Tanggung Jawab Akuntan Publik dalam

Nama anggota:
- Bayu Berry A.
- Firda Ayu Amalia
- Lintang Purnamasari
- Fithriyani Rahmah

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK
Jasa assurance adalah jasa professional independen yang meningkatkan kualitas
informasi bagi para pengambil keputusan. Penyedia jasa assurance bersifat independen dan
dianggap tida bias berkenaan dengan informasi yang diperiksa (Arens; 2011). Keyakinan
(assurance) menunjukkan tingkat kepastian yang dicapai dan yang ingin disampaikan oleh
auditor bahwa kesimpulannya yang dinyatakan dalam laporannya adalah benar. Tingkat
keyakinan yang dapat dicapai oleh auditor ditentukan oleh hasil pengumpulan bukti. Semakin
banyak jumlah bukti kompeten dan relevan yang dikumpulkan, semakin tinggi tingkat
keyakinan yang dicapai oleh auditor.
Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan
tanggungjawab manajemen yaitu untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang sehat,
menyelenggarakan pengendalian intern yang memadai serta membuat berbagai penyajian
laporan keuangan secara wajar.

Auditor memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah
terbebas dari kesalahan penyajian yang material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun
oleh kecurangan.
Profesi akuntan publik terkait erat dengan tipe pemeriksaan akuntan. Profesi akuntan
publik (auditor independen) memiliki tangggung jawab yang sangat besar dalam mengemban
kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat (publik).
A.

Atestasi

Standar Atestasi
Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen
dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material,
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa atestasi merupakan salah satu kategori jasa

assurance yang diberikan oleh akuntan public. Adalah jenis jasa di mana KAP mengeluarkan
laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan oleh pihak lain. Penugasan atestasi
adalah


penugasan

yang

di

dalamnya

akuntan

publik

dikontrak

untuk

menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan kesimpulan mengenai keandalan asersiasersi dalam sutau organisasi atau perusahaan.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi: pemeriksaan (examination),
review, dan prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures). Salah satu tipe pemeriksaan
adalah audit atas laporan keuangan historis yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang

berlaku umum.
Standar Umum Atestasi
1.

Standar umum pertama adalah perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau

2.

lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan tiknis cukup dalam fungsi atestasi.
Standar umum kedua adalah perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau

3.

lebih yang memiliki pengetahuan cukup dalam bidang yang bersangkutan dengan asersi.
Standar umum ketiga berbunyi praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia
memiliki alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa dua kondisi berikut ini ada :
a. Asersi dapat dinilai dengan kritera rasional, baik yang telah ditetapkan oleh badan
yang diakui atau yang dinyatkan dalam penyajian asersi tersebut dengan cara cukup
jelas dan komprehensif bagi pembaca yang diketahui mampu memahaminya
b. Asersi tersebut dapat diestimasi atau diukur secara konsisten dan rasional dengan


4.

menggunakan kriteria tersebut.
Standar umum yang keempat adalah dalam semua hal yang bersangkutan dengan

5.

perikatan, sikap mental independen harus dipertahankan oleh praktisi.
Standar umum yang kelima adalah kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh
praktisi dalam melaksanakan perikatan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan
pelaksanaan perikatan tersebut.

Standar Pekerjaan Lapangan Atestasi
1.

Standar pekerjaan lapangan pertama adalah pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya

2.


dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
Standar pekerjaan lapangan kedua adalah bukti yang cukup harus diperoleh untuk
memberikan dasar rasional bagi simpulan yang dinyatakan dalam laporan.

Standar Pelaporan

1.

Standar pelaporan pertama adalah laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan

2.

menyatakan sifat perikatan atestasi yang bersangkutan.
Standar pelaporan kedua adalah laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai
apakah asersi disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang

3.

dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur.
Standar pelaporan ketiga adalah laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi


4.

yang signifikan tentang perikatan dan penyajian asersi.
Standar pelaporan yang keempat adalah laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi
suatu asersi yang disusun berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu
perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu pernyataan
tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati
kriteria atau prosedur tersebut.

B.

Audit

Pendahuluan
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan
pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan

pendapat.
Standar Auditing
a.
1.

Standar umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan

2.

teknis yang cukup sebagai auditor.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental

3.

harus dipertahankan oleh auditor.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b.

1.

Standar Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus

2.

disupervisi dengan semestinya.
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3.

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keungan yang diaudit.

c.
1.


Standar Pelaporan
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan

2.

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan

3.

dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali

4.

dinyatakan lain dalam laporan auditor.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi1 bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Perbedaan Tanggung Jawab Auditor Independen Dengan Manajemen
1.

Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji

2.

material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Tanggung jawab auditor
adalah untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Manajemen bertanggung
jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk membangun dan
memelihara pengendalian intern yang akan, di antaranya, mencatat, mengolah,
meringkas, dan melaporkan transaksi (termasuk peristiwa dan kondisi) yang konsisten
dengan asersi manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan.


Persyaratan Profesional
1.

Persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang
memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen. Mereka
tidak termasuk orang yang terlatih untuk atau berkeahlian dalam profesi atau jabatan
lain.

2.

Auditor independen harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan prosedur
audit yang diperlukan sesuai dengan keadaan, sebagai basis memadai bagi pendapatnya.
Pertimbangannya harus merupakan pertimbangan berbasis informasi dari seorang
profesional yang ahli.

Tanggung Jawab Terhadap Profesi
Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung jawab untuk
mematuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya.
d. Kompilasi dan Review
Review Laporan Keuangan
Review atas laporan keuangan historis, manajemen menegaskan bahwa laporan
tersebut telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum, sama seperti audit. Akuntan publik hanya memberikan tingkat kepastian yang
moderat atau sedang terhadap review atas laporan keuangan jika dibandingkan dengan
tingkat kepastian yang tinggi untuk audit, sehingga lebih sedikit bukti yang diperlukan.
Sebuah review seringkali telah dianggap memadai untuk memenuhi kebutuhan pengguna
laporan keuangan. Banyak perusahaan nonpublic menggunakan opsi atestasi ini untuk
memberikan kepastian yang moderat atas laporan keuangannya tanpa harus menanggung
biaya audit. Tujuan dari penugasan review atas laporan keuangan perusahaan nonpublik
adalah melaksanakan tanya-jawab dan prosedur analitis, yang memberikan akuntan dasar
yang memadai guna menyatakan keyakinan terbatas bahwa tidak ada modifikasi material
yang harus dibuat pada laporan agar sesuai dengan GAAP (atau OCBOA, jika dapat
diterapkan). Akuntan harus mempunyai pengetahuan tentang prinsip dan praktik akuntansi
yang digunakan oleh industri serta pengetahuan tentang perusahaan itu, organisasi dan
karakteristik operasinya,serta sifat aktiva,kewajiban, pendapatan, dan beban yang mendukung
penggunaan pengajuan pertanyaan serta prosedur analitis secara efektif.
AR 100.30 menyatakan bahwa review tidak dimaksudkan untuk mendapatkan
pemahaman tentang pengendalian internal atau menilai risiko pengendalian, menguji catatan
akuntansi dan menanggapi pertanyaan dengan mendapatkan bukti-bukti yang mendukung,
serta prosedur lain yang biasanya dilaksanakan selama audit.
Kompilasi Laporan Keuangan

Tujuan dari penugasan kompilasi adalah menyajikan dalam bentuk informasi laporan
keuangan yang merupakan representasi manajemen, tanpa harus menyatakan suatu keyakinan
atas laporan itu.Penugasan kompilasi diarahkan guna membantu manajemen dalam penyiapan
informasi keuangan dan bukan memberikan keyakinan tentang apakah informasi itu telah
bebas dari salah saji yang material. Akibatnya, penting bagi auditor untuk mendapatkan
pemahaman dengan klien mengenai tujuan dari penugasan itu dan fakta bahwa kompilasi
tidak dapat diandalkan untuk menemukan kesalahan atau kecurangan.
Ketika melaksanakan kompilasi, AR 100.12 menyatakan bahwa akuntan tidak
diwajibkan untuk mengajukan pertanyaan atau melaksanakan prosedur lain guna
memperivikasi, mendukung, atau mereview informasi yang diberikan oleh entitas itu.
D.

Laporan Keuangan Prospektif

Pelaporan tentang Informasi Keuangan Prospektif
Informasi keuangan prospektif pada umumnya akan diberikan dalam penawaran
obligsi dan sekuritas lainnya kepada publik.Bank serta lembaga pemberi pinjaman lainnya
seringkali meminta proyeksi laba masa depan dalam memberikan kredit kepada para pribadi
dan perusahaan, serta lembaga pemerintah yang terkadang meminta prakiraan atas
pemohonan hibah dan kontrak pemerintah.Untuk mempertinggi realibilitas informasi
keuangan prospektif, akuntan publik dapat diminta untuk terlibat dengan data itu.
Jenis Informasi Keuangan Prospektif
AT 200.06 mengakui dua jenis informasi keuangan prospektif, yaitu:
1.

Prakiraan Keuangan. Laporan prospektif yang menyajikan yang terbaik dari
pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab, posisi keuangan, hasil

2.

operasi, dan arus kas yang diharapkan dari suatu entitas.
Proyeksi Keuangan, Laporan keuangan prospektif yang menyajikan, yang terbaik dari
pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab, dengan satu atau lebih
asumsi hipotesis, posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas yang diharapkan dari suatu
entitas.

Laporan Standar atas Laporan Keuangan Prospektif
Menurut AT 200.31 menetapkan bahwa laporan standar akuntan publik atas pemeriksaan
laporan keuangan prospektif harus mencakup :
1.

Suatu identifikasi dari laporan keuangan prospektif yang disajikan.

2.

Suatu pernyataan bahwa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif telah dilakukan

3.

sesuai dengan standar AICPA dan uraian singkat tentang sifat pemeriksaan tersebut.
Pendapat akuntan bahwa laporan keuangan prospektif telah disajikan sesuai dengan
pedoman penyajian AICPA dan asumsi yang mendasarinya telah memberikan dasar yang
memadai untuk membuat prakiraan atau dasar yang layak untuk menetapkan proyeksi

4.
5.

menurut asumsi-asumsi hipotesis.
Suatu peringatan bahwa hasil-hasil prospektif mungkin tidak dapat tercapai.
Suatu pernyataan bahwa akuntan tidak memikul tanggung jawab untuk memutakhirkan
laporan tentang peristiwa dan situasi yang terjadi sesudah tanggal laporan.

e.

Pengendalian Mutu

Hubungan Standar Auditing Dengan Standar Pengendalian Mutu
1.

Dalam penugasan audit, auditor independen bertanggung jawab untuk mematuhi standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Seksi 202 Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik mengharuskan anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang
berpraktik sebagai auditor independen mematuhi standar auditing jika berkaitan dengan

2.

audit atas laporan keuangan.
Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia dalam pelaksanaan audit. Oleh karena itu, kantor akuntan publik
harus membuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu untuk memberikan
keyakinan memadai tentang kesesuaian penugasan audit dengan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sifat dan luasnya kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik tergantung atas faktorfaktor tertentu, seperti ukuran kantor akuntan publik, tingkat otonomi yang diberikan
kepada karyawan dan kantor-kantor cabangnya, sifat praktik, organisasi kantornya, serta

3.

pertimbangan biaya-manfaat.
Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia berkaitan dengan
pelaksanaan penugasan audit secara individual; standar pengendalian mutu berkaitan
dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan. Oleh karena
itu, standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan standar pengendalian
mutu berhubungan satu sama lain, dan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang
diterapkan oleh kantor akuntan publik berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan
audit secara individual dan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara
keseluruhan.

f.

Peraturan Menteri Keuangan, UU Pasar Modal dan Peraturan Bapepam,
Peraturan Bank Indonesia

Peraturan Menteri Keuangan Tentang Jasa Akuntan Publik
1.
2.

Ketentuan umum
Bidang jasa :
a. Jenis jasa
b. Pembatasan masa pemberian jasa
3. Akuntan publik :
a. Perizinan
b. Penghentian pemberian jasa akuntan publik untuk sementara waktu atas permintaan
sendiri
c. Pengaktifan izin akuntan publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin,
d. Pengunduran diri dan tidak berlakunya izin,
4. Kantor akuntan publik :
a. Bentuk badan usaha,
b. Perizinan,
c. Cabang KAP,
d. Penggunaan nama kantor,
e. Pengaktifan kembali izin KAP dan izin pembukaan cabang KAP yang dikenakan
sanksi pembekuan,
Kerjasama dengan KAPA dan OAA :
a. Kerjasama dan pencantuman nama,
b. Persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA,
6. Pembinaan dan pengawasan :
5.

a. Pembinaan,
b. Pengawasan,
c. Asosiasi profesi,
7. Sanksi ;
8. Ketentuan peralihan ;
9. Ketentuan penutup.
UU Pasar Modal dan Peraturan Bapepam tentang independensi akuntan yang
memberikan jasa audit di pasar modal (Peraturan No. VIII.A.2)
1.

Definisi

2.

Jangka waktu periode penugasan professional

3.

Dalam memberikan jasa professional, khususnya dalam memberikan opini atau
penilaian, akuntan wajib senantiasa mempertahankan sikap independen. Akuntan tidak
independen apabila selama periode audit dan selama periode penugasan profesionalnya,
baik akuntan, kantor akuntan publik, maupun orang dalam kantor akuntan public :

a. Mempunyai kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material pada
klien
b. Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien;
c. Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material
dengan klien, atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada klien, atau dengan
pemegang saham utama klien;
d. Memberikan jasa-jasa non-audit kepada klien;
e. Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar Fee kontinjen atau komisi,
atau menerima Fee kontinjen atau komisi dari klien;
4.

Sistem pengendalian mutu;

5.

Pembatasan penugasan audit;

6.

Ketentuan peralihan;

7.

Ketentuan penutup.

Peraturan Bank Indonesia
1. Umum
2. Persyaratan dan tata cara permohonan pendaftaran Kantor Akuntan Publik dan Akuntan
Publik
3. Komunikasi antara Kantor Akuntan Publik, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah
dan Bank Indonesia
4. Sanksi
5. Alamat pendaftaran Akuntan Publik dan pelaporan
6. Lain-lain
7. Ketentuan peralihan
8. Penutup.
Contoh Kasus :
Sembilan KAP yang dianggap melakukan koalisi dengan kliennya
Jakarta, 19 April 2001. Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian
mengusut Sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas
Keuangan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah
diauditnya antara tahun 1995–1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di
Jakarta pada hari Kamis mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, Sembilan dari sepuluh
KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan

pemeriksaan sesuai dengan standar audit. Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan
kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank – bank yang diaudit tersebut termasuk di
antara bank – bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999.
Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY , S & S,
SD &R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi.
Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk
memoles laporannnya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan.”
ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak
kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan
kantor akuntan publik dengan pihak perbankan. ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan
sekedar “human error” atau kesalahan dalam penulisan laporan keungan yang tidak disengaja,
tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang coba ditutupi dengan
melakukan rekayasa akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak
melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya,
karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena
kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai kesembilan KAP itu telah
melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat,
misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat
bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari
Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu.” tegasnya.
Menurut Teten, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada
Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya
dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

ANALISA:
Dalam kasus tersebut ditemukan KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank
bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit. KAP
tersebut telah melakukan penyimpangan terhadap tujuan profesi akuntansi, yaitu
memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai
tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Dalam kasus
diatas, akuntan yang bersangkutan banyak melanggar kode etik profesi akuntan.
-

Kode etik pertama yang dilanggar yaitu prinsip pertama tentang tanggung jawab profesi.

Prinsip tanggung jawab profesi ini mengandung makna bahwa akuntan sebagai pemberi
jasa professional memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa mereka termasuk
masyarakat dan juga pemegang saham. Dalam kasus ini, dengan menerbitkan laporan
palsu, maka akuntan telah menyalahi kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada
mereka selaku orang yang dianggap dapat dipercaya dalam penyajian laporan keuangan.
-

Kode

etik

kedua

yang

dilanggar

yaitu

prinsip

kepentingan

publik.

Prinsip kepentingan publik adalah setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa
bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Dalam kasus ini, para akuntan
dianggap telah menghianati kepercayaan publik dengan penyajian laporan keuangan
yang direkayasa.
-

Kode etik yang ketiga yang dilanggar yaitu prinsip integritas. Prinsip integritas yaitu
untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya, dengan integritas setinggi mungkin. Dalam
hal ini, sembilan KAP tersebut tidak bersikap jujur dan berterus terang kepada
masyarakat umum dengan melakukan koalisi dengan kliennya.

-

Kode etik keempat yang dilanggar yaitu prinsip objektifitas. Prinsip objektifitas yaitu
setiap anggota harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya. Dalam kasus ini, sembilan KAP dianggap tidak
objektif dalam menjalankan tugas. Mereka telah bertindak berat sebelah yaitu,
mengutamakan kepentingan klien dan mereka tidak dapat memberikan penilaian yang
adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan kepingan pihak lain. Dalam hal ini,
mereka telah bertindak berat sebelah yaitu mengutamakan kepentingan klien dan mereka
tidak dapat memberikan penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan
kepentingan pihak lain. Seharusmya KAP tersebut harus bertanggung jawab kepada
semua pemakai jasa profesional mereka, selain itu KAP juga harus bertanggungjawab terhadap kepentingan publik. Untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan
profesionalnya

publik,
dengan

setiap

anggota

integritas

harus

setinggi

memenuhi

mungkin.

KAP

tanggung
harus

jawab
menjaga

obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya. Setiap KAP harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar proesional yang relevan.