Kajian Karakteristik Fisik Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kebun Adolina PTPN IV Pada Beberapa Generasi Tanam

LAMPIRAN
Lampiran 1. Profil Lahan Penelitian
Lahan Kakao PHT
Nama Pemilik

: Pak Bari

Alamat Lahan

: Desa Candi Rejo, Lorong Sekip Pasar.6, Kec. Biru-biru,
Kabupaten Deli Serdang.

Luas Lahan

: 10,5 rante = 4200 m2 ( Total 18 rante).

Klon Kakao

: TSH 858, RCL, RCC 70.

Umur Tanaman


: 12 tahun ( telah melakukan PHT 3 tahun )

Hama Dominan

: PBK dan Kepik penggerek buah kakao

Batas Lahan

: Utara : Jalan, Selatan : Kelapa Sawit, Barat : Rumah,
Kebun Pepaya, Timur : Rumah.

Jarak tanam

: 3x3 meter

Vegetasi Sekitar

: Polikultur dengan nanas, Kelapa, Manggis, Pisang, dan
Mahoni.


Lahan Kakao non PHT
Nama Pemilik

: Pak Hartono

Alamat Lahan

: Desa Sidomulyo, Kec. Biru-biru, Kabupaten Deli
Serdang.

Luas Lahan

: + 2 ha ( yang dipakai 4200 m2)

Klon Kakao

: TSH 858, RCL.

Umur Tanaman


: 17 tahun.

Hama Dominan

: PBK dan Kepik penggerek buah kakao.

Batas Lahan

: Utara : kakao, Selatan : kakao, Barat : Ubi, Timur : Jalan.

Jarak tanam

: 3x3 meter

Vegetasi sekitar

: Durian sebagai pelindung.

Jarak antara lahan kakao PHT dengan lahan kakao Non PHT yaitu+ 11 km.


Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Bagan Penelitian

Keterangan :
= Yellow Trap



= Light Trap



= Sweep Net



= Pitfall Trap


Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3.Foto Lahan Penelitian

Lahan Kakao PHT

Lahan Kakao PHT

Spanduk Penelitian

Lahan Kakao Non PHT

Lahan Kakao Non PHT

Supervisi oleh Dosen Pembimbing

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Foto Perangkap


Perangkap Jaring (Sweep Net)

Perangkap Jatuh (Pitfall Trap)

Perangkap Lampu (Light Trap)

Perangkap Kuning (Yellow Trap)

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Teknik PHT dan Non PHT pada Pertanaman Kakao di Tempat
Penelitian
1. Monitoring (Pemantauan) dan SL-PHT
Pada lahan kakao PHT dilakukan pemantauan pada oleh pemilik lahan dan
kemudian akan dibahas pada saat diadakan SL-PHT (Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu) yang dididik oleh petugas Balai Besar Perbenihan
dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan. Monitoring (Pemantauan)
ini dilakukan untuk mengetahui keputusan apa yang akan diambil terhadap suatu
lahan. Pada saat diadakan SLPHT petani juga diajarkan berbagai kegiatan
lapangan yang telah diimplementasikan mulai dari proses belajar pemangkasan,

sanitasi, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit pada lahan belajar.

Petugas BP2TP memberikan SL-PHT

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan SLPHT pada lahan penel

Data monitoring lahan yang harus diisi oleh petani.
2. Pemupukan
Pada pertanaman kakao PHT pupuk yang digunakan adalah pupuk organik
baik yang dibeli (dikemas) maupun yang dibuat sendiri. Pupuk organik yang
dibeli yaitu pupuk organik Pansu sebagai pupuk lengkap (C-Organik, Nitrogen,
P203, K2O, S, Ca, Magnesium, Zn, dan Cu) sedangkan untuk pupuk organik yang
dibuat sendiri dengan terlebih dahulu membuat mikroorganisme lokal (MOL)
sebagai bahan yang mempercepat proses pembusukan dengan bahan-bahan seperti
nenas, pepaya, atau air kelapa dengan gula merah yang kemudian dicampurkan

Universitas Sumatera Utara


dengan kotoran lembu, kotoran kambing atau sabut kelapa. MOL ini juga dapat
digunakan secara langsung sebagai zat pengatur tumbuh dengan cara
menyemprotkannya ke daun, buah, dan akar. Terkadang juga digunakan pupuk
anorganik seperti Phonska dengan dosis anjuran untuk memacu pembungaan dan
pembuahan agar hasil maksimal.

Pupuk Organik Pansu

Pembuatan MOL

Kotoran kambing yang dicampur MOLPenyemprotan MOL secara langsung

Dampak pemupukan terhadap tanaman kakao adalah merangsang
pertumbuhan yang baik.Dampak ini meningkatkan ketahanan kakao terhadap
serangan HPT. Tanaman kakao yang tumbuh sehat akan lebih tahan terhadap
serangan HPT.
Sementara itu pada pertanaman kakao non PHT tidak dilakukan hal-hal
seperti pada lahan PHT.Petani jarang melakukan pemupukan (+ 1 tahun

Universitas Sumatera Utara


sekali).Pupuk yang digunakan selalu pupuk kimiawi yaitu Phonska, Kieserit,
NPK.
3. Musuh Alami
Pengendalian hama pada lahan kakao PHT salah satunya cara yaitu
pelestarian musuh alami hama. Teknik yang dilakukan yaitu dengan membuatkan
sarang semut dari daun kelapa kering yang telah diikat atau daun kakao kering
yang ditempatkan di dalam kantong plastik. Semut merupakan predator dari
berbagai jenis hama. Selain itu dilakukan pembiaran terhadap kutu putih yang
juga dapat meningkatkan semut hitam karena menghasilkan embun madu.Pada
lahan kakao non PHT hal-hal ini tidak dilakukan.

Sarang semut buatan

Kutu putih pada lahan

4. Sanitasi
Sanitasi dilakukan agar hama yang ada dalam buah mati. Sanitasi yang
dilakukan pada saat setelah panen, kulit buah yang telah dikupas kemudian
dibakar.Asap hasil bakaran ini sekaligus sebagai pengasapan yang tidak disukai

oleh hama. Pada lahan kakao PHT dan non PHT kedua hal ini dilakukan dengan
cara yang sama.
5. Panen Sering

Universitas Sumatera Utara

Pada lahan kakao PHT panen sering dilakukan untuk menghindari
perpanjangan perkembangan/ daur hidup hama terutama PBK di kebun. Panen
sering dilakukan 1 minggu sekali dan diambil buah yang sudah masak atau masak
awal.Pada lahan kakao non PHT hal ini tidak dilakukan karena rumah pemilik
lahan yang jauh dari lahan sehingga pemanenan tidak sering dilakukan.
6. Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan pada lahan kakao PHT yaitu dengan
melakukan pangkas pemeliharaan dan pangkas produksi.
a. Pangkas pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan bertujuan memelihara dan mempertahankan
kerangka yang telah dibentuk.Pada pemangkasan ini cabang-cabang
sekunder diatur pertumbuhannya dengan memangkas sebagian cabang agar
tidak saling menaungi.Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sejak
tumbuhnya cabang-cabang sekunder sehingga pertumbuhan tajuk tanaman

kakao tidak saling menutupi.Pemangkasan dilakukan setahun 2 kali.
b. Pangkas Produksi
Tujuannya

adalah

untuk

memaksimalkan

produktivitas

tanaman.Pemangkasan produksi dilakukan dengan memangkas daun-daun
agar tidak terlalu rimbun sehingga sinar matahari bisa tersebar merata ke
seluruh organ daun.Dengan demikian, proses fotosintesis bisa berjalan
lancar sehingga sirkulasi makanan dari daun keseluruh organ tanaman juga
lancar.Tanamanpun akhirnya dapat berproduksi secara optimal.Sasaran
pemangkasan produksi adalah ranting-ranting atau cabang tertier yang
mendukung daun-daun tidak produktif, ranting-ranting yang sakit atau

Universitas Sumatera Utara

rusak.Ranting-ranting dengan daun yang terlindung atau kurang mendapat
sinar matahari juga dipotong. Cabang-cabang tertier yang yang terlalu
subur

juga

dibuang

karena

sering

mengganggu

keseimbangan

pertumbuhan, demikian pula cabang-cabang kecil yang akan masuk ke
dalam tajuk tanaman tetangga atau di dekatnya. Cabang yang menggantung
ke bawah dikurangi daunnya agar tidak menghambat sirkulasi udara dalam
kebun.Pemangkasan dilakukan setahun 2 kali.
Selain itu pemangkasan pada pertanaman kakao akan memberikan banyak
penetrasi sinar matahari, serta gerakan angin yang bebas sehingga akan
mengurangi serangan PBK dan penyakit-penyakit pada kakao.
Pada pertanaman kakao non PHT dilakukan juga pemangkasan tapi tidak
memperhatikan cara memangkas yang sesuai, hanya dilakukan apabila daun sudah
terlihat sangat rimbun dan tidak rutin.

Pemangkasan pada pertanaman kakao
7. Penggunaan Insektisida
Pada lahan kakao PHT penggunaan insektisida kimiawi jarang dilakukan
dan sangat diupayakan agar tidak digunakan, hanya dilakukan apabila serangan
hama telah melawati ambang batas ekonomi yang diketahui dari monitoring hama

Universitas Sumatera Utara

yang setiap minggu dilakukan. Misalnya apabila buah yang terserang hama
Helopelthis telah mencapai 15% dari keseluruhan buah yang terdapat di lahan
berarti serangan hama telah melewati ambang batas ekonomi dan pengendalian
dilakukan dengan menggunakan insektisida kimiawi dengan merk Capture 50 EC
(racun kontak dan lambung) sesuai dengan dosis anjuran.
Sedangkan pada lahan kakao non PHT pengendalian hama dilakukan
secara terus menerus dengan mengunakan insektisida kimiawi dengan merk
Capture 50 EC, Matador 25 EC, dan Decis 25 EC.
8. Penggunaan Fungisida
Di lahan kakao PHT digunakan agen hayati Trichoderma koningii yang
menjadi biofungisida untuk mengendalikan penyakit busuk buah dan akar dan
kanker batang pada kakao yang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora.
Cara

pengaplikasiannya

yaitu

dengan

cara

mencampurkan

starter

trichodermadengan MOL kemudian disiramkan pada kompos atau pupuk organik
yang

akan di

buat,

perbandingannya

1

m3kompos :

25

kg

starter

Trichoderma.Kemudian ditutup rapat dengan terpal dan dibiarkan selama + 1
bulan.Setelah muncul benang-benang halus berwarna putih berarti telah dapat
diaplikasikan seperti mengaplikasikan pupuk tanaman.
Sedangkan pada lahan kakao non PHT untuk pengendalian penyakit busuk
buah biasanya digunakan fungisida kimiawi berbahan aktif Mankozeb 80%.

Universitas Sumatera Utara

Pencampuran starter Trichoderma dengan MOLPencampuran

dengan kompos

9. Penggunaan Herbisida
Penggunaan herbisida pada lahan kakao PHT hampir tidak pernah
dilakukan. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mengoret gulma-gulma
yang terdapat di sekitar lahan kakao dengan alat.
Sementara itu pada lahan kakao non PHT untuk pengendalian gulma
dilakukan dengan menggunakan herbisida dengan merk SMART 480 WP apabila
dirasa lahan sudah terlalu semak.
10. Penggunaan Fero-PBK
Untuk pengendalian hama PBK khususnya pada lahan kakao PHT
digunakan Fero-PBK. Fero-PBK mengandung feromon seks yang dapat
digunakan untuk menangkap hama PBK jantan sehingga serangan pada buah
menurun. Perangkap Fero-PBK digantung di ketinggian 1-2 meter dari tajuk
tertinggi tanaman (pada tanaman pelindung).
Pada lahan kakao non PHT tidak ada di jumpai Fero-PBK.

Perangkap Fero-PBK
11. Pengumpulan lundi

Universitas Sumatera Utara

Pada lahan kakao PHT dilakukan pengendalian terhadap lundi Apogonia
Sp. (Scarabaedae : Coleoptera). Lundi / larva ini hidup di dalamtanah pada sisasisa tanaman yang membusuk.Setelah lundi besar, dia masuk ke dalam tanah lebih
dalam lagi dan menyerang akar tanaman.Setelah dewasa, kumbang ini menyerang/
makan daun tanaman.Sehingga lebih baik dikendalikan pada saat masih menjadi
lundi. Pengendalian lundi dilakukan dengan cara menggali tanah disekitar pohon
kakao dan mengumpulkannya lalu dibakar.
Pada lahan kakao non PHT hal ini tidak dilakukan.

Pengumpulan Lundi Apogonia Sp.
12. Pengapuran
Pada lahan kakao PHT pengapuran dilakukan apabila pH tanah pada lahan
berada di bawah 4 atau diatas 8 dengan terlebih dahulu di ukur pH tanah dengan
menggunakan pH meter.Pengapuran dilakukan dengan menggunakan kapur
dolomit.Pada lahan kakao non PHT hal ini tidak pernah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6. Tabel Kegiatan-Kegiatan di Lahan Kakao PHT dan Non PHT
No.
1

4
5
6

Kegiatan
Monitoring dan
SLPHT
Pemupukan
Peningkatan
Musuh Alami
Sanitasi
Panen Sering
Pemangkasan

7

Insektisida

8

Fungisida

9

Herbisida

10
11

Fero PBK
Pengumpulan
Lundi
Pengapuran

2
3

12

Lahan Kakao PHT
Dibina oleh BP2TP

Lahan Kakao Non PHT
Tidak dilakukan

Pupuk Organik
Dilakukan

Pupuk Kimiawi
Tidak dilakukan

Dilakukan
Min. 1 minggu sekali
Pangkas pemeliharaan
dan pangkas produksi
rutin
Bila telah melewati
ambang batas
Menggunakan agens
hayati
Gulma dikendalikan
secara mekanis
Ada
Dilakukan

Dilakukan
Jarang
Jarang dilakukan

Dilakukan

Tidak dilakukan

Dilakukan dengan insektisida
kimiawi secara terus-menerus
Fungisida Kimiawi
Hebisida Kimiawi
Tidak ada
Tidak dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7.Foto Serangga
No.
Gambar Pengamatan
1.

No.
24.

(Coleoptera : Anthicidae)

(Hemiptera :Alydidae)
2.

Gambar Pengamatan

25.

(Hemiptera : Cicadidae)
3.

(Coleoptera : Cerambycidae)
26.

(Hemiptera : Miridae)
4.

(Coleoptera : Chrysomelidae)
27.

(Coleoptera : Coccinellidae)

(Hemiptera : Pentatomidae)
5.

28.

(Hymenoptera : Eulophidae)

(Coleoptera :Curculionidae)

Universitas Sumatera Utara

6.

29.

(Coleoptera : Lampyridae)

(Hymenoptera : Formicidae)
7.

30.

(Hymenoptera : Ichneumonidae)
8.

(Coleoptera : Oedemeridae)
31.

(Hymenoptera : Pompilidae)
9.

(Coleoptera : Scarabaeidae)
32.

(Hymenoptera: Vespidae)

(Coleoptera : Carabidae)
10.

33.

(Diptera : Agromyzidae)

(Coleoptera : Tenebrionidae)

Universitas Sumatera Utara

11.

34.

(Diptera : Calliphoridae)
12.

(Orthoptera : Acrididae)
35.

(Diptera : Culicidae)
13.

(Orthoptera : Gryllidae)
36.

(Orthoptera :Gryllotalpidae)

(Diptera : Muscidae)
14.

37.

(Diptera : Sciaridae)
15.

(Orthoptera : Tettigonidae)
38.

(Diptera : Stratiomydae)

(Odonata : Ghomphidae)

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Evaluasi Karakteristik Sifat Kimia Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Kebun Adolina Ptpn Iv Serdang Bedagai Pada Beberapa Generasi Tanam

1 8 62

Evaluasi Karakteristik Sifat Kimia Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Kebun Adolina Ptpn Iv Serdang Bedagai Pada Beberapa Generasi Tanam

0 0 14

Evaluasi Karakteristik Sifat Kimia Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Kebun Adolina Ptpn Iv Serdang Bedagai Pada Beberapa Generasi Tanam

0 0 2

Evaluasi Karakteristik Sifat Kimia Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Kebun Adolina Ptpn Iv Serdang Bedagai Pada Beberapa Generasi Tanam

0 0 3

Evaluasi Karakteristik Sifat Kimia Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Kebun Adolina Ptpn Iv Serdang Bedagai Pada Beberapa Generasi Tanam

0 1 14

Kajian Karakteristik Fisik Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kebun Adolina PTPN IV Pada Beberapa Generasi Tanam

0 0 11

Kajian Karakteristik Fisik Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kebun Adolina PTPN IV Pada Beberapa Generasi Tanam

0 0 2

Kajian Karakteristik Fisik Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kebun Adolina PTPN IV Pada Beberapa Generasi Tanam

0 0 14

Kajian Karakteristik Fisik Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kebun Adolina PTPN IV Pada Beberapa Generasi Tanam Chapter III V

0 0 23

Kajian Karakteristik Fisik Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kebun Adolina PTPN IV Pada Beberapa Generasi Tanam

0 0 3