Tanggung Jawab dan Kewenangan PPAT dalam Membantu Pihak Terkait Atas Kelengkapan dan Pelayanan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Putusan MA Nomor : 46 PK PID 2013)

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Dengan ditetapkan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai Pajak daeah dapat merupakan
pemasukan modal terbesar bagi penyelenggara pemerintahan daerah.Kewenangan
pemerintah daerah cukup pada pelayanan masyarakat dan pelaksanaan kebijaksanaan
yang hanya dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala
Daerah.1Wewenang yang diberikan pemerintah pusat kapada daerah terkait dengan
fungsi pertanahan mencakup pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan
penataan Ruang.2Dengan memperhatikan Pasal 108 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 yaitu perubahan Undang-Undang Nomor 21 tahun 1997 Tentang Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan berlaku satu tahun sejak Undang-Undang ini maka
dengan demikian tahun 2010 merupakan tahun terakhir bagi pemerintah pusat
menegelola BPHTB.
Sebagaimana Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas tanah dan bangunan. Menurut

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang
1

Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang
Pertanahan(Jakarta, Raja Grafindo ,2008),hlm., 59
2
Ibid., hlm 114

1

Universitas Sumatera Utara

2

Undang Nomor 21 Tahun 1997 yang dimaksud dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan adalah “pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah atau
bangunan. “3. Subjek pajak yang memperoleh Objek pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan sebagaimana yang tertulis dalam tertulis dalam Pasal 2 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 21
Tahun 1997 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang dapat mengakibatkan
diperolehnya Bea Perlehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pemindahan hak dan

pemberian hak baru sehingga dapat dimintakan BPHTB. Perolehan Objek pajak Bea
Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan karena pemindahan hak adalah “perbuatan
atau peristiwa tertentu haknya berpindah kepada subjek hukum A ke subjek hukum
B.”4. Pemindahan hak yang dapat mengakibat di perolehnya objek pajak bumi dan
bangunan terjadi karena sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

jual beli
tukar menukar,
menghibahkan
hibah wasiat

waris
pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
penunjukan pembeli dalam lelang
pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap
penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, dan hadiah. 5

3
20 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan
4
http://pajaktaxes.blogspot.co.id/2012/01/subjek-dan-objek-bphtb.html diakses pada tanggal 31
Januari 2013, pada jam 08.00
5
Pasal 2 (a) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang –Undang
Nomor 21 Tahun 1997 Bea Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Universitas Sumatera Utara

3


Besarnya tarif yang ditentukan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 tahun
2000 Tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea
Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan 5 % dikalikan Nilai Jual
Objek Pajak Bumi dan Bangunan setelah dikurangkan Nilai Jual Objek Tidak Kena
Pajak . Dan apabila Nilai Perolehan Objek Pajak lebih besar dari pada harga Nilai Jual
Objek Pajak maka yang digunakan Nilai Perolehan Objek Pajak .
Dalam proses pembayaran, Bea Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan
?yang ditentukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun2000 Tentang Perubahan atas
Undang-UndangNomor 21

Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Objek Pajak Bumi

dan Bangunan yang diperintahkan untuk melakukan pembayaran adalah wajib pajak
yang memperoleh Bea Perolehan Objek Pajak itu sendiri sebagaimana yang ditentukan
dalam Pasal Pasal 10 ayat (1) sebagai berikut: “Wajib Pajak membayar pajak yang
terutang dengan tidak mendasarkan surat ketetapan pajak. “6Sebagaimana dalam
Penjelasan Pasal 10 ayat (1) sebagai berikut: Sistem pemungutan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan adalah


self assessment dimana wajib pajak diberi

kepercayaan untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang dengan
menggunakan Surat Setoran Bea Perolehan Objek Pajak Bumi danBangunan dan
melaporkannya tanpa mendasasarkan diterbitkannya surat ketetapan pajak .
Dalam proses pengalihan hak pihak yang ikut serta dalam proses pengalihan
hak tersebut melibatkan Notaris /PPAT, Badan Pertanahan Negara, dan pihak yang

6

Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang –
Undang Nomor 21 Tahun 1997 Bea Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Universitas Sumatera Utara

4

mengalihkan serta merima pengalihan hak. Sebagaimana Notaris dalam melaksanakan
kewajibannya sehari-hari ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Notaris adalah “pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan

kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.”7Fungsi akta
PPAT yang dibuat adalah sebagai bukti bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum
yang bersangkutan, sekaligus membuktikan berpindahnya hak tersebut terbatas pada
para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan. Pasal 37 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang pemindahan hak hanya dapat
didaftarkan jika di buktikan dengan akta PPAT.8
Sesuai dengan perintah Undang-Undang dalam proses alih hak ke Badan
Pertanahan Negara , maka bukti pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan perlu dilampirkan. Dalam praktek biasanya notaris sering membantu
kliennya dalam membayarkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan dan
administrasi lainnya. Berikut ini wawanara yang dilakukan terhadap Notaris terkait
dalam proses pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tersebut:
Wawancara dengan Notaris Aida Saftriani :
-

Dalam proses pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
klien ada juga yang menitipkan pembayaran Bea Prolehan Hak atas Tanah

7


Pasal 1 Undang-Undang Nomor2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, isi, dan Pelaksanaannya Jilid 1 Hukum Tanah Nasional, (Jakarta:Djambatan,2008),hlm., 514515
8

Universitas Sumatera Utara

5

dan Bangunan dan ada juga yang melakukan pembayaran Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan.9
-

Dalam proses pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
kebanyakan dari klien sering menitipkan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan bangunannya kepada Notaris untuk mempercepat proses kelancara
pembuatan akta.10

Hal inilah yang melatar belakangi penelitian ini untuk menelaah lebih lanjut
masalah Tanggung Jawab dan Kewenangan Notaris /PPAT Dalam Membantu Pihak

Terkait Atas Kelengkapan dan Pelayanan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan melalui putusan Mahkamah Agung Nomor 46 PK/Pid /2013
Ringkasan kasus dari perkara tersebut diatas adalah sebagai berikut:
Terlihat bahwa Terdakwa Johannes limiardi Soenarjo sebagai PPAT;pada
tanggal 13 February 2007 sebagai orang melakukan peristiwa pidana melakukan suatu
perbuatan yaitu membuat surat palsu atau memalsukan surat yang menerbitkan suatu
pembebasan utang atau yang boleh dipergunakannya sebagai keterangan bagi suatu
keterangan bagi suatu perbuatan dengan maksud dengan menyuruh orang lain
menngunakan surat-surat itu seolah surat itu asli, maka kalau mempergunakan dapat
mendatangkan suatu kerugian. Hal ini bermula dari terdakwa untuk mengurus surrat
keterangan Nilai Jual Objek Pajak

dan Cendekia Candra Negara menstranfer

RP180.000.000 atas nama Johannes Limiardi Soenarjo bahwa selanjutnya menyruh

9

Wawancara dengan Notaris Aida Saftriani pada Tanggal 2September 2016 jam 12.00 WIB
Wawancara dengan Notaris Fitriani Hasibuan Pada Tanggal 25 September Pukul 03.00 WIB


10

Universitas Sumatera Utara

6

orang lain (Irfan Sari) untuk mengurusnya, dan setelah itu terdakwa tidak melakukan
penegecekan kepada penerbit surat pajak tersebut.(Irfan Sari). Setelah Cendekia
Candra Negara melakukan pengecekan ke Kantor Pajak Bumi dan Bangunan Sidoarjo
ternyata surat keterangan Nilai Jual Objek Pajak dan Bangunan adalah tidak benar dan
bukan produk kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan. Akibat perbuatan terdakwa,
Cendekia Candra Negara menderita kerugian. Membebaskan bahwa Johannes limiardi
soenarjo oleh karena itu dari seluruh didakwa penuntut umum.
Bertolak uraian diatas penulis ingin melakukan kajian lebih mendalam atas
masalah tersebut dalam penelitian tesis ini yang berjudul Pemalsuan Surat
Keterangan Nilai Jual Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan Dalam Pelayanan Notaris PPAT dalam membantu pihak terkait atas
Kelengkapan Administrasi dan Pelayanan Bea perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (Studi Kasus: Putusan MA Nomor :46PK/Pid/2013)

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
a. Apakah

sebenarnya

Notaris/PPAT

dapat

membantu

kliennya

dalam

membayarkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terkait dengan
adanya putusan Mahkamah Agung Nomor 46 PK/Pid/2013 ?
b. Apakah dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Gugatan

penggugat dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 46 PK/Pid/2013

Universitas Sumatera Utara

7

c. Bagaimana akibat hukum hakim terkait dengan membantu klien dari putusan
Mahkamah Agung Nomor 46 PK.Pid/2013
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang tersebut diatas maka tujuan dicapai dalam
penelitian adalah
1. Untuk mengetahui apakah notaris/PPAT dapat membantu membayar BPHTB
klien
2. Untuk mencari dasar pertimbangan-pertimbangan hakim dan menganalisis
dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara
3. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan bagi para pihak yang bersengketa
dari putusan hakim
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis aupun
praktis sebagai berikut;
1. Manfaat Praktis
a.

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dalam penelitian ini

b.

Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum dan
menambah pengetauan penelitian yang berkaitan dengan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunaan

2. Manfaat Teoritis

Universitas Sumatera Utara

8

a.

Diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang
sedang diteliti

b.

Diharapkan dapat meambah referensi/literature sebagai bahan acuan bagi
penelitian yang akan datang apabia melakukan penelitian dibidang yang
sama akan diteliti

E. Keaslian Penelitian
Analisa kasus yuridis dalam pertanggungjawaban PPAT dalam menitipkan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (studi kasus nomor: 46PK//Pid/2013)
belum ada yang membuat sebelumnya, sehingga keaslian penitpan dan kebenarannya
apat dipertahankan.
Berdasarkan penelusuran keprutusan sementara di lingkngan Universitas
Sumatera Utaa khususnya dilingkum=ngan Pascasarrjana Universitas sumatera Utara
menunjukkan bahwa belum ada yang membahas terkait dengan masalah Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan
1. Karmila
Dengan judu tesis
Peran PPAT dalam Pembuatan akta operasi menurut KepMen No.
98/KEP/M.KIKM/IX/2004
a.

Bagaimana eksistensi Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
Menemgah Rpublik Indoesia No. 98.KEP/M.KUKM/IX/200 dala membua
akta pendiriankoperasi?

Universitas Sumatera Utara

9

b.

Bagaimana sistem pertanggungjawaban pengurus koperasi dalam sistem
badan usaha Indoensia?

c.

Apakah keputusan Menteri Agraria dan usaha dan menengah No.
98/KEP/M.KUM/IX/2004 tidak bertentanagn dengan tugas-tugas notaries
dalam membuat akta berdasarkan undnag-undang jabatan PPAT?

2. Nama : Sardi Burian
Dengan judul tesis
Peran PPAT di masa mendatang sebagai pejabat lelang Negara dalam kaitannya
dengan sistem pengurusan piutang dan lelang Negara
a.

Bagaimanakah peran notaries dimasa mendatang sebagai pejabat lelang
dalam kaitannya dengan sistem pengurusan piutang dan lelang Negara?

b.

Hambatan apa sajakah yang ditemui terhadap pelaksanaan pengangkatan
notaris sebagai pejabat lelang dalam kaitannya dengan sistem pengurusan
piutang dan lelang Negara

c.

Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengenai hambatan terhadap
pelaksanaan pengangkatan notaris sebagai pejabat lelang dalam kaitannya
dengan sistem pengurusan piutang dan lelang Negara

3. Belinda
Dengan judul tesis
a.

Bagaimana ketentuan hukum pelaksanaan kepailitan kreditur terhadap
debitur?

Universitas Sumatera Utara

10

b.

Bagaimana kedudukan kreditur pemegang hak tanggungan dalam
kepailitan?

c.

Bagaimana akibat hukum kepaiilitan debitur terhadap kreditur pemegang
hak tanggungan dalam eksekusi hak tanggungan

F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Menurut Hans Wehr kata hukum berasal dari bahasa Arab asal katanya Humati

kata jamaknya Ahkam menurut Vinogradoff hukum adalah seterangkat aturan yang
diadakan dan dilakasanakan oleh suatu masyarakat untuk menghormati kebujakan dan
kekuasaan.11Teori diartikan sebagai keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan
maka teori hukum dapat ditentukan lebih jauh sebagai suatu keseluruhan pernyataan
yang salaing berkaitan dengan hukum.Hukum sendiri merupakan sistem konseptual
kaidah kaidah hukum dan keputusan keputusan hukum Jadi definisi teori hukum adalah
keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan dengan konseptual kaidahhukum dan
keputusanhukum12 Teori yang digunakan dalam tesis ini adalah teori kepastian
Hukum.Penganut Teori kepastian Hukum yang terpenting adalah John Austin. Initi
ajaran John Austin adalah
a. Hukum adalah perintah baik yang berdaulat atau dalam bahasa latinnya law…
was the commad of sovereign: Bagi Austin No Law No soverreign, and no
sovereign no law

11

Abdul Manan, Aspek- Aspek Pengubah Gukum,(Jakarta: Kecana, 2015),hlm 25
Anom Surya Putra, Teori Hukum Struktur dan Riset Teks, ( Jakarta, Citra Adi8tya Bakti,
2003),hlm., 46
12

Universitas Sumatera Utara

11

b. Ilmu hukum selalu berakaitan dengan hukum positif atau denganketentuan lain
yang secara tergas dapat disebut demikian yaitu dengan diterima tanpa
memperhatikan kabaikan ataukeburukannya
c. Konsep tentang kedaulatannegagara mewarnai hampir keseluruhan dari ajaran
Austin hal mana yang diitisarkan adalah sebagai berikut :
1. Kedaulatan yangdigunakan dalam ilmu hukum menunjuk pada suatu atribut
negara yang bersifat internal atau eksternal
2. Sifat eksternal dari kedaulatan negara tercermin pada hukum sedangkan
sifat internal kedudukan Negara tercermin pada hukum positif
3. Pelaksanaan kedaulatan membutuhkan ketatatan. Ketaatan terhadap
kedauatan Negara ituberbeda-beda sesuai sdengan subyeknya
Ada perbedaan antara ketaatan terhadap kedauatan Negara dengan ancaman
penodong.13
Negara sebagai yang mempunyai kekuasaan dalam membuat sebuah undang
berarti suatu Negara mempunyai kekuasaan

atau kedaulatan. .Austindengan

memperjelas konsep baik tentang kedaulatan 14
Wajib Pajak sesuai dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000
Tentang Perubahan atas undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan menyatakan “Wajib Pajak wajib membayar pajak yang

13

Teguh Prasetyo, Abdul Halim Barkatulah Ilmu Hukum &FilsafatHukum Studi Pemikiran Ahli
Huum sepanjang Zanan,(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007), hlm.,90
14
W. Friedmann, Teori Filsafat Hukum Hukum &Maslaah masalah Kontemporee, Jakarta,
Raja Grafindo Persada, , 2004).,200

Universitas Sumatera Utara

12

terutang dengan tidak mendasarkan adanya surt ketetapan pajak maka pemungutan
pajak di Indonesia agar tidak menimbulkan perlawanan harus memenui sebagai berikut
:
1. Pemungutan pajak harus adil
Sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan, undag-undang dan
pelaksanaan undang-undang pemungutan pajak harus adil.Adil dalam
perundang-undangan adalah diantaranya mengenakan pajak secara umum dan
merata. Sedangkan adil menurut pelaksanaanya dengan memberikan hak bagi
wajib untuk mengajukan keberatan
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang
Di Indonesia pajak diatur dalam Pasal 23 ayat 2Undang-Undang Dasar 1945
3. Tidak mengganggu perekonomian
Pemungutan tidak boleh mengganggi kegiatan produksi maupun perdagangan
sehingga tidak menimbulkan kelesuan perkenomian masyarakat
4. Pemungutan pajak harus efisin
Sesuai dengan Budgeter, bahwa pemunguan pajak biaya pemungutan pajak
dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya
5. Sistem Pemungutan Pajak harus sederhana
Sistem pemungutan sedehana akan memudahkan dan mendorong masyarakat
dalam memenuhi kewajibannya
Kepastian hukum hanya diberikan oleh suatu peraturan yang mengatur
tindakannya /perbuatantertentu.Jika suatu norma menetapkan bahwa perilaku tertentu

Universitas Sumatera Utara

13

seharusnya dilakukan,dalam arti memerintahkan perilaku itu, maka perilaku aktualnya
boleh jadi sesuai atau tidak sesuai dengan norma teseebut.

15

Peraturan yang kita

temukan tersebut merupakan hukum yang dapat kita temukan dalam undang-undang .
“Norma yang merupakan ilmu hukum mesti menjawab pertanyaan sesuai –tindaknya
sutau perilaku

konret dengan hukum jawabannya sesuai tidaknya suatu perilaku

konkret hukum dengan hukum, jawabannya hanya bisa berupa bahwa penegasan
perilaku ini, yang dalam tatanan hukum dijelaskan oleh ilmu hukum, diperintahdkan
atau dilarang, diweanangkan atau tidak diwenangkan, diizinkan atau tidak diizinkan
terlepas dari apakah perilaku ini dinilai oleh orang yang membuat penegasan itu
sebagai perilaku buruk atau tidak.”16
“Hukum yang bisa menentukan baik atau tidak suatu perbuatan adalah teori
hukum positif (hukum yang sedang berlaku. Teori Hukum positif adalah hukum adalah
apa yang diperintahkan oleh Negara dan karena memang Negara mempunyai
kekuasaan untuk itu,.”17 Negara yang bisa menetapkan hukum yang berlaku bagi warga
Negara nya. Oleh karena itu banyak Negara penganut negara hukum. “Rule of law
bahwa kekuasaan dapat dibatasi secara efektif oleh peraturan perundang-undangan
entah peraturan itu bertindak sebagai batasan-batasan terhadap administrasi atau
sebagai hakikat pilihan dalam adjudikasi.:18
15

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar dasar ilmu hukum Normarif, Bandung:NusaMedia,
2008, hlm.,20
16
Ibid., hlm.,91
17
Waluyadi,
Pengantar
Ilmu
Hukum
Daalam
Persepektif
Ilmu
Hukum
Positif,(Jakarta:Dkjambatan, 2001), hlm 80
18
Roberto M. Urger, Teori Hukum Murni Kritis PosisiHukum dalam Masyarakat MODERN,
(Bandung, Nusa Media, 2008)., hlm., 253

Universitas Sumatera Utara

14

“Notaris merupakan suatu pekerjaan yang memiliki keahlian khusus yang
menuntut pengetahuan luas serta tanggungjawab yang berat untuk melayani
kepentingan umum dan inti tugas notaris dalah mengatur secara tertulis, dan autentik
hubungan hukum antara pihak yang secara mufakat meminta jasa Notaris.”19Dalam
pembuatan akta tersebut seringkali melibatkan Notaris.Oleh karena tersebut perlu
adanya pertanggungjawaban PPAT berupa setoran yang diberikan oleh para pihak
penjual dan pembeli. Oleh karena tersebut perlu adanya pengendalian diri dari PPAT.
Dengan Norma terkait dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangungan yang
diatur dalam Pasal 10 Undang –Undang Nomor

20 Tahun 2000 Tentang Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Apakah norma ini masih dikatakan sebagai
norma yang efetif yang sekaligus melekatkan sanksi terhadap perilaku tertentu dan
menetapkan perilaku yang mengkondisikan sanksi sebagai illegal yakni, sebagai delik
danada yang harus dipahami (1) bahwa norma ini diterapkan oleh organ hukum yang
berarti bahwa sanksi diperintahkan dan dilaksanakan dalam kasus konkrit. 2. bahwa
norma ini dipatuhi oleh individu-individu yang taat kepada tatananan hukum yang
berarti bahwa mereka berperilaku dengan cara tertentu untuk menghondarisanksi . Jika
ketentuan sanksi dimaksudkan untuk mecegah dilaksanakan delik atau pelanggarannya
jika dihadapkan pada kasus mengenai keabsahan norma hukum jika norma ini tidak
pernah diterapkan, karena kesadaran di kalangan merreka yang patuh pada tatanan

19

Supriadi, Etika &Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, Jakart,( Sinar Grafika,
2006), hlm., 50

Universitas Sumatera Utara

15

hukum.20 Namun harus diakui bahwa suatu norma kehilangan keabsahannya yakni
bahwa apa yang norma itu kehilangan keabsahannya yakni apa yang norma itu
diperintahkan tidak lagi berkedudukan sebagai obligatori jika norma itu tidak diikuti
atau tidak dipenuhi

itu adalah masalah sifat obligatori dari sebuah norma

dan

efektifitasnya dalam kenyataan.21Dengan demikian jalan atau tidaknya sanksi yang
terdapat dalam pasal 10 Undang-undang No 20 Tahun 2000 tentang bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan ini dijalankan oleh Pengadilan . 22”Karena itu keadilan harus
ditemukan dalam kasus yang berkaitan dengan hal yang terkait dalam pembahasan
tesis ini.Keadilan adalah kabajikan utama dalam institusi sosial, sebagaimana
kebenaran dalam system pemikiran suatu teori harus ditolak atau direvisi apabila tidak
benar.”23 Oleh karena itu Negara melalui pengadilan menciptakan keadilan. Keadilan
merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warganegaranya dan
sebagai dasar daripada keadilan . Apakah peraturan itu sebagai dasar keadilan bagi
warganegaranya, 24
Pandangan lain tentang efektifitas hukum dikemukakan oleh J. Dias ,Horward
dan Murmers Clerence j Dias syarat bagi efektifnya suatu hukum meliputi:
1. Mudah atau tidaknya makna atau isi aturan-aturan hukum itu ditangkap

20

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar Dasar Ilmu Hukum Normatof( Bandung, Nusa
Media, 2008,hlm., 28
21
Hans Kelsen Hukum dan Logikan,(Bandung:Alumni, 2006).hlm 5
22
PhilipeNonet dan Philip Selznick, Hukum Responsif Bandung, Nusa Media, 2008),hlm., 89
23
John Rawls, Teori Keadilan Dasar dasar politik untuk mewejudkankesejahteraan social
dalam Negara, (Yogyakarta:Pustaka pelajar, 2006), hlm., 3
24
Kusnardi dan Heramily Ibrahim, Pengantar Tata Hukum Indonesia, ( Jakarta:Sadtara Hudaya,
2000)hlm., 53

Universitas Sumatera Utara

16

2. Luas atau tidaknya kalangan di masyarakat yang mengetahui isi aturan-aturan
hukum yang dicapai dengan bantuan
a. Aparat administrsi yang menyadari kewajiban untuk melibatkannya dirinya
dalam usaha mobilisasi yang demikian
b. Para warga masyarakat yang terlibat dan merasaharus berapartisipasi dalam
hukum.25
Pengerian pajak menurut P Siahaan mengatakan bahwa adalah
“Pungutan dari masyarakat oleh Negara berdasarkan Undang-undang yang
bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh wajib pajak membayar dengan tidak
mendapat prestasi kembali secara lansung yang hasilnya igunakan untuk
membiayai pengeluaran Negara dan pembangunan.”
Berdasarkan definisi pajak yang dikemukakan para ahli diatas yang ditarik
kesimpulan dari pajak adalah
1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah
2. Pajak dipungut dengan kekuatan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkannya adanya jasa timbale
individual ke pemerintah
4. Pajak memiliki sifat dapat dipaksakan, wajib pajak tidak memenuhi pajak dapat
dikenakan sanksi baik pidana maupun denda sesuai ketentuan berlaku
5. Digunakan untuk membiayai rumah tangganya

25

Adami Chazawi, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Desirtasi
(Jakarta,Rajawali Pers, 2016), hlm., 308

Universitas Sumatera Utara

17

Berkaitan dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam tesis ini
yang dimaksud dengan Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan dalam undangundang nomor 20 tahun 2000 adalah pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan
sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2000 Tentanag Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah” Bea Perolehan hak atas tanah dan
bangunan adalah pajak atas perolehan objek pajak bumi dan bangunan.”
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 28 Tahun 2009
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menjadi pajak daerah dengan seketika
pajak BPHTB dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Sebelum dilakukan pemungutan
pajak BPHTB maka masing masing daerah mengeluarkan PERDA tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dengan tidak melanggar ketentuan dalam
undang-undang Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan
Ada perbedaan antara kewenangan dan wewenang .Kewenangan adalah
kekuasaan yang berasal dari kekuasaan undang undang sedangkan wewenang bagian
dari kewenangan.Undang-Undang memberikan kewenangan bagi suatu subjek untuk
dapat atau melakukan sesuatu undang-undang tidak ada memberikan kewenangan bagi
Notaris untuk membayar pajak BPHTB oleh karena itu bukan kekuasaannya.

2.

Konsepsi
Konsepsi atau definisi operasional yang terkait dengan topk ini adalah sebagai

berikut:
a. BPHTB

Universitas Sumatera Utara

18

BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas hak atas tanah dan atau bangunan

26

Saat yang menetukan BPHTB terutang adalah saat terjadinya
b. Notaris adalah pejabat umun yang berwenag untuk membuat akta otentik dan
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undnag ini notaris
merangkap menjadi PPAT
c. Administrasi
Kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan kebijasanaan
untuk menvapai tujuan cirinya
1.

Adanya kelompok manusia yang terdiri atas orang atau lebih

2.

Adanya kerjasama

3.

Adanya proses/usaha

4.

Adanya tujuan

d. Akta Autentik
Notaris sebagai pejabat Negara mempunyai wewenang tanggungjawab dalam
melaksanakan kewenangannya berdasarkan undang-undang Nomor 15 UndangUndang No 2 Tahun 2014 Tetang Jabatan PPAT menyatakan selain itu peran
notaries dalam kehidupan berbangsa membuat akta autentik yang menjamin
kepastian mutlak bagi pihak yang memerlukannya. Selain itu PPAT tidak hanya
mengabdi kepada masyarakat tetapi pembangunan kepercayaan kepada
pemerintah

26

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang BPHTB

Universitas Sumatera Utara

19

Akta autentik adalah dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang
diperkuat oleh atau dihadapa pejabat umum yang berwenang untuk itu ditempat
dimana akta itu diperbuat

27

Yang dimaksud dengan akta autentik adalah akta

yang dibuat oleh door atau dihadapan (ten overstan) pejabat umum yang
berwenang28
e. Wajib Pajak
Orang pribadi atau badan yang menutu keterangannya peraturan perundangundangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan
termasuk pemungutan pajak atau emotongan pajak ertentu29
Setiap wajib pajak wajib mendaftarkan diri pada Kantor Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya,nnmeliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak
untuk dicatat sebagai wajib pajak selanjutnya kantor pelayanan pajak
menerbitkan Surat keteramgam terdaftar30
f. Self Assesment
Suatu sistem pemungutan pajak yang bedasarkan undang-undnag memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak untuk melaksanakan hak dan kewajibannya di
bidang perpajakan.
g. Pajak Daerah

27

M.U Sembiring, Teknik Pembuatan Akta(Medan: Usu,1997),hlm., 5
Hasballah Thaib dan Syahril Sofyan, Teknik Pembuatan Akta Penyelesian Warisan Menurut
Hukum Waris Islam di Indoneisa(Bandung: Citapustaka medi,2014).,hlm.,67
29
Wauyo dan Wirawan B.ILyas , Perpajakan Indoenesia Pembahasan sesuai dengan ketentuan
pelasanaan Peraturan Perundang-undangan( Jakarta :Salemba Empat, 2002),hlm., 24
30
Ibid.,hlm.25
28

Universitas Sumatera Utara

20

Pajak

yang

dipungut

dan

dilelola

oleh

pemerintah

daerah

(provinsi/Kabupaten/kota) dan hasil penerimaanya sebagai sumber utama
APBD digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, baik biaya rutin,
maupun biaya pembangunan
h. Verifikasi
Pemeriksaan terhadap kebenaran laporan, pernyataan,perhitungan uang, dan
sebagainya
G. Metode Penelitian
Metode atau cara peneliiitian adalah merupakan serangkaian kegiatan ilmiah
dalam rangka pemecahan suatu permasalahan

31

Metode penelitian adlaah ilmu untuk

mengungkapkan dan menerangkan gejala-gejala alam dan social dalam kehidupan
manusia dengan menggunakan prosedur kerja sistematis, teratur, tertib, dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah32.Pemelitian ini menggunakan metode yuridis
Normatif dengan menggunakaan penelitian pendekatan undang-undang dan pendektan
kasus. Metode yuridis Normatif dengan mengacu pada pendekatan undang-undang
Maksudnya adalah menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut
dengan cara melakukan telaah terhadap kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang
sedang ditangani.33Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap
kasus yang berkaitan dengan isu telah dihadapi yang elah menjadi putusan pengadilan

31

Saifuddin Azwar., Metode Penelitian,(Yogyakarta,Pustka Pelajar, 2013),hlm., 1
Hadari Nawiwi dan Mimi Martii, (Yogyakarta,Gadjah Mada University, 1994),hlm., 9
33
Peter Mahmud marzzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi,( Jakarta, Kharisman Putra Utama,
2014),hlm., 41
32

Universitas Sumatera Utara

21

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.,34Dalam pendekatan kasus yang perlu
dipahami adalah alasan-alasan hukum yang dgunakan dalam proses pengambilan
keputusam terdahulu .Alasan hukum tersebut dapat ditemukan dengan memperhatikan
fakta materil baik berupa orang , tempat dan waktu35
1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum

normative yang meneliti hukum dari perspektif internal dengan objek penelitian.Oleh
karena itu mengacu pada putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada serta
melihat sinkronisasi aturan satu dengan yang ainnya secara hirarki.36Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan analisisnya pada proses
penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis dinamika hubungan
antarfenomena yang diamati menggunakan ligika ilmiah.37
2.

Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.Dengan

teknik deskriptif dimaksudkan penelitian memaparkan adanya tentang suatu peristiwa
hukum atau kondisi hukum dalam kasus dihadapi. Memaparkan apa adanya
maksudnya

dengan

disertai

tanggapan

pribadi

peneliti

yang

memfokuskan

pengumpulan semua peraturan perundang-undangan terkait dengan Bea Perolehan Hak
atas tanah dan Bangunan. Melakukan pengkajian terhadap buku, peraturan perundang34

Ibid hlm., 134
Abu Yasid, Apek-Aspek penelitian Hukum Islam-Hukum Barat (Yogyakarta, pustaka Pelajar
,2010),hlm., 76
36
Zainuddin, Ali, Metode Peelitian Hukum(Jakarta,Sinar Grafks, 2014),hkm., 105
37
Saifuddin Azwar, Opcit., hlm 7
35

Universitas Sumatera Utara

22

undangan yang berhubungan dengan pengaturan hukum dan impiikasi pelaksanaanya
di Indonesia maupun hukum yang diputuskan melalaui proses pengadilan.
3.

Sumber Data
Sumber data yang digunakan primer yaitu bahan hukum yang mengikat dan

terdiri dari38 Bahan Hukum/sumber primer adalah bahan pustaka yang berisikan
penegtahuan ilmiah yang baru dan mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta
yang diketahui maupun mengenai suatu gagasan 39
a. Peraturan Perundang-undnagan
Undang-Undang Pokok Agraria No. 5Tahun 1960
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Undang-Undang No 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan PPAT
Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peraturan Pelaksana
Perauran Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997
a.

Bahan Hukum sekunder, yang memberikan gambaran penjelasan mengenai
bahan hukum sekunder seperti misalnya rancangan undang-undang, hasil

38
39

Saifuddin Azwar, Opcit,hlm., 7
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta, Sinar Grafika, 1991),hlm., 52

Universitas Sumatera Utara

23

penelitian selain itu bahan hukum yang berkaitan dengan konsep hukum
yang digunakan dalam tesis ini misalnya journal, text book
b.

Bahan Hukum tersier, bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan bahan hukum primer dan sekunder.

4.

Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya

serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data penelitian diperoleh melalui
studi dokumen dilakukan dengan studi kepustakaan yang berhubungan dengan topik
yang akan diteliti. Dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
teknik wawancara dengan beberapa notaris senior, junior.

5.

Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola

thema dengan maksud untuk memahami maknanya, Analisis data adalah menggunakan
metode tafsiran yaitu memberikan makna kepada analisis, mencari hubungan antara
konsep. Tesis ini menggunakan data kualitatif.data kualitatif bersifat rinci sehingga
panjang lebar. Akibatnya data kualitatis bersifat spesifik terutama untuk meringkas
data dan menyatukannya dalam suatu alur analisis yang mudah dipahami.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kualitas Pelayanan Pengurusan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo)

21 258 133

Pengakuan Penguasaan Dan Pendudukan Tanah Tanpa Alas Hak Kepemilikan Yang Berakibat Sengketa: Studi Kasus Putusan MA NO. 2511K/PDT/1995 Tanggal 09 September 1997

1 68 136

Problematika Yang Terjadi Dalam Mewujudkan Perlindungan Dan Kepastian Hukum Terhadap Pemegang Hak Atas Tanah (Studi Di Kantor Pertanahan Kota Batam)

1 44 145

Analisis Hukum Terjadinya Pengalihan Hak Atas Tanah Atas Dasar Penguasaan Fisik (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No.475//Pk/Pdt.2010).

5 41 132

Analisis Hukum Terhadap Sengketa Akibat Peralihan Hak Atas Tanah : Studi Mengenai Akta Yang Dibuat..

0 64 5

Tanggung Jawab dan Kewenangan PPAT dalam Membantu Pihak Terkait Atas Kelengkapan dan Pelayanan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Putusan MA Nomor : 46 PK PID 2013)

0 0 12

Tanggung Jawab dan Kewenangan PPAT dalam Membantu Pihak Terkait Atas Kelengkapan dan Pelayanan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Putusan MA Nomor : 46 PK PID 2013)

0 0 2

Tanggung Jawab dan Kewenangan PPAT dalam Membantu Pihak Terkait Atas Kelengkapan dan Pelayanan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Putusan MA Nomor : 46 PK PID 2013)

0 3 41

Tanggung Jawab dan Kewenangan PPAT dalam Membantu Pihak Terkait Atas Kelengkapan dan Pelayanan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Putusan MA Nomor : 46 PK PID 2013) Chapter III V

0 0 35

Tanggung Jawab dan Kewenangan PPAT dalam Membantu Pihak Terkait Atas Kelengkapan dan Pelayanan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Putusan MA Nomor : 46 PK PID 2013)

0 1 3