Analisis Yuridis Tanggung Jawab Hukum Direksi pada BUMN Berdasarkan Prinsip Akuntabilitas

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan salah satu wujud

nyata Pasal 33 UUD 1945 memiliki posisi strategis bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat.Namun demikian, seberapa jauh BUMN mampu menjadi alat
negara untuk meningkatkankesejahteraan raktyat dan bangsa ini tergantung pada
tingkat efisiensi dan kinerja dari BUMN itu sendiri. Apabila BUMN tidak mampu
beroperasi dengan tingkat efisiensi yang baik, pada akhirnya akan menimbulkan
beban bagi keuangan negara dan masyarakat akan menerima pelayanan yang tidak
memadai dan harus menanggung biaya yang lebih tinggi. BUMN ikut berperan
menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan
sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. 1
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peranan sebagai sumber
pendapatan devisa negara melalui produksi berbagai barang dan jasa kebutuhan
masyarakat. Sebagai salah satu penyedia jasa layanan di Indonesia, BUMN
memiliki tujuan menciptakan suatu penyelenggaraan pengadaan barang dan/atau

jasa yang berkualitas bagi semua pemangku kepentingan (stakeholder). 2Peran
BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor atau perintis dalam sektor1

Mulhadi,Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, (Bogor :
Ghalia Indonesia, 2010),hal. 142.
2
Yohanes Sogar Simamora,Disertasi: Prinsip Hukum Kontrak dalam Pengadaan Barang
dan Jasa oleh Pemerintah, Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya, 2005, hal. 1.

Universitas Sumatera Utara

sektor usaha yang belum diminati usaha swasta.Di samping itu, BUMN
mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan pengembangan usaha
kecil atau koperasi.BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara
yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil privatisasi.
Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha pada
hampir seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan,
perkebunan,

kehutanan,


manufaktur,

pertambangan,

keuangan,

pos

dan

telekomunikasi, transportasi, listrik, industri dan perdagangan, serta konstruksi.
Dalam

menjalankan

kegiatan

usahanya,


BUMN,

swasta

dan

koperasi

melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. 3
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diatur di dalam UU No. 19 Tahun
2003 tentang BUMN.BUMN adalah perusahaan milik negara.Dapat diketahui
bahwa BUMN termasuk perusahaan karena yang disebut badan usaha itu yang
dimaksudkan adalah perusahaan.Sebagai perusahaan BUMN juga bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan seperti yang ada pada perusahaan pada umumnya. Ada
pun tujuan didirikannya BUMN diatur dalam Pasal 2 UU BUMN yaitu: 4
1)

Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah:
a.


Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian
nasional pada umunya dan penerimaan negara pada khususnya;

b.

3
4

Mengejar keuntungan;

Mulhadi, Op.cit., hal 142.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 2

Universitas Sumatera Utara

c.

Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi
pemenuhan hajat hidup orang banyak;


d.

Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat
dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;

e.

Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

2)

Kegiatan BUMN harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban
umum, dan/atau kesusilaan.

Kemudian dapat diketahui bahwa modal BUMN dari milik negara melalui
penyertaan langsung, yang menunjukkan negara memasukkan modalnya secara
langsung ke dalam BUMN tanpa melalui campur tangan pihak lain (di luar

pemerintah).Modal tersebut berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan artinya
dipisahkan dari sistem keuangan negara, sehingga pengelolaannya tidak
dikendalikan berdasarkan sistem APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara).Sejalan dengan kedudukannya sebagai perusahaan, pengelolaan BUMN
termasuk keuangannya berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. 5
Menurut Pasal 9 UU BUMN membagi BUMN menjadi dua bentuk yaitu
Persero dan Perum. Perusahaan perseroan atau yang disebut dengan persero
adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam
saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya
5

Gatot Supramono, BUMN Ditinjau Dari Segi HUKUM PERDATA, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2016), hal1.

Universitas Sumatera Utara

dimiliki oleh negara yang tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan. 6Berbeda
dengan Perusahaan Umum atau Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya
dimiliki oleh negara dan tidak berbagi atas saham. 7Maksud dan tujuan pendirian
Perum menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemafaatan umum berupa

penyediaan barang dan jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. 8
BUMN mempunyai organ atau alat perlengkapan yang berfungsi untuk
menjalankan kegiatannya sehari-hari.Untuk PERSERO alat perlengkapannya
yaitu RUPS, Direksi, dan Dewan Komisaris.Sedangkan untuk PERUM organnya
terdiri dari Menteri (yang mewakili pemerintah selaku pemilik modal), Direksi,
dan Dewan Pengawas.
Menurut Pasal 1 ayat 5, Direksi adalah organ Perseroan yang berwewenang
dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan
Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan,
baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran
Dasar. 9
Direksi dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan
untuk kepentingan dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan.Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
harus menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.Direksi dapat
6

Undang-UndangNomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1


7

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1

8

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 36

ayat(2).
ayat(4)
ayat (1)
9

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 ayat (5)

Universitas Sumatera Utara

digugat secara pribadi ke pengadilan negeri jika perseroan mengalami kerugian
yang disebabkan oleh kesalahan dan kelalaiannya.Begitu juga dalam hal
kepailitan yang terjadi karena kesalahn atau kelalaian direksi dan kekayaan

perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, maka
setiap anggota direksi bertanggunga jawab secara tanggung renteng atau kerugian
tersebut. 10
Kedudukan direksi dalam sebuah perseroan bisa dikatakan cukup
strategis.Namun

demikian,

menjadi

seorang

direksi

bukan

perkara

mudah.Sejumlah persyaratan, terutama yang bersinggungan dengan prinsipprinsip hukum melekat erat bagi mereka yang ‘mengincar’ kedudukan ini.Ada dua
fungsi utama dari suatu perseroan yang kerap diidentikkan dengan fungsi direksi,

yakni fungsi manajemen dan fungsi representasi.Fungsi manajemen berkaitan
dengan tugas direksi untuk memimpin perseroan, sedangkan fungsi representasi
berkaitan dengan tugas direksi untuk mewakili perusahaan di dalam dan di luar
pengadilan. 11
Direksi merupakan agen dari perseroan, Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 menyebutkan demikian dalam Pasal 1 butir 4 jo. Pasal 82.Direksi
merupakan organ yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan
untuk kepentingan dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Kepengurusan perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan

10

Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris
Perseroan Terbatas (PT), (Jakarta: visimedia, 2009), hal 119.
11
Orinton Purba, Petunjuk Praktis bagi RUPS, Komisaris, dan Direksi Perseroan
Terbatas agar Terhindar dari Jerat Hukum, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2011), hal 66.

Universitas Sumatera Utara


ketentuan anggaran dasar. Kepengurusan perseroan dilakukan oleh Direksi (Pasal
79 ayat 1), yang antara lain meliputi pengurusan sehari-hari dari perseroan.
Sehubungan dengan ketentuan-ketentuan yang mengatur direksi sebagai agen dari
perseroan, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tidak mengaturnya lebih
lanjut.Kewenangan direksi untuk memberikan kuasa atau mewakilkan tugasnya
tersebut diatur didalam anggaran dasar perseroan, seperti pemberian kuasa untuk
tugas-tugas mengenai pengangkatan dan pemberhentian pegawai, pemberian
penghargaan, atau pengenaan sanksi. 12
Pasal 97 ayat 3 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 menyebutkan bahwa
setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya
melakukan pengurus perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan
kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam UndangUndang No. 40 Tahun 2007 dan/atau anggaran dasar perseroan. 13
Sebuah perusahaan bebas memiliki berapa saja orang yang mampu
mengurus

perusahaan.Banyak

sedikitnya

jumlah

anggota

direksi

selalu

dipengaruhi besar kecilnya usaha perusahaan.BUMN pada prinsipnya juga
dipengaruhi

banyaknya

personel

direksi

tergantung

dari

kebutuhan

perusahaan.Dalam BUMN baik yang berbentuk PERSERO maupun PERUM
minimal disyaratkan harus ada satu orang direksi. Meskipun demikian untuk
PERSERO terdapat ketentuan yang mewajibkan perseroan mempunyai minimal 2

12

Frans Satrio Wicaksono, Op.cit., hal 119.
Ibid.,hal 123.

13

Universitas Sumatera Utara

(dua) orang anggota direksi sebagaimana yang ditetapkan Pasal 92 Ayat (4)
UUPT, yaitu terutama bagi:
1.

Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimoun
dan/atau mengelola dana masyarakat,

2.

Perseroan

yang

menerbitkan

surat

pengakuan

utang

kepada

masyarakat,
3.

Perseroan terbuka.

Ketiga jenis perseroan dimaksud di atas pada pokoknya modal atau
usahanya menyangkut tentang dana yang dikelola PERSERO berasal dari
masyarakat.
Untuk PERUM tidak ada aturan seperti itu di dalam UU BUMN.Dalam
Pasal 45 Ayat (6) UU BUMN hanya menyebutkan, dalam hal direksi terdiri atas
lebih dari seorang anggota, salah seorang anggota direksi diangkat sebagai
direktur utama. Tidak ada kriteria untuk PERUM seperti yang berlaku pada
PERSERO sebaiknya di masa yang akan datang perlu diatur kriterianya, sehingga
dapat dengan jelas PERUM yang usahanya bagaimana musti menggunakan lebih
dari seorang direksi. 14
Pasal 97 mengatur, Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan
pengurusan Perseroan.Tanggung jawab tersebut wajib dilaksanakan dengan
beritikat baik dan penuh tanggung jawab.Setiap anggota Direksi yang tidak
melaksanakan tanggung jawabnya memikul tanggung jawab secara pribadi atas
kerugian yang diderita Perseroan.Apabila Perseroan memiliki Direksi lebih dari

14

Gatot Supramono, Op.cit., hal 121.

Universitas Sumatera Utara

satu orang, tanggung jawab tersebut berlaku secara tanggung renteng bagi setiap
anggota Direksi. Namun demikian anggota Direksi akan dibebaskan beban
tanggung jawab tersebut, apabila dapat membuktikan :
1.

Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya.

2.

Telah melakukan pengurusan dengan itikat baik dan penuh kehatihatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Persero.

3.

Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan yang mengakibatkan kerugian, dan

4.

Telah

mengambil

tindakan

untuk

mencegah

timbulnya

atau

berlanjutnya kerugian tersebut.
Pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh)
bagian saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan
derivative ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena
kesalahan atau kelalaiannya mengakibatkan Perseroan menderita
kerugian.Gugatan

ini

dilakukan untuk

dan

atas

kepentingan

Perseroan. 15
Dalam menjalankan tugasnya mengurus BUMN seorang anggota Direksi
wajib melaksanakan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan di dalam UU BUMN
dan menerapkan jenis tugas yang dilakukannya.
Dalam UU BUMN dan UUPT dapat diketahui bahwa tugas direksi BUMN
meliputi 2 (dua) macam, yaitu tugas intern dan ekstern.

15

Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, (Griya Media 2011), hal172.

Universitas Sumatera Utara

a.

Tugas intern direksi BUMN adalah tugas kepengurusan yang
menyangkut dalam BUMN.

b.

Tugas ekstern merupakan tugas direksi BUMN yang menyangkut
hubungan dengan pihak ketiga.

Dalam tugasnya anggota direksi selain harus mematuhi anggaran dasar
BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsipprinsip good corporate governance yang meliputi:
a.

Tranparansi

yaitu keterbukaaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
b.

Kemandirian, yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

c.

Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung
jawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif.

d.

Pertanggungjawaban,

yaitu

kesusaian

di

dalam

pengelolaan

perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsipprinsip korporasi yang sehat.

Universitas Sumatera Utara

e.

Kewajaran, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat. 16

Prinsip-prinsip tersebut di atas merupakan bagian dari Good corporate
governance (GCG)atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik.
Corporate governance adalah sistem yang mengarahkandan mengendalikan
perusahaan dengan tujuan,agar mencapai keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan
eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders.Hal ini berkaitan
dengan peraturan kewenangan pemilik, Direktur, manajer, pemegang saham, dan
sebagainya. 17
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP117/M-MBU/2002, corporate governance adalah suatu proses dari struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memeperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan nilak-nilai etika. 18
Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER-01/MBU/2011, Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance), yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang
16

Gatot Supramono, Op.cit., hal 128.
Indra Suryadan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance
Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha (Jakarta: Kencana, 2008) hal 24.
17

18

Ibid., hal 25.

Universitas Sumatera Utara

mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan
peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. 19
Good corporate governance merupakan suatu struktur yang mengatur pola
hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, Direksi, Pemegang Saham
dan Para Stakeholder lainnya. Sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan
atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang
yaitu, pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan. Suatu proses
yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukur
kinerjanya. 20
Berdasarkan definisi diatas, Tata Kelola Perusahaan adalah suatu subjek
yang memiliki banyak aspek.Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan
adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/mandat, khususnya
implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan
melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi
ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan
untuk

mengoptimalisasi

hasil

ekonomi,

dengan

penekanan

kuat

pada

kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek
dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang

19

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011,
Pasal 1 ayat 1
20
https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg2/ diakses
pada tanggal 9 Mei 2017 pukul 13.10 WIB.

Universitas Sumatera Utara

menunjuk perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain
pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan. 21
Prinsip dasar good corporate governance (gcg) diperlukan untuk
mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan
peraturan perundang-undangan.Penerapan good corporate governance (gcg) perlu
didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan yaitu negara dan perangkatnya
sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai
pengguna produk dan jasa dunia usaha. 22
Konsep tata kelola perusahaan yang baik adalah konsep yang sudah saatnya
di implementasikan dalam perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, karena
melalui konsep yang menyangkut struktur perseroan yang terdiri dari unsur-unsur
RUPS, direksi dan komisaris dapat terjalin hubungan dan mekanisme kerja,
pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang harmonis, baik secara
intern maupun ekstern dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan demi
kepentingan shareholders dan stakeholders.
Dalam menjalankan fungsinya Direksi wajib melaksanakan Prinsip
GoodCorporate Governance (GCG) atau Tata Kelola Perusahaan yang Baik,
dalam Prinsip Tata Kelolaan yang Baik ada satu prinsip yang menarik untuk
dibahas yaitu Prinsip Akuntabilitas. Dimana dalam prinsip akuntabilitas ini setiap
Direksi harus memiliki kejelasan dalam melaksanakan fungsinya serta bagaimana

21

Susana Iriyani, Penerapan Tata Kelola Perusahaan,www.elearning.comunity.blog.com
,2008 diaskses pada tanggal 11 Mei 2017 pukul 23.05 WIB.
22
https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg2/ diakses
pada tanggal 9 Mei 2017 pukul 13.10 WIB.

Universitas Sumatera Utara

Direksi itu melakukan pertanggungjawaban dalam melaksanakan pengelolaan
perusahaan.
Dengan diterapkannya prinsip akuntabilitassecara benar ini, maka
perusahaan akan terhindar dari kondisi benturan kepentingan peran. Maka dari itu
penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul ”Analisi Yuridis Tanggung
Jawab Hukum Direksi pada BUMN berdasarkan Prinsip Akuntabilitas”.

B.

Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah

mengenai hal-hal berikut:
1. Bagaimana tata kelola perusahaan yang baik (GCG) bagi BUMN?
2. Bagaimana tanggung jawab Direksi dalam BUMN?
3. Bagaimana tanggung jawab hukum Direksi pada BUMN berdasarkan
prinsip akuntabilitas?

C.

Tujuan dan Manfaat Penulisan:
1.

Penulisan ini bertujuan:
a.

Mengetahui pengaturan penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan
yang Baik bagi BUMN

b.

Untuk mengetahui peran Direksi dalam BUMN dan tanggung
jawab Direksi terhadap BUMN

c.

Untuk mengetahui tanggung jawab hukum Direksi pada BUMN
berdasarkan prinsip akuntabilitas

Universitas Sumatera Utara

2. Manfaat Penulisan:
a.

Penulisan skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna
mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan di Bidang Hukum
Perusahaan Khususnya mengenai penerapan Prinsip Tata Kelolala
Perusahaan yang baik pada Tanggung Jawab Hukum Direksi pada
BUMN berdasarkan Prinsip Akuntabilitas, agar terciptanya
efisiensi kinerja Direksi pada BUMN.

b.

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
bagaimana Prinsip Tata kelola Perusahaan yang Baik bagi BUMN
berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia

c.

Memberikan pemahaman bagaimana peran direksi serta tanggung
jawab Direksi terhadap BUMN

d.

Bagi BUMN dapat memberikan sumbangan pikiran tentang
bagaimana

tanggung

jawab

hukum

Direksi

pada

BUMN

berdasarkan prinsip akuntabilitas sesuai dengan yang dimaksud
dalam perundang-undangan.

D.

Keaslian Penulisan
Skripsi “Analisis Yuridis Tanggung Jawab Hukum Direksi pada BUMN

berdasarkan Prinsip Akuntabilitas” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum
pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun
sebelumnya terdapat tulisan-tulisan mengenai Direksi dan Prinsip Akuntabilitas.

Universitas Sumatera Utara

Tulisan terdahulu berjudul:
1.

Fidya Aldy SY, Harahap“Tinjauan Prinsip Akuntabilitas Direksi
Perseroan Dalam Penerapan Good Corporate Governance”, 2009,
membahas tentang prinsip akuntabilitas GCG pada direksi Perseroan,
sedangkan skripsi ini lebih dikhususkan pada Perseroan Terbatas
berbentuk BUMN.

2.

Inka Yulita“Analisis Yuridis Penerapan Prinsip Tata Kelola
Perusahaan yang Baik Pada Holdingisasi BUMN”, 2017, membahas
tentang penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG)
pada Holdingisasi,sedangkan skripsi ini membahas tentang Tanggung
Jawab

Hukum

Direksi

pada

BUMN

berdasarkan

Prinsip

Akuntabilitas.
3.

Ruth Gabriella Putri Nababan “Penerapan Tata Kelola Perusahaan
yang Baik (Good Corporate Governance) dalam Pengadaan Barang
dan Jasa di PT. Perkebunan Nusantara IV”, 2017, membahas tentang
penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) dalam
pengadaan barang dan jasa di PT. Perkebunan Nusantara IV,
sedangkan skripsi ini membahas tentang Tanggung Jawab Hukum
Direksi pada BUMN berdasarkan Prinsip Akuntabilitas.

Universitas Sumatera Utara

Penulis menyusunnya melalui bahan-bahan referensi buku-buku, media
cetak dan elektronik, serta bantuan dari berbagai pihak.Dengan demikian keaslian
skripsi ini dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah.
E.

Tinjauan Kepustakaan
Adapun yang menjadi penelitian secara etimologis dari pada judul skripsi

ini adalah:
1.

Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan

usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan. 23Kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan
penyertaan

modal

persero

dan/atau

perum

serta

perseroan

terbatas

lainnya. 24BUMN dibagi menjadi dua bentuk yaitu Perusahaan Perseroan dan
Perusahaan Umum.
Perusahaan Perseroan atau disebut juga dengan Persero, adalah BUMN
yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang

23

Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
Pasal 1 angka 1.
24
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
Pasal 1 angka 10.

Universitas Sumatera Utara

seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mnegejar keuntungan. 25
Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan umum adalah BUMN yang seluruh
modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi
dan

sekaligus

mengejar

keuntungan

berdasarkan

prinsip

pengelolaan

perusahaan. 26Dewan pengawas adalah organ perum yang bertugas melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan kegiatan
pengurusanperum. 27
2.

Direksi
Direksi adalah organ Perseroan yang berwewenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. 28
3.

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)
Keputusan Menteri BUMN No. Kep 117/M-MBU/2002 pasal 1 yang

dimaksud dengan corporate governanceadalah suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka

25

Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
Pasal 1 angka 2.
26
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
Pasal 1 angka 4.
27
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
Pasal 1 angka 8.
28
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1
angka 5

Universitas Sumatera Utara

panjang dengan tetap memperhatikan pemangkukepentingan (stakeholder)
lainnya,

berlandaskan

Pemangkukepentingan

peraturan
(stakeholder)

perundangan
adalah

dan

pihak-pihak

nilai-nilai
yang

etika.

memiliki

kepentingan dengan BUMN, baik langsung maupun tidak langsung yaitu
Pemegang Saham/Pemilik Modal, Komisaris/Dewan

Pengawas, Direksi dan

Karyawan serta Pemerintah, Kreditur, dan pihak berkepentingan lainnya. 29BUMN
wajib menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang Baik secara konsisten dan atau
menjadikan Tata Kelola Perusahaan yang Baik sebagai landasan operasionalnya. 30
Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER-01/MBU/2011, Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance), yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang
mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan
peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. 31
Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada BUMN bertujuan
untuk: 32
a.

Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan
adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara
nasional maupun internasional ;

29

Pasal 1 huruf (d) Keputusan Menteri BUMN No. Kep 117/M-MBU/2002
Ibid, Pasal 2 angka (1)
31
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011,
Pasal 1 ayat 1
32
Ibid, Pasal 4
30

Universitas Sumatera Utara

b.

Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan
efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
organ ;

c.

Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan
adanya tanggungjawab socialBUMN terhadap pemangkukepentingan
(stakeholders) maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN ;

d.

Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional ;

e.

Meningkatkan iklim investasi nasional ;

f.

Mensukseskan program privatisasi.

Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik terdiri dari sebagai
berikut : 33
a.

Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses

pengambilan

keputusan

dan

keterbukaan

dalam

mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan;
b.

Kemandirian (independency), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola

secara

profesional

tanpa

benturan

kepentingan

dan

pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat ;

33

Ibid, Pasal 3

Universitas Sumatera Utara

c.

Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasanfungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban

organ

sehingga

pengelolaan

perusahaan

terlaksana secara efektif ;
d.

Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat ;

e.

Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam
memenuhi hak-hak stakeholderyang

timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Ruang lingkup penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada BUMN
adalah untuk seluruh tindakan operasional BUMN, yang berarti tindakan yang
dilakukan oleh seluruh organ dan personil BUMN wajib mengacu pada prinsipprinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik.

4.

Prinsip Akuntabilitas
Prinsip Akuntabilitas ini ialah salah satu dari Prinsip Tata Kelolaan

Perusahaan yang Baik.Prinsip ini harus memiliki kejelasan dalam melaksanakan
fungsinya serta bagaimana melakukan pertanggungjawaban dalam melaksanakan
pengelolaan perusahaan.
Akuntabilitas

adalah

pertanggungjawaban

pejabat

publik

terhadap

masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurus kepentingan mereka.
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi

Universitas Sumatera Utara

masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembagalembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu
dengan yang lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan perundang-undangan yang ada,
dengan

komitmen

politik

akan

akuntabilitas

maupun

mekanisme

pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-instrumen pendukungnya adalah
pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara pemerintah
dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas. 34
F.

Metode Penelitian

1.

Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum yuridis-normatif. 35Jenis

penelitian yang digunakan didalam penulisian skripsi ini adalah penelitian hukum
normatif atau kepustakaan, karena penelitian hukum ini hanya meneliti peraturan
perundang-undangan, dan sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder.
Penelitian ini bersifat deskriptif dimana penelitian ini mendeskripsikan
secara sistematis bagaimana tanggung jawab hukum Direksi pada BUMN
berdasarkan prinsip akuntabilitas.
2.

Data Penelitian

34

https://www.google.co.id/amp/s/yanwariyanidwi.wordpress.com2015/12/15/pengertianprinsip-dan-penerapan-good-governance-di-indonesia/amp/ diakses pada tanggal 5 Juni 2017
pukul 00.46 WIB.
35
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), hal 9.

Universitas Sumatera Utara

Data yang digunakan dalam penelitain ini adalah data sekunder yang terdiri
dari:
a.

Bahan hukum primer
1)

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara.

2)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.

3)

Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Peusahaan Yang
Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara.

4)

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Negara.

b.

Bahan hukum sekunder
Bahan sekunder yaitu bahan pustaka yang berisikan informasi tentang

bahan hukum primer.Bahan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah buku-buku, jurnal-jurnal, skripsi, disertasi, artikel yang terkait, dan
dokumen yang berasal dari internet.
c.

Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan penjelasan

tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.Bahan hukum

Universitas Sumatera Utara

tersier yang digunakan dalam penelitian yaitu Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
3.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka (library

research). Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data melalui pengkajian
terhadap dokumen atau bahan pustaka berupa buku, peraturan perundangundangan, skripsi, jurnal atau artikel yang berkaitan dengan pembahasan
mengenai tanggung jawab hukum Direksi pada BUMN berdasarkan prinsip
akuntabilitas.
4.

Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah proses analisis kualitatif yang mendasarkan

pada adanya hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Penelitian ini
menggunakan analisis kualitatif agar mendapatkan makna hubungan variabelvariabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan
dalam penelitian.Penggunaan metode analisis data kualitatif ditujukan agar dapat
mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang
sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.Analisis data kualitatif
dilakukan dengan mengumpulkan doktrin, asas-asas, teori-teori, pasal-pasal, serta
norma-norma hukum yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan yang
relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
G.

Sistematika Penulisan

Universitas Sumatera Utara

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka akan diberikan gambaran
secara ringks mengenai uraian dari bab ke bab yang berkaitan satu dengan
lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:
Bab I, merupakan pendahuluan, berisi tentang latar belakang ,rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan yang berkenaan dengan
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Bab II, merupakan tinjauan umum mengenai tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) bagi BUMN. Pada bab ini akan membahas
mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam perspektif hukum
Indonesia yg menjelaskan tentang BUMN pada umumnya, sub bab selanjutnya
membahas tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) dan di dalamnya terdapat pengertian, prinsip-prinsip, manfaat, dan
kerangka hukum Good Corporate Governance, pada sub bab selanjutnya
membahas penerapan GCG terhadap BUMN yang di dalamnya membahas
landasan hukum, tujuan penerapan, serta pokok-pokok pengaturan GCG bagi
BUMN.
Bab III, mengenai Tanggung Jawab Direksi dalam BUMN, pada bab ini
diuraikan tentang pengertian Direksi, bagaimana fungsi Direksi dalam BUMN,
tugas Direksi dalam BUMN, dan bagaimana Tanggung Jawab Direksi pada
BUMN.
BAB IV, mengenai Analisis Yuridis Tanggung Jawab Hukum Direksi pada
BUMN berdasarkan Prinsip Akuntabilitas, pada bab ini dijelaskan secara

Universitas Sumatera Utara

mendalam tentang pengertian dan unsur-unsur Prinsip Akuntabilitas dalam
Pengelolaan Perusahaan, bagaimana penerapan Prinsip Akuntabilitas dalam
Pengelolaan BUMN, dan bagaimana Tanggung Jawab Hukum Direksi pada
BUMN berdasarkan Prinsip Akuntabilias.
Bab V, merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisikan
kesimpulan dan intisari dari bab-bab yang sebelumnya, serta saran-saran dari
penulis.

Universitas Sumatera Utara