1 Pernak Pernik Pemikiran Politik Islam
Jurnal Al-Qurba 2(1):iv-v, 2011
Pernak-Pernik Pemikiran Politik Islam
Filsafat adalah salah satu bidang kajian yang sulit.
Pernyataan ini paling tidak terafirmasi oleh upaya penerbitan Jurnal
Al-Qurba edisi sekarang ini. Pada edisi ini dewan redaksi bermaksud
menyajikan suatu persoalan penting dalam agama Islam yaitu
persoalan pemerintahan Islam dari sudut pandang para filosof
Muslim. Yang diharapkan dari sajian itu adalah hadirnya diskursus
konsep pemerintahan Islam hasil renungan para filosof Muslim yang
dapat menambah wawasan generasi sekarang di tengah gempuran
tafsiran monolitik terhadap ajaran Islam dan paksaan demokrasi
liberal dunia Barat. Dewan redaksi telah berupaya dengan maksimal
untuk mengundang para cerdik pandai Indonesia baik secara online
maupun onsite untuk menelaah dan membahas konsep itu dalam
bentuk karya ilmiah. Hasilnya, karya ilmiah yang dikumpulkan masih
jauh dari harapan baik dari sisi kuantitas maupun ketepatan tema
yang dibahas yaitu pandangan para filosof muslim tentang
pemerintahan Islam. Hal ini mungkin karena filsafat adalah bidang
studi yang tidak gampang.
Akan tetapi, yang menarik, dalam waktu penantiannya dewan
redaksi justru berhasil mengumpulkan ragam pemikiran politik Islam
yang tampaknya dapat menjadi pencerah baik bagi para akademisi
maupun praktisi di Indonesia.
Lima penulis ‘asli Indonesia’
menyajikan ragam pemikiran politik yang berbeda. Haidar Bagir
mengulas secara menarik sejarah teori politik Islam baik dalam
tradisi Sunni maupun Syi’i. Selanjutnya, berangkat dari konsep
manusia sempurna yang menjadi dasar teori politik Islam, Haidar
Bagir menekankan pentingnya pendidikan masyarakat sebagai dasar
pencarian dan penerapan teori politik yang sesuai dengan
kebudayaan Indonesia.
Tidak jauh dari pemikiran Haidar,
Nurrohman menunjukkan adanya distingsi antara konsepsi ideal
pemikiran politik Islam dan realita keanekaragaman budaya
nusantara. Distingsi itu sepertinya menjadi limiting factor bagi upaya
sintesis secara superfisial antara cita-cita ideal pemikiran politik Islam
dan realita sosio-kultural bangsa Indonesia. Selanjutnya, Saefur
Rochmat menelaah pemikiran politik Kyai Nyentrik, Gus Dur.
Konsep politik Islam ala Gus Dur ini dianggap oleh Saefur Rochmat
dapat menjadi salah satu resep untuk membangun jembatan distingsi
antara cita-cita ideal Islam dan kenyataan sosio-politik yang telah
menyejarah dan membumi di Indonesia. Bagi Saefur Rochmat
pendekatan sosio-kultural Gus Dur dapat menjadi katalisator sintesis
antara cita-cita ideal pemikiran politik Islam dan kenyataan
religiusitas bangsa Indonesia yang berwarna-warni. Berbeda dengan
iv
Yaqin,K. Pernak-Pernik Pemikiran Politik Islam
tiga pemikir di atas, Purkon Hidayat –alumni Hauzah Ilmiah Qom–
mengadvokasi pemikiran politik Wilayatul Faqih Imam Khomeini
sebagai konsep revisi atas konsep demokrasi liberal ataupun
teodemokrasi ala Kristen Barat. Wilayatul Faqih bagi Purkon Hidayat
adalah pemikiran politik khas Islam yang akomodatif terhadap
perkembangan zaman. Dalam kaitannnya dengan penerapan hukum
Islam, Saleh Lapadi memperkenalkan kepada kita salah satu
pemikiran fiqih seorang ulama jenius, Ayatollah Muhammad Bagir As
Sadr tentang Manthiqah al-Faragh sebagai solusi dalam perumusan
syariat Islam.
Dua tulisan terjemahan dimasukkan dalam jurnal ini yaitu
telaah atas buku Misbahul Hidayah buah karya Imam Khomeini yang
ditulis oleh Mohsen Mohajerniya dan makalah Butterworth. Karya
terjemahan pertama mengulas basis teosofi konsep Wilayatul Faqih.
Dari tulisan itu kita akan mengetahui bahwa Wilayatul Faqih bukan
sekadar pemikiran politik eksoteris, tetapi ia lebih merupakan konsep
politik esoteris yang sarat dengan dan didasari atas basis pemikiran
teologis dan irfani yang lahir dari pribadi yang mahir dalam bidang
fiqih politik, teologi, filsafat, irfan nazari dan sekaligus amali.
Terakhir, sebagai bahan perbandingan cara pandang Timur, kami
sajikan juga cara pandang ilmuwan Barat dalam memahami Islam
dan Politik. Cara pandang ini akan diwakili oleh karya Charles E.
Butterworth tentang asal muasal politik Islam.
Pemikiran tentang konsep politik Islam yang kali ini dihadirkan
ditujukan untuk memberi stimulasi munculnya wacana-wacana
substantif tentang konsep pemikiran politik Islam terutama dalam
konteks keindonesian. Hal ini sangat penting, karena sudah terbukti
bahwa demokrasi liberal yang dipaksakan Amerika dan derivatnya ke
negara-negara berkembang di Asia tidak memberikan hasil apa-apa
selain politik uang, anarkisme dan perang saudara. Oleh karena itu
agar Indonesia tidak masuk dalam pusaran anarkisme demokrasi
liberal yang dipaksakan itu, perlu kita pikirkan secara lebih dini
konsep pemikiran politik di luar demokrasi liberal yang sudah basi.
Selamat menyimak.
Makassar, 21 September 2011
Pemimpin Redaksi
Khusnul Yaqin
v
Pernak-Pernik Pemikiran Politik Islam
Filsafat adalah salah satu bidang kajian yang sulit.
Pernyataan ini paling tidak terafirmasi oleh upaya penerbitan Jurnal
Al-Qurba edisi sekarang ini. Pada edisi ini dewan redaksi bermaksud
menyajikan suatu persoalan penting dalam agama Islam yaitu
persoalan pemerintahan Islam dari sudut pandang para filosof
Muslim. Yang diharapkan dari sajian itu adalah hadirnya diskursus
konsep pemerintahan Islam hasil renungan para filosof Muslim yang
dapat menambah wawasan generasi sekarang di tengah gempuran
tafsiran monolitik terhadap ajaran Islam dan paksaan demokrasi
liberal dunia Barat. Dewan redaksi telah berupaya dengan maksimal
untuk mengundang para cerdik pandai Indonesia baik secara online
maupun onsite untuk menelaah dan membahas konsep itu dalam
bentuk karya ilmiah. Hasilnya, karya ilmiah yang dikumpulkan masih
jauh dari harapan baik dari sisi kuantitas maupun ketepatan tema
yang dibahas yaitu pandangan para filosof muslim tentang
pemerintahan Islam. Hal ini mungkin karena filsafat adalah bidang
studi yang tidak gampang.
Akan tetapi, yang menarik, dalam waktu penantiannya dewan
redaksi justru berhasil mengumpulkan ragam pemikiran politik Islam
yang tampaknya dapat menjadi pencerah baik bagi para akademisi
maupun praktisi di Indonesia.
Lima penulis ‘asli Indonesia’
menyajikan ragam pemikiran politik yang berbeda. Haidar Bagir
mengulas secara menarik sejarah teori politik Islam baik dalam
tradisi Sunni maupun Syi’i. Selanjutnya, berangkat dari konsep
manusia sempurna yang menjadi dasar teori politik Islam, Haidar
Bagir menekankan pentingnya pendidikan masyarakat sebagai dasar
pencarian dan penerapan teori politik yang sesuai dengan
kebudayaan Indonesia.
Tidak jauh dari pemikiran Haidar,
Nurrohman menunjukkan adanya distingsi antara konsepsi ideal
pemikiran politik Islam dan realita keanekaragaman budaya
nusantara. Distingsi itu sepertinya menjadi limiting factor bagi upaya
sintesis secara superfisial antara cita-cita ideal pemikiran politik Islam
dan realita sosio-kultural bangsa Indonesia. Selanjutnya, Saefur
Rochmat menelaah pemikiran politik Kyai Nyentrik, Gus Dur.
Konsep politik Islam ala Gus Dur ini dianggap oleh Saefur Rochmat
dapat menjadi salah satu resep untuk membangun jembatan distingsi
antara cita-cita ideal Islam dan kenyataan sosio-politik yang telah
menyejarah dan membumi di Indonesia. Bagi Saefur Rochmat
pendekatan sosio-kultural Gus Dur dapat menjadi katalisator sintesis
antara cita-cita ideal pemikiran politik Islam dan kenyataan
religiusitas bangsa Indonesia yang berwarna-warni. Berbeda dengan
iv
Yaqin,K. Pernak-Pernik Pemikiran Politik Islam
tiga pemikir di atas, Purkon Hidayat –alumni Hauzah Ilmiah Qom–
mengadvokasi pemikiran politik Wilayatul Faqih Imam Khomeini
sebagai konsep revisi atas konsep demokrasi liberal ataupun
teodemokrasi ala Kristen Barat. Wilayatul Faqih bagi Purkon Hidayat
adalah pemikiran politik khas Islam yang akomodatif terhadap
perkembangan zaman. Dalam kaitannnya dengan penerapan hukum
Islam, Saleh Lapadi memperkenalkan kepada kita salah satu
pemikiran fiqih seorang ulama jenius, Ayatollah Muhammad Bagir As
Sadr tentang Manthiqah al-Faragh sebagai solusi dalam perumusan
syariat Islam.
Dua tulisan terjemahan dimasukkan dalam jurnal ini yaitu
telaah atas buku Misbahul Hidayah buah karya Imam Khomeini yang
ditulis oleh Mohsen Mohajerniya dan makalah Butterworth. Karya
terjemahan pertama mengulas basis teosofi konsep Wilayatul Faqih.
Dari tulisan itu kita akan mengetahui bahwa Wilayatul Faqih bukan
sekadar pemikiran politik eksoteris, tetapi ia lebih merupakan konsep
politik esoteris yang sarat dengan dan didasari atas basis pemikiran
teologis dan irfani yang lahir dari pribadi yang mahir dalam bidang
fiqih politik, teologi, filsafat, irfan nazari dan sekaligus amali.
Terakhir, sebagai bahan perbandingan cara pandang Timur, kami
sajikan juga cara pandang ilmuwan Barat dalam memahami Islam
dan Politik. Cara pandang ini akan diwakili oleh karya Charles E.
Butterworth tentang asal muasal politik Islam.
Pemikiran tentang konsep politik Islam yang kali ini dihadirkan
ditujukan untuk memberi stimulasi munculnya wacana-wacana
substantif tentang konsep pemikiran politik Islam terutama dalam
konteks keindonesian. Hal ini sangat penting, karena sudah terbukti
bahwa demokrasi liberal yang dipaksakan Amerika dan derivatnya ke
negara-negara berkembang di Asia tidak memberikan hasil apa-apa
selain politik uang, anarkisme dan perang saudara. Oleh karena itu
agar Indonesia tidak masuk dalam pusaran anarkisme demokrasi
liberal yang dipaksakan itu, perlu kita pikirkan secara lebih dini
konsep pemikiran politik di luar demokrasi liberal yang sudah basi.
Selamat menyimak.
Makassar, 21 September 2011
Pemimpin Redaksi
Khusnul Yaqin
v