik pada anime, tokusastu, dan juga film Jepang. Berawal dari ketertarikan mereka pada hal tersebut sejak kecil, ketertarikan tersebut berkembang menjadi mimpi masa kecil dan harapan untuk menjadi seperti tokoh yang mereka sukai, yang ada di dalam anime, tokusatsu dan film Jepang.

Selain ketertarikan mereka pada anime, tokusatsu dan film Jepang, alasan mereka bergabung menjadi anggota dalam komunitas Jaico adalah karena di dalam komunitas ini mereka dapat bertemu dan berkumpul dengan teman-teman yang memiliki hobi dan ketertarikan yang sama yaitu dalam kegiatan Cosplay. Disamping mereka dapat mempersiapkan dan bersama-sama melakukan kegiatan cosplay, di dalam kehidupan sehari-hari mereka juga dapat saling berbagi informasi terbaru tentang anime, tokusatsu dan film Jepang dan juga dapat perkembangan Cosplay, baik di daerah mereka, event Cosplay yang ada di berbagai daerah di Indonesia bahkan di berbagai belahan dunia. Berkumpul dan bergabung bersama dengan anggota komunitas yang memiliki kesamaan minat dan hobi yang sama, akan membuat komunikasi dan interaksi semakin menyenangkan karena topik pembicaraan yang dibicarakan tidak jauh dari Cosplay dan hal-hal yang berhubungan dengan Jepang, sesuai dengan minat mereka.

Henky, informan yang pertama adalah mantan ketua Jaico dan juga salah satu pendiri Jaico. Ada dan terbentuknya komunitas cosplay Jaico adalah hasil dari idenya dan beberapa orang temannya yang pada tahun 2009 tergabung dalam sebuah band yang sering membawakan lagu-lagu Jepang. Pada awalnya dia mengaku kalau hanya suka dengan musik-musik yang saat ini sedang populer di Jepang, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak teman yang bergabung membuat kegiatan yang ada dalam komunitas Jaico ini juga berkembang, dan yang paling utama pada saat ini adalah kegiatan cosplay. Ada kebanggan tersendiri bagi Henky sudah menjadi salah satu pendiri Jaico dan mengumpulkan teman-teman yang sama-suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan Jepang, sampai sekarang menjadi komunitas dengan anggota terbanyak di kota Semarang.


(14)

Reyra, informan yang kedua berkeinginan untuk bergabung menjadi anggota Jaico karena ketertarikannya pada anime dan film Jepang sejak kecil. Pada awalnya dia hanya melihat pertunjukan cosplay hanya melalui internet saja, akhirnya membuat dia tertarik dan ingin sekali ber-cosplay dan mengenakan kostum dari karakter dalam anime yang dia sukai. Setelah mengetahui adanya komunitas Jaico, maka dia memutuskan untuk bergabung, untuk bisa berkumpul bersama dengan teman-teman yang juga menyenangi anime Jepang dan bersama akktif dalam kegiatan cosplay.

Informan selanjutnya yaitu Tora, sebelum terbentuknya Jaico dan bergabung menjadi anggota di Komunitas Cosplay Jaico, sudah aktif menjadi cosplayer dan bergabung dalam komunitas cosplay di Kudus, yang disebut dengan KUJI, sejak tahun 2006. Setiap akhir pekan selama awal kuliah dia selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama dengan teman-teman komunitasnya yang berada di Kudus, karena setiap awal minggu dia berada di Semarang untuk kuliah. Begitu dilakukannya sampai tahun 2009, dia mengetahui bahwa telah dibentuk Komunitas Cosplay Jaico, akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan alasan sudah jarang dapat berkumpul dengan teman-teman yang ada di Kudus, dan karena anggota Komunitas Cosplay Jaico hampor semuanya adalah mahasiswa UNNES, maka dari itu setiap anggota bisasering berkumpul, walaupun hanya untuk sekedar makan bersama-sama. Karena sudah aktif menjadi cosplayer di Kudus, beberapa saat setelah bergabung dengan komunitas cosplay Jaico, Tora juga dipercaya untuk mendapat posisi ketua, karena walaupun baru saja bergabung dengan komunitas cosplay Jaico, Tora dinilai oleh teman-temannya sudah lebih berpengalaman dalam bidang cosplay, dan dipercaya untuk dapat membimbing anggota yang lain.

Berikutnya adalah informan ke empat yaitu Adi Rider. Keikutsertaannya menjadi anggota Komunitas Cosplay Jaico dengan motivasi untuk mencari teman yang sama-sama menyukai film Jepang khususnya film Tokusatsu. Dengan teman di luar secara umum atau teman kantor tidak dapat membahas atau membicarakan tentang Tokusatsu. Maka dari itu, Adi mengetahui ada komunitas Cosplay di UNNES


(15)

dan memutuskan untuk ikut bergabung supaya mendapatkan teman yang sama-sama menyukai Tokusatsu.

Informan yang terakhir adalah Bety. Ikut bergabung menjadi anggota dalam Komunitas Cosplay Jaico karena ketertarikannya pada anime dan film Jepang dan sudah sejak kecil Bety senang menggambar khususnya membuat komik atau manga. Hobi ini membuat Bety memutuskan untuk masuk menjadi mahasiswa jurusan seni rupa.


(1)

Gamb ar 7 Ruang

an tempat koleks i Otaku

Sumber :www.kaskus.co.id

Sebelum istilah otaku menjadi populer di Jepang, sudah ada orang yang disebut "mania" karena hanya menekuni sesuatu dan tidak mempunyai minat pada kehidupan sehari-hari yang biasa dilakukan orang. Di Jepang, istilah otaku sering digunakan di luar konteks penggemar berat anime atau manga untuk menggantikan istilah mania, sehingga ada istilah Game-otaku, Gundam-otaku (otaku mengenai robot Gundam),Gunji-otaku (otaku bidang militer), Pasokon-otaku (otaku komputer), Tetsudō-otaku (otaku kereta api alias Tecchan), Morning Musume-otaku (otaku Morning Musume alias Mō-ota), Jani-ota (otaku penyanyi keren yang tergabung dalam Johnny & Associates).

Secara derogatif, istilah otaku banyak digunakan orang sebagai sebutan bagi "laki-laki dengan kebiasaan aneh dan tidak dimengerti masyarakat umum," tanpa memandang orang tersebut menekuni suatu hobi atau tidak.Anak perempuan di Jepang sering menggunakan istilah otaku untuk anak laki-laki yang tidak populer di kalangan anak perempuan, tapi sebaliknya istilah ini tidak pernah digunakan untuk perempuan.Berhubung istilah otaku sering digunakan dalam konteks yang menyinggung perasaan, penggunaan istilah otaku sering dikritik sebagai praduga atau perlakuan diskriminasi terhadap seseorang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Manga, 7 Februari 2014)


(2)

Otaku juga identik dengan sebutan Akiba Kei yang digunakan untuk laki-laki yang berselera buruk dalam soal berpakaian. Sebutan Akiba Kei berasal dari gaya berpakaian laki-laki yang lebih suka mengeluarkan uang untuk keperluan hobi di distrik Akihabara, Tokyo daripada membeli baju yang sedang tren. Sebutan lain yang kurang umum untuk Akiba-Kei adalah A-Boy atau A-Kei, mengikuti istilah B-Boy (B-Kei atau B-Kaji) yang sudah lebih dulu ada untuk orang yang meniru penampilan penyanyihip-hop berkulit hitam (http://id.wikipedia.org/wiki/Manga, 7 Februari 2014)

2.6.Komunitas Cosplay Jaico

2.6.1. Sejarah singkat Komunitas Cosplay Jaico

Komunitas pencinta budaya Jepang Jaico yang pertama membawa pengaruh budaya Jepang di lingkungan kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES).Komunitas Jaico berdiri pada tanggal 14 Mei 2009 oleh mahasiswa-mahasiwa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang memang menyukai budaya Jepang.Dengan jurusan yang berbeda-beda juga, mereka sepakat membentuk komunitas yang akhirnya dinamai Jaico.Pertama yang mempunyai ide untuk membuat komunitas adalah sebuah band indie beraliran musik Jepang yaitu Neko yang anggotanya dari berbagai jurusan seperti Rista (PJKR), Kris (Geografi), Agus (Geografi), Hengky (Manajemen), dan Aan (Sendratasik). Kemudian mereka bertemu dengan mahasiswa jurusan lain yang memang menyukai budaya Jepang yaitu Kiky (Bahasa Jepang), Nita ( Bahasa Jepang), dan Tora (Teknik Sipil).

Untuk perekrutan anggota pertama, media yang mereka gunakan adalah pamlet.Pamflet tersebut ditempel di sekitar lingkungan kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES), komunitas pencinta budaya Jepang Jaico mendapat anggota baru.Anggota Komunitas Cosplay Jaico pada awal dibentuknya adalah sekitar 60 orang.Jaico mulai merintis kesuksesannya lewat lomba-lomba yang diselenggarakan di acara festifal budaya Jepang di wilayah kota Semarang maupun luar kota Semarang. Berkembangnya komunitas pencinta budaya Jepang Jaico, membuat


(3)

anggotanya semakin bertambah, dan tidak hanya berasal dari kalangan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) saja.Anggota komunitas pencinta budaya Jepang Jaico mulai bervariasi, mulai dari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai lingkungan kerja atau umum.Berikut beberapa foto Komunitas Cosplay Jaico ketika sedang melakukan cosplay.

Gam bar 8 Kom unita s Cosp

lay Jaico saat sedang cosplay

secara tim di dalam sebuah event festival Budaya Jepang sumber : Dokumen Pribadi Penulis, 2009, 2013

4.6.2. Alasan keterlibatan dalam komunitas

Setelah terbentuk pada tahun 2009 yang lalu, Komunitas Jaico menjadi semakin berkembang dengan bertambahnya anggota dan juga kegiatan.Komunitas ini telah membuktikan eksistensinya sebagai komunitas yang beranggotakan orang-orang yang menyukai Jepang khususnya Cosplay, dan menjadi wadah bagi mereka untuk berekspresi dan mengembangkan kemampuannya dalam bidang Cosplay.Setiap anggota yang masuk dan ikut bergabung dalam komunitas ini memiliki alasan yang membuat mereka merasa tertarik dan merasa nyaman untuk bergabung dengan Komunitas ini.

Minat terhadap Cosplay awalnya didahului pada ketertarikan dengan anime, tokusatsu dan film Jepang. Beberapa anggota yang menjadi informan yang merupakan anggota senior komunitas Jaico mengatakan bahwa sejak kecil mereka


(4)

sudah tertarik pada anime, tokusastu, dan juga film Jepang. Berawal dari ketertarikan mereka pada hal tersebut sejak kecil, ketertarikan tersebut berkembang menjadi mimpi masa kecil dan harapan untuk menjadi seperti tokoh yang mereka sukai, yang ada di dalam anime, tokusatsu dan film Jepang.

Selain ketertarikan mereka pada anime, tokusatsu dan film Jepang, alasan mereka bergabung menjadi anggota dalam komunitas Jaico adalah karena di dalam komunitas ini mereka dapat bertemu dan berkumpul dengan teman-teman yang memiliki hobi dan ketertarikan yang sama yaitu dalam kegiatan Cosplay. Disamping mereka dapat mempersiapkan dan bersama-sama melakukan kegiatan cosplay, di dalam kehidupan sehari-hari mereka juga dapat saling berbagi informasi terbaru tentang anime, tokusatsu dan film Jepang dan juga dapat perkembangan Cosplay, baik di daerah mereka, event Cosplay yang ada di berbagai daerah di Indonesia bahkan di berbagai belahan dunia. Berkumpul dan bergabung bersama dengan anggota komunitas yang memiliki kesamaan minat dan hobi yang sama, akan membuat komunikasi dan interaksi semakin menyenangkan karena topik pembicaraan yang dibicarakan tidak jauh dari Cosplay dan hal-hal yang berhubungan dengan Jepang, sesuai dengan minat mereka.

Henky, informan yang pertama adalah mantan ketua Jaico dan juga salah satu pendiri Jaico. Ada dan terbentuknya komunitas cosplay Jaico adalah hasil dari idenya dan beberapa orang temannya yang pada tahun 2009 tergabung dalam sebuah band yang sering membawakan lagu-lagu Jepang. Pada awalnya dia mengaku kalau hanya suka dengan musik-musik yang saat ini sedang populer di Jepang, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak teman yang bergabung membuat kegiatan yang ada dalam komunitas Jaico ini juga berkembang, dan yang paling utama pada saat ini adalah kegiatan cosplay. Ada kebanggan tersendiri bagi Henky sudah menjadi salah satu pendiri Jaico dan mengumpulkan teman-teman yang sama-suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan Jepang, sampai sekarang menjadi komunitas dengan anggota terbanyak di kota Semarang.


(5)

Reyra, informan yang kedua berkeinginan untuk bergabung menjadi anggota Jaico karena ketertarikannya pada anime dan film Jepang sejak kecil. Pada awalnya dia hanya melihat pertunjukan cosplay hanya melalui internet saja, akhirnya membuat dia tertarik dan ingin sekali ber-cosplay dan mengenakan kostum dari karakter dalam anime yang dia sukai. Setelah mengetahui adanya komunitas Jaico, maka dia memutuskan untuk bergabung, untuk bisa berkumpul bersama dengan teman-teman yang juga menyenangi anime Jepang dan bersama akktif dalam kegiatan cosplay.

Informan selanjutnya yaitu Tora, sebelum terbentuknya Jaico dan bergabung menjadi anggota di Komunitas Cosplay Jaico, sudah aktif menjadi cosplayer dan bergabung dalam komunitas cosplay di Kudus, yang disebut dengan KUJI, sejak tahun 2006. Setiap akhir pekan selama awal kuliah dia selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama dengan teman-teman komunitasnya yang berada di Kudus, karena setiap awal minggu dia berada di Semarang untuk kuliah. Begitu dilakukannya sampai tahun 2009, dia mengetahui bahwa telah dibentuk Komunitas Cosplay Jaico, akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan alasan sudah jarang dapat berkumpul dengan teman-teman yang ada di Kudus, dan karena anggota Komunitas Cosplay Jaico hampor semuanya adalah mahasiswa UNNES, maka dari itu setiap anggota bisasering berkumpul, walaupun hanya untuk sekedar makan bersama-sama. Karena sudah aktif menjadi cosplayer di Kudus, beberapa saat setelah bergabung dengan komunitas cosplay Jaico, Tora juga dipercaya untuk mendapat posisi ketua, karena walaupun baru saja bergabung dengan komunitas cosplay Jaico, Tora dinilai oleh teman-temannya sudah lebih berpengalaman dalam bidang cosplay, dan dipercaya untuk dapat membimbing anggota yang lain.

Berikutnya adalah informan ke empat yaitu Adi Rider. Keikutsertaannya menjadi anggota Komunitas Cosplay Jaico dengan motivasi untuk mencari teman yang sama-sama menyukai film Jepang khususnya film Tokusatsu. Dengan teman di luar secara umum atau teman kantor tidak dapat membahas atau membicarakan tentang Tokusatsu. Maka dari itu, Adi mengetahui ada komunitas Cosplay di UNNES


(6)

dan memutuskan untuk ikut bergabung supaya mendapatkan teman yang sama-sama menyukai Tokusatsu.

Informan yang terakhir adalah Bety. Ikut bergabung menjadi anggota dalam Komunitas Cosplay Jaico karena ketertarikannya pada anime dan film Jepang dan sudah sejak kecil Bety senang menggambar khususnya membuat komik atau manga. Hobi ini membuat Bety memutuskan untuk masuk menjadi mahasiswa jurusan seni rupa.