EKSISTENSI SITU CINYASAG DAN PERANANNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT SEKITAR | Gunawan | Jurnal Artefak 4 1518 1 PB

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
EKSISTENSI SITU CINYASAG DAN PERANANNYA
TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT SEKITAR

Agus Gunawan
Program Studi Pendidikan Sejarah-FKIP-UNIGAL
artefak@unigal.ac.id

ABSTRAK
Eksistensi Situ Cinyasag Dan Peranannya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar. Penelitian
ini membahas keberadaan Situ Cinyasag terutama bagi masyarakat di sekitarnya, Situ tersebut
memiliki arti yang sangat penting. Selain memliki nilai sejarah Situ Cinyasag juga memiliki
nilai sosial budaya, karena merupakan sumber mata air dan berfungsi menjaga keseimbangan
alam. Secara tidak langsung pada umumnya Situ berperan sebagai penghasil oksigen melalui
proses fotosintesaoleh berbagai fitoplankton yang hidup di dalamnya. Metode yang digunakan
adalah: pemilihan topik; pengumpulan sumber data; verifikasi (kritik sejarah baik bersifat
intern maupun ekstern); interpretasi; penulisan sejarah atau historiografi. Hasil penelitian ini
bahwa ajaran dan pepatah luhur dari para pendahulu masyarakat Cinyasag dihormati dan
dijunjung tinggi sampai generasi sekarang seperti hal-hal yang dianggap tabu, pantanganpantangan maupun anjuran-anjuran masih tetap dilaksanakan dan dipatuhi oleh sebagian
besar masyarakat. Meskipun ada pula anggapan sebagian orang bahwa hal tersebut adalah
sesuatu yang bersifat takhayul (tidak mungkin dan mengabaikannya). Berbagai aktifitas

masyarakat tidak dapat dipisahkan dari peranan Situ Cinyasag seperti dalam kehidupan
keagamaan, sosial dan ekonomi. Upaya pelestarian Situ dilakukan masyarakat dengan
membuat terasering yang tujuanya mencegah terjadinya erosi. Pemerintah setempat juga
menerapkan larangan melakukan penebangan pohon khususnya di area sekitar Situ, apabila
terjadi pelanggaran dikenakan denda. Semua itu dilaksanakan supaya kelestarian Situ tetap
terjaga.
Kata Kunci: Situ Cinyasag, Karakteristik dan Budaya, Kehidupan Masyarakat Sekitar

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan
seiring dengan perkembangan zaman telah
mengalami pemutakhiran yang melibatkan penelitian yang bersifat ilmiah. Demikian halnya
langkah-langkah penelusuran sebuah objek
yang memiliki peranan penting dalam suatu
lingkungan masyarakat lebih baik dikaji
melalui berbagai sumber referensi masa lalu
yang dapat digunakan sebagai pedoman. Referensi tersebut dapat berupa naskah kuno,
benda-benda peninggalan, situs-situs, dan berbagai sastra lisan, serta buku-buku lain yang
berkaitan terbitan pada masa kini. Suatu pe-


ninggalan sejarah merupakan khazanah budaya yang memiliki arti penting serta berfungsi sebagai sumber-sumber data atau bukti
sebagai objek pengetahuan, cermin sejarah
dan budaya bangsa, sebagai media pendidikan, pembinaan maupun pengembangan nilainilai budaya bangsa sepanjang masa dan sebagai media pemupukan kepribadian bangsa
sekaligus sebagai alat ketahanan nasional. Dalam cerita sejarah tidak dapat dilepaskan dari
tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang dan
waktu.
Manusia merupakan unsur sentral atau
sebagai pemegang peranan utama, karena itu
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

|1

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
manusia sangat menentukan dalam suatu peristiwa. Sejarah merupakan bagian dari sejarahnya manusia, maka peristiwa yang di kaji
pun adalah peristiwa yang berkaitan dengan
manusia. Suatu peristiwa ada yang berlangsung cepat (revolusi) ada juga yang berlangsung lama (evolusi) atau juga dapat bersifat
kompleks dan bersifat sederhana tergantung
pada kondisi manusia dan lingkungan yang
ada.

Ruang Merupakan tempat terjadinya
suatu peristiwa secara langsung berkaitan dengan aspek geografis. Dan waktu merupakan
unsur penting dalam sejarah karena merupakan studi tentang aktivitas manusia dilihat dari
kurun waktunya sehingga waktu menjadi unsur dan konsep dalam sejarah. Dari unsur
waktu inilah dalam sejarah sifat kronologis
menjadi sangat penting. Unsur waktu dan sifat
kronologis dalam kajian sejarah dikenal dengan konsep periodisasi.
Bukti-bukti peninggalan sejarah para
ahli atau oleh sebagian khususnya di Desa
Cinyasag Kecamatan Panawangaan Kabupaten Ciamis ini masih banyak yang belum diketahui oleh para ahli atau oleh sebagian warganya sendiri. Suatu hal yang esensial apabila
suatu saat peninggalan sejarah tersebut di
ekskavasi dan golongan lain merekonstruksikannya sendiri sehingga kurang bersandar
pada fakta, akibatnya bukan saja kurang bernilai tetapi juga kurang bermakna terhadap hal
yang sebenarnya atau dengan kata lain tidak
otentik.
Fenomena itu sering kali terjadi khususnya pada bangsa Indonesia, sehingga perlu
dijaga kelestariannya sebagai bentuk peninggalan kebudayaan sejarah yang ada, seperti
yang dikemukakan oleh E.B Taylor “kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang di

dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.
Selain faktor penyebab di atas, sering
kali adanya penafsiran terhadap apa yang disebut sejarah. Sejarah merupakan rekonstruksi
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya

2 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

masa lalu dan salah satu yang termasuk
sejarah sebagai riwayat adalah Situ Cinyasag.
Situ Cinyasag berhubungan dengan berdirinya Desa Cinyasag yang berada di Kec.
Panawangan Kabupaten Ciamis. Berdasarkan
buku Riwayat Desa Cinyasag Dan Masyarakatnya Dari Masa Ke Masa, ditambah hasil
wawancara dengan Bapak Enah selaku juru
kunci menyatakan bahwa Situ tersebut adalah
Situ buatan yang di bendung oleh seorang
tokoh bernama Buyut Bugel dibantu oleh kedua anaknya yakni Partalaksana dan Wangsaparana tahun 1617. Air Situ Cinyasag tidak
pernah surut meskipun pada musim panas
(kemarau) karena mata airnya terus mengalir
sehingga masyarakat Cinyasag tidak pernah
mengalami kekeringan. Setiap makhluk hidup

tentunya tidak dapat terlepas dari air yang dijadikan sebagai sumber utama dalam kehidupan sehari-hari.
METODE PENELITIAN
Suatu penelitian merupakan upaya untuk menambah dan memperluas pengetahuan
serta memperkuat teori-teori yang sudah ada,
atau bahkan menyangkal teori-teori yang ada.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia kata
penelitian diartikan sebagai suatu pemeriksaan
yang diteliti. Kata penelitian atau penyelidikan digunakan sebagai padanan kata research
dalam bahasa Inggris. Kata research berasal
dari bahasa latin reserare yang berarti mengungkap atau membuka (Goldstein, 1963, di
dalam buku metode penelitian sosial, oleh
DR. Irawan Soehartono 1995). Dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai riset, jadi research
atau riset adalah sebagai mengungkapkan atau
membuka pengetahuan karena dengan pengetahuan baik yang telah ada maupun yang belum ditemukan dianggap sudah ada atau tersembunyi di alam yang hanya memerlukan
pengungkapanya. Riset atau penelitian merupakan kegiatan yang sistematik yang dimaksudkan untuk menambah pengetahuan baru
atas pengetahuan yang sudah ada dengan cara
yang dapat dikomunikasikan dan dapat dinilai
kembali (Macdonald,1960) didalam buku metode penelitian sosial, oleh DR. Irawan


Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
Soehartono 1995). Suatu penelitian merekonstruksi apa yang terjadi pada masa lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar
mampu menggambarkan, menjelaskan, dan
memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. jadi penelitian merupakan upaya untuk menambah dan memperluas pengetahuan, selain untuk memperluas
pengetahuan yang baru sama sekali yaitu yang
sebelumnya belum ada atau belum dikenal
juga termasuk pengumpulan keterangan baru
yang bersifat memperkuat teori-teori yang
sudah ada atau bahkan juga menyangkal teoriteori yang sudah ada. Agar hasil penelitian
yang diketemukan dapat menjadi pengetahuan
yang teruji, maka setiap penelitian harus dapat
diulangi kembali agar dapat ditentukan kebenaranya. Maka tersirat pengertian bahwa kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian
mengikuti prosedur yang baku yang juga
dapat dilakukan oleh orang lain yang ingin
mengulangi penelitian dimaksud untuk mengetahui keajegan atau kebenaran ilmu yang
didapat. (Irawan Soehartono 1995: 1)
Dengan demikian jelaslah bahwa penelitian bukanlah merupakan kegiatan yang bersifat pribadi yaitu kegiatan yang hanya untuk
seseorang secara terbatas melainkan merupakan kegiatan yang bersifat publik yaitu untuk
kepentingan dunia ilmu pengetahuan secara
luas. Jadi hasil-hasil penelitian perlu dan harus dikomunikasikan kepada orang lain.

Metode mempunyai peranan yang penting dalam sebuah penelitian ilmiah, karena
berhasil atau tidaknya tujuan yang hendak dicapai dalam suatu penelitian tergantung pada
penggunaan metode yang tepat. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian suatu peristiwa dan permasalahannya. Metode
tersebut terdiri dari serangkaian langkah atau
prosedur yang harus ditempuh oleh si speneliti
dalam melakukan penelitiannya agar dapat
berlangsung secara obyektif. Dengan kata
lain, metode penelitian adalah instrumen uhtuk merekonstruksi peristiwa sejarah (history

as past actuality) menjadi sejarah sebagai
kisah (history as writtsen). Dalam ruang lingkup Ilmu Sejarah, metode penelitian itu disebut metode sejarah. Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian, pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan (5 W dan 1 H) yang merupakan elemen
dasar penulisan sejarah, yaitu what (apa),
when (kapan), where (dimana), who (siapa),
why (mengapa), dan how (bagaimana).
Metode yang dipandang sesuai dengan
pokok permasalahan penelitian ini serta sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai adalah
metode sejarah historis. Secara umum penelitian historis merupakan penelaahan terhadap
sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara
sistematis atau dapat dengan kata lain yaitu

penelitian yang mendeskripsikan gejala, tetapi
bukan yang terjadi pada waktu penelitian
dilakukan. Metode Penelitian historis membuat rekontruksi secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan
bukti-bukti, mendukung fakta-fakta guna
memperoleh kesimpulan yang kuat. Di mana
terdapat hubungan yang benar-benar utuh
antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat
secara kronologis.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Situ
Perairan Situ merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang berair tawar
dan umumnya relatif kecil. Istilah Situ biasanya digunakan oleh masyarakat Jawa Barat
untuk sebutan Danau kecil, di beberapa
daerah Situ disebut juga Embung. Ukuran Situ
yang relatif kecil menyebabkan keberadaannya terancam oleh tingginya laju sedimentasi.
Aktivitas masyarakat di daerah aliran sungai
sangat berpengaruh pada proses pendangkalan
Situ. Perairan Situ berfungsi untuk menampung air, menjaga keseimbangan alam, dan
menopang kehidupan masyarakat. Situ adalah
wadah genangan air di atas permukaan tanah

yang terbentuk secara alami maupun buatan,
di mana sumber airnya berasal dari mata air,
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

|3

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
air hujan, ataupun lintasan air permukaan. Situ
alami dan Situ buatan memiliki perbedaan
utama yang terletak pada proses pembentukannya. Situ alami merupakan Situ yang
terbentuk karena proses alami sedangkan Situ
buatan adalah Situ yang terbentuk karena
aktifitas manusia. Situ memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena merupakan cekungan yang dapat menampung air
tanah dan limpasan air permukaan, dengan
demikian keberadaan Situ dapat mencegah
terjadinya bencana banjir pada musim hujan
dan mencegah terjadinya kekeringan pada
musim kemarau. Di sekitar Situ biasanya dijadikan lahan pertanian karena tanahnya subur, kesuburan ini disebabkan oleh adanya
proses penambahan unsur hara dari hasil sedimentasi. Secara tidak langsung berperan sebagai penghasil oksigen melalui proses fotosintesa oleh berbagai macam fitoplankton

yang hidup di dalamnya. Karena pentingnya
perairan Situ bagi kehidupan, maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang bersifat terpadu
dalam menjaga kelestariannya sebagai bentuk
peninggalan sejarah. (http://id danau.blogspot.
com).
Tradisi lisan
Peninggalan-peninggalan bersejarah yang dipakai sebagai bahan untuk menyelidiki
dan mempelajari sejarah disusun sedemikian
rupa sehingga dapat dimengerti. Tanpa adanya
sumber-sumber, tidak mungkin sejarah dapat
bersifat objektif dan dapat dimengerti makna
maupun artinya. Manusia menggunakan sumber-sumber untuk mempelajari dan mencari
kebenaran tentang peristiwa atau kejadian
yang telah berlangsung. Kebenaran akan dapat
diraih apabila sumber-sumber yang dijadikan
bahan suatu penelitian itu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. (bersifat objektif).
Dalam memahami masa lalu masyarakat melihat alam sebagai suatu bagian terpenting dalam menentukan perubahan diri dan
lingkungannya. Alam merupakan realitas kehidupan dan dirinya merupakan bagian dari
alam. Manusia pada masa lalu masih memiliki
sikap sangat menghormati alam. Penjelasan

Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya

4 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

terhadap asal-usul suatu tempat itu lebih banyak berupa tradisi lisan. Tradisi lisan merupakan cara yang dilakukan oleh masyarakat
dalam merekam dan mewariskan masa lalu
dari masyarakatnya. Perekaman dan dan pewarisan masa lalu menjadi kebudayaan yang
dimiliki oleh pendukung tradisi tersebut. Ada
beberapa hal yang menjadi ciri tradisi lisan
yakni pertama berupa pernyataan-pernyataan
lisan yang diucapkan, dan yang kedua tradisi
lisan berasal dari generasi sebelumnya. (Agus
Mulyana, dkk. 2009:12).
Kebudayaan
Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lainnya sehingga manusia dapat
digolongkan sebagai makhluk sosial. Manusia
memiliki dorongan untuk berhubungan atau
berinteraksi. Ada kebutuhan sosial (social
need) untuk hidup berkelompok dengan orang
lain. Dari adanya interaksi tersebut maka di
sinilah awal dari munculnya suatu kebudayaan.
Budaya adalah bentuk jamak dari kata
Budi dan Daya yang berarti cinta, kersa, dan
rasa. Dilihat dari sudut bahasa Indonesia kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta
“Budhayah” yang berarti Budi atau Akal. Jadi
kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil
usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya. Banyak para ahli yang mengartikan
makna Kebudayaan, seperti yang dikatakan
oleh E. B. Taylor seorang antropologi Inggris
yang mendefinisikan kebudayaan atau culture
sebagai: “That complex whole which includes
knowledge, bilief, art, morals, law, custom,
and any ather capabilities and habits
acquired by man as member of society”.
Artinya kebudayaan itu memiliki sifat kompleks, banyak seluk beluknya dan merupakan
totalitas, keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, custom, kapabilitas, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
diperoleh manusia dalam masyarakat. Pencipta kebudayaan adalah manusia, fokus kebudayaan adalah masyarakat. (Elly M. Setiadi,
dkk. 2007: 27)

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
Di dalam masing-masing kesatuan kemasyarakatan yang membentuk bangsa, baik
berskala kecil maupun besar terjadi prosesproses pembentukan dan perkembangan budaya yang berfungsi sebagai penanda jati diri
bangsa tersebut. Suatu gambaran sejarah kebudayaan yang menyeluruh akan memberikan
paparan mengenai perkembangan budaya
yang lebih jelas. Adapun berbagai aspek dari
sejarah kebudayaan yang dapat ditonjolkan
misalnya aspek perkembangan internal di
dalam suatu masyarakat. Teori-teori mengenai inovasi dan evolusi terkait dengan perkembangan internal itu. Dapat pula dengan
menonjolkan aspek lain misalnya hubungan
pengaruh yang terjadi dengan pihak-pihak diluar masyarakat yang diteliti. Penyusunan
suatu sejarah kebudayaan sangat bergantung
pada data budaya dari masa lalu, maka atas
data tersebut dapat dilakukan interpretasi. Data masa lalu itu dapat berupa benda seperti
kapak, alat makan atau yang lainya, selain itu
ada pula yang berupa teks. Sedangkan yang
berupa non benda seperti bekas parit, bekas
lubang tiang, Situ dan sebagainya. Bentukbentuk peninggalan tersebut memberikan data
mengenai lingkungan atau keadaan alam tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap
kebudayaan yang berasosiasi dengannya.
Menurut Harsya W. Backhtiar 1987; 3
dalam buku yang berjudul Sistem Sosial Budaya Indonesia yang diterbitkan tahun 2006
oleh Jacobus Ranjabar, S.H., M.Si. menyatakan fenomena budaya saling berkaitan dipandang sebagai bagian dari sistem yang lebih
besar di kepulauan Indonesia. Masing-masing
sistem budaya mengatur seluruh aspek kehidupan orang-orang yang dianggap lebih penting dan menganggap dirinya sebagai pemilik
sistem itu.
Ritual Sebagai Bagian Dari Tradisi
Ritual merupakan teknik (cara, metode), dan pola-pola pikiran yang dihubungkan
dengan gejala yang memiliki ciri-ciri mistis
dalam suatu adat kebiasaan. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat sosial dan
agama. Bentuk dari ritual ada yang bersifat

individu ada pula secara berkelompok. Dilihat
dari wujudnya ritual dapat berupa upacaraupacara tertentu. Upacara merupakan rangkaian tindakan dan perbuatan yang terikat
pada aturan-aturan tertentu berdasarkan adat
istiadat, agama maupun kepercayaan. Tujuan
upacara dilaksanakan:
a) Sebagai bentuk usaha untuk mencari uhbungan dengan tuhan, dewa, atau makhluk
halus lainnya yang diyakini mendiami
alam ghaib.
b) Sebagai upaya menghindarkan diri dari kemarahan para dewa yang sering kali diwujudkan dengan berbagai malapetaka dan
bencana.
c) Sebagai alat legitimasi tentang asal usul
masyarakat yang terkait dengan legenda.
d) Sebagai alat pemersatu wilayah sekaligus
memperkokoh legitimasi kekuasaan pemerintah pusat terhadap wilayah jajahannya.
Jenis-jenis upacara yang dikenal dengan kehidupan masyarakat Indonesia adalah
upacara penguburan, upacara perkawinan,
upacara pengukuhan kepala suku, upacara
sebelum berperang, upacara pada hari-hari keagamaan, serta upacara dalam upaya memelihara tradisi-tradisi tertentu. Selain upacara,
wujud dari pelaksanaan ritual dilaksanakan
pula dalam bentuk do’a-do’a, tarian, drama,
maupun kata-kata seperti penyebutan kata
“amin”, dan lain sebagainya.
Hal paling utama dalam proses ritual
terletak pada pelaksanaannya sehingga orangorang cenderung memfokuskan pada teknik
ritual tersebut. Teknik pelaksanaan ritual pada
umumnya rumit dan panjang sehingga hanya
orang tertentu yang dipercaya dan dijadikan
pemimpin dalam pelaksanaan ritual. Pada
masyarakat tradisional tata cara ritual dilaksanakan dengan pemberian persembahan atau
sesaji, mulai dari bentuk sederhana seperti
persembahan buah-buahan dan umumnya dilaksanakan di ladang atau di hutan. Dalam pelaksanaannya ritual tidak dapat dipisahkan
dari tradisi atau adat istiadat yang masih ada
dalam masyarakat. (http://tradisi.blogspot.com
/2009).

Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

|5

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
Tradisi dan budaya merupakan beberapa hal yang menjadi sumber dari akhlak dan
budi pekerti. Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah
berproses dalam waktu lama dan dilakukan
secara turun-temurun dimulai dari nenek
moyang. Tradisi yang telah membudaya akan
menjadi sumber dalam berakhlak dan berbudi
pekerti seseorang. Manusia dalam berbuat
akan melihat realitas yang ada di lingkungan
sekitarnya sebagai upaya dari sebuah adaptasi
walaupun sebenarnya orang tersebut telah
mempunyai motivasi berperilaku yang sesuai
dengan tradisi yang ada pada dirinya. Di samping itu, manusia dalam berperilaku selalu
mengidentifikasikan dirinya dengan orang
lain. Dalam proses ini, keluarga dan lingkungan tempat tinggal merupakan hal yang
terdekat. Oleh karena itu, gambaran kehidupan yang berlangsung lama secara turuntemurun dari nenek moyangnya yang telah
menjadi tradisi diidentifikasikan sebagai perilaku dirinya. Dalam jangkauan waktu tertentu,
perilaku diri sendiri ini akan menjadi perilaku
kelompok atau masyarakat
Sebuah tradisi dijadikan sebagai simbol dalam pengungkapan perasaan (ekspresif)
masyarakat, sehingga untuk menjaga kelestarian sebuah tradisi upaya yang harus dilakukan yaitu dengan mewariskannya terhadap generasi berikutnya. Jadi intinya adat
istiadat merupakan suatu kebiasaan dalam
masyarakat secara turun temurun. Adat istiadat dikatakan sebagai tradisi, karena dilakukan secara terus menerus dari generasi ke
generasi, adat istiadat erat kaitannya dengan
kepercayaan atau religi. Sebagai manusia
yang beragama tentu mengetahui tata cara dalam melakukan peribadatan. Kita sebagai manusia dapat mengerti tata cara tersebut dari
orang-orang yang lebih dulu mengetahuinya
baik dari orang tua maupun didapat dari
orang-orang sebelumnya.
Religi berasal dari bahasa latin yaitu
“Religio” yang berarti mengikat kembali,
maksudnya dengan Religi seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan. Dalam tata cara beragama ada dua macam cara, yaitu secara traEksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya

6 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

disional dan rasional. Tradisional, yaitu cara
beragama yang berdasarkan tradisi. Cara ini
mengikuti cara beragama nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kepercayaan atau cara
beragama seperti ini kuat dalam beragama-nya
dan sulit menerima hal-hal keagamaan yang
baru, karena mereka sangat memegang teguh
pendirian dan warisan dari nenek moyang
mereka sehingga golongan ini bisa disebut
golongan fanatik. Sedangkan rasional, yaitu
cara beragama yang berdasarkan kemampuan
penggunaan rasio, mereka selalu berusaha
memahami dan menghayati ajaran agamanya
dengan pengetahuan serta ilmu dan pengalamannya.
Mereka pada umumnya berasal dari
orang yang beragama secara tradisional atau
formal, bahkan orang yang tidak beragama sekalipun, karena beragama secara rasional merupakan kepercayaan yang tumbuh dari dalam
diri penganut itu sendiri setelah mempelajari
dan mempertimbangkan apa yang menjadi kepercayaannya tanpa ada bujukan atau paksaan
dari siapapun dan golongan manapun. Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No. 1/PNPS/
1965 junto undang-undang No. 5/1969 tentang pencegahan penyalahgunaan dan penodaan agama, dalam penjelasannya bahwa agama-agama yang dianut oleh sebagian besar
warga/penduduk Indonesia adalah Islam,
Kristen, katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh
tumbuh dan berkembang di Indonesia. Bahkan
pemerintah berkewajiban mendorong dan
membantu perkembangan agama-agama tersebut. Namun pada dasarnya setiap orang
berhak menentukan agama dan kepercayaannya mereka masing-masing.
Dalam masyarakat terdapat pula ceritacerita mitos, Mitos merupakan salah satu produk dari tradisi lisan yang berupa cerita tradisional (prosa rakyat) yang diyakini benar
terjadi pada masa lampau. Dalam bahasa Yunani mitos atau mite (myth) berarti alur pemberian hubungan antara manusia, dewa, alam
semesta, dan pengalamannya. Cerita mitos di

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
indonesia antara lain Dewi Sri, Nyi roro kidul,
serta terdapat pula tokoh-tokoh lainnya. Mitos
merupakan sebuah cerita pemberi pedoman
dan arahan tertentu terhadap sekelompok
orang. Karakteristik mitos terletak pada kejadian-kejadian dimana manusia menyadari
dan menjelaskan esensi mutlak dari keberadaan sekaligus memberikan kesatuan makna
bagi masa kini, masa lampau dan masa yang
akan datang. Ceita tentang suatu hal yang
berbentuk mitologi pada setiap daerah terkadang ada yang sama dan ada pula cerita itu
hanya dimiliki oleh daerah tersebut. (Agus
Mulyana, dkk. 2009: 18). Untuk keberadaan
Situ Cinyasag terdapat persepsi masyarakat
sekitar yang mengandung hal dianggap tabu,
aturan-aturan, maupun anjuran. Di dalam setiap tradisi tersebut terkandung suatu makna
tertentu, untuk lebih jelasnya akan diuraikan
pada bab pembahasan. Situ Cinyasag berhubungan dengan berdirinya Desa Cinyasag,
sekarang letak Situ tersebut berada di Desa
Girilaya yang telah dimekarkan (dipisahkan).
Tepatnya di Dusun Cipeuteuy Kecamatan
Panawangan Kabupaten Ciamis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Latar Belakang Keberadaan Situ Cinyasag
Desa Cinyasag pada awalnya bernama
Muncang Pandak yang didirikan oleh Buyut
Bugel dan Wargadijaya dibantu keturunan-keturunan mereka. Dalam pembangunannya mereka bekerjasama membangun rumah, membuka hutan, berladang dan bersawah. Muncang Pandak merupakan daerah yang termasuk dalam kekuasaan Cirebon pada waktu
itu dipegang oleh Pangeran Pasarean. Umbul
Muncang pandak didirikan tahun 1567 yang
dihitung sejak dimulainya membuka hutan.
Muncang Pandak dipimpin oleh seorang Dalem bernama Mangkuratbumi yang
berasal dari Kanoman Cirebon. Pada tahun
1570 Cirebon disatukan dengan Mataram sehingga Mucang Pandak diwajibkan untuk
melakukan seba (mengadakan pertemuan dengan pejabat-pejabat pemerintahan) di Mataram dan Cirebon (P.S. Sulendraningrat, 1984:
13). Sebab tersebut diadakan satu tahun sekali

karena perjalanannya sangat jauh dan sukar
ditempuh, lamanya perjalanan antara Muncang Pandak dan Mataram memerlukan waktu
satu bulan. Dalem Mangkuratbumi memerintah selama 28 tahun 4 bulan. Beliau meninggal di Kanoman Cirebon dan digantikan
oleh Aria Salingsingan. (H.S. Sutisnamiharja,
2002: 8)
Pada masa pimpinan Aria Salingsingan
Muncang Pandak masih diwajibkan untuk
mengadakan seba ke Mataram dan Cirebon.
Dalam setiap seba Aria Salingsingan ditemani
oleh Buyut Bugel. Raja Mataram yang ketiga
yaitu Mas Rangsang bergelar Sultan Agung
memerintah pada tahun 1613-1645. Pemerintahannya berpusat di Yogyakarta beliau adalah raja ke tiga, raja pertama adalah Sutawijaya kemudian diganti oleh mas Jolang barulah Sultan Agung yang membawa Mataram
pada puncak kejayaan. Masa kejayaanya mencapai selama 32 tahun. Wilayah kekuasaan
Mataram meliputi hampir seluruh pulau Jawa,
Sultan Agung sangat membenci VOC yang
berkedudukan di Batavia (Jakarta sekarang)
karena para kompeni mengincar pulau Jawa.
Sehingga Mataram terlibat dalam perang yang
berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa Daerah maupun dengan VOC.
Berdasarkan buku Riwayat Desa Cinyasag
Dan Masyarakatnya Dari Masa Ke Masa, dijelaskan bahwa pada saat Mataram bermaksud
menghancurkan kompeni, segala persiapan terus dilaksanakan untuk memperkuat pertahanan terutama angkatan perangnya. Meriam
kesayangan Mataram yang bernama Meriam
Sapujagat pada waktu itu tidak dapat digunakan karena mengalami kerusakan. Semua
panday besi telah dipanggil untuk memperbaikinya, tetapi tidak ada seorang pun yang
berhasil. Mendengar berita bahwa di Muncang
Pandak ada seorang panday besi yang memiliki keahlian khusus bernama Sumeget, maka
Sultan memanggil dan menyuruh memperbaikinya. Atas perintah Sultan, maka Sumeget
berangkat bersama seorang pengiringnya bernama Indrapatra (Putra Buyut Bugel). Setelah
sampai di Mataram, Sumeget langsung menghadap Sultan dan mulai memperbaiki Meriam
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

|7

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
Sapujagat tersebut. Sumeget memperbaiki
meriam itu namun tidak menggunakan perkakas selayaknya tukang panday besi. Pada
akhirnya meriam dapat digunakan kembali,
Sultan merasa bangga terhadap Sumeget sehingga diberi gelar Kasip yang berarti terakhir
atau paling belakang. Hal ini disebabkan telah
banyak yang memperbaiki meriam tersebut
sebelum Sumeget. Kebanyakan orang-orang
Cinyasag sekarang sering mengatakanya dengan sebutan” Panday Kasep”. Panday kasep
wafat dan dimakamkan di sebuah bukit yang
diberi nama Gunung Sumeget, letaknya sebelah selatan Tonjong Dusun Cigobang Kec.
Panawangan.
Namun tidak lama kemudian Sumeget
meninggal dunia, maka diperintahkanlah Aria
Salingsingan (Dalem Muncang Pandak) beserta Bugel untuk menghadap Sultan menerima
air sebagai tanda terima kasih Sultan atas jasa
Sumeget. Kemudian Buyut Bugel diperintah
untuk mencari tempat air yang tepat untuk
menyimpan air tersebut, danpada tahun 1617
Muncang Pandak diganti namanya menjadi
Cinyasag. Menurut cerita dari mulut ke mulut
Desa Muncang Pandak atau Cinyasag Sekarang, dulu masyarakatnya sulit untuk mendapatkan air bersih untuk digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka Buyut Bugel beserta kedua putranya yakni Partalaksana dan
Wangsaparana membuat Situ dekat mata air,
kemudian dicurahkanlah air pemberian Sultan
Mataram tersebut. Sejak saat itu terbendunglah sebuah Situ bernama Situ Cinyasag di
mana air Situ Cinyasag tidak pernah surut
meskipun pada musim kemarau, mengalir
terus sehingga masyarakat Cinyasag tidak pernah mengalami kekeringan. Setiap makhluk
hidup tentunya tidak dapat terlepas dari air
terutama manusia yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk minum, irigasi (pengairan sawah), mengairi
kolam, dan kebutuhan lainya. Sejak saat itu
Cinyasag diwajibkan memperluas lahan pertaniannya dengan catatan apabila penggarapan
lahan pertanian selesai, maka Cinyasag dibebaskan dari seba ke Mataram.

Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya

8 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

Karakteristik Dan Budaya Masyarakat
Cinyasag
Karakteristik Dan Budaya suatu masyarakat dapat dilihat dari adat istiadat atau tradisi yang dilakukanya. Adat istiadat atau
tradisi merupakan suatu kebiasaan dalam masyarakat secara turun-temurun. Adat istiadat
dapat pula dikatakan sebagai tradisi, karena
dilakukan secara terus menerus dari generasi
ke generasi. Sebuah tradisi dijadikan sebagai
simbol dalam pengungkapan perasaan (ekspresif) masyarakat, sehingga untuk menjaga
kelestarian sebuah tradisi, upaya yang harus
dilakukan yaitu dengan mewariskannya terhadap generasi berikutnya. Pada masyarakat
Cinyasag terdapat beberapa kebiasaan yang
sampai sekarang masih dipegang teguh oleh
masyarakat terutama orang tua dan generasi
muda yang masih menghormati pepatah dari
orang-orang pendahulunya. Adapun adat istiadat atau kebiasaan masyarakat Cinyasag
yang sifatnya peraturan-peraturan, petuah,
pantangan maupun anjuran, di antaranya adalah:
a. Ucapan Salam Ketika Berkunjung Ke Situ
Cinyasag
Di sekitar Situ Cinyasag terdapat makam. Makam tersebut sering di ziarahi oleh
masyarakat sekitar, biasanya setiap malam
Jum’at kliwon diadakan ritual berupa do’ado’a yang dilakukan oleh kuncen atau juru
kunci. Hal ini dilakukan untuk menghargai
orang terdahulu atas jasanya membuat sumber
air yang dikenal dengan Situ Cinyasag sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya sampai sekarang. Sebagai muslim, percaya bahwa makam merupakan rumah terakhir maka kita hendaknya mengucapkan salam.
Orang yang bekunjung tersebut biasanya mengirim do’a, membaca tahlil dan membaca
sholawat.
Ritual masuk makam sebenarnya hanya
sekedar ritual saja artinya ritual tersebut hanya
untuk mengingatkan bahwa kita suatu saat
akan meninggal dan dikubur. Berkunjung ke
makam ini dapat dikatakan untuk mencari
barokah dari para leluhur, syafaat dari nabi
akhir zaman Muhammad SAW, dan niatkan

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
karena Allah supaya mendapat pahala-nya.
Upaya pelestarian dalam menjaga kebersihan
biasanya diurus oleh Bapak Enah selaku juru
Kunci Situ Cinyasag.
b. Ritual Sambutan dan Pamitan
Ritual merupakan teknik, cara dan polapola pikiran yang dihubungkan dengan gejala
yang memiliki ciri-ciri mistis dalam suatu adat
kebiasaan. Wujud ritual dapat berupa doa, tarian, drama, maupun kata-kata. Ritual Sambutan ini dilakukan apabila seorang laki-laki asli
berasal dari Cinyasag menikah dengan seorang wanita dari luar Cinyasag, maka proses
ritual ini dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya
kedua mempelai datang ke Situ bersama dengan seorang juru kunci (kuncen) untuk memimpin do’a. Sebagai orang muslim maka
do’a-do’a yang diucapkan diantaranya, AlFatihah, shalawat nabi.Sedangkan ritual
pamitan adalah kebalikan dari ritual
sambutan, dimana seorang wanita yang akan
menikah dengan seorang laki-laki dari luar
Desa Cinyasag maka dilaksanakan ritual
tersebut, untuk tata caranya sama dengan
proses sambutan dipimpin oleh seorang juru
kunci. (Hasil wawancara dengan Bapak Nono
S.pd, pada tanggal 11 Februari 2012).
Dalam proses kedua ritual tersebut
selain doa-doa yang diucapkan diikuti dengan
pembakaran kemenyan lengkap dengan
bunga-bunga dalam wadah yang (sesaji) telah
dipersiapkan. Hal ini memperlihatkan bahwa
masih melekatnya tradisi Hindu yang
terpelihara oleh masyarakat Cinyasag.Kita
ketahui sebelumnya bahwa dulu sebelum
orang-orang Indonesia memeluk Islam,
masyarakatnya telah terlebih dahulu memeluk
agama Hindu dan Budha. Penyebaran agama
Islam yang dilakukan oleh para wali
khususnya, sangat menarik.Salah satunya
adalah dengan tidak menghilangkan atau
melenyapkan secara langsung adat kebiasaan
yang telah ada sebelumnya, namun secara
perlahan hal ini dilakukan supaya dapat
menarik masyarakat untuk memeluk Islam.
Ritual tersebut mengandung pesan
luhur yang berhubungan dengan pemeliharaan

pelestarian adat istiadat atau kebiasaan para
leluhur terdahulu. Ritual sambutan sebagai
ungkapan penyambutan atau pengakuan menjadi bagian dari masyarakat Cinyasag, sedangkan pamitan merupakan pelepasan yang dilakukan untuk mengembara (ngumbara dari
bahasa Sunda) atau membina kehidupan perkeluarga diluar Desa Cinyasag. Pada dasarnya ritual tersebut dilaksanakan untuk mengingatkan kepada setiap generasi di Cinyasag
khususnya, supaya mencintai dan jangan melupakan Situ tersebut yang berhubungan dengan berdirinya Cinyasag, dimana memiliki
arti penting bagi setiap generasi untuk membangun kehidupan bermasyarakat dalam ketentranam dan keamanan. Dapat dibayangkan
apabila dalam lingkungan masyarakat tidak
tercipta suatu kehidupan yang aman tentunya
tidak dapat merasakan suatu keharmonisan
dan kerukunan dalam masyarakat.
c. Membawa Pakan Ikan Ketika Berkunjung
Ke Situ Cinyasag
Parab atau sebutan pakan dalam bahasa
Sunda adalah sejenis makanan untuk ikan.
Sebenarnya tidak ada ketentuan secara khusus
yang mewajibkan pengunjung yang datang ke
Situ Cinyasag untuk membawa Parab, namun
hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat
sekitar apabila berkunjung membawanya.
Parab tersebut dapat berupa roti, beras, snack,
atau yang lainnya.
Kebiasaan membawa Parab ke Situ
Cinyasag memperlihatkan bahwa masyarakat
Cinyasag sudah mengerti betul, bukan hanya
manusia yang memerlukan makanan untuk
mempertahankan hidupnya ikanpun sama. Kalau bukan kita sebagai manusia yang memberikanya lalu dari mana ikan-ikan tersebut
memperolehnya. Walaupun pada umumnya
ikan-ikan tersebut memakan sejenis tanaman
yang hidup di dalam air dan semacam plankton. Kebiasaan ini mengandung makna bahwa
sebagai manusia harus menjaga kelestarian
lingkungan.
d. Larangan Untuk Mengambil Ikan Dari Situ

Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

|9

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
Di Situ Cinyasag terdapat banyak ikan
dari yang ukuranya besar sampai berukuran
kecil. Menurut cerita, ikan-ikan tersebut datang dengan sendirinya (ikan yang dianggap
keramat) ditambah juga ada beberapa orang
warga yang menyimpannya di Situ Cinyasag
untuk ikut melestarikan atau supaya air yang
ada di Situ tetap terjaga kebersihannya. Ikanikan tersebut bercampur dan tidak pernah ada
orang yang berani mengambilnya meskipun
ikan tersebut dalam keadaan mati, hal ini merupakan suatu larangan (pantangan dalam
bahasa Sunda). Menurut cerita, barang siapa
yang memakannya makaorang tersebut akan
mendapat musibah, untuk memberitahukan
kepada orang-orang bahwa hal tersebut tidak
boleh dilakukan, cukup dengan istilah Pamali.
Pesan yang terkandung dalam kebiasaan ini adalah bahwa siapa saja yang berkunjung tidak boleh mengambil dan membunuh
ikan Situ Cinyasag supaya keberadaanya dan
kelesariannya tetap terjaga.
Peranan Situ Cinyasag Bagi Masyarakat
Sekitar
Air Situ Cinyasag selain berfugsi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk
pengairan sawah (irigasi), minum, mandi,
mencuci. Versi lain menyebutkan bahwa air
Situ tersebut dipercaya dapat menyembuhkan
berbagai penyakit. Seseorang yang mengalami
sakit baik luka dalam maupun luka luar dapat
merendam badanya di air Situ atau dengan
meminum langsung airnya. Masyarakat yang
datang tidak hanya dari lingkungan Desa
Cinyasag, namun dari luar Desa Cinyasag
yang mengetahuinya dan biasanya mereka
mengetahui dari mulut kemulut.
Dalam kebiasaan mengandung makna
bahwa setiap orang sangat tergantung pada air
sebagai sumber kehidupan sehingga perlu dijaga pelestarianya jangan sampai mencemarinya. Sebagai muslim percaya bahwa manusia
adakalanya terserang penyakit, hal tersebut
ada yang mengatur, manusia hanya perlu kiktiar yang menyembuhkan hanyalah Allah
SWT. Sebagaimana diketahui bahwa air memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, hal ini
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya

10 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

banyak diteliti para ahli bahwa manfaat air
untuk mandi yaitu: dapat meningkatkan metabolisme, mencegah cedera otot, mengatur kadar asam urat dalam tubuh, meningkatkan sirkulasi darah untuk menghilangkan racun ketika air mengenai permukaan kulit, membangun kekebalan tubuh, dapat mengurangi
rasa nyeri tubuh, meningkatkan kesehatan
fungsi ginjal, mengurangi pembengkakan,
dapat memperdalam pernapasan sehingga didak cepat lelah, mengeluarkan racun, menghilangkan stress. Selain untuk berendam manfaat air juga dirasakan pada saat diminum
yang berfungsi untuk memperlancar sistem
pencernaan sehingga badan terasa ringan dan
segar tubuh kita terdiri dari air sekitar 70 %
sehingga kurang minum menyebabkan dehidrasi. (www.manfaatkesehatan.com/2011/10).
Manfaat lain minum air lainya yaitu dapat
menghilangkan racun dalam tubuh, menyegarkan kulit, mencegah timbulnya batuk dan flu
ringan, mencegah terjadinya stroke dan serangan jantung. Dari banyaknya manfaat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa air memiliki banyak kegunaan. Bukan saja air dari
Situ yang memiliki banyak manfaat, namun
setiap air bersih pasti memiliki kesamaan
manfaat dalam menjaga kesehatan. Secara
umum manfaat itu Cinyasag bagi kehidupan
masyarakat sekitar di antaranya:
a. Kehidupan Beragama
Islam merupakan agama yang dianut
oleh masyarakat Cinyasag (Girilaya sekarang), bersifat agamis dan taat menjalankan
ajaran agama islam. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya kegiatan keagamaan seperti sembahyang di mesjid-mesjid dan mushola, pengajian-pengajian serta yang lainnya. Berbagai aktifitas tentunya tidak terlepaskan dari
keberadaan Situ Cinyasag, termasuk halnya
dalam bidang keagamaan. Dalam setiap melakukan peribadatan seorang muslim diwajibkan
untuk bersih dan suci, sehingga masyarakat
menggunakan air Situ untuk wudlu. Pada saat
penulis berkunjung tepatnya ke Dusun Cipeuteuy Desa Girilaya untuk mengadakan penelitian lapangan sedang dilaksanakan kegiatan
maulidan Nabi Muhammad SAW. Kegiatan

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
tidak hanya dilaksanakan di mesjid-mesjid
Dusun maupun mesjid Desa,namun maulidan
dilaksanakan pula pada sebagian besar rumahrumah warga, hal ini membuktikan be-sarnya
kesadaran masyarakat akan kewajiban serta
peran sebagai muslim dalam bidang keagamaan. Peran fungsi Situ Cinyasag memperlancar
setiap kegiatan masyarakat.
b. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Keberadaan Situ Cinyasag memiliki pengaruh pula terhadap bidang sosial masyarakat, hal ini dapat dibuktikan dengan masih
melekatnya berbagai adat istiadat atau tradisi,
petuah-petuah, serta berbagai anjuran maupun
pantangan-pantangan orang-orang terdahulu
yang dianggap memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat Cinyasag khususnya. Sedangkan pengaruh keberadaan Situ
Cinyasag dalam bidang ekonomi dapat dilihat
dari suburnya lahan pertanian warga masyarakat, dimana mereka dapat menghasilkan hasil
panenyang melimpah. Hal ini tentu saja tidak
terlepas dari peran fungsi Situ Cinyasag sebagai sumber mata air utama masyarakat
sekitar. Mereka memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari bergantung pada air Situ, salah
satunya adalah untuk irigasi. Di sekitar Situ
terdapat banyak selang-selang yang dipergunakan untuk berbagai keperluan warga,
namun hal ini tidak menjadikan air Situ surut
namun airnya tetap jernih dan mengalir setiap
saat. Masyarakat Cinyasag termasuk masyarakat yang aktif dan dinamis, ciri-ciri yang
dapat dijadikan catatan adalah:
1) Sebelum Indonesia merdeka masyarakat
Cinyasag telah membangun pesawahan
yang cukup luas sekitar 400 ha
2) Pengairan dibangun di seluruh pelosok
Desa, sehingga pada tahun 1874 di Desa
Cinyasag telah dibuat sebanyak 19 buah
saluran air untuk irigasi
3) Sejak Indonesia merdeka masyarakat Cinyasag terus membangun sarana fisik.
4) Bangunan fisik yang dibuat dengan cara
bergotong royong adalah:

a) Bale Desa
b) Bangunan mesjid Desa
c) Bangunan SD Cinyasag I, SD Cinyasag
II, SD Cinyasag III,SD Cinyasag IV,
dan SD Neglasari. Semua bangunan
sekolah dasar dibuat dengan permanen.
d) Bangunan Bale Dusun
e) Langgar-langgar dan mesjid di setiap
Dusun
f) Pengaspalan jalan
g) Pembuatan tiga buah lapangan olahraga
di Muncang Pandak, di Segong, dan di
Neglasari
Pembangunan fisik terus ditingkatkan
begitu pula dengan pembangunan mental apiritualnya bangunan dari pemerintah terus mengalir pada beberapa proyek di antaranya:
inpres, SD, rehabilitasi saluran air tambak
lara, tambak hurip dan batu karut. Pengaspalan jalan Desa, pembangunan mesjid jami
dari Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila
di Dusun Cirikip. Listrik masuk Desa diresmikan tanggal 19 juli 1986 oleh mayjen Edy
M.Achir. (H.S. Sutisnamiharja, 2002: 49).
Masyarakat Cinyasag memiliki ciri senang bergotong royong, serta tolong menolong sesama, sebagai contohnya dalam pembuatan rumah dikerjakan secara gotong proyong mereka membantu dengan menyumbangkan tenaga. Begitu pula dengan pekerjaan
lainnya seperti acara hajatan, baik upacara
perkawinan khitanan atau yang lainnya.
Pada zaman Belanda terdapat dua golongan dalam masyarakat, yaitu:
1) Golongan Masyarakat Rendah
Masyarakat Cinyasag khususnya menerima disebut dengan sebutan cacah kuricakan
(dalam bahasa Sunda) atau rakyat jelata. Rakyat gembel merupakan rakyat paling remdah
martabatnya, yang termasuk dalam golongan
gembel adalah para petani dan pedagang. Golongan ini merupakan golongan yang tingkat
pendidikannya rendah dan masyrakat golongan rendah lebih banyak dibandingkan dengan golongan priyai. Masyarakat Cinyasag
juga banyak yang mencari nafkah di luar daerah Cinyasag seperti ke Bandung, Jakarta,
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

| 11

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
serta daerah lain untuk berdagang dan banyak
yang berhasil. Biasanya mereka pulang berapa
kali dalam setahun atau pada saat ada acara
tertentu.
Masyarakat Cinyasag mayoritas bertani,
pembangunan pertanian dimulai sejak tahun
1874-1893 di mana jumlah penduduknya semakin bertambah. Tanahnya subur karena
adanya aliran air terutama dari Situ Cinyasag,
sehingga segala macam tumbuhan dapat tumbuh dengan baik. Selain perairan dari Situ
Cinyasag, mengalir pula sungai Cibubuhan,
sungai Cirikip, sungai Patahunan, sungai
Cikahome, sungai Cihambulu, sungai Cikerenceng. Pada setiap bagian mata air dari
sungai-sungai tersebut dibuatkan damyang dapat mengalirkan airnya keseluruh pelosok
Desa Cinyasag.
Pada akhir masa penjajahan Belanda
luas sawah Desa Cinyasag ada sekitar 400 ha,
setelah dipecah dengan Gardujaya menjadi
210ha. Pertumbuhan penduduk semakin meningkat tetapi belum diimbangi dengan penghasilan penduduk. Akhirnya pengolahan aswah di ubah dari satu tahun sekali menjadi
dua kali dalam setahun. Pupuk kandang berkurang karena setelah ada larangan bahwa di
dekat rumah warga tidak boleh memelihara
kambing dan ayam demi kesehatan. Pemupukan kemudian memakai pupuk pabrik seperti
TS dan urea. Pemilik sawah sudah diatur yaitu
sawah nomor, ada nomor besar danada nomor
kecil. Nomor besar diberi sawah sebesar 350
tumbak sedangkan nomor kecil 250 tumbak.
Masyarakat yang menjadi nomor pada umumnya adalah laki-laki dewasa atau kepala
keluarga yang mampu meleksanakan gawe
atau pekerjaan dalam bahasa Sunda. Para
nomor tersebut memiliki hak dan kewajiban,
sebagai berikut:
a. Hak-hak para pemilik sawah nomor:
1) Hak atas hasil dari sawah nomor yang
dimilikinya, apabila meninggal dunia
sawah tersebut diberikan kepada anak
laki-lakinya yang telah dewasa. Jika tidak memiliki anak laki-laki maka sawah nomor diberikan kepada yang lain
oleh kuwu atau kepala Desa.
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya

12 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

2) Mempunyai hak dipilih dalam pemilihan perangkat Desa. Semua perangkat
Desa atau pamong dipilih oleh rakyat
yang memiliki sawah nomor.
3) Hak pilih untuk menjadi perangkat
Desa seperti Kuwu, Kulisi, Lebe, Amil.
b. Kewajiban para pemilik sawah nomor:
1) Kewajiban melaksanakan pekerjaan
umum di desa seperti membuat jalan
memperbaiki selokan, membuat bangunan Desa.
2) Kewajiban menjaga ketertiban dan keamanan seperti ronda malam hari dan
kemit pada siang hari di Bale Desa.
3) Membayar pajak tanah sawah nomor
sesuai dengan ketentuanya.
Kewajiban para nomor menjadi hilang
setelah sawah nomor itu di beli pemerintah,
pekerjaan Desa akhirnya di pikul oleh semua
warga desa begitu pula haknya jadi sama.
Keahlian para petani dalam mengolah tanah
baik sawah maupun berkebun meningkat
sehingga dapat memenuhi segala kebutuhan.
(H.S. Sutisnamiharja, 2002: 26).
2) Golongan Priyai
Menurut Sunda seloka golongan priyai
disebut pula menak yaitu orang yang di enakenak. Pada saat acara selamatan atau yang
biasa disebut sedekah, makanan dijajarkan
seperti kerucut. Makanan bagian priyai
disediakan yang enak-enak dan ikan yang
besar-besar. Sedangkan bagian untuk masyarakat biasa sangat sederhana dengan ikan berukuran kecil. Untuk menduduki jabatan di pemerintahan untuk menjadi Bupati harus turunan dengan garis karir lulusan sekolah menak
yang kemudian menjadi mantri polisi, camat,
dan langsung menjadi bupati atau wedana.
Pada saat menghadap mereka harus menyembah dengan sebutan Bendoro Camat, Bendoro
Wedana atau Kanjeng Dalem. Dengan memiliki wibawa yang tinggi para pamong ini merupakan kaki tangan pemerintahan kolonial.

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
Ada sebuah lagu khas atau biasa disebut sisindiran yang biasa dinyanyikan anakanak pada saat bermain, berikut syairnya:
“Ayang-ayang gung
Gung goongna rame
Menak ki mastanu
Nujadi wadana
Naha mana kitu
Tukang olo-olo
Loba anu giruk
Ruket jeung kumpeni (VOC)
Niat jadi pangkat
Katon kagorengan
Katon kagorengan
Ngantos kanjeng Dalem
Lempa-lempi Lembong
Ngadu pipi jeung nu ompong”.
Apabila diperhatikan dari isi syairnya,
memiliki maksud menyindir terhadap para golongan priyai atau menak yang bekerja sama
dengan kompeni. (H.S. Sutisnamiharja, 2002:
26).
c. Bidang Keamanan
Dengan adanya petuah maupun larangan orang-orang terdahulu yang bersifat
turun-temurun, maka berpengaruh pada lingkungan Cinyasag khususnya dalam bidang keamanan. Hal ini dapat diperhatikan dari keadaan ikan dalam Situ yang masih tetap ada
dan terjaga. Masyarakat senantiasa menjaga
teguh petuah-petuah tersebut sehingga tidak
ada orang berani mengambil ikan dari Situ
Cinyasag meskipun sebenarnya letak Situ
agak jauh dari rumah-rumah warga sekitar. Ini
membuktikan tingginya kesadaran masyarakat
Cinyasag dalam menjaga tradisi yang dilakukan para leluhur terdahulu.
4. Upaya Pelestarian Situ Cinyasag
Dalam upaya pelestariannya masyarakat sekitar berusaha menjaga kebersihan
Situ Cinyasag, hal ini terlihat dari keadaan di
sekitarnya yang menimbulkan rasa nyaman,
udara yang segar tanpa polusi serta keadaan
alam yang sejuk dirasakan pengunjung yang
datang ke Situ Cinyasag. Upaya lain yang
dilakukan masyarakat dalam menjaga keles-

tarian Situ adalah membuat terasering yang
tujuanya mencegah terjadinya erosi.
Ketika turun hujan air mengalir pada
lembah-lembah yang telah dibuat tersebut.
Upaya pelestarian Situ juga tidak dapat
dilepaskan dari peran aparat setempat yang
senantiasa memantau keberadaan Situ serta
menggerakan masyarakat dalam pelestarianya
agar tetap terpelihara dengan baik, sebab Situ
tersebut merupakan sumber kehidupan masyarakat Cinyasag. Pemerintah setempat menerapkan kebijakan yakni dilarangnya penebangan pohon khususnya di sekitar area Situ
apabila dilanggar akan dikenakan denda yang
telah ditetapkan.
Upaya tersebut dilakukan supaya tidak
terjadi longsor yang berdampak pada penyempitan Situ sehingga ketersediaan air bersih di
Cinyasag akan susah seperti yang terjadi pada
masa dahulu.
Selain itu masyarakat setempat senantiasa melaksanakan petuah-petuah, baik yang
sifatnya anjuran maupun larangan-larangan
bermanfaat para leluhur yang disampaikan
secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dalam segi keamananya didukung juga
oleh aparat pemerintah setempat, hal ini terlihat dari kerukunan serta tatakrama serta
sopan santun masyarakat sekitar. Situ Cinyasag dijadikan sebagai tempat pembuktian bahwa telah ada kehidupan pada masa lalu yang
membuktikan bahwa kehidupan manusia mengalami perubahan, baik dilihat dari segi
struktur, ukuran, maupun panjangnya usia.
Menurut bapak Dadang dalam upaya pelestarian Situ ini tidak terlepas dari kendalakendala yang dihadapi misalnya adanya perbedaan pendapat antar warga dalam sistem
saluran pengairan pada setiap rumah warga,
dan hal tersebut diselesaikan biasanya dengan
musyawarah Desa. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan adanya keterkaitan antara Situ
Cinyasag dengan pendidikan, di mana pendidikan merupakan sarana teoritis yang menyatakan bahwa kehidupan masa lalu itu
benar-benar ada tidak hanya sebagai cerita
belaka, sedangkan Situ merupakan salah satu
bukti tentang apa yang diajarkan secara teori
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar

| 13

Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013
di sekolah-sekolah atau sarana pendidikan
lainnya bahwa semua itu benar adanya. Sehingga antara teoritis dengan praktis dapat
melahirkan suatu pengetahuan yang relevan
atau

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26