MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN MATERI BELA

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LatarBelakang
Dalam kegiatan sehari – hari baik secara disadari atau tidak setiap orang
pasti mengalami sebuah kegiatan yaitu belajar. Belajar secara teori maupun
praktek dari lingkungan sekitar. Belajar mengerti arti kehidupan dan belajar
menjadi semakin baik. Anak – anak kecil pun belajar bagaimana cara mereka
berjalan dan berkomunikasi dengan baik. Sebagai calon pendidik kita juga
dituntut untuk mengetahui tentang arti penting belajar. Karena belajar merupakan
masalah yang pasti dihadapi setiap orang. Oleh karena itu di sini kita akan
mengupas lebih dalam tentang arti dari kata belajar itu sendiri. Yang diharapkan
nantinya akan berguna bagi kita para calon pendidik untuk lebih memahami
kegiatan belajar mengajar ini dan mampu.
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan konsep belajar ?
2. Apa saja yang termasuk perkembangan dalam belajar?
3. Apa saja tahap-tahap dalam perkembangan belajar ?
I.3. Tujuan Penulisan
1. Mengerti berbagai definisi dan konsep tentang belajar .
2. Memahami berbagai perkembangan dalam belajar
3. Mengerti berbagai tahap-tahap dalam perkembangan belajar

I.4. Manfaat Penulisan
1. Sebagai tambahan sumber keilmuwan yang kita punya khususnya dalam
bidang ilmu psikologi pendidikan
2. Sebagai bahan acuan untuk semakin meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari bagi peserta
didik.
BAB II

1

PEMBAHASAN
II.1. Definisi Belajar Menurut Ahli
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Sedangkan Pengertian

Belajar menurut

Gagne


dalam

bukunya The

Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang
diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari
sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan
yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.
Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang
bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
keseluruhan,

sebagai

hasil

pengalaman


individu

itu

sendiri

dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua
pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri
seseorang.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan
bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga
menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan
sebelum belajar.
II.2. Konsep Belajar
Belajar dapat di ibaratkan menyeberang dari satu tebing ketebing yang
lain. Pekerjaan pertama yang dilakukan dalam membangun jembatan. Selama
proses tersebut berlangsung, berbagai persoalan dapat menghambat pekerjaan
tersebut. Namun dengan usaha dan tekad yang kuat untuk menyelesaikan
pekerjaan, pada akhirnya jembatan dapat di selesaikan. Demikian juga dengan

belajar diawali dengan membangun jembatan antara konsep yang satu dengan
konsep lainnya. Pada awalnya belajar akan terasa berat dan sukar, akan tetapi
seiring dengan seringnya pelajaran diulangi maka pelajaran semakin dikuasai.

2

Ibaratnya jembatan antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan lain yang
sudah tersambung.
a. Belajar Vs Kematangan.
Berbagai

perubahan

terjadi

pada

diri

individu


selama

rentang

kehidupannya. Namun tidak semua perubahan ini disebabkan proses belajar,
melainkan ada juga yang disebabkan kematangan (maturation). Proses belajar
akan memberikan hasil yang optimum jika berlangsung dalam kondisi
kematangan tertentu.
Ilustrasi tentang adanya hubungan antara kematangan dengan proses
belajar dari pengalaman ataupun belajar pada institusi pendidikan menunjukkan
adanya hubungan yang erat antara belajar dengan perkembangan. Sehingga dapat
dikatakan perkembangan dan belajar merupakan proses yang saling mendukung
dalam kehidupan manusia. Proses perkembangan di dalam diri individu paada
hakikatnya menyatu, namun secara konsep ada ahli yang mengelompokkan atas
dimensi fisik, kognitif, bahasa, pribadi, sosial dan moral. Dalam kondisi
demikian, proses belajar juga menyatu dalam semua perkembangan, meskipun
secara konsep para ahli menekankan teorinya pada satu atau beberapa dimensi
tertentu.
b. Otak Belajar

Bagian-bagian otak yaitu belahan otak kanan, belahan otak kiri, dan
belahan otak tengah. Belahan-belahan tersebut mempunyai fungsi yang berbedabeda. Pada belahan otak kiri manusia dirancang untuk memproses bagian-bagian
(secara berurutan), bagian otak kanan memproses keseluruhan (secara acak) dan
pada bagian otak tengah merupakan penyumbang sekitar 20% dari seluruh volume
otak, bertanggungjawab atas tidur, emosi, atensi, pengaturan bagian tubuh,
hormon, seksualitas, penciuman, dan produksi kimiawi otak.
Kedua bagian otak terlibat dalam hampir setiap aktivitas. Peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada salah satu belahan dapat mempengaruhi perkembangan yang terjadi

3

pada saat yang sama di bagian paling jauh di bagian otak yang lain. (Jerry Levy,
Ph.D., (1983, 1985) : University of Chicago).
Disaat otak kiri bekerja menghafal rumus, berpikir kritis, dan otak kanan
tidak bisa bekerja, maka otak kanan akan mengganggu kerja otak kiri. Otak kanan
akan bekerja saat ada music klasik, gambar-gambar yang menarik, dan
sebagainya. Intinya seorang guru harus mampu memberikan pengajaran yang
menyeimbangkan kerja otak. Sedangkan otak depan merupakan sumber rasio
yang terdiri dari pusat-pusat yang memahami apa yang diamati. Amygda adalah
tempat menyimpan memori emosi yang mempunyai peran penting dalam

emosional. Amyda memungkinkan adanya respon sebelum berfikir. Sebaiknya
dalam memberikan pelajaran diawali dengan pemanasan otak, agar individu
mempersiapkan otaknya sehingga tercapai hasil belajar yang optimal.Singkatnya
semua belahan otak digunakan semua pada hampir setiap waktu dan tidak dapat
dihentikan dalah satunya sama sekali. Otak bekerja begitu banyak di luar
kesadaran manusia.
Anak didik sebagai salah satu individu dalam pembelajaran dan
merupakan suatu pribadi yang berbeda satu sama lain. Pribadi yang berbeda itu
lahir dari kebiasaan belajar yang berbeda. Sesungguhnya, anak belajar dimana
saja dan kapan saja, tidak hanya disekolah tapi juga dirumah atau keluarga,
lingkungan bermain, lingkungan masyarakat.Kebiasaan yang diberikan kepada
anak akan membentuk kepribadiannya sejak dini. Untuk membentuk kepribadian
anak, langkah pertama adalah membuat dia merasa diterima semua orang
sehingga dia mampu menerima dirinya sendiri. Perhatian kepadanya juga penting
dan diperlukan sejak dia belum mampu berbicara sekalipun. Anak harus sering
diberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing tumbuhnya kepribadian dan
kenyamanan diri, dimulai dari anak yang baru bisa berbicara.
Otak terletak dalam batok kepala dan melanjut menjadi saraf tulang
belakang (medulla spinalis). Berat otak kurang lebih 1400 gram atau kira – kira


4

2% dari berat badan. Tidak ada hubungan langsung antara berat otak dan besarnya
kepala dengan tingkat kecerdasan. Otak bertambah besar, namun tetap berada
dalam tengkorak sehingga semakin dalam lekukan pertanda semakin banyak
informasi yang disimpan, dan semakin cerdaslah pemiliknya.
Secara antomis, bongkahan otak dapat dibagi menjadi otak besar
(cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brain stem). Pembelajaran
sangat berhubungan dengan otak besar, sedangkan otak kecil lebih bertanggung
jawab dalam proses koordinasi dan keseimbangan, dan batang otak mengatur
denyut jantung serta proses pernafasan yang sangat penting bagi kehidupan.
Dalam rangka mengkaji sistem pendidikan, otak besar akan lebih banyak
dieksplorasi. Di dasar lekukan ada sekumpulan serat yang menghubungkan kedua
belahan otak yang disebut dengan corpus callosum. Apabila otak dibelah secara
vertikal, akan terlihat otak bagian luar (cortex cerebrib) yang berwarna abu-abu
dan otak bagian dalam yang berwarna putih.
Masukan informasi dari luar ditangkap melalui panca indra baik
pengelihatan,

pendengaran,


penciuman,

peradaban,

maupun

pengecapan.

Contohnya apabila telinga menerima masukan suaramaka akan dibawa oleh saraf
pendengaran kepusatnya di cortex bagian samping. Selanjutnya masukan dikirim
kedaerah asosiasi untuk dicocokan makna katanya. Akhirnya dikirim kepusat
bicara di cortex depan untuk kemudian diperintahkan lidah dan telinga dan
tangan agar bertindak sebagai reaksinya. Semua proses tersebut disimpan
digudang memori dalam cortex untuk sewaktu-waktu dapat dipanggil kembali.
Kejadian puluhan tahun yang lalu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Hal
inilah yang kemmudian membentuk insting dan reaksi tak terduga dari manusia
jika berhadapan dengan hal yang dahulu pernah dihadapi oleh nenek moyangnya.
(Goleman, 1997).
Otak menyimpan informasi dengan menggunakan asosiasi. Apabila ada

penguatan informasi lama dan penambahan informasi baru maka sel-sel otak

5

segera berkembang membentuk hubungan-hubungan baru. Semakin banyak
jalinan saraf terbentuk, semakin lama dan kuat informasi itu disimpan.
II.3. Perkembangan dan Belajar
a. Perkembangan Kognitif dan Belajar
Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses penyesuaian,
pengembangan dan pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif
yang telah dimiliki seseorang sebelumnya. Inilah yang disebut dengan
konsepschema/skema (jamak = schemata/schemata). Sehingga hasil belajar/
struktur kognitif yang baru tersebut akan menjadi dasar untuk kegiatan belajar
berikutnya. Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
yang dilalui oleh siswa yang terbagi kedalam empat tahap, yaitu :
1. Tahap sensori motorik(anak usia lahir – 2 tahun)
Sensori

motor


berarti

koordinasi

antar

aktivitas

sensori

(melihat, meraba,merasa, mencium dan mendengar) dengan
persepsi

anak

terhadap

gerak

fisik.Gerakan

refleks

yang

dilakukan anak sejak ia lahir merupakan fase awal dimulainya
fase sensori motorik. Kemudian fase ini berakhir pada usia 2
tahun.

Padafase

ini,

melalui

kegiatan

sensorimotor

(menggenggam, mengisap, melihat,melempar), anak belajar
mengkonstruksi pemahamannya tentang lingkungannya,dan ia
pun

mulai

belajar

bahwa

benda

itu

memiliki

sifat

khusus.Keadaan ini berarti, anak telah mulai membangun
pemahamannya terhadap aspek yang berkaitan dengan hubungan
bentuk,

dan

ukuran,sebagai

hasil

pemahamannya

terhadap sensori motorik yang dilakukannya. Pada akhir usia 2
tahun, anak sudah menguasai pola- pola sensori motorik yang
bersifat

kompleks,

dapat memperoleh

seperti
apa

yang

bagaimana

diinginkannya

menggenggam, atau meminta).
2. Fase Praoperasional (usia 2- 7 tahun)

6

cara anak

agar

(menarik,

Pada

fase

praoperasional,

anak

mulai

menyadari

bahwa

pemahamannya tentang benda di sekitarnya tidak hanya dapat
dilakukan melalui sensori motorik saja, akan tetapi dapat juga
dilakukan

melalui

kegiatan

yang

bersifatsimbolis.

Contoh

kegiatan simolis ini misalnya dengan bermain memanfaatkan
telepon mainan, yaitu anak melakukan percakapan melalui
telepon mainan, atau pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan
simbolis

lainnya.

perkembangan
masa awal

Fase

kognitif

bagi

anak

inimemberikan
anak,
untuk

Karena

andil
fase

besar

ini

mengkonstruksi

dalam

merupakan
kemampuan

menyusun pemikirannya. Oleh karena itu, pola pikir anak pada
masa ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik.
3. Fase Operasi Konkret (usia 7 - 12 tahun)
Pada fase operasi konkret,kemampuan berpikir logis pada anak
sudah berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber
berpikir

logis

tersebuthadir

mengklasifikasikan

obyek

secara
sesuai

konkret.
dengan

Kemampuan
klasifikasinya,

mengurutkan benda sesuai dengan urutannya, dan kemampuan
memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir
secara deduktif merupakan wujud dari kemampuan berpikir
logis.
4. Fase Operasional Formal (12 tahun sampai usia dewasa)
Perpindahan cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak
merupakan ciri dari fase Operasi Formal. Kemampuan berpikir
abstrak

dapat

dilihat

dari

kemampuan

anak

dalam

mengemukakan pendapat atau ide, memprediksi kejadian yang
akan terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah.
Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin
teratur dan juga semakin abstrak cara berfikirnya. Karena itu guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif aak didiknya, serta memberikan
isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Piaget

7

juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang
anak berbeda pada tahap-tahap lainnya. Oleh karena itu guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan
isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
b. Perkembangan Bahasa dan Belajar
Pemerolehan bahasa anak tidak secara tiba-tiba atau sekaligus,
melainkan bertahap. Kemajuan berbahasa anak berjalan seiring
dengan perkembangan fisik, mental, kecerdasan,dan sosialnya. Oleh
karena itu, perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan
dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi
atau ungkapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompl eks.
Tangisan merupakan bunyi -bunyi atau ucapan yang sederhana
tak bermakna, dan celotehan bayi merupakan jalan perkembangan
anak

kemampuan

celotehan

berbahasa

merupakan

yang

lebih

semacam latihan

sempurna.

untuk

Bagi anak,

menguasai

gerak

artikulatoris (alat ucap) yang lama kelamaan dikaitkan dengan
kebermaknaan bentuk bunyi yang diucapkan.Keterampilan berp ikir
diperlukan

agar

semua aspek

keterampilan

berbahasa

dapat

berkembang dengan maksimal.
Pikiran dan bahasa memilki hubungan, tetapi mereka berbeda
dalam hal berhubungan. Vygotsky yakin bahwa bahasa merupakan
dasar bagipembentukan

konsep

dan

pemikiran.

Dia

menegaskan

bahwa bahasa diperlukan untuk setiap jenis kegiatan belajar. Berbeda
dengan Vygotsky, Piaget yang mengatakan bahwa bahasa itu penting
untuk beberapa jenis kegiatan belajar tetapi tidak untuk semua
kegiatan belajar. Piaget yakin bahwa perkembangan kognitif anak
mendahului perkembangan bahasanya.
c. Perkembangan Sosial dan Belajar

8

Teori ekologi telah diperkembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917).
Teori Ekologi Bronfenbrenner (1979,1989) menjelaskan bahwa perkembangan ka
nak- kanak adalah sebagai hasil interaksi antara alam persekitaran dengan kanakkanak tersebut. Dalam konteks ini, interaksi antara kanak-kanak dengan
persekitaran kanak-kanak itu dipercayai boleh mempengaruhi proses pertumbuhan
dan perkembangan kanak-kanak. Merujuk kepada konsep di dalam teori ini, sama
ada kita menyedarinya atau tidak kanak-kanak yang merupakan individu yang
berada dalam ruang lingkup mikro. Dalam teori ini menyatakan bahawa proses
perkembangan dan pertumbuhan yang terangkum dalam sistem persekitaran itu
mementingkan interaksi antara satu sama lain. Menurut Bronfenbrenner terdapat 5
sistem yang mempengaruhi perkembangan kanak-kanak. Yaitu mikrosistem,
mesosistem,

eksosistem,

makrosistem

dan

kronosistem.

Kelima-lima

sistem persekitaran tersebut memberikan implikasi kepada guru dalam menyediak
an diri dengan selengkapnya semasa proses pengajaran dan pembelajaran di dalam
kelas.Tugas guru bukan saja mengajar semata-mata, namun berperanan sebagai
pembimbing kepada murid-murid semasa di sekolah. Murid-murid banyak
menghabiskan masa bersama guru semasa di sekolah. Jadi guru bertindak sebagai
pembimbing dan penasihat kepada murid-murid.
d. Perkembangan Diri
Konsep diri merupakan salah satu aspek perkembangan psikologi peserta
didik yang penting yang dialami oleh seorang guru. Karena merupakan salah satu
variabel yang menentukan dalam proses pendidikan. Rendahnya prestasi siswa
dan motivasi belajar siswa serta terjadinya penyimpangan-penyimpangan perilaku
siswa dikelas banyak disebabkan oleh persepsi dan sikap negatif siswa terhadap
diri sendiri. Sama hal nya terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
banyak disebabkan oleh sikap siswa yang memandang dirinya tidak mampu
melaksanakan tugas-tugas di sekolah.
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, konsep diri merupakan
faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya
menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat

9

melainkan melalui proses interaksi secara berkesinambungan. Menurut Burns
konsep diri berkembang terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap
tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih
lambat. Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari badannya dan
lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya.
Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan
konsep diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan,
dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirnya. Atwater mengidentifikasi konsep
diri atas tiga bentuk :
1.

Body image , kesadaran tentang tubuhnya, yakni bagaimana seseorang
melihat dirinya sendiri.

2.

Ideal self, yatu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang
mengenai dirinya.

3.

Social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Menurut Burn (1985), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan

keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater 1984),
mendefinisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks dari
keyakinan yang dimiliki seseorang tenang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.
Individu

mengembangkan

konsep

dirinya

dengan

cara

menginternalisasikan persepsi orang-orang terdekat dalam memandang dirinya.
Jika individu memperoleh perlakuan yang penuh kasih sayang maka individu akan
menyukai

dirinya.

Seseorang

akan

menyukai

dirinya

jika

orang

tua

memperlihatkan penilaian yang positif terhadap si individu. Ungkapan seperti
“Anakku Rajin” membuat anak memandang dirinya secara positif dibandingkan
dengan nama panggilan “Si Gendut”. Sebaliknya, jika individu mendapatkan
hukuman dan situasi yang tidak menyenangkan maka individu akan merasa tidak
senang pada dirinya sendiri. Umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan
sosial selain keluarga mulai mempengaruhi pandangan dan juga penilaian individu
terhadap dirinya. Tahap ini oleh Allport disebut dengan tahap perkembangan diri

10

sebagai pelaku. Individu mulai belajar untuk bisa mengatasi berbagai macam
masalah secara rasional.
Menurut Fuhrman, Pada masa remaja, individu mulai menilai kembali
berbagai kategori yang telah terbentuk sebelumnya dan konsep dirinya menjadi
semakin abstrak. Penilaian kembali pandangan dan nilai-nilai ini sesuai dengan
dengan tahap perkembangan kognitif yang sedang remaja, dari pemikiran yang
bersifat konkrit menjadi lebih abstrak dan subjektif. Piaget mengatakan bahwa
remaja sedang berada pada tahap formal operasional, individu belajar untuk
berpikir abstrak, menyusun hipotesis, mempertimbangkan alternatif, konsekuensi,
dan instropeksi. Masa remaja merupakan masa terpenting bagi seseorang untuk
menemukan dirinya. Mereka harus menemukan nilai-nilai yang berlaku dan yang
akan mereka capai di dalamnya. Individu harus mulai belajar untuk mengatasi
masalah-masalah, merencanakan masa depan, dan khususnya mulai memilih jenis
pekerjaan yang akan digeluti secara rasional.
e. Perkembangan Moral
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi
perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional,
tingkat konvensional, dantingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut
pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap
dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya
ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus
meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya.
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh
lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam
teori Piaget. Berikut ini adalah tiga tingkat perkembangan moral menurut
Kohlberg (dalam Cahyono danSuparyo, 1985:37-45), di mana masing-masing
tingkat memuat dua tahap perkembangan moral :
1. Tingkat Prekonvensional
Pada tingkat pertama ini, anak sangat tanggap terhadap norma-norma
budaya,misalnya norma-norma baik atau buruk, salah atau benar, dan sebagainya.
Anak akanmengaitkan norma-norma tersebut sesuai dengan akibat yang akan

11

dihadapi atas tindakan yang dilakukan. Anak juga menilai norma-norma tersebut
berdasarkan kekuatan fisik dariyang menerapkan norma-norma tersebut.Pada
tingkat prekonvensional ini dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap Punishment and Obedience Orientation
Pada tahap ini, secara umum anak menganggap bahwa konsekuensi yang
ditimbulkandari suatu tindakan sangat menentukan baik-buruknya suatu
tindakan yang dilakukan, tanpamelihat sisi manusianya. Tindakantindakan yang tidak diikuti dengan konsekuensi daritindakan tersebut,
tidak dianggap sesuatu hal yang buruk.
b. Tahap Instrumental-Relativist Orientation atau Hedonistic Orientation
Pada tahap ini, suatu tindakan dikatakan benar apabila tindakan tersebut
mampumemenuhi kebutuhan untuk diri sendiri maupun orang lain. Pada
tahap ini hubungan antar manusia digambarkan sebagaimana hubungan
yang berlangsung di pusat perbelanjaan, di mana terdapat timbal balik dan
sikap terus terang yangmenempati kedudukan yang cukup penting.
2. Tingkat Konvensional
Pada tingkat perkembangan moral konvensional, memenuhi harapan
keluarga,kelompok, masyarakat, maupun bangsanya merupakan suatu
tindakan yang terpuji. Tindakantersebut dilakukan tanpa harus mengaitkan
dengan konsekuensi yang muncul, namundibutuhkan sikap dan loyalitas
yang sesuai dengan harapan-harapan pribadi dan tertib sosialyang
berlaku.Pada tingkat ini, usaha seseorang untuk memperoleh, mendukung,
dan mengakuikeabsahan tertib sosial sangat ditekankan, serta usaha aktif
untuk menjalin hubungan positifantara diri dengan orang lain maupun
dengan kelompok di sekitarnya. Pada tingkatkonvensional ini dibagi
menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap Interpersonal Concordance atau Good-Boy/Good-Girl Orientation
Pandangan anak pada tahap ini, tindakan yang bermoral adalah tindakan
yangmenyenangkan, membantu, atau tindakan yang diakui dan diterima
oleh orang lain.
b. Tahap Law and Order Orientation

12

Pada tahap ini, pandangan anak selalu mengarah pada otoritas, pemenuhan
aturan-aturan, dan juga upaya untuk memelihara tertib sosial. Tindakan
bermoral dianggap sebagaitindakan yang mengarah pada pemenuhan
kewajiban, penghormatan terhadap suatu otoritas,dan pemeliharaan tertib
sosial yang diakui sebagai satu-satunya tertib sosial yang ada.
3. Tingkat Postkonvensional
Pada tingkat ketiga ini, terdapat usaha dalam diri anak untuk menentukan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang memiliki validitas yang
diwujudkan tanpa harus mengaitkandengan otoritas kelompok maupun
individu dan terlepas dari hubungan seseorang dengankelompok. Pada
tingkat ketiga ini, di dalamnya mencakup dua tahap perkembangan
moral,yaitu:
a. Tahap Social-Contract, Legalistic Orientation
Tahap ini merupakan tahap kematangan moral yang cukup tinggi. Pada
tahap initindakan yang dianggap bermoral merupakan tindakan-tindakan
yang mampu merefleksikanhak-hak individu dan memenuhi ukuranukuran yang telah diuji secara kritis dan telahdisepakati oleh masyarakat
luas. Seseorang yang berada pada tahap ini menyadari perbedaanindividu
dan pendapat. Oleh karena itu, tahap ini dianggap tahap yang
memungkinkantercapainya musyawarah mufakat. Tahap ini sangat
memungkinkan seseorang melihat benardan salah sebagai suatu hal yang
berkaitan dengan nilai-nilai dan pendapat pribadi seseorang.Pada tahap ini,
hukum atau aturan juga dapat dirubah jika dipandang hal tersebut lebih
baik bagi masyarakat.
b. Tahap Orientation of Universal Ethical Principles
Pada tahap yang tertinggi ini, moral dipandang benar tidak harus dibatasi
oleh hukum atau aturan dari kelompok sosial atau masyarakat. Namun, hal
tersebut lebih dibatasi oleh kesadaran manusia dengan dilandasi prinsipprinsip etis.

13

BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Belajar adalah mendapatkan sesuatu hal yang baru. Dapat berupa
pemikiran dan pengetahuan baru, perasaan yang lebih terkemas, sikap yang lebih
baik, kecakapan yang lebih baik serta tumbuhnya kesadaran untuk bertanggung
jawab. Belajar tidak sama dengan kematangan. Akan tetapi kematangan di

14

stimulasi oleh faktor belajar dan sebaliknya belajar tidak efektif jika diberikan tak
sesuai dengan kematangan yang di perlukan untuk mempelajari sesuatu.
Pada
berlangsung

perkembangannya,

Perkembangan

secara

Bahasa

sekaligus.

anak

bahasa anak
berkembang

tidak
secara

berproses atau terlebih dahulu melalui beberapa tahapan. Tahapantahapan

perkembangan anak

di

tiap

fase

dan

subfase

memilki

karakteristik yang berbeda-beda. Tiap masa perkembangan memili ki
rentang waktu yang berbeda. Perkembangan bahasa anak bersifat
dinamis dan kemungkinan cenderung menetap.
III.2. Saran
Belajar merupakan suatu kunci yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan. Belajar juga merupakan proses bagi manusia untuk
menguasai berbagai kompetensi, ketrampilan dan sikap. Karena itu
belajar sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya yaitu
dengan belajar manusia dapat mengelola informasi dengan cara
berpikir.
Belajar juga sangat erat kaitannya dengan proses belajar .
Terjadinya proses belajar dilandasi dengan adanya teori belajar. Untuk
itu kita perlu memahami teori belajar yang tepat demi tercapainya
suatu pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Melfayeti, Sri, Dkk. 2015. Psikologi Pendidikan. Medan: Pascasarjana Unimed
Burhanuddin, Afid. “Implementasi Teori Belajar Kerja Otak Dalam
Pembelajaran”. 31 Mei 2014.
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/31/implementasi-teoribelajar-kerja-otak-dalam-pembelajaran/

15

Hami, Wafa. “Teori Pembelajaran Kognitif”. 18 April 2013.
http://alfallahu.blogspot.co.id/2013/04/teori-pembelajaran-kognitif.html
Hami, Wafa, “ Teori Ekologi Bronfenbenner”.
https://www.academia.edu/3548155/Teori_Ekologi_Bronfenbrenner
Khunhasnah, Keynah.” Perkembangan Konsep Diri”. 1 Juni 2013.
http://keynahkhunhasna.blogspot.co.id/2013/06/perkembangan-konsepdiri_1.html
Mahardika, Nadia. “Analisis Perkembangan Moral Menurut Piaget, Kohlberg,
Dan Islam.
https://www.academia.edu/6384161/ANALISIS_PERKEMBANGAN_MO
RAL_MENURUT_PIAGET_KOHLBERG_DAN_ISLAM

16