Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia

(1)

PENGETAHUAN DALAM PEMENUHAN GIZI BALITA DAN

STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN HELVETIA

TENGAH KECAMATAN MEDAN HELVETIA

Vani Ramadhani

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

PRAKATA

Syukur alhamdulillah peneliti sampaikan kehadirat Allah S.W.T karena berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Pengetahuan Ibu Dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, Erniyati, S.Kp, MNS, selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku pembantu dekan II Fakuktas Keperawatan, dan Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS, selaku pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Iwan Rusdi, S.Kp. MNS, selaku dosen pembimbing yang senantiasa menyediakan waktu dan kesempatan untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, juga kepada ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep, selaku penguji I, dan ibu Siti Saidah Nasution, S.kp,M.Kep, Sp.Mat, selaku penguji II, serta kepada seluruh staf pengajar dan administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.


(4)

Ucapan terima kasih yang paling dalam peneliti sampaikan juga teristimewa kepada Ayahanda tercinta Sukirno, SE serta Ibunda yang tercinta Nurhaji Hutagalung, yang menjadi motivator dalam hidupku, dan seluruh keluarga yang telah memberi dukungan baik moril maupun doa restu, serta rekan-rekan mahasiswa/i dan teman-teman sejawat yang telah banyak membantu sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, temen-temen sejawat Program S1 Ekstensi Sore 2010 Fakultas Keperawatan Universitas Sumateran Utara dan seluruh sahabat penulis, terima kasih atas bantuan dan semangatnya

Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu peneliti yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu, harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Januari 2012 Peneliti


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... vi

Daftar Tabel ... viii

Abstrak ... ix

BAB 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 3

3. Pertanyaan Penelitian... 3

4. Manfaat Penelitian ... 3

4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 3

4.2. Bagi Praktek Keperawatan ... 4

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan ... 6

1.1. Definisi ... 6

1.2. Tingkat Pengetahuan ... 6

1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 8

1.4. Pengetahuan Ibu tentang Makanan Bergizi. ... 9

1.5. Makanan Bergizi bagi Balita ... 10

2. Status Gizi Balita ... 16

2.1. Definisi ... 16

2.2. Pengukuran Status Gizi ... 16

2.3. Klasifikasi Status Gizi ... 18

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status gizi ... 19

2.5. Masalah-masalah Gizi Balita ... 21

2.6. Upaya Menanggulangi Gizi ... 23

BAB 3 Kerangka Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian ... 26


(6)

BAB 4 Metode Penelitian

1. Desain Penelitian ... 28

2. Populasi dan Sampel ... 28

2.1. Populasi ... 28

2.2. Sampel ... 28

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4. Pertimbangan Etik ... 29

5. Instrumen Penelitian ... 30

6. Validitas dan Reliabilitas ... 31

7. Pengumpulan Data ... 32

8. Analisa Data ... 32

BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil penelitian ... 34

2. Pembahasan ... 40

BAB 6 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 43

2. Saran ... 43

Daftar Pustaka Lampiran

1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Jadwal Tentatif Penelitian 4. Traksasi Dana

5. Surat Izin Pengambilan Data dari PSIK FK.USU

6. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari Kelurahan Helvetia Tengah

7. Riwayat Hidup

8. Tabel Standar Antropometri Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur 0-60 Bulan, Jenis Kelamin Tidak dipisahkan


(7)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 1. Kerangka Penelitian Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pengaturan Pemberian Makanan Pada Balita

Menurut Umur ... 13 Tabel 2. Cakupan Zat Gizi yang dianjurkan (per orang per hari) ... 13 Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina

Gizi Masyarakat Depkes RI 1999 ... 19 Tabel 4. Standar Antropometri Berat Badan Menurut

Umur 0-60 bulan jenis kelamin tidak dipisahkan ... 30 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase data demografi responden

tentang pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah

Kecamatan Helvetia (n = 54 orang) ... 35 Tabel 6 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu dalan

pemenuhan gizi balita n=54 ... 36 Tabel.7 Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita ... 38 Tabel. 8 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan

Status Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia (n=54 balita) ... 39

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia.


(9)

Judul : Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia

Nama Mahasiswa : Vani Ramadhani

NIM : 101121087

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011 / 2012

Abstrak

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Balita merupakan indikator status gizi masyarakat. Balita merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian yang berjudul Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di Kelurahan Helvetiah Tengah Kecamatan Helvetia. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita. populaasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita berusia 1-5 tahun di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 orang balita yang ditentukan dengan menggunakan kriteria. Metode yang digunakan bersifat deskriptif. Instrument penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi dan kuesioner penelitian pada ibu balita. Hasil uji reabilitas pada kuesioner pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dengan nilai 0,92. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 sampai 20 januari 2012. Dari penelitian ini tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dikategorikan cukup dengan 30 responden (55,55%) dengan kategori baik 20 responden (37,03%). Balita yang mengalami gizi baik sebanyak 40 responden (74,07%), balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 14 responden (25,92%) dikarena 54 responden yang mayoritas pendapatan perbulan keluarga dari Rp.800.000-Rp.1.000.000 sebanyak 21 responden (38,88%). Diharapkan kepada tim pelayanan keperawatan khususnya dikomunitas tentang gizi balita, perawat diharapkan lebih mengkaji secara komprehensif faktor-faktor yang mempengeruhi status gizi balita. Dan perlu dilakukakn penyuluhan yang lebih baik lagi tentang gizi balita, status gizi bagi balita, kandungan gizi pada makanan dan dampak gizi kurang.


(10)

Judul : Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia

Nama Mahasiswa : Vani Ramadhani

NIM : 101121087

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011 / 2012

Abstrak

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Balita merupakan indikator status gizi masyarakat. Balita merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian yang berjudul Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di Kelurahan Helvetiah Tengah Kecamatan Helvetia. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita. populaasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita berusia 1-5 tahun di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 orang balita yang ditentukan dengan menggunakan kriteria. Metode yang digunakan bersifat deskriptif. Instrument penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi dan kuesioner penelitian pada ibu balita. Hasil uji reabilitas pada kuesioner pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dengan nilai 0,92. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 sampai 20 januari 2012. Dari penelitian ini tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dikategorikan cukup dengan 30 responden (55,55%) dengan kategori baik 20 responden (37,03%). Balita yang mengalami gizi baik sebanyak 40 responden (74,07%), balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 14 responden (25,92%) dikarena 54 responden yang mayoritas pendapatan perbulan keluarga dari Rp.800.000-Rp.1.000.000 sebanyak 21 responden (38,88%). Diharapkan kepada tim pelayanan keperawatan khususnya dikomunitas tentang gizi balita, perawat diharapkan lebih mengkaji secara komprehensif faktor-faktor yang mempengeruhi status gizi balita. Dan perlu dilakukakn penyuluhan yang lebih baik lagi tentang gizi balita, status gizi bagi balita, kandungan gizi pada makanan dan dampak gizi kurang.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan teknologi komunikasi dan kemajuan ekonomi suatu bangsa, masih banyak orang menyadari akan pentingnya makanan sehari-hari untuk memelihara kesehatan. Di Negara maju seperti Amerika Serikat, rakyat sudah terdidik dan terlatih untuk hidup sehat atas dasar suatu pedoman gizi seimbang yang dikenal dengan Dietary Nutritional Gueidelines. Dengan pedoman ini, dibentuk pola hidup sehat dengan kebiasaan makan yang baik sesuai dengan persyaratan gizi. (Soekirman, 2000)

Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “batita” dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “prasekolah”. Balita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif. Anak dibawah lima tahun merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat namun kelompok ini merupakan kelompok tersering yang menderita kekurangan gizi. Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil muda dapat berpengaruh kepada pertumbuhan semasa balita. Bila gizi buruk maka perkembangan otaknya pun kurang dan itu akan berpengaruh pada kehidupannya di usia sekolah dan prasekolah. (Proverawati, 2010)

Masalah gizi pada hakikatnya menjadi masalah kesehatan masyarakat namun, penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan


(12)

pelayanan kesehatan saja, masalah gizi adalah multifaktor. Oleh karena itu pendekatan pengagulangannya harus melibatkan berbagai sector yang terkait. Masalah gizi tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yg cukup jumlah dan mutunya. Masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja. (supariasa, 2002).

Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umunya adalah kurang energi protein (KEP), Anemia besi, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), kurang vitamin A (KVA), dan obesitas terutama di kota-kota besar. Secara umum masalah gizi di Indonesia, terutama KEP, masih lebih tinggi dari pada Negara ASEAN, pada tahun 1995 sekitar 35,4%anak balita di Indonesia menderita KEP, pada tahun 1997 berdasarkan pemantauan status gizi (PSG) yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi pesyaratan prevalensi KEP menurun menjadi 23,1%. Dan pada tahun 1998, prevalensi KEP meningkat kembali menjadi 39,8%. (Supariasa, 2002)

Secara nasional, prevalensi berat kurang pada tahun 2010 di Indonesia adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13% gizi kurang. Bila dibandingkan dengan pencapaian MDG tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi berat kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4% dalam periode 2011-2015.(Detitian Side,2010)

Menurut penelitian yusdiana (2010) kelurahan Helvetia Tengah jumlah penduduk dikelurahan ini adalah 37.175 jiwa, terdiri dari 7.045 kepala keluarga


(13)

dimana jumlah balita sebanyak 540 jiwa. Masih ditemukannya gizi kurang sebanyak 14 jiwa dari 540 jiwa balita yang terdata.

Berdasarkan pada masalah diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian mengetahui Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia.

1.2. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana Pengetahuan Ibu Dalam Pemenuhan Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia

2. Bagaimana Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi Pengetahuan Ibu Dalam Pemenuhan Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia

2. Mengidentifikasi Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah KecamatanHelvetia .

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagai Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan ilmu dan wawasan Ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia.


(14)

2. Bagi Praktek Keperawatan

Sebagai sumber informasi yang dapat membantu perawat dalam meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah gizi sehingga diharapkan dapat meningkatkan status gizi balita.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi pendukung untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSAKA

Adapun konsep dan teori yang terkait dalam penelitian ini adalah 1. Pengetahuan

1.1. Defenisi Pengetahuan 1.2. Tingkat pengetahuan

1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1.4. Pengetahuan ibu tentang makanan bergizi 1.5. Makanan bergizi bagi balita

1.5.1. Pengaturan pemberian makanan balita 1.5.2. Angka kecakupan gizi balita

1.5.3. pengaruh makanan bagi kesehataan balita 2. Status Gizi Balita

2.1. Defenisi status gizi 2.2. Pengukuran status gizi 2.3. klasifikasi status gizi

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi 2.5. malasah-masalah gizi balita


(16)

1. PENGETAHUAN 1.1. Defenisi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objektertentu. Pengindraan terjadi melalui pengindraan manusia, yaitu indra melihat, indra pendengar, penciuman, rasa dan raba, sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan yang tercangkup dalam domain koqnitif memmpunyai enam tingkatan.

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingatsuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termaksud dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) suatu spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkat pengetahuan ini merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

b) Memahami (comperhenti)

Memahami diartikan sebagai suatau kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus


(17)

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada stuasi atau kondisi yang sebenarnya aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip- prinsip siklus pemecahan masalah dalam pemecahan masalah ketiga dari kasus yang diberikan.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa dapat memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis ( synthesis)

Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi. Baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.


(18)

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian tersebut didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menghadapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan penyebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.

1.3. Faktor-faktor yang mempengarui pengetahuan Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan diperoleh faktor :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kerah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih menantang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

2) Persepsi

Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.


(19)

3) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujun dan munculnya motivasi dan memerlukan rangsangan dari dalam individu maupun dari luar. Motivasi murni merupakan motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan dirasakan suatu kebutuhan.

4) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : meliputi lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk memiliki hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan.

1.4. Pengetahuan Ibu dalam pemenuhan gizi pada balita

Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan merupakan hal yang umum di setiap negara. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi, merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Akan tetapi ada sebab lain yang tak kalah penting, yaitu


(20)

kurang pengetahuan tentang makanan bergizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi pangan yang diproduksidan tersedia. (Harper, 2001)

Dalam penelitian yang dilakukanoleh sanjaya (2000) juga disebutkan bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Hal ini senada dengan yang dianggap oleh Berg (1986), bahwa sekalipun daya beli merupakan halangan yang utama, tetapi sebahagiaan kekurangan gizi akan bisa diatasi kalau orang tua tahu bagaimana seharusnya memanfaatkan segala sumber yang dimiliki.

1.5. Makanan bergizi bagi balita

Tubuh kita terbentuk dari zat–zat yang berasal dari makanan oleh karena itu kita memerlukan masukan makanan, yaitu untuk memperoleh zat–zat yang diperlukan tubuh, (Nuraimah, 2001). Gizi (nutrizi) yang baik merupakan tujuan yang penting bagi kebanyakan orang, Gizi semakin dipandang sebagai faktor penentu yang penting dalam upaya mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. Anak usia di bawah lima tahun merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan pengindraan, kemampuan berpikir, keterampilan berbahasa dan berbicara bertingkah laku sosial dan lainnya (DepkesRI, 2001, dalam Santoso & Ranti, 2001). Oleh karena itu pada usia balita harusnya memperoleh zat gizi yang mencukupi jumlah dan zat gizinya (Sumiarta, 2005).


(21)

Selain itu makanan merupakan kebutuhan fungsi jasmaniah dan psikososial untuk kelangsungan hidup, nutrisi juga memiliki makna simbolik berdasarkan keyakinan budaya, spiritual dan keperibadian seseorang. Nutrisi biasanya menjadi simbolik kehidupan dan kasih sayang, seperti ibu yang memberikan makanan pada anaknya (Khomsan, 2003). Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan untuk kehidupan anak, kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak terutama pada anak usia balita maka selain pengetahuan diperlukan juga kemampuan dalam mengelola makanan sehat untuk anak yang merupakan suatu hal yang sangat penting (Santoso & Ranti,2001).

Menurut Notoatmojo (2003), agar makanan dapat berfungsi dengan baik maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus mengandung zat-zat gizi tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, makanan harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

a) Protein

Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuhan (protein nabati) dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh sebagai pembangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pangatur seperti enzim dan hormon, membentuk zat inti energi, (1gr protein kira-kira akan menghasilkan 4,1kalori). Kebutuhan protein balita bayi bervariasi dari 1,6-2,2 gr protein per kg BB. Total asupan protein sebaiknya tidak melebihi 20 % dari kebutuhan energi.


(22)

b) Lemak

Berasal dari minyak goreng, daging, margarine, dan sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gr lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori), sebagai pelarut vitamin A,D, E, K dan sebagai pelindung bagi pada temperatur rendah.

c) Karbohidrat.

Berfungsi sebagai salah satu pembentuk energi yang paling murah. Pada umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh- tumbuhan (beras, jagung, singkong, dan sebagainya), yang merupakan makanan pokok.

d) Vitamin

Vitamin merupakan molekul organik yang terdapat didalam makanan. Fungsi vitamin berlainan satu sama lain tetapi secara umum fungsinya adalah mengatur metabolisme tubuh.

e) Mineral

Berfungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Bayi membutuhan kurang lebih 150ml/ kg BB air maupun cairan lainnya hal ini untuk mencegah bayi yang mudah mengalami dehidrasi maupun diare.

1.5.1 Pengaturan Pemberian Makanan Balita

Pemberian makanan adalah cara pemberian makanan kepada balita, dimana pemberian makanan tersebut harus disesuaikan dengan usia balita dan dilakukan secara bertahap, karena kerja saluran cerna balita belum sempurna. Pengturan makanan dimulai dari pemberian ASI, makanan lumat/lunak, makanan


(23)

lembek, sampai akhirnya makanan padat, seperti yang terdapat dalam table berikut ini.

Table 1. Pengaturan Pemberian Makanan Pada Balita menurut umur

Umur Anak Pemberian Makanan

0-6 bulan ASI saja

6-9 bulan Makanan Lumat/Lunak

9-12 bulan Makanan Lembek

1-5 tahun Makanan Padat

1.5.2 Angka kecakupan zat gizi balita

Jumlah makanan yang diberikan pada balita harus berangsur bertambah sesuai dengan bertambahnya kebutuhan balita akan berbagai zat gisi. Berikut ini merupakan angka kecukupan zat gizi rata-rata yang dianjurkan untuk perorangan dalam satu hari.

Tabel 2. Cakupan zat gizi yang dianjurkan per orang per hari untuk Indonesia dalam mempertahankan kesehatan yang baik sesuai umur.

Golongan Umur

Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan (cm)

Energi (Kkal)

Protein (g)

Vit.A (RE)

Besi (mg)

Lodium (µ)

0-6 bln 5.5 60 560 12 350 3 50

7-12 bln 8.5 71 800 15 350 5 70

1-3 bln 12 90 1250 23 350 8 70


(24)

Sumber : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Risalah widyakarya Pangan dan Gizi VI, 1998. Hlm.877. (Almatsier, 2002)

1.5.3 Pengaruh makanan bagi kesehatan Balita

Makanan sehari – hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang di butuhkan untuk fungsi normal tubuh. Begitu juga sebaliknya bila makanan tidak dipilih dengan baik tubuh akan mengalami kekurangan zat – zat gizi esensial gizi tertentu. Beberapa manfaat bagi tubuh yaitu

1) memberi energi dari karbohitrat, lemak, dan protein,

2) pertumbuhan dan pemeliharaan, jaringan tubuh dari protein mineral dan air 3) mengatur proses tubuh dari protein, mineral air dan vitamin (Almatsier, 2002).

Menurut Almatsier (2002) kekurangan gizi secara umum dapat menyebabkan

gangguan pada beberapa proses tubuh yaitu; a. Pertumbuhan

Anak – anak yang kurang gizi tidak dapat tumbuh menurut potensialnya b. Produksi tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan yang menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktifitas. Orang menjadi mala, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurut.

c. Pertahanan tubuh

Daya tahan terhadap tekanan dan stres menurunkan sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi. Pada anak–anak hal ini menyebabkan kematian.


(25)

d. Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Otak, mencapai bentuk maksimum pada usia 2 tahun kurang gizi dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak secara permanen. Makanan yang baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Fungsi zat gizi bagi tubuh.

1) Memberi energi

Zat-zat dapat memberikan energi bagi tubuh. Zat gizi tersebut adalah karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh melakukan aktivitas. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat tersebut dinamakan zat pembakar.

2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh

Protein, mineral dan air adalah zat pembangun yang diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak.

3) Mengatur proses tubuh

Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.Dalam fungsinya ini ke empat zat gizi tersebut dinamakan zat pangatur (Almatsier, 2002)’


(26)

2. Status Gizi

2.1. Defenisi Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.(Almatsier, 2002). Status gizi digunakan untuk mengetahui kesehatan anak. Secara umum status gizi lebih dapat di bagi menjadi lima kategori yaitu : status gizi lebih, status gizi baik, status gizi sedang, status gizi kurang, status gizi buruk. Status gizi optimal menurut Dorice M (1992) adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi.(Supariasa,2002).

2.2 Pengukuran status gizi

Cara pengukuran status gizi balita yang paling sering di masyarakat adalah antropometri gizi yaitu suatu cara yang berhubungan dengan berbagai makanan, pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan tingkat gizi (Supariasa, dkk, 2002 ). Parameter status gizi merupakan ukuran tunggal dari tubuh manusia seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Parameter antropometri merupakan dasar dari penelitian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut dengan indeks antropometri (Supariasa, dkk, 2001). Beberapa indeks antropometri antara lain : (1) berat badan menurut umur, (2) tinggi badan menurut umur, (3) berat badan menurut tinggi badan (Supariasa, dkk,2002;Soekirman, 2000 ).


(27)

Indeks antropometri. Berat badan menurut umur (BB/U). Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitife terhadap perubahan yang mendadak seperti terserang penyakit, infeksi, menurunnya nafsu makan, atau menurunnya jumlah makanan yang di konsumsi (Supariasa, dkk, 2002). Kelebihan indeks BB/U antara lain mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil (Supariasa dkk, 2002; Soekirman 2000). Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema dan asites, di daerah pedesaan yang masih terpencil data umur yang akurat, sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, secara operasional. Sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat (Soekirman, 2000, Supariasa,dkk 2002). Tinggi badan menurut umur (TB/U). Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur, pengaruh defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relative lama (Supariasa,dkk,2002). Disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, indeks TB/U juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi (Beaton&Bengoa,1973 dalam Supariasa, dkk, 2002).

Keuntungan indeks TB/U antara lain, baik untuk menilai status gizi masa lampau, ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa, dapat dijadikan indikator keadaan social ekonomi penduduk (Soekirman, 2000 &


(28)

Supariasa, dkk, 2002). Adapun kelemahan indeks TB/U antara lain: tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relative sulit dilakukan karena anda harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk mengukurnya, ketepatan umur sulit didapat, tidak dapat digambarkan keadaan gizi saat ini, dan dapat terjadi masalah dalam pembaaan skala (Soekirman, 2000).

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Terutama bila data umur yang akurat sulit diperoleh (Supariasa, dkk, Soekirman, 2000). Keuntungan indeks BB/TB antara lain independen terhadap umur dan ras dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus) Kelemahan indeks BB/TB ini adalah tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, normal, tinggi. Sulit untuk melakukan pengukuran tinggi badan, menggunakan dua buah alat ukur, pengukuran relative lama, membutuhkan dua orang untuk melakukannya (Supariasa, dkk, 2002; Soekirman,2000).

2.3 Klasifikasi Status Gizi

Dalam buku petunjuk teknik pemantauan status gizi, dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi sedang, gizi kurang dan gizi buruk, buku rujukan yang digunakan adalah WHO–NHCS (Word Health

Organization-National Centre for Statistics) dengan indeks berat badan menurut usia

(Supariasa, dkk,2002). Berat badan adalah suatu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-


(29)

perubahan yang mendadak, misalnya terinfeksi penyakit. Baku tentang Antropometri ada beberapa macam, yaitu baku Boston dan Harverd, baku Tunner, dan baku NCHS. Akan tetapi yang direkomendasikan oleh WHO adalah baku NCHS (National Center for Health Statistik), karena pengumpulan datanya lebih menggambarkan populasi yang sebenarnya. Pada baku NCHS juga dibedakan untuk anak laki-laki dan perempuan.

Table 3. Klasifikasi status gizi masyarakat direktorat Bina Gizi masyarakat Depkes RI tahun 1999 (Supariasa, dkk, 2002 hal 76).

Kategori Cut of point*)

Gizi lebih >120 % median BB / U baku WHO - NHCS Gizi baik 80 % - 120% median BB / U baku WHO - NHCS Gizi sedang 70 % - 79,9 % median BB / U baku WHO - NHCS Gizi kurang 60 % - 69,9 % median BB / U baku WHO - NHCS Gizi buruk < 60 % median BB / U baku WHO - NHCS

2.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi 2.4.1 Pengetahuan

Apabila seorang ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihar giziserta mengatur makanan kejadian gizi kurang akan dapat dihindari. Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum disetiap negara. Hal ini didukung juga dengan penelitian yang dilakukan Sandjaja (2000) yang melaporkan bahwa sebagian besar anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan.


(30)

2.4.2 Sosial Ekonomi

Di negara berkembang seperti Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian besar adalah golongan ekonomi rendah dan menengah sehingga akan berdampak kepada pemenuhan bahan makanan terutama mkanan yang bergizi. Keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizi juga akan terganggu.

2.4.3 Sosial budaya

Pada dasarnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan akan keperluan fisik akan zat-zat yangterkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari pola makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh anggota keluarga. Beberapa budaya masyarakat tertentu masih menganut adanya makanan tertentu yang dianggap sebagai pantangan atau kepercayaan tahayul. Orang-orang Indonesia masih banyak yang beranggapan ada beberapa makanan yang harus dihindari atau menjadi pantangan terutama pada kondisi tertentu, misalnya pada ibu hamil. Dikalimantan masih banyak orang beranggapan bahwa ibu hamil harus menghindari makan 27 jenis ikan, padahal ikan adalah sumber utama protein yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan akan berdampak pada kesehatan dan status nutrisi anak kelak setelah lahir.

2.4.4 Status kesehatan

Apabila seseorang mengalami kondisi yang kurang sehat atau mengalami suatu penyakit tertentu maka berpengaruh terhadap selera makannya dan pola diet sehingga terganggu pemenuhan kebutuhan gizi untuk energi dan pertumbuhan,


(31)

perkembangan, dan kesehatannya. Misalnya orang yang mengalami gangguan dalam saluran pencernaan (infeksi lambung, kanker kolon, dll) yang harus mengikuti program diet dari dokter dan hal ini akan berdampak pada status nutrisinya. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan- perubahan yang mendadak, misalnya terinfeksi penyakit, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi( Supariasa,dkk, 2002).

2.4.5. Pola makan / pemberian makan

Selain pengetahuan, Sumiarta (2005) menyebutkan bahwa pola asuh dan pemberian makanan sangat berpengaruh pada status gizi balita. Pola makan yang seimbang akan menyajikan semua makanan yang berasal dari setiap kelompok makanan dengan jumlahnya sehingga zat gizi dikomsumsi seimbang satu sama lain. Meskipun makanan yang diberikan orang tua kepada anak- anaknya makanan yang bergizi, tetapi kalau diberikan tanpa makan yang teratur maka anak- anak tetap saja bisa mengalami gizi buruk (Budianingrum, 2005)

2.5 Masalah – masalah Gizi balita

Secara nasional ada 4 (empat) masalah gizi utama di Indonesia, yaitu : kurang kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat kurang yodium, anemia defisiensi zat besi.

1. Kurang Kalori Protein

Kurang Kalori Protein (KKP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Kurang energi protein dikelompokkan menjadi KKP primer dan skunder.


(32)

Setidaknya, ada 4 faktor yang melatarbelakangin KKP, yaitu : masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan. ( Arisman, 2004)

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmik-kwashiorkor.

2. Kekurangan Vitamin A

Buta akibat kurang gizi dapat menghinggapi siapa saja. Kondisi yang melatarbelakanginnya, seperti campak, diare, penyakit yang disertai demam, dan KKP, paling sering menyerang pada anak-anak yang kebetulan berkemukim di daerah yang serba kekurangan.

Kekurangan vitamin A ialah penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh, dan menyebabkan metaplasi keratinisasi pada epitel saluran pernafasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relative lebih awal terjadi ketimbang kerusakan yang terdektesi pada mata. (Arisman, 2004)

3.Gangguan Akibat Kurang Yodium

Gejala yang khas terbagi menjadi dua bentuk, yaitu :

a. jenis saraf, menampakkan gejala seperti defisiensi mental, bisu-tuli (deaf mutism), dan diplegia spastik


(33)

Besar pengaruh GAKY belum terjelaskan seluruhnya. Sebagian besar ahli lebih senang menganalogikakan keadaan ini sebagai fenomena gunus es dengan kretin sebagai puncaknya. Kretin hanya menempati bagian seluas 1-10%, gangguan otak 5-30%, sementara hipotiroidisme 30-50%. Ketiga gangguan ini merupakan salah satu kesatuan yang disebut gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).

4. Anemia Defesiensi Zat Besi

Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan/atau vitamin B12 ; yang kesemuanya terakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk), dan kecacingan yang masih tinggi. Dari ketiga penyebab tersebut, defesiensi vitamin B12 (anemia pernisiosa) merupakan penyebab yang paling jarang terjadi selama kehamilan. (Arisman, 2004).

2.6. Upaya Menanggulangi Masalah Gizi

Upaya menanggulangin masalah gizi seimbang, yakni : gizi kurang dan gizi lebih adalah dengan membiasakan mengkonsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat gizi yang seimbang. Ada 13 pesan dasar gizi yang seimbang, yaitu :

1. Makanlah aneka ragam makanan

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi 5. Gunakan garam beryodium


(34)

7. Berikan air susu ibu (ASI) saja pada bayi sampai umur enam bulan 8. Biasakan makan pagi

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya 10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur 11. Hindari minum minuman beralkohol

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah lebel pada makanan yang dikemas

Penanggulangan masalah, gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar departemen dan kelompok profesi melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh perbaikkan pola konsumsi pangan ,masyarakat yang beranekaragaman dan seimbang dalam mutu gizi. (Almatsier, 2002)

Upaya penanggulangan masalah gizi kurang yang dilakukan pemerintah secara terpadu antara lain :

1. Upaya pemenuhan persedian pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi beranekaragam pangan.

2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.


(35)

3. Peningkatan upaya pelayanan gizi tesrpadu dan sistem rujukan dimulai dari pos pelayanan terpadu (posyandu).

4. Peningkatan upaya keamanan pangan gizi melalui sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)

5. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat.

6. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.

7. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta kapsul minyak yodium.

8. Peningkatan kesehatan lingkungan.

9. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi.

10. Upaya pengawasan makanan dan minuman.


(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status balita di kelurahan Helvetia tengah kecamatan Helvetia.

Kerangka penelitian menggambarkan bahwasannya pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dipengaruhi oleh: pengaturan pemberian makanan untuk balita, pengolahan makanan untuk balita dan pengaruh makanan bagi kesehatan balita. Sedangkan status gizi dipengaruhi oleh: barat badan dan tinggi badan.

Masing-masing variabel yang akan diteliti dilihat secara deskriptif, kemudian dilihat hubungan antara kedua variabel.

Pengetahuan Ibu dalam pemenuhan gizi balita : - Pengaturan pemberian makanan untuk

balita

- pengolahan makanan untuk balita

- pengaruh makanan bagi kesehatan balita

Status Gizi Balita : − Berat badan − Umur balita


(37)

3.2. Defenisi Konseptual dan Operasional 1. Defenisi Konseptual

Defenisi Konseptual adalah Suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel yang akan diambil (diukur) melalui penelitian yang dimaksud.

Pengetahuan adalah Hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Status Gizi adalah suatu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

2. Defenisi Oprasional

Defenisi Operasional adalah variabel-variabel yang akan diamati atau diteliti yang bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran pengamatan terhadap variabel-variabel bersangkutan serta pengembangan instrument (alat ukur).

Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu balita usia lahir 60 bulan dalam pemenuhan gizi balita meliputi pengeturan pemberian makanan untuk balita, pengolahan makanan untuk balita, dan pengaruh makanan bagi kesehatan balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia.

Status gizi adalah Keadaan status gizi bayi dan balita berdasarkan standar baku harvar dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U), yang diukur pada penimbangan di Posyandu.


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitiaan ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di kelurahan Helvetia tengah kecamatan Helvetia.

2. Populasi dan stampel Penelitian 2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang tinggal di Kelurahan Helvetia Tengah. Dari hasil survey pendahuluan di kelurahan Helvetia Tengah yang dilakukan pada April s/d Agustus 2011, diperoleh bahwa terdapat 540 balita. 2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, apabila jumlah subjek kurang dari 100, lebih baik di ambil keseluruhan sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar atau banyak dapat diambil antar 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2006). Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah ibu yang mempunyai balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamata Helvetia yaitu dari 540 responden diambil 10% maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 responden.

Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling ini dilakukan dengan atas dasar pada suatu


(39)

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh penelitian sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaannya dengan mengadakan studi pendahuluan atau dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi (Notoadmodjo, 2010).

Adapun kriteria inklusi dalam penelian ini adalah :

1 Ibu yang mempunyai balita usia lahir sampai dengan 60 bulan di kelurahan Helvetia tengah.

2 Dapat membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia.

3 Bersedia untuk berpartisipasi.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia, pada bulan Januari 2012. Lokasi ini dipilih karena wilayahnya mudah dijangkau. Adapun dengan pertimbangan bahwa di kelurahan tersebut belum pernah dilakukan penelitian menyangkut status gizi balita dan berdasarkan data dari Puskesmas Helvetia diketahui bahwa masih terdapat angka balita yang memiliki status gizi kurang, bahkan ada balita yang memiliki status gizi buruk.

4. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada kepala kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika dengan menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi


(40)

selama dan sesudah pengumpulan data. Jika ibu yang mempunyai balita usia 60 bulan bersedia diteliti, maka responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika ibu yang mempunyai balita usia 60 bulan menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

Untuk menjaga kerahasiaan ibu yang mempunyai anak balita, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi ibu yang mempunyai balita usia 60 bulan dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset (Nursalam, 2001).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner data demograpi dan mengukur langsung balita dengan pengukuran BB/U. Alat ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan timbangan balita berdasarkan tinjauan pusaka, yang terdiri dari tiga bagian yaitu :

1. Data demograpi yang meliputi : inisial, umur, agama, suku, pendidikan, jumlah anggota keluarga, penghasilan keluarga, pekerjaan ibu, dan apakah ibu pernah mendapat informasi tentang gizi, dan data balita.

2. Untuk mendapatkan pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita dengan kuesioner terdiri 18 pertanyaan

3. Sedangkan untuk mendapatkan data status gizi balita digunakan alat ukur berat badan (timbangan badan) dan table berat badan per umur (BB/U)


(41)

Tabel 4. Standar Antropometri berat badan menurut umur 0-60 bulan jenis kelamin tidak dipisahkan. Depkes RI tahun 1999 (Supariasa, dkk, 2002 hal 76).

Berat Badan Status Gizi

>80% Baik

60-80% Kurang

≤60% Buruk

6. Validitas dan Reliabilitas 6.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrument pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Setiadi,2007). Pada penelitian ini menggunakan validitas isi, dimana validitas dikonsulkan kepada seorang ahli gizi di Dinas kesehatan Kota Medan yang memiliki keahlian atau kompetensi sesuai dengan topik penelitian ini.

6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur secara konsisten sasaran yang di ukur, karena kuisioner peneliti disusun sendiri oleh peneliti sehingga penting untuk dilakukan uji reabilitas (Setiadi, 2007). Suatu instrument dikatakan realibel apabila koefisiennya bernilai lebih besar dari 0,70 (Polit and Hungler). Dalam penelitian ini digunakan reabilitas konsistensiinternal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrument kepada satu subjek studi dan apabila digunakan berulang kali memberikan hasil yang sama. Pada penelitian ini, untuk kuesioner dilakukan K-R 21 (Arikunto, 2006).


(42)

Uji reabilitas dilakukan pada September 2011, sebelum mengumpulkan data penelitian dengan menguji kuesioner 30 responden hanya satu kali pemberian instruments dengan kriteria subjek penelitian, kemudian menilai reabilitasnya. Hasil uji reabilitas pada kuesioner pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dengan nilai reabilitas 0,92.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izi pelaksanaan penelitian kepada bagian Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Mengirim permohonan izin yang diperoleh ke Kelurahan Helvetia tengah Kecamatan Helvetia. Setelah mendapatkan surat izin dari Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia, peneliti melaksanakan penelitian dengan cara memberikan kuisioner responden sesuai dengan kriteria. Peneliti menyebarkan undangan dan mengadakan penyuluhan tentang gizi balita dan peneliti juga melakukan dari rumah ke rumah (door to door).

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan responden untuk memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur, manfaat peneliti dan cara pengisian kuisioner. Peneliti mendampingin responden saat mengisi kuisioner dan peneliti menjelaskan maksud dari tiap pertanyaan apabila responden kurang memahami kuisioner yang peneliti berikan. Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan analisa data.

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dianalisa melalui beberapa tahap. Pertama, memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan


(43)

bahwa semua jawaban telah diisi. Selanjutnya data diklarifikasi dengan mentabulasi data yang telah dikumpulkan. Pengolahan data dilakukan dengan meggunakan teknik manual untuk mengetahui status gizi balita.

Dari hasil pengolahan data tersebut, maka diketahui frekuensi dan persentase untuk mendiskripsikan tentang data demografi dan status gizi balita. Analisa data status gizi balita terdiri dari 3 (tiga) kategori yaitu dimana, status gizi baik, kurang, buruk.


(44)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengetahuan Ibu Dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15 Desember sampai dengan 20 januari 2012 di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia dengan jumlah responden sebanyak 54 orang. Responden dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki balita dan tinggal bersama mereka di Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia.

1.Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mencakup karakteristik demografi responden dan pengetahuan ibu dalam pemberian gizi pada balita.

1.1 Data Demografi

Dari 54 orang ibu yang mempunyai balitanya di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia yang menjadi responden pada penelitian, didapatkan karekteristik responden yaitu berdasarkan suku bangsa mayoritas responden bersuku batak sebanyak 20 responden (37,03%). Berdasarkan Agama responden mayoritas beragama Islam sebanyak 34 responden (62,96%). Berdasarkan pekerjaan responden mayoritas ibu rumah tangga sebanyak 19 responden (35,18%). Berdasarkan pendapatan mayoritas responden Rp. 800.000-Rp.1.000.000 sebanyak 21 responden (38,88%). Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 28 responden (51,85%). Berdasarkan jumlah anak mayoritas responden memiliki anak dua


(45)

orang anak sebanyak 25 responden (46,29%). Berdasarkan pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi mayoritas responden pernah mendapatkan penyuluhan tentang ilmu gizi sebanyak 34 responden (62,96%).

Tabel.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Responden tentang Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia (n = 54orang)

Karekteristik responden Frekuensi Persentase (%) Suku Bangsa Batak Melayu Jawa Lainnya 20 11 13 10 37,03 20,37 24,07 18,51 Agama Islam Khatolik Protestan 34 12 8 62,96 22,22 14,81 Pekerjaan

Ibu rumah tangga PNS Dagang Guru Buruh 19 10 10 3 8 35,18 18,51 18,51 5,55 14,81 Pendapatan Perbulan

< Rp. 800.000

Rp.800.000-Rp.1.000.000 > Rp. 1.000.000

14 21 19 25,92 38,88 35,18 Tingkat pendidikan SD SMP SMA Diploma/perguruan tinggi - 10 28 16 - 18,51 51,85 29,62 Jumlah Anak Satu Orang Dua Orang Tiga Orang Empat Orang Lima Orang 10 25 10 5 4 18,51 46,29 18,51 9,25 7,40 Pernah Mendapatkan Penyuluhan

Tentang Gizi Pernah Tidak pernah 34 20 62,96 37,03


(46)

1.2 Tingkat pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan mayoritas pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita sebanyak 54 responden (100%), menjawab dengan benar beberapa pertanyaan diantaranya: pada usia 0-6 bulan bayi hanya boleh diberi Asi ( air susu ibu) saja, penolahan makanan untuk balita dibedakan dengan pengelolaan makanan untuk keluarga, dan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral termasuk kedalam zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Sebanyak 40 responden (74,1%) menjawab dengan benar pertanyaan diantaranya : Jika terlalu banyak memberi makanan ringan sebelum waktu makan, akan mengganggu nafsu makan anak, anak usia 1-5 tahun mempunyai rasa ingin tahu yang lebih tinggi untuk itu ibu sebaiknya memiliki keterampilan yang baik dalam mengolah makan. Kurang gizi dapat mengakibatkan anak mudah terserang penyakit sehingga mengganggu pertumbuhannya, Makanan yang baik adalah makanan yang memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Tabel 6 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu dalan pemenuhan gizi balita n=54

No Pertanyaan Benar

n(%)

Salah n(%) 1

2

3

Pada usia 0-6 bulan bayi hanya boleh diberi Asi ( air susu ibu) saja

Asi (air susu ibu ) sebaiknya diberi segera setelah lahir karena mengandung banyak zat gizi yang dibutuhkan bayi

Balita 1-5 tahun makan-makanan utama sebanyak 3 kali sehari ditambah makanan selingan diantara setiap makanan utama.

54(100)

30(55,5)

32(59,2)

0

24(44,4)


(47)

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

yang beranekaragam agar anak tidak merasa bosan dan malas makan.

Telur daging, tempe, ikan, tahu, dan kacang – kacangan sangat baik untuk pertumbuhan balita. Jika terlalu banyak memberi makanan ringan sebelum waktu makan, akan mengganggu nafsu makan anak

Anak usia 1-5 tahun mempunyai rasa ingin tahu yang lebih tinggi untuk itu ibu sebaiknya

memiliki keterampilan yang baik dalam mengolah makan.

Pada usia balita 6 bulan, makanan pendamping sangat penting bagi balita karena air susu ibu akan semakin berkurang.

Pada usia 6-9 bulan makanan tambahan yang diberikan berbentuk bubur tim..

Balita usia 9-12 bulan diberikan makanan yang berbentuk lunak seperti bubur nasi yang ditambah lauk pauk (ikan dan sayuran).

Penolahan makanan untuk balita dibedakan dengan pengelolaan makanan untuk keluarga. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral termasuk kedalam zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Kurang gizi dapat mengakibatkan anak mudah terserang penyakit sehingga mengganggu pertumbuhannya.

Makanan yang baik adalah makanan yang

memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Makanan bergizi adalah makanan yang

memberikan tenaga dan kesehatan bagi tubuh. Telur daging, tempe, ikan, tahu, dan kacang – kacangan sangat baik untuk pertumbuhan balita.

34(62,9) 40(74,1) 40(74,1) 39(72,2) 37(68,5) 35(64,8) 54(100) 54(100) 40(74,1) 40(74,1) 30(55,5) 30(55,5) 20(37,03) 14(25,9) 14(25,9) 15(27,7) 17(31,4) 19(35,1) 0 0 14(25,9) 14(25,9) 24(44,4) 24(44,4)


(48)

17

18

Dalam memasak makanan sebaiknya dicuci dulu baru dipotong.

Makanan bergizi sangat penting untuk kecerdasan dan perkembangan balita

18(33,3)

30(55,5)

36(66,6)

24(44,4)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelurahan Helvetia tengah kecamatan Helvetia mengenai tingkat pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita diketahui bahwa mayoritas pengetahuan ibu dikategorikan cukup dengan 30 responden (55,55%) dilihat dari jawaban pada kuesioner yang berisikan tentang pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita.

Tabel.6 Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita

Tingkat pengetahuan Skor Frekuensi Persentase(%)

Baik 15-18 20 37,03

Cukup 12-15 30 55,55 Kurang <12 4 7,40

1.3. status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia

Dari 54 balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia yang menjadi responden pada penelitian, didapatkan karekteristik responden yaitu berdasarkan jenis kelamin mayoritas jenis kelamin balita perempuan sebanyak 30 responden (55,55%). Berdasarkan umur balita 1-2 tahun sebanyak 17 responden (31,48%) dan umur balita 2-3 tahun sebanyak 17 responden sebanyak 17 responden (31,48%). Berdasarkan berat badan balita mayoritas berat badan balita yg 10kg-12kg sebanyak 15 responden (27,77%).


(49)

Tabel. 8 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan status balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia (n=54 balita)

Karekteristik Responden Frekuensi Presentase (%) Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Umur Balita 1-2 tahun 2-3 tahun 3-4 tahun 4-5 tahun Berat Badan 6-8 Kg 8-10 Kg 10-12 Kg 12-14 Kg 14-16 Kg 16-18 Kg 30 24 17 17 9 11 5 14 15 13 6 1 55,55 44,44 31,48 31,48 16,66 20,37 9,25 25,92 27,77 24,07 11,11 1,85

Berdasarkan hasil penelitian dari 54 responden disimpulkan bahwa, mayoritas balita yang mengalami gizi baik sebanyak 40 responden (74,07%) yang diukur berdasarkan standarAntropometri.

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia. (n=54 balita)

Status Gizi Frekuensi Persentase (%)

Baik 40 74,07

Kurang 14 25,92


(50)

2. Pembahasan

2.1 Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita diketahui bahwa mayoritas pengetahuan ibu dikategorikan cukup dengan 30 responden (55,55%), hal ini dilihat dari jawaban pada kuesioner yang berisikan tentang pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pengetahuan ibu sudah cukup baik, hal ini dibukt ikan bahwa balita 1-5 tahun makan-makanan utama sebanyaknya 3 kali sehari ditambah makanan selingan diantara setiap makanan utama responden menjawab benar sebanyak 32 responden (59,2%). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003), bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pengindraan manusia, yaitu indra melihat, indra pendengar, penciuman, rasa dan raba, sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan merupakan hal yang umum di setiap negara. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi, merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Akan tetapi ada sebab lain yang tak kalah penting, yaitu kurang pengetahuan tentang makanan bergizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi pangan yang diproduksidan tersedia. (Harper, 2001).

Pengetahuan dijelaskan sebagai (knowledge) merupakan proses yang diketahui oleh manusia secara langsung dari kesadaran sendiri (Bahktiar A, 2005).


(51)

Pernyataan ini menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan pengalaman belajar terhadap suatu hal.

2.2. status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 54 responden disimpulkan bahwa, mayoritas balita yang mengalami gizi baik sebanyak 40 responden (74,07%) . Hal ini status gizi balita dilakukan dengan pengukuran cara antopometri dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Hal ini sesuai pendapat (Supariasa,2002) Status gizi digunakan untuk mengetahui kesehatan anak. Secara umum status gizi lebih dapat di bagi menjadi lima kategori yaitu : status gizi lebih, status gizi baik, status gizi sedang, status gizi kurang, status gizi buruk. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.(Almatsier, 2002).

Hal ini menunjukkan status gizi sebagian besar balita sudah cukup baik (74,07%), dan tidak ada ditemukan balita status gizi buruk. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang menjadi responden pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi sebanyak 34 responden (62,96%).

Selain pengetahuan, faktor lain yang mempengaruhi status gizi adalah tingkat pendapatan keluarga (edmons, 2004). Edmons menyatakan bahwa peningkatan status gizi ekonomi yang termasuk di dalamnya tingkat pendapatan keluarga diikuti oleh peningkatan status gizi anak. Strauss dan Thomas (1998) juga mengatakan bahwa peningkatan pendapatan dapat meningkatkan konsumsi pangan yang sehat, sanitasi dan perilaku sehat yang lebih baik dan peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan yang akhirnya meningkatkan status gizi


(52)

keluarga (Edmons, 2004). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 54 responden yang mayoritas pendapatan/bulan keluarganya dari Rp. 800.000-Rp. 1.000.000 sebanyak 21 responden (38,88%), hal ini memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan makanan yang lengkap, cukup dan teratur bagi balitanya sehingga pola makan seimbang terwujud walaupun belum seluruhnya maksimal karena masih terdapat kasus gizi kurang. Selain itu sebagian besar ibu balita memiliki pendidikan terakhir SMA/sederajat sebanyak 28 responden (51,85%), juga turut memberikan pengaruh terhadap pemilihan makanan yang di konsumsi balita. hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukson dkk, (2002), dimana diperoleh bahwa pendapatan keluarga dan pendidikan ibu adalah faktor, serta Santoso dan Ranti (2002) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan individu dan keluarga adalah faktor ekonomi.

Menurut penelitian Sumiarta (2005), juga menyebutkan bahwa pemberian makan pada balita dapat di pengaruhi oleh status gizi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Siregar dkk (2002) yang menyebutkan bahwa kurang energy protein pada balita disebabkan kurang teraturnya frekuensi makan dan rendahnya nilai gizi yang dikonsumsi. Jadi asupan makanan yang diperoleh balita berpengaruh terhadap status gizinya. Selaain itu menurut Almatsier (2002) gizi kurang berhubungan dengan ketidakcukupan asupan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan energy harian karena tidak adekuatnya asupan makanan atau adanya gangguan dalam mencernna dan menyerap makanan.


(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan pengambilan data yang telah dilaksanakan mulai tanggal 11 Januari sampai dengan 20 Januari 2012 di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia dengan jumlah responden sebanyak 54 orang. Pada hasil penelitian yang berkategori cukup yaitu sebanyak 30 orang (55,55%) telah membahas secara teoritis tentang pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita, diketahui bahwa ibu memiliki pengetahuan dalam kategori cukup hal ini dilihat dari jawaban pada kuesioner yang berisikan tentang pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita. hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pengetahuan ibu sudah cukup baik, dan balita yang mengalami status gizi baik sebanyak 40 responden (74,07%), dan tidak terdapat balita yang mengalami gizi buruk.

2. Saran

2.1 Pelayanan Keperawatan

Diharapkan kepada tim pelayanan keperawatan khususnya dikomunitas tentang gizi balita, perawat diharapkan lebih mengkaji secara komprehensif faktor-faktor yang mempengeruhi status gizi balita. Dan perlu dilakukakn penyuluhan yang lebih baik lagi tentang gizi balita, status gizi bagi balita, kandungan gizi pada makanan dan dampak gizi kurang,.


(54)

2.2 Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukkan mengenai Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia. Hasil penelitian masih terdapat status gizi balita yang kategori kurang sebanyak 14 responden (25,92%). Diharapkan peneliti selanjutnya untuk menggunakan pengukuran dengan cara berbeda seperti indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Selain itu juga disarankan agar sampel ditambah agat hasilnya lebih representitip.

Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya berupa status gizi balita, kandungan gizi pada makanan dan dampak gizi kurang.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsar,S. (2002), Perinsip dasar ilmu gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arlinda,S. (2004). Kompilasi Statistik kesehatan, Medan : Bagian Ilmu kesehatan

masyarakat / ilmu kedoktewran komunitas/ ilmu kedoteran pencegahan FK USU

Arisman. (2004). Buku ajar ilmu gizi ; Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC Aritonang, I. (2001). Pemantauan pertumbuhan balita. Petunjuk praktis menilai

status giz idan kesehatan. Yogyakarta: Kanisius

Azwar, A. (2000), Pedoman Pemberian Makanan Pendamping Asi : http://www.gizi.net/download /mp-asi.doc.

Baliwati, Y, dkk. (2004), Pengantar pangan dan gizi. Jakarta :penebarb swadaya Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut. (2006). Sumatera Utara dalam angka Depkes RI. (2000), Pedoman Tatalaksana.Medan : Depkes RI Provsus

Burns and Grove, S.K (2001). The Practice of nursing research counduct, critique & utilization 4th editon. USA :W.B. Saunders Company.

Dahlan,, M.S.(2004). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT. Arkans

Depkes RI (2005) Profil kesehatan Indonesia 2005. dibuka pada website: (http.//www.depkes.co.id.)

Dorland, W. A. (2002). Kamus kedokteran Dorland. Jakarta : EGC

Mulfiana, E. (2005). Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi terhadap status gizi balita.Ilmu keperawatan SI Fakultas kedokteran USU.

Grodner, M.et al. (2000). Nutrition and nursing. St. Lois:Mosby, inc.

Harver,L, J.,et. al (1986). Panngan,gizi dan pertanian ((terjumlah). Jakarta :Universitas Sumatra Utara

Khomsan,A (2004). Peran pangan dan gizi untuk kualitas hidup. Jakarta :PT.Grasido

Kozier,B. et al. (2004). Fundamentals of Nursing: Conceps, proces, and practice (7thod). Upper sad les piver. Pearson Education, Inc

Notoadmojolo, S (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka cipta


(56)

Notoadmojo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam (2003).Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan

: pedoman skiripsi, tesis, dan instrumen penelitian. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Primisasiki, R. (2007) Balitaku Sehat.Jakarta : PT. Sunda Kelapa Pusaka

Pudjiati, S. (2000). Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Robert B.W Wiliams, S.R.(2000). Nutritroo throughout the life cycle (4thed) Mc Singapore:Graw-Hill Book companies, Inc.

Santoso,S & Ranti,AC (2001) kesehatan dan gizi. Jakarta: Rineka cipta

Siregar, dkk. (2001). Analisa pola makan dan status gizi anak balita pada ibu pedagang di Kecamatan Medan Perjuangan Kotamadya Medan. Info pangan dan gizi: media penyalur informasi pangan dan gizi. Vol 10 (2): 19, Jakarta: Depkes.

Smith, L. C. & Haddad, L. (2000). Explanning child malnutrisi in developing countries.

http// www. Ifpri.org/pubs/abstract/abstr III.htm

Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya: untuk keluarga dan masyarakat Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suharjo. (2000). Pemberian makanan pada bayi dan anak. Yogyakarta: Kaninus. Suharjo, (2000). Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sulistijani, D. A. & Herlianty, M. P. (2001). Menjaga Kesehatan bayi dan balita, Jakarta : Puspa Swara.

Supariasa, I. D. dkk. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.

Waluyo, K. (2010), Memahami Gizi Balita dan Anak. Bandung : Puri Delco

WONG, DL & Hockenberry, M.J. (2003). Wong’ nursing care of infants and children, st. Louis: Mosby, Inc.


(57)

Lampiran 1 No. Responden :…….

Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia

Saya yang bernama Vani Ramadhani/101121087 mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara, yang saat ini sedang melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan bermanfaat untuk mengetahui Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia.

Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dan saya mohon kesediaannya untuk memberikan jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu/Saudara sekalian.

Terima kasih saya ucapkan atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini.

Medan, Juni 2011 Peneliti


(58)

Vani Ramadhani

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Blita dan Status Gizi Blita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia

Petunjuk I pengisian :

a) Saudara/i diharapkan bersedia menjawab, semua pertanyaan yang diajukan peneliti berdasarkan uraian yang tertulis di lembar kuesioner ini.

b) Jika kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti. I. Data Demografi

1 No. Responden : .. 2 Suku Bangsa :

Batak Melayu Jawa

Lainnya, sebutkan … 3 Agama

Islam Katolik Protestan


(59)

(60)

4 Pekerjaan :

Ibu rumah tangga PNS

Dagang Tani Guru Buruh

Lainnya, sebutkan…… 5 Pendapatan bulanan :

< 800 ribu 800 – 1 juta < 1 juta

6 Tingkat pendidikan : SD

SMP SMU

Diploma/Perguruan tinggi Tidak Sekolah

7 . Jumlah Anak : ……… Orang 8. Mengikuti penyuluhan tentang gizi balita :

Pernah Tidak Pernah


(61)

(62)

II. DATA STATUS BALITA (diisi oleh peneliti) 1 Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan

2 Umur : ………. Tahun 3 Berat Badan : …… kg

III. KUESIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian :

1. Semua pernyataan dibawah ini adalah pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita

2. Berilah tanda (√) pada kotak berikut benar atau salah sesuai dengan jawaban anda

No Pertanyaan Benar Salah

1

2

3

4

Pada usia 0-6 bulan bayi hanya boleh diberi Asi ( air susu ibu) saja

Asi (air susu ibu ) sebaiknya diberi segera setelah lahir karena mengandung banyak zat gizi yang dibutuhkan bayi Balita 1-5 tahun makan-makanan utama sebanyak 3 kali sehari ditambah makanan selingan diantara setiap makanan utama.

Makanan yang diberikan sebaiknya makanan yang beranekaragam agar anak tidak merasa bosan dan malas


(63)

5

6

7

8

9

10

11

12

13

makan.

Telur daging, tempe, ikan, tahu, dan kacang –kacangan sangat baik untuk pertumbuhan balita.

Jika terlalu banyak memberi makanan ringan sebelum waktu makan, akan mengganggu nafsu makan anak

Anak usia 1-5 tahun mempunyai rasa ingin tahu yang lebih tinggi untuk itu ibu sebaiknya memiliki keterampilan yang baik dalam mengolah makan.

Pada usia balita 6 bulan, makanan pendamping sangat penting bagi balita karena air susu ibu akan semakin berkurang.

Pada usia 6-9 bulan makanan tambahan yang diberikan berbentuk bubur tim..

Balita usia 9-12 bulan diberikan makanan yang berbentuk lunak seperti bubur nasi yang ditambah lauk pauk (ikan dan sayuran).

Penolahan makanan untuk balita dibedakan dengan pengelolaan makanan untuk keluarga.

Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral termasuk kedalam zat gizi yang dibutuhkan tubuh.

Kurang gizi dapat mengakibatkan anak mudah terserang penyakit sehingga mengganggu pertumbuhannya.


(64)

14

15

16

17

18

Makanan yang baik adalah makanan yang memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Makanan bergizi adalah makanan yang memberikan tenaga dan kesehatan bagi tubuh.

Telur daging, tempe, ikan, tahu, dan kacang –kacangan sangat baik untuk pertumbuhan balita.

Dalam memasak makanan sebaiknya dicuci dulu baru dipotong.

Makanan bergizi sangat penting untuk kecerdasan dan perkembangan balita


(65)

(66)

Lampiran 4

TAKSIRAN DANA 1. Persiapan Proposal

a. Print proposal Rp 100.000,00

b. Perbanyak proposal Rp 100.000,00

c. Sidang proposal Rp 120.000,00

d. Print Skripsi Rp. 100.000,00

e. Instrumen Penelitian Rp. 100.000,00

f. Transportasi Rp. 200.000,00

g. Biaya tak terduga Rp. 300.000,00


(67)

(68)

(69)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP RIWAYAT PRIBADI

Nama : Vani Ramadhani

Umur : 24 Tahun

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 04 Mei 1987 Tinggi/Berat Badan : 155 cm/45 kg Agama : Islam

Alamat : Jln. Pematang Pasir No. 73.Lk.IV Tj. Mulia Hilir Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1993 - 1999 SD Swasta Pertiwi Medan

1999 – 2002 SLTP Swasta Pertiwi Medan

2002 – 2005 SMA Al- Fattah Medan

2005 – 2008 D – III Keperawatan Imelda Medan 2010 – Sekarang S1 Keperawatan USU Medan


(70)

Table. 1 Standar Antropometri (1) Berat Badan menurut Umur 0-60 bulan, jenis kelamin tidak dipisah Depkes RI tahun 1999 (Supariasa, dkk, 2002 hal 76).

Umur (Bulan)

Berat Badan (Kg)

Standar 90% 80% 70% 60%

0 3,4 3,0 2,7 2,4 2,0

1 2 3 4,3 5,0 5,7 3,7 4,4 5,1 3,4 4,0 4,5 2,9 3,4 4,0 2,5 2,9 3,4 4 5 6 6,3 6,9 7,4 5,7 6,2 6,7 5,0 5,5 5,9 4,5 4,9 5,2 3,8 4,2 4,5 7 8 9 8,0 8,4 8,9 7,1 7,6 8,0 6,3 6,7 7,1 5,5 5,9 6,2 4,9 5,1 5,3 10 11 12 9,3 9,6 9,9 8,4 8,7 8,9 7,4 7.7 7,9 6,5 6,7 6,9 5,5 5,8 6,0 13 14 15 10,2 10,4 10,6 9,1 9,35 9,5 8,1 8,3 8,5 7,1 7,3 7,4 6,2 6,3 6,4 16 17 18 10,8 11,0 11,3 9,7 9,9 10,1 8,7 8,9 9,0 7,6 7,8 7,9 6,6 6,7 6,8 19 20 21 11,5 11,7 11,9 10,3 10,5 10,7 9,2 9,4 9,6 8,1 8,2 8,3 7,0 7,1 7,2 22 23 24 12,05 12,3 12,4 10,9 11,1 11,2 9,7 9,8 9,9 8,4 8,6 8,7 7,3 7,4 7,5 25 26 27 12,6 12,7 12,9 11,4 11,6 11,8 10,1 10,3 10,5 8,9 9,0 9,2 7,6 7,7 7,8 28 29 30 13,1 13,3 13,5 12,0 12,1 12,2 10,6 10,7 10,8 9,3 9,4 9,5 7,9 8,0 8,1 31 32 33 13,7 13,8 14,0 12,4 12,5 12,65 11,0 11,1 11,2 9,7 9,8 9,9 8,2 8,3 8,4 34 35 36 14,2 14,4 14,5 12,8 12,9 13,1 11,3 11,3 11,6 10,0 10,0 10,2 8,5 8,6 8,7


(71)

38 39 14,85 15,0 13,4 13,5 11,9 12,05 10,4 10,5 8,9 9,0 40 41 42 15,2 15,35 15,5 13,6 13,75 13,9 12,2 12,3 12,4 10,6 10,7 10,8 9,1 9,2 9,3 43 44 45 15,7 15,85 16,0 14,0 14,2 14,4 12,6 12,7 12,9 10,9 11,05 11,2 9,4 9,5 9,6 46 47 48 16,2 16,35 16,5 14,6 14,7 14,8 12,95 13,1 13,2 11,3 11,4 11,5 9,7 9,8 9,9 49 50 51 16,65 16,8 16,95 15,0 15,2 15,3 13,35 13,5 13,65 11,6 11,75 11,9 10,0 10,1 10,2 52 53 54 17,1 17,25 17,4 15,45 15,6 15,7 13,8 13,9 14,0 12,0 12,1 12,2 10,3 10,4 10,5 55 56 57 17,6 17,7 17,9 15,85 16,0 16,15 14,2 14,3 14,4 12,3 12,4 12,6 10,6 10,7 10,75 58 59 60 18,05 18,25 18,4 16,3 16,4 16,5 14,5 14,6 14,7 12,7 12,8 12,9 10,8 10,9 11,0


(1)

Lampiran 4

TAKSIRAN DANA

1. Persiapan Proposal

a. Print proposal Rp 100.000,00

b. Perbanyak proposal Rp 100.000,00

c. Sidang proposal Rp 120.000,00

d. Print Skripsi Rp. 100.000,00

e. Instrumen Penelitian Rp. 100.000,00

f. Transportasi Rp. 200.000,00

g. Biaya tak terduga Rp. 300.000,00


(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

RIWAYAT PRIBADI

Nama : Vani Ramadhani

Umur : 24 Tahun

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 04 Mei 1987 Tinggi/Berat Badan : 155 cm/45 kg Agama : Islam

Alamat : Jln. Pematang Pasir No. 73.Lk.IV Tj. Mulia Hilir Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1993 - 1999 SD Swasta Pertiwi Medan

1999 – 2002 SLTP Swasta Pertiwi Medan

2002 – 2005 SMA Al- Fattah Medan

2005 – 2008 D – III Keperawatan Imelda Medan 2010 – Sekarang S1 Keperawatan USU Medan


(5)

Table. 1 Standar Antropometri (1) Berat Badan menurut Umur 0-60 bulan, jenis kelamin tidak dipisah Depkes RI tahun 1999 (Supariasa, dkk, 2002 hal 76).

Umur (Bulan)

Berat Badan (Kg)

Standar 90% 80% 70% 60%

0 3,4 3,0 2,7 2,4 2,0

1 2 3 4,3 5,0 5,7 3,7 4,4 5,1 3,4 4,0 4,5 2,9 3,4 4,0 2,5 2,9 3,4 4 5 6 6,3 6,9 7,4 5,7 6,2 6,7 5,0 5,5 5,9 4,5 4,9 5,2 3,8 4,2 4,5 7 8 9 8,0 8,4 8,9 7,1 7,6 8,0 6,3 6,7 7,1 5,5 5,9 6,2 4,9 5,1 5,3 10 11 12 9,3 9,6 9,9 8,4 8,7 8,9 7,4 7.7 7,9 6,5 6,7 6,9 5,5 5,8 6,0 13 14 15 10,2 10,4 10,6 9,1 9,35 9,5 8,1 8,3 8,5 7,1 7,3 7,4 6,2 6,3 6,4 16 17 18 10,8 11,0 11,3 9,7 9,9 10,1 8,7 8,9 9,0 7,6 7,8 7,9 6,6 6,7 6,8 19 20 21 11,5 11,7 11,9 10,3 10,5 10,7 9,2 9,4 9,6 8,1 8,2 8,3 7,0 7,1 7,2 22 23 24 12,05 12,3 12,4 10,9 11,1 11,2 9,7 9,8 9,9 8,4 8,6 8,7 7,3 7,4 7,5 25 26 27 12,6 12,7 12,9 11,4 11,6 11,8 10,1 10,3 10,5 8,9 9,0 9,2 7,6 7,7 7,8 28 29 30 13,1 13,3 13,5 12,0 12,1 12,2 10,6 10,7 10,8 9,3 9,4 9,5 7,9 8,0 8,1 31 32 13,7 13,8 12,4 12,5 11,0 11,1 9,7 9,8 8,2 8,3


(6)

38 39 14,85 15,0 13,4 13,5 11,9 12,05 10,4 10,5 8,9 9,0 40 41 42 15,2 15,35 15,5 13,6 13,75 13,9 12,2 12,3 12,4 10,6 10,7 10,8 9,1 9,2 9,3 43 44 45 15,7 15,85 16,0 14,0 14,2 14,4 12,6 12,7 12,9 10,9 11,05 11,2 9,4 9,5 9,6 46 47 48 16,2 16,35 16,5 14,6 14,7 14,8 12,95 13,1 13,2 11,3 11,4 11,5 9,7 9,8 9,9 49 50 51 16,65 16,8 16,95 15,0 15,2 15,3 13,35 13,5 13,65 11,6 11,75 11,9 10,0 10,1 10,2 52 53 54 17,1 17,25 17,4 15,45 15,6 15,7 13,8 13,9 14,0 12,0 12,1 12,2 10,3 10,4 10,5 55 56 57 17,6 17,7 17,9 15,85 16,0 16,15 14,2 14,3 14,4 12,3 12,4 12,6 10,6 10,7 10,75 58 59 60 18,05 18,25 18,4 16,3 16,4 16,5 14,5 14,6 14,7 12,7 12,8 12,9 10,8 10,9 11,0


Dokumen yang terkait

Karakteristik Anak dan Ibu, Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2014

4 89 208

Gambaran Status Gizi Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

8 103 89

Pengaruh Penatalaksanaan Gizi dan Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi Balita Gizi Buruk di Puskesmas Se-Kota Medan

2 54 105

Perbedaan Pengetahuan Gizi, Pendapatan Dan Status Gizi Anak Balita Di Desa Proyek Dan Hon Proyek Kesehatan Keluarga Dan Gizi (KKG) Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2004

0 34 81

Pola Makan dan Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Kelurahan Pekan Dolok Masihul Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011

5 41 77

ANALISIS POSITIVE DEVIANCE STATUS GIZI BALITA PESERTA TAMAN KANAK-KANAK PADA KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN HELVETIA TIMUR KECAMATAN MEDAN HELVETIA.

0 2 18

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU DAN STATUS IMUNISASI DASAR BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DAERAH Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu Dan Status Imunisasi Dasar Balita Dengan Status Gizi Balita Di Daerah Polokarto Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Sukoharjo.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DAN POLA MAKAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN SRIHARDONO KECAMATAN PUNDONG.

1 6 174

Status Gizi Balita | Karya Tulis Ilmiah Status Gizi Balita

0 0 7

Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di Posyandu Pustu Nagori Perdagangan II Simalungun

0 0 10