Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di Posyandu Pustu Nagori Perdagangan II Simalungun

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERILAKU
2.1.1 Defenisi Perilaku
Perilaku diartikan sebagai respon individu terhadap suatu stimulus atau
suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak, dan perilaku merupakan kumpulan berbagai
faktor yang paling berinteraksi (Wawan, 2010).Dilihat dari segi biologis, perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar (Maulana, 2009).
Teori S-O-R (stimulus-organisme-respon) menurut Skiner (1938),
membedakan respon menjadi dua jenis, pertama respondent response (reflexive),
yakni respon yang ditimbulkan oleh ransangan-ransangan tertentu yang disebut
eleciting stimuli karena menimbulkan respons yang relatif tetap, dan kedua
operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh ransangan yang lain.

6


Universitas Sumatera Utara

7

2.1.2 Bentuk Perilaku
Berdasarkan teori SOR (stimulus-organisme-respons) maka perilaku
manusia dapat dikelompokkan menjadi perilak tertutup (convert behavior), respon
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, atau kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut (misalnya,
mengetahui bahaya rokok, tetapi ia masih merokok) dan selanjutnya perilaku
terbuka (overt behavior), dimana respons seseorang terhadap stimulus bersifat
terbuka dalam bentuk tindakan nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat orang lain, misalnya membaca buku pelajaran, rajin belajar, berhenti
merokok, dan selalu memeriksakan kehamilan bagi ibu hamil (Maulana,2009).
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku
Faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor genetik
(keturunan) dan lingkungan, dimana faktor genetik merupakan konsepsi dasar
atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya
Lingkungan


merupakan

kondisi

untuk

perkembangan

perilaku

tersebut

(Syafrudin,2009) . Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku
selanjutnya ada dua jenis yaitu Faktor internal, faktor yang berada dalam diri
individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan
sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar dan faktor eksternal,
faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan yang meliputi objek, orang,
dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk
perilaku (Natoatmodjo, 2007).


Universitas Sumatera Utara

8

Teori Lawrence Green menganalisis bahwa faktor perilaku sendiri
ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu pertama faktor predisposisi, faktor-faktor
yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang antara lain : pengetahuan,
sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya, lalu kedua
faktor pemungkin, faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau
tindakan, misalnya sarana dan prasarana yang mendukung kesehatan, seperti
puskesmas, posyandu dan sebagainya dan yang ketiga ada faktor penguat, yaitu
faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, misalnya sikap
suami, istri, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan (Natoatmojo,
2010)
2.1.4 Domain Perilaku
Benyamin

Bloom

(1908)


seorang

ahli

psikologi

pendidikan,

membedakan adanya 3 ranah atau domain perilaku, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain
oleh Bloom ini, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut :
1.

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu, dan Pengetahuan merupakan
pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).Berdasarkan
pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan
(Maulana, 2009).

Universitas Sumatera Utara

9

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan, yaitu pertama Tahu, tahu berarti mengingat suatu materi yang telah
dipelajari atau ransangan yang telah diterima sebelumnya, kata kerja yang dapat
mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, dan menyatakan. Kedua Memahami, memahami berarti
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang paham harus
dapat

menjelaskan,

meramalkan.Ketiga


menyebutkan

contoh,

Aplikasi/ penerapan,

menyimpulakan,

dan

aplikasi berarti kemampuan

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya), apikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi nyata. Keempat Analisis,
analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek kedalam bagianbagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan ada
kaitannya satu sama lain, kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,
dan mengelompokkan. Kelima Sintesis, sintesis merupakan kemampuan
meletakkan


atau

menghubungkan

bagian-bagian

didalam

suatu

bentuk

keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi
yang sudah ada, sebagai contoh dapat menyusun, merencanakan, dan meringkas,
dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
Keenam

Evaluasi,


evaluasi

berkaitan

dengan

kemampuan

melakukan

Universitas Sumatera Utara

10

justifikasiataupenilaian terhadap suatu materi atau objek, evaluasi dilakukan
dengan menggunak kriteria sendiri atau kriteria yang sudah ada (Maulana, 2009).
2.

Sikap
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi yang bersifat emosional


terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek,
dan sikap tidak dapat dilihat tetapi dapat ditafsirkan terlebuh dahulu dari perilaku
tertutup, selain itu sikap mengandung suatu penilaian emosional atau afektif
seperti senang, benci dan sedih, kognitif seperti pengetahuan tentang suatu objek,
dan konatif seperti kecendrungan bertindak (Maulana,2009).
Sikap terdiri atas empat tingkatan, mulai dari terendah sampai tertinggi
yakni pertama Menerima (receiving), menerima berarti mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan/objek (misalnya, sikap terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah gizi).Kedua Merespon
(responding), memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap.Terlepas dari benar atau salah, hal
ini berarti individu menerima ide tersebut. Ketiga Menghargai (valuing),
mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
Keempat Bertanggung jawab (responsible), merupakan sikap yang paling tinggi,
dengan segala resiko bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih,
meskipun mendapat tantangan dari keluarga.Pengukuran sikap dapat dilakukan
secara langsung (langsung ditanya) dan tidak langsung (Maulana, 2009).

Universitas Sumatera Utara


11

3.

Praktik atau tindakan
Suatu sikap tidak secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata, diperlukan faktor
pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan dukungan
atau support (Maulana,2009).
Tingkatan praktik meliputi pertama respon terpimpin (guided
response), hal ini berarti dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh.Kedua mekanisme (mechanism), mekanisme berarti dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau telah merupakan
kebiasaan.Ketiga adopsi (adoption), suatu praktik atau tindakan yang telah
berkembang dengan baik, hal ini berarti tindakan tersebut telah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut misalnya, ibu dapat memilih dan
memasak makanan bergizi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana
(Maulana, 2009).

2.1.5 Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita
Perilaku ibu berkaitan dengan pola asuh dan pola asuh keluarga
mempengaruhi keadaan gizi balita karena balita masih memiliki ketergantungan
dalam mendapatkan makanan (Huriah, 2006).Peran ibu sangat penting karena
secara kultural di Indonesia ibu berperan mengatur keadaan rumah tangga sehari–
hari termasuk mengatur makanan keluarga,selain itu ibu rumah tangga adalah
penentu utama dalam pengembangan sumber daya manusia dalam keluarga dan
pengembangan diri anak sebelum memasuki usia sekolah (Prakoso, 2012).

Universitas Sumatera Utara

12

Perilaku ibu dalam pemberian nutrisi sangat berkaitan dengan indeks
masa tubuh atau status gizi dari anak dan Orang tua serta lingkungan keluarga
berperan penting dalam membentuk preferensi makanan, perilaku makan, dan
asupan energi anak-anak (Mau, 2014).
2.1.6 Makanan Bergizi bagi Balita
Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada massa balita diantaranya
energi dan protein. Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang
lebih 100-120 kkal/kg berat badan, dimana untuk tiap 3 bulan pertambahan umur
kenutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/kg berat badan (Hasdianah, 2014).
Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap
didalam tubuh. Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah
terserang penyakit karena gizi memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan
tubuh. Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi dapat juga
mempengaruhi kecerdasan, apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak terpenuhi,
otak akan mengalami pengaruh sehingga tidak dapat berkembang (Sibagariang,
2010)
Pemberian makanan dengan pemenuhan gizi yang seimbang adalah cara
yang tepat untuk menjaga kesehatan serta tumbuh kembang balita. Dalam
pemenuhan gizi yang seimbang tersebut diperlukan nutrisi-nutrisi penting sebagai
asupan makanan untuk balita, yaitu Karbohidrat, merupakan sumber energi yang
tersedia dengan mudah di setiap makanan dan harus tersedia dalam jumlah yang
cukup karena kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan terjadi kelaparan dan
berat badan menurun, apabila jumlah karbohidrat dalam jumlah yang tinggi dapat

Universitas Sumatera Utara

13

menyebabkan terjadi peningkatan Berat Badan (BB) atau obesitas dimana
karbohidrat dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan, tepung, umbi,
gandum (Hasdianah, 2014).
Protein dikonsumsi secara seimbang karena protein dibutuhkan untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana protein digunakan setelah
karbohidrat dan lemak tidak mencukupi pasokannya di dalam tubuh, dan protein
dapat diperoleh dari ayam, kacang-kacangan, susu, yoghurt, roti.Lemak, sumber
energi utama untuk pertumbuhan dan aktivitas fisik bagi balita. Sumber makanan
yang mengandung lemak adalah daging, mentega, mayones, keju dan
susu.Vitamin dan mineral disarankan untuk selalu dihidangkan dalam menu
makanan sehari-hari karena vitamin tidak dihasilkan tubuh dalam jumlah
banyak.Vitamin sangatmembantu dalam melawan radikal bebas. Vitamin dapat
dijumpai dalam roti, buah-buahan, sayuran, susu, daging (Hasdianah, 2014)
2.1.7 Pengaturan Pemberian Makanan Balita
Pemberian makanan kepada balita, dimana pemberian

makanan

tersebut harus disesuaikan dengan usia balita dan dilakukan secara bertahap,
karena kerja saluran balita belum sempurna. Pengaturan makanan dimulai
daripemberian ASI, makanan lumat/lunak, makanan lembek, samapai akhirnya
makanan padat. Berikut ini anjuran makan untuk anak usia 0 – 5 tahun sesuai
anjuran Depkes (2011) adalah :
Usia 0 sampai 6 bulan
Diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8
kali sehari pada pagi, siang dan malam hari. Menyusui sesusai kebutuhan bayi,

Universitas Sumatera Utara

14

jika bayi tidur selama 2-3 jam bangunkan bayi untuk disusui, dan jika ibu bekerja
atau tidak berada dirumah, ibu memerah ASI dan minta orang lain untuk
memberikan ASI perah dengan cangkir kecil atau sendok.
Usia 6 sampai 9 bulan
Pemberian

ASI

masih

diteruskan,

Mulai

memberikan

makanan

pendamping ASI (MP-ASI) seperti bubur susu, pisang, pepaya lumat halus, air
jeruk, air tomat saring secara bertahap sesuai pertambahan umur. Selanjutnya
berikan bubur tim lumat dengan kuning telur atau ayam atau ikan atau tempe
atau tahu atau daging atau sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau
santan dan atau minyak.AnakUsia 6 bulan : 2 x 6 sdm peres per hari, usia 7 bulan
: 2-3 x 7 sdm peres per hari dan usia 8 bulan : 3 x 8 sdm peres per hari
Usia 9 sampai 12 bulan
Pemberian ASI masih diteruskan, MP-ASI diberikan lebih padat dan kasar seperti
bubur nasi, nasi tim, nasi lembek, selanjutnya Tambahan telur/ ayam/ ikan/ tempe/
tahu/ bayam/ santan/ kacang hijau/ santan/ minyakdanUsia 9 bulan : 3 x 9 sdm
peres per hari, usia 10 bulan : 3 x 10 sdm peres per hari, usia 11 bulan : 3 x 11
sdm peres per hari dan berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu
makan seperti buah, biskuit, kue.
Takaran makanan untuk anak usia 1 – 5 tahun berdasrkan Ukuran rumah
Tangga (URT) akan dijelaskan pada tabel dibawah ini berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 41 tahun 2014

Universitas Sumatera Utara

15

Tabel 2.1 Anjuran Jumlah Porsi Per Hari Menurut Kecukupan Energi untuk
Kelompok Umur 1 sampai 5 tahun berdasarkan URT
Bahan Makanan
Nasi
Sayuran
Buah
Tempe
Daging
Asi
Susu
Minyak
Gula
Keterangan :

Anak Usia 1-3 tahun
1125 kkal
3 porsi
1,5 porsi
3 porsi
1 porsi
1 porsi
Dilanjutkan hingga 2
tahun
1 porsi
3 porsi
2 porsi

Anak Usia 4-5 tahun
1600 kkal
4 porsi
2 porsi
3 porsi
2 porsi
2 porsi

1 porsi
4 porsi
2 porsi

1.

Frekuensi makan anak usia 1 – 5 tahun 3 kali sehari

2.

Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal

3.

Sayuran 1 porsi = 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan) = 100 gr = 25 kkal

4.

Buah 1 porsi = 1 buah sedang pisang ambon = 50 gr = 50 kkal ( 1 buah
sedang pisang = 3 x 15 cm)

5.

Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal (1 potong sedang = 4 x 6
x 1 cm)

6.

Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 50 gr = 50 kkal (1 potong sedang daging
= 6 x 5 x 2 cm)

7.

Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45gr= 50 kkal

8.

Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 24 sdm = 200 gr = 50 kkal

9.

Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal

10. Minyak 1 porsi = 1sdt = 5 gr = 50 kkal
11. Gula = 1 sdm = 3 sdt = 20 gr = 50 kkal

Universitas Sumatera Utara

16

Berikut ini daftar makanan penukar Ukuran Rumah Tangga (URT)
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 41 tahun
2014.
GOLONGAN I : BAHAN MAKANAN SUMBER HIDRAT ARANG
Satu satuan penukar mengandung 175 kkal, 4 g protein, dan 40 g karbohidrat
Bahan

Berat

makanan

(g)

nasi
nasi tim
bubur beras
nasi jagung
kentang
singkong*
talas
ubi
biskuit meja
roti putih
kraker

100
200
400
100
200
100
200
150
50
80
50

URT

¾ gelas
1 gls
2 gls
¾ gls
2 bj sdg
1 ptg sdg
1 bj sdg
1 bj sdg
4 bh
2 iris
5 bh besar

Bahan

Berat

URT

makanan

(g)

meizena
tepung beras
tepung
singkong*
tepung sagu*
tepung terigu
tepung hunkwe*
mie basah
mie kering
havermout
bihun

40
50
40

8 sdm
8 sdm
8 sdm

40
50
40
200
50
50
50

7 sdm
8 sdm
8 sdm
1 ½ gls
1 gls
6 sdm
½ gls

Keterangan: bahan makanan yang ditandai (*) kurang mengandung protein sehingga
perlu ditambah ½ sayuran penukar bahan makanan sumber protein

Universitas Sumatera Utara

17

GOLONGAN II: BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN HEWANI
Satu satuan penukar mengandung 95 kkal, 10 g protein, dan 6 g lemak
Bahan makanan

Berat

URT

(g)
Daging sapi
Daging ayam
Hati sapi
Didih sapi
Babat
Usus sapi
Telur ayam biasa
Telur ayam negeri
Telur bebek
Telur puyuh
Ikan segar
Ikan asin
Ikan teri
Udang basah
Bakso daging

50
50
50
50
60
75
75
60
60
60
50
25
25
50
100

1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg
2 ptg sdg
2 ptg sdg
3 bulatan
2 btr
1 btr
1 btr
6 btr
1 ptg sdg
2 ptg sdg
2 sdm
¼ sdm
10 bj bsr

GOLONGAN III: BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN NABATI
Satu satuan penukar mengandung 80 kkal, 6 g protein, 3 g lemak, dan 8 g
karbohidrat
Bahan makanan

Berat

URT

(g)
Kacang hijau
Kacang kedelai
Kacang merah
Kacang tanah
terkelupas
Kacang tanah
Kacang tolo
Oncom
Tahu
tempe

25
25
25
20

2 ½ sdm
2 ½ sdm
2 ½ sdm
2 sdm

20
25
50
100
50

2 sdm
2 ½ sdm
2 ptg sdg
½ bj bsr
2 ptg sdg

Universitas Sumatera Utara

18

GOLONGAN IV: SAYURAN
Hendaknya digunakan campuran dari daun-daaun seperti: bayam,
kangkung, daun singkong dengan kacang panjang, buncis, wortel, dan sebagainya.
100 g sayuran campur adalah lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan)
mengandung 50 kkal, 3 g protein, dan 10 g karbohidrat
beligo
bayam
biet
buncis
bunga kol
cabai hijau
daun bawang
daun bluntas
daun kecipir
daun koro
daun labu salam
daun leunca
daun lobak
daun mangkokan
daun melinjo
daun pakis
daun pepaya

daun singkong
daun talas
daun ubi
daun waluh
genjer
jagung muda
jantung pisang
jamur segar
kacang panjang
kacang kapri
kangkung
katuk
kecipir
ketimun
kol (kubis)
jucai
labu siam

Labu waluh
Lobak
Nangka muda
Oyong (gambas)
Pare
Pecay
Pepaya muda
Rebung
Sawi
Selada
Seledri
Tauge
Tebu terubuk
Tekokak
Terong
Tomat
Wortel

GOLONGAN V: BUAH-BUAHAN
Satu satuan penukar mengandung 40 kkal dan 10 g karbohidrat
Bahan

Berat

makanan

(g)

Alpukat
Apel
Anggur
Belimbing
Jambu biji
Jambu air
Jambu bol
Duku
Durian
Jeruk manis
Kedondong
kemang

50
75
75
125
100
100
75
75
50
100
100
100

URT

Bahan makanan

Berat

URT

(g)
½ bh bsr
½ bh sdg
10 biji
1 bh bsr
1 bh bsr
2 bh sdg
¾ bh sdg
15 bh
3 biji
2 bh sdg
1 bh bsr
1 bh bsr

Mangga
Nanas
Nangka masak
Pepaya
Pisang ambon
Pisang raja sereh
Rambutan
Salak
Sawo
Sirsak
Semangka
Melon

50
75
50
100
50
50
75
75
50
75
150
150

½ bh bsr
1/6 bh sdg

3 bj
1 bh sdg
1 bh sdg
2 bh kcl
8 bh
1 bh bsr
1 bh sdg
½ gls
1 ptg bsr
1 ptg bsr

Universitas Sumatera Utara

19

GOLONGAN VI: SUSU
Satu satuan penukar mengandung 110 Kkal, 7 g protein, 9 g karbohidrat, dan 7 g
lemak
Bahan
makanan
Susu sapi
Susu kambing
Susu kerbau
Susu kental tak
manis
keju

Berat

URT

(g)
200
150
100
100
30

Bahan
makanan

Tepung susu
Whole
Tepung susu
Skim*
Tepung saridele
1 ptg sdg Yoghurt

Berat

URT

(g)

1 gls
¾ gls
½ gls
½ gls

25

5 sdm

20

4 sdm

25
200

4 sdm
1 gls

Keterangan: yang ditandai (*) perlu ditambah 1 ½ satuan penukar minyak untuk
melengkapi lemaknya
GOLONGAN VII: MINYAK
Satu satuan penukar mengandung 45 Kkal dan 5 g lemak

Bahan
makanan
Minyak kacang
Minyak goreng
Minyak ikan
Margarin

Berat

URT

(g)
5
5
5
5

Bahan
makanan

½ sdm
½ sdm
½ sdm
½ sdm

Kelapa
Kelapa parut
Santan
Lemak sapi

Berat

URT

(g)
30
30
50
5

1 ptg kcl
5 sdm
½ gls
1 ptg kcl

GOLONGAN VIII: GULA
Satu satuan penukar mengandung 30 Kkal dan 7,5 g karbohidrat
Bahan makanan

Berat

URT

(g)
Gula pasir
Gula palm/aren
Madu
Jam (selai)
Permen
Sirup

8
8
10
12
10
15

1 sdm
12 sdm
1 ¼ sdm
1 ½ sdm
4 gls
2 sdm

Universitas Sumatera Utara

20

Untuk memudahkan penggunaan, bahan makanan dalam daftar ini
dinyatakan dengan alat ukur yang lazim terdapat dirumah tangga.Cara ini terbukti
cukup teliti dan praktis dalam penyusunan diet.Dibawah ini dicantumkan
persamaan antara ukuran rumah tangga dengan gram.
Ukuran rumah tangga dalam gram:
1 sdm gula pasir

= 8 gr

1 sdm tepung susu

=5g

1 sdm tepung beras. Tepung sagu

=6g

1 sdm terigu, meizena, hunkwee

=5g

1 sdm minyak goreng, margarin

= 10 g

1 gls nasi = 140 g

= 70 g beras

1 ptg pepaya (5x15 cm)

= 100 g

1 bh sdg pisang (3x15 cm)

= 50 g

1 ptg sdg tempe (4x6x1 cm)

= 25 g

1 ptg sdg daging (6x5x2 cm)

= 50 g

1 ptg sdg ikan (6x5x2 cm)

= 50 g

1 bj bsr tahu (6x6x6 ½ cm)

= 100 g

Ukuran rumah tangga untuk cairan:
1 sdm = 3 sdt

= 10 ml

1 gls

= 240 ml

= 24 sdm

1 ckr = 1 gls

= 240 ml

Arti singkatan:
Bh

= buah

ckr

= cangkir

Pk

= pak

gls = gelas

Bj

= biji

sdg

= sedang

Kcl

= kecil

Btg

= batang

ptg

= potong

Bsr

= besar

Bks

= bungkus

Sdt

= sendok teh sdm

= sendok makan

Universitas Sumatera Utara

21

2.1.8 Pengaruh Makanan Bagi Kesehatan Balita
Gizi

menjadi

bagian

sangat

penting

dalam

pertumbuhan

dan

perkembangan, begitu juga memiliku keterkaitan yang erat dengan kesehatan dan
kecerdasan karena itu, gizi menjadi salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.
Status gizi yang baik pada balita perlu mendapatkan perhatian lebih karena ketika
status gizi balita buruk dapat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun
kemampuan berfikir dan tentu saja akan menurunkan produktivitas kerja sebaliknya
jika balita yang tercukupi dengan baik akan kebutuhan gizi bagi kesehatan tubuhnya,
biasanya terlihat lebih aktif, cerdas, ceria, periang dan pandai bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya (Hasdianah, 2014)
Melaksanakan pemberian makanan yang sebaik-baiknya kepada balita
bertjuan sebagai berikut : 1) memberikan nutrisi yang cukup untuk kebutuhan,
memlihara kesehatan dan memulihkannya jika sakit, melaksanakan berbagai jenis
aktivitas, pertumbuhan, dan perkembangan fisik serta mental, 2) memdidik kebiasaan
yang baik tentang memakan, menyukai dan menentukan makanan yang diperlukan
(Hasdianah, 2014).

2.2 Status Gizi
2.2.1 Defenisi Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan zat gizi dalam
bentuk variabeltertentu, atau perwujudan dari nutrituredalam bentuk variabel
tertentu (Supariasa, 2003).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara lain : gizi buruk, gizi kurang, gizi
baik, dan gizi lebih (Hasdianah, 2014).

Universitas Sumatera Utara

22

2.2.2 Pengukuran Status Gizi
Cara pengukuran status gizi balita yang paling sering di masyarakat
adalah antropometri gizi yaitu ukuran berbagai dimensi tubuh manusia yang
berkaitan dengan asupan gizi atau sebagai akibat dari asupan gizi dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi (Par’i, 2016). Parameter status gizi merupakan
ukuran tunggal dari tubuh manusia yang meliputi umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada dan untuk dapat menentukan
status gizi , parameter antropometri harus dibandingkan dengan ukuran lain
misalnya umur atau parameter antropometri lain seperti tinggi badan. Beberapa
indeks antropometri yang sering digunakan untuk menilai status gizi pada periode
pertumbuhan adalah: 1) berat badan menurut umur (BB/U), 2) tinggi badan
menurut umur (TB/U), 3) berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan 4)
indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) (Par’i, 2014).
Indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U), penentuan
status gizi dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur adalah menilai
status gizi dengan cara membandingkan berat badan anak dengan dengan berat
badan pada standar (median) menurut umur anak tersebut. Kelebihan indeks
BB/U adalah mudah dimengerti oleh masyarakat dan oleh sebab itu pemantauan
status gizi yang dilakukan di posyandu sering menggunakan indeks ini, selain itu
kelebihan indeks BB/U dapat untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sensitif
terhadap perubahan berat badan walaupun kecil, dan dapat digunakan digunakan
untuk mendeteksi kegemukan (Par’i, 2016). Disamping mempunyai kelebihan,
indeks BB/U juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain penyebab

Universitas Sumatera Utara

23

gangguan pertumbuhan tidak spesifik karena dapat bersifat kronis atau akut,
interpretasi berat badan yang keliru jika terdapat edema, memerlukan data umur
yang akurat, kemungkinan kesalahan dalam pengukuran berat badan karena
pakaian atau gerakan, dan terkadang anak tidak boleh ditimbang karena dianggap
sebagai barang dagangan (Par’i, 2016).
2.2.3 Menimbang Berat Badan dengan Dacin
Dacin merupakan alat penimbangan berat yang yang berbentuk
tangkai

panjang,

terbuat

dari

logam,

dan

sudah

banyak

dikenal

masyarakat.penimbangan berat badan balita di Posyandu disarankan menggunaka
dacin

mempunyai ketelitian 0,1 kg, karena pertumbuhan berat badan balita

berumur lebih dari 1 tahun dalam 1 bulan berkisar 0,2-0,3 kg (Par’i, 2016).
Terdapat 9 langkah penimbangan berat badan dengan menggunakan dacin
didalam buku Pegangan Kader dari Departemen Kesehatan RI (2001) :
a) Dacin digantungkan pada penyangga yang kuat.
b) Dacin digantung dan diikat dengan tali yang kuat. Cara memeriksanya
adalah dengan menarik batang dacin kebawah kuat-kuat.
c) Sebelum dacin digunakan, bandul geser diletakkan pada angka 0 (nol).
Setelah itu, batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman.
d) Sarung timbang yang kosong dipasangkan pada dacin. Pada keadaan ini
bandul geser tetap pada angka 0 (nol).
e) Batang dacin yang sudah dibebani celana timbang, diseimbangkan lagi
dengan cara menggantungkan kantong plastik yang berisi pasir atau benda
lain yang halus sampai seimbang.

Universitas Sumatera Utara

24

f) Anak dinaikkan ke dalam sarung timbang, kemudian ditimbang pada
dacin sampai batang dacin dalam keadaan seimbang.
g) Menentukanan berat badan anak, dengan cara membaca angka di ujung
bandul geser.
h) Mencatat hasil penimbangan pada buku catatan.
i) Menggeser bandul ke angka 0, kemudian meletakkan batang dacing dalam
tali pengaman, setelah itu anak atau bayi dapat diturunkan. Dalam
melakukan pekerjaan ini tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada ibu
anak.
2.2.4 Klasifikasi Status Gizi
Dalam buku petunjuk teknik pemantauan status gizi, kategori status
gizi dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan
gizi buruk, dan menggunakan standar pertumbuhan WHO 2005 untuk
menentukan status gizi balitadengan indeks berat badan menurut usia (BB/U),
karena berat badan adalah suatu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh, dimana massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak, misalnya terinfeksi penyakit (Par’i, 2016). Baku tentang antropometri
ada beberapa macam, yaitu baku Boston dan Harverd, baku Tunner, baku NCHS
dan standar pertumbuhan WHO 2005, akan tetapi sejak tahun 2008 standar
pertumbuhan anak di Indonesia direkomendasikan menggunakan standar WHO
2005, dimana standar ini bersifat preskriptif yaitu bagaimana seharusnya anak
tumbuh sesuai dengan standar anak sehat (Par’i, 2016).

Universitas Sumatera Utara

25

Table 2.2 Klasifikasi Status Gizi dari Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010
dengan Indeks BB/U

Berat Badan menurut
Umur (BB/U)
Umur 0 – 60 bulan

Kategori Status Gizi
Gizi lebih
Gizi baik
Gzi kurang
Gizi buruk

Ambang Batas*)
>2 SD
-2 SD s.d 2 SD
-3 SD s.d