Analisis Faktor Pada Data Jumlah Kasus P

1

Analisis Faktor Pada Data Jumlah Kasus Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia
tahun 2011
Desy Ariyanti[1] 1313100009, Amalia Aisyah[2] 1313100045, Dinni Ari Rizky Taufanie[3] 1312100017
dan Dr.Bambang Widjanarko Otok, M.Si[4]
[1][2][3][4]
Jurusan Statistika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: desy.ariyanti23@gmail.com, aisyahamalia2@gmail.com, dinnitaufanie@gmail.com,
bambang_wo@statistika.its.ac.id

Abstrak— Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus Dengue melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Di Indonesia, timbulnya penyakit DBD ini ketika musim
pancaroba dimana merupakan pergantian dari musim kemarau
ke musim hujan ataupun sebaliknya. Pada musim pancaroba
(pergantian), curah hujan meningkat seiring dengan
meningkatnya perkembangbiakan nyamuk seperti nyamuk Aedes
aegypti. Namun DBD bukan hanya disebabkan oleh nyamuk Ae,

faktor lingkungan serta pendidikan juga mempengaruhi
banyaknya kejadian DBD. Selain itu, tenaga kesehatan
masyarakat juga sangat berperan aktif sebagai pemberantas
kasus DBD di Indonesia, sehingga pada penelitian ini akan
diuraikan pengaruh faktor-faktor yang dapat menyebabkan
meningkatnya jumlah kasus DBD berdasarkan kabupaten/kota di
Indonesia pada tahun 2011 dengan menggunakan metode analisis
faktor dengan principal component analysis (PCA). Faktor-faktor
yang digunakan dalam penelitian ini ada 10 faktor antara lain:
jumlah penduduk, persentase penduduk melek huruf, jumlah
kasus DBD, insiden DBD, rumah tangga PHBS, rumah sehat,
akses air bersih, jumlah tenaga sanitasi, jumlah tenaga kesmas,
dan jumlah puskesmas. Sebelum melakukan analisis faktor,
dilakukan pengujian asumsi distribusi normal multivariat pada
data namun hasil menunjukkan data tidak mengikuti distribusi
normal multivariat, namun diasumsikan berdistribusi normal
multivariat. Hasil dari data jumlah kasus DBD tiap
kabupaten/kota di Indonesia tahun 2011, hanya tujuh variabel
yang memiliki korelasi antar variabel yang cukup tinggi yaitu
X3,X1, X4, X5,X6,X9 dan X10. Hasis analisis faktor mereduksi

sepuluh variabel awal menjadi dua komponen baru dimana
komponen satu merupakan faktor sumber daya manusia yang
terdiri dari variabel jumlah penduduk, jumlah puskesmas,
jumlah tenaga kesmas dan jumlah kasus DBD, sedangkan pada
faktor dua atau faktor pengetahuan masyarakat yang terdiri dari
variabel jumlah tenaga sanitasi dan penduduk melek huruf.

Kata Kunci : Analisis faktor, demam berdarah dengue (DBD),
principal component analysis (PCA).

dengue atau DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui
gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor
yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae.albopictus
juga dapat menjadi vektor penular. Nyamuk penular dengue ini
terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Penyakit DBD banyak dijumpai terutama di
daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB). [1]

Pada tahun 2008 angka kejadiannya DBD sebesar 59,02%
per 100.000 penduduk. Sedangkan di tahun 2009 IR penyakit
DBD sebesar 68,22 per 100.000 penduduk. Berdasarkan data
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus DBD
pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah
kematian akibat DBD sebesar 1.358 orang. Inciden Rate (IR)
penyakit DBD pada tahun 2010 adalah 65,7 per 100.000
penduduk.[1]
Bila diamati secara berturut-turut kasus demam berdarah
dengue mengalami peningkatan setiap tahunnya. Demam
berdarah dengue bukan seluruhnya kesalahan dari nyamuk Ae,
faktor lingkungan serta pendidikan juga mempengaruhi
banyaknya kejadian demam berdarah dengue ini. Tenaga
kesehatan masyarakat juga sangat berperan aktif sebagai
pemberantas kasus DBD di Indonesia melalui penyuluhanpenyuluhan mengenai pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
yang dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit demam
berdarah.
Pada penelitian ini akan diuraikan pengaruh faktor-faktor
yang dapat menyebabkan meningkatnya jumlah kasus demam
berdarah dengue berdasarkan kabupaten/kota di Indonesia

pada tahun 2011 dengan menggunakan metode analisis faktor
dengan principal component analysis.

I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Diantara dua
musim tersebut ada jarak sebagai musim pergantian
(pancaroba) pada musim inilah banyak timbul kasus penyakit
seperti DBD karena meningkatnya curah hujan dapat
meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk
penular DBD dan berbagai penyakit lainnya. Demam berdarah

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Distribusi Normal Multivariat
Variabel X1, X2, Xp dikatakan berditribusi normal
multivariat jika mempunyai probability density function :
1
 ( X   )' ( X   )
1
2

f ( X i , X 2 ,..., X p ) 
e
p/2
(2 ) p / 2 
1

2
Jika X1, X2, Xp berdistribusi normal multivariate maka
2
( X   )'  1 ( X   ) berditribusi  p . Berdasarkan sifat ini
maka pemeriksaan distribusi multinormal dapat dilakukan
dengan
cara
membuat
Q-Q
plot
dari
nilai
d i2  Xi  X)' S 1 (Xi  X, i  1,..., n .
Plot selalu menjadi alat yang berguna dalam analisis data.

Plot yang spesial disebut Q-Q plot dapat digunakan untuk
memenuhi asumsi normalitas. Plot tersebut dapat digunakan
untuk distribusi marjinal dari pengamatan pada setiap variabel.
Q-Q plot akan memperkirakan untuk mengobservasi jika
pengamatan berdistrisibusi normal. Ketika titik-titik berada
disekitar garis lurus, maka asumsi normalitas terpenuhi [1].
Tahapan dari pembuatan Q-Q plot ini adalah sebagai
berikut:
1. Tentukan nilai vektor rata-rata: X
2. Tentukan nilai matriks varians-kovarians: S
3. Tentukan nilai jarak Mahalanobis setiap titik pengamatan
dengan vektor rata-ratanya





d i2  Xi  X)' S 1 (Xi  X , i  1,..., n

4. Mengurutkan nilai d i2 dari kecil ke besar.

5. Menentukan nilai p  i  1 / 2 , i  1,..., n
i

n

6. Tentukan nilai pi sedemikian hingga

 f (

qi



7. Membuat scatterplot d

2
(i )

2


) d 2  p i

dengan qi.

8. Data berdistribuisi normal multivariate jika scatterplot ini
cenderung membentuk garis lurus dan lebih dari 50% nilai
d i2   p2 , 0.50

Pengujian asumsi distribusi normal multivariate dilakukan
dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Data berdistribusi normal multivariat
H1 : Data tidak berdistribusi normal multivariat
Statistik uji yang digunakan adalah t dimana didapatkan
dari menjumlahkan nilai d i2   p2,0.50
lalu dibagi dengan
banyaknya data. Pengujian ini akan menolak H0 jika nilai t
berada disekitar 0.5.
B. Analisis Faktor
Analisis faktor adalah analisis statistika yang bertujuan
untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan

variabel asal sebagai kombinasi linear sejumlah faktor,
sedemikian hingga sejumlah faktor tersebut mampu
menjelaskan sebesar mungkin keragaman data yang dijelaskan
oleh variabel asal.
Tujuan dari analisis faktor adalah untuk menggambarkan
hubungan-hubungan kovarian antara beberapa variabel yang
mendasari tetapi tidak teramati, kuantitas random yang disebut
faktor [1]. Vektor random teramati X dengan p komponen,
memiliki rata-rata dan matrik kovarian S. Model analisis faktor
adalah sebagai berikut :
(1)
X1  1   11 F1   12 F 2  ....   1m F m   1

Bagian dari varian variabel ke–i dari m common faktor
disebut komunalitas ke–i yang merupakan jumlah kuadrat dari

loading variabel ke –i pada m common faktor [1], dengan
rumus:
(2)
hi2   2i 1   2i 2  ....   2i m


Tujuan analisis faktor adalah menggunakan matriks
korelasi hitungan untuk 1) Mengidentifikasi jumlah terkecil
dari faktor umum (yaitu model faktor yang paling parsimoni)
yang mempunyai penjelasan terbaik atau menghubungkan
korelasi diantara variabel indikator. 2) Mengidentifikasi,
melalui faktor rotasi, solusi faktor yang paling masuk akal. 3)
Estimasi bentuk dan struktur loading, komunality dan varian
unik dari indikator. 4) Intrepretasi dari faktor umum. 5) Jika
perlu, dilakukan estimasi faktor skor [2].
C. KMO dan Bartlett’s Test
Pengujian kecukupan data dapat menggunakan banyak
metode, salah satunya adalah metode Kaiser-Meyer-Olkin
(KMO). Metode KMO menguji apakah semua data yang telah
terambil telah cukup untuk dilakukan analisis faktor.[2]
Hipotesis dalam uji KMO sebagai berikut.
H0 : Terdapat korelasi parsial yang cukup pada data
H1 : Tidak terdapat korelasi parsial yang cukup pada data
Statistik uji dalam uji KMO sebagai berikut.


r
p

KMO 

p

i 1 j 1

r
p

p

i 1 j 1

2
ij

2
ij

   a ij
p

p

(3)

2

i 1 j 1

Keterangan :
i = 1, 2, 3, ..., p dan j = 1, 2, ..., p,
r ij = Koefisien korelasi antara variabel i dan j,
a ij = Koefisien korelasi parsial antara variabel i dan j.
Jika nilai KMO lebih besar 0.5 maka berarti terdapat
korelasi parsial yang cukup pada data untuk dilakukan analisis
faktor.[2]
D. Principal Component Analysis (PCA)
Analisis komponen utama adalah analisis statistika yang
bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan cara
membangkitkan variabel baru (komponen utama) yang
merupakan kombinasi linear dari variabel asal sedemikan
hingga varians komponen utama menjadi maksimum dan antar
komponen utama bersifat saling bebas. Model analisis
komponen utama dapat ditulis sebagai berikut.
Y1   a 11
Y   a
 2   21
Y3    a 31
  
...   ...
Ym   a m1
  

a 12

a 13

,,,

a 22

a 23

...

a 32

a 33

...

a m2

a m3

...

a 1 p   X1 
 
a 2 p  X2 

a 3 p  X3 
 
 ... 
a mp   X p 

(4)

Keterangan:
Y1 = komponen utama pertama, komponen yang mempunyai
varians terbesar
Y2 =komponen utama kedua, komponen yang mempunyai varians
terbesar kedua
Ym = komponen utama ke-m, komponen yang mempunyai
varians terbesar ke-m
X1 = variabel asal pertama

3
X2
Xp
m
p

= variabel asal kedua
= variabel asal ke-p
= banyaknya komponen utama
= banyaknya variabel asal
Model komponen utama ke-i (Yi) dapat juga ditulis
sebagai Yi  a i' X , nilai vektor a i' dapat ditentukan dengan

cara memaksimumkan varians Yi dengan syarat a i' a i  1 atau
memaksimumkan a i' a i dengan syarat a i' a i  1 , dengan
pengganda Lagrange pemaksimuman ini dapat ditulis dalam
fungsi Lagrange sebagai berikut.
(5)
L  a i' a i   (a i' a i  1)
L menjadi maksimum jika turunan pertama L terhadap a i' dan

 sama dengan nol sebagai berikut.

L
 2a i  2a i  0 atau a i  a i
a i'
L
'
 a i' a i  1  0 atau a i a i  1


(6)
(7)

Persamaan a i  a i disebut juga sebagai per-samaan ciri
(characteristic equation), yang pe-nyelesaiannya dapat
dilakukan dengan menyelesaikan persamaan

  I  0 .

Dari peneyelesaian persamaan ini diperoleh p buah

III. METODOLOGI PENELITIAN

, i=1,..,p

Tabel 3. 1 Struktur Data

X1
X1,1
X1,2

X2
X2,1
X2,2

X3
X3,1
X3,2

X4
X4,1
X4,2

...
...
...
...

100

X1,100

X2,100

X3,100

X4,100

...

X10
X10,1
X10,2

...

No
1
2

...

Akibat adanya pembakuan data ini maka matriks varianskovarians dari data yang dibakukan akan sama dengan matriks
korelasi data sebelum dibakukan dan besarnya total varians
kompomem utama sama dengan banyaknya variabel asal (p).
Banyaknya komponen utama (m) dapat ditentukan dengan
berbagai kriteria, salah satu kriteria yang biasa dipakai adalah
dengan menggunakan kriteria besarnya varians komponen
utama ( ). Untuk data yang sudah dibakukan disyaratkan
, syarat ini diberlakukan mengingat jika nilai
besarnya
maka komponen utama ini hanya menjelaskan
keragaman yang dijelaskan oleh satu variabel asal. [2]

Struktur data dari data faktor penyebab jumlah kasus DBD
di Indonesia tahun 2011 adalah sebagai berikut,

...

sx

B. Struktur Data

...

Untuk satuan variabel asal tidak sama, seringkali dilakukan
pembakuan (standardization)dulu sebelum dilakukan analisis
komponen utama. Pembakuan tersebut dilakukan dengan cara:
xx
(10)
z

Data yang digunakan dalam praktikum analisis faktor
multivariat kali ini merupakan data sekunder yang diambil dari
website database Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2011 pada hari Kamis, 21 April 2016 dengan terdapat
sepuluh variabel mengenai faktor-faktor jumlah kasus DBD
berdasarkan kabupaten/kota di Indonesia.

...

1   2  3  ...   p

A. Sumber Data

...

(akar ciri atau eigenvalue) dan p buah ai (vektor ciri atau
eigen-vector ) yang bersesuaian.
Nilai
dapat juga diintepretasikan sebagai varians dari
komponen utama ke-i, sehingga besarnya sumbangan relatif
komponen utama ke-i terhadap total keragaman (variation )
yang dijelaskan oleh seluruh variabel asal ialah sebagai
berikut.
i
(8)
100 %
1   2  3  ...   p
Secara kumulatiaf m buah komponen utama mampu
menjelaskan keragaman data yang dijelaskan oleh seluruh
variabel asal sebesar :
i   2  ...   p
(9)
100 %

E. Demam Berdarah Dengue (DBD)

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
dari genus Flavivirus, family Flaviviridae melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Adapun nyamuk
Aedes aegypti memiliki kemampuan terbang mencapai radius
100-200 meter. Oleh karena itu, jika di suatu lingkungan
terkena kasus DBD, maka masyarakat yang berada pada radius
tersebut harus waspada [4]. Nyamuk Aedes aegypti lebih
menyukai tempat yang gelap, berbau, dan lembab. Tempat
perindukan yang sering dipilih Aedes aegypti adalah kawasan
yang padat dengan sanitasi yang kurang memadai, terutama
digenangan air dalam rumah, seperti pot, vas bunga, bak mandi
atau tempat penyimpanan air lainnya seperti tempayan, drum,
atau ember plastik [7].
Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam
penularan penyakit, terutama lingkungan rumah yang tidak
memenuhi syarat. Lingkungan rumah merupakan salah satu
faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status
kesehatan penghuninya [7]. Penyakit DBD sering terjadi di
daerah tropis dan muncul pada musim penghujan. Kurangnya
kesadaran manusia dalam menjaga kebersihan lingkungan juga
merupakan hal yang berpengaruh terhadap penyakit DBD [1].

X10,100

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam data praktikum
kali ini terdiri dari sepuluh variabel independen yang
dijelaskan di bawah ini,
Tabel 3. 2 Variabel Penelitian

Variabel
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9

Keterangan
Jumlah Penduduk (jiwa)
% Penduduk Melek Huruf
Jumlah Kasus DBD
Insidens DBD (per 1000)
% Rumah Tangga PHBS
% Rumah Sehat
% Akses Air Bersih
Jumlah Tenaga Sanitasi
Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat

Skala Data
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio

4
X10

Jumlah Puskesmas

Rasio

50

D. Langkah Analisis
40

Untuk melakukan analisis faktor dalam praktikum ini
terdapat langkah-langkah analisis antara lain,
1. Mencari data yang memenuhi asumsi analisis faktor
2. Menguji normal multivariat data
3. Menguji kecukupan data untuk analisis faktor dengan uji
KMO dan uji independensi dengan Uji Bartlett.
4. Melakukan analisis komponen utama (PCA)
5. Melakukan analisis faktor
6. Menarik Kesimpulan

qq

30

20

10

0
0

5

10

15

20

25

dj^2

Gambar 4. 1 Scatterplot Normal Multivariat Test

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Karakteristik Data
Sebelum melakukan analisis faktor perlu diketahui
karakteristik data dari variabel-variabel yang akan diolah.
Berikut ini adalah analisis deskiptif data.
Tabel 4. 1 Analisis Deskriptif

Variabel
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10

Mean
915694
73,82
381,8
30,87
45,61
63,05
66,41
14,62
24,38
21,86

Varians
7,10E+11
1368,32
326685,1
3023,85
503,91
444,9
1200,63
207,09
844,34
271,37

Berdasarkan Tabel 4.1 rata-rata jumlah penduduk
Indonesia tahun 2011 tiap kabupaten kota adalah 915694
dengan rata-rata persentase penduduk melek huruf adalah
73,82%. Rata-rata jumlah kasus DBD dan insiden DBD adalah
381 kasus dengan 30,87 insiden per 1000. Persentase rata-rata
rumah tangga PHBS dan rumah sehat 45,61 dan 63,05.
Sedangkan rata-rata akses air bersih 66,41. Rata-rata jumlah
tenaga sanitasi lebih sedikit daripada tenaga kesehaan
masyarakat. Untuk rata-rata jumlah puskesmas adalah sebesar
21,86. Setiap variabel independen memiliki hubungan antar
variabel yang dapat ditunjukkan oleh nilai korelasinya.
Beberapa variabel memiliki korelasi yang cukup tinggi yaitu
korelasi antara X3 dengan X1 sebesar 0,551 korelasi X3
dengan X4 sebesar 0,614, korelasi X5 dengan X6 sebesar
0,576, korelasi yang cukup tinggi adalah korelasi X9 dengan
X1 yaitu 0,625 dan X10 dengan X1 yaitu 0,752. Korelasi X3
dengan X9 dan X10 adalah 0,584 dan 0,532. Sedangkan
korelasi X10 dengan X9 sebesar 0,674.
B. Pengujian Normal Multivariat
Pengujian normal multivariat digunakan untuk mengetahui
distribusi data variabel-variabel yang akan dianalisis apakah
mengikuti distribusi normal multivariat. Untuk mengetahui
apakah mengikuti distribusi normal multivariat dapat
dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu scatterplot,
nilai t berdasarkan hasil macro dan metode ketiga yaitu
korelasi antara dj2 dengan nilai qq.
Berikut ini hasil pengujian normal multivariat dari data
faktor-faktor jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2011.

Berdasarkan hasil Gambar 4.1 scatterplot tidak
menunjukkan bahwa titik-titik pengamatan tidak membentuk
garis linier sehingga tidak normal multivariat. Dapat pula
dilihat dari nilai t yaitu 0,67 yang cukup jauh dari 50% serta
nilai korelasi Pearson sebesar 0,912 kurang dari critical value
Pearson maka dapat dikatakan data tidak berdistribusi normal
multivariat. Untuk analisis selanjutnya dapat diasumsikan data
telah mengikuti distribusi normal multivariat.
C. Uji Kecukupan Data dan Bartlett’s Test
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah
data yang akan digunakan memenuhi untuk dilakukan analisis
faktor atau tidak sedangkan uji Bartlett menunjukkan ada
tidaknya korelasi antar variabel.
Tabel 4. 2 Uji KMO dan Uji Bartlett

Kaiser-MeyerOlkin Measure
0,747

Bartlett’s Test
Approx.Chi Square
228,064

P-Value
0,000

Data dikatakan cukup untuk dilakukan analisis faktor jika
nilai KMO > 0,5, berdasarkan pada Tabel 4.2 didapatkan nilai
KMO sebesar 0,747 yang lebih besar 0,5 maka data dapat
digunakan untuk analisis faktor. Dapat dilihat juga bahwa pada
Tabel 4.2 memiliki nilai Bartlett yang signifikan yaitu nilai pvalue < taraf signifikan (α) yaitu 0,05 yang artinya antar
variabel terdapat korelasi.
D. Analisis Faktor
Analisis faktor digunakan untuk mengetahui jumlah
variabel yang terbentuk yang dapat mewakili kondisi
keragaman variabel yang diuji, sehingga dapat diduga jumlah
faktor yang terbentuk. Variabel yang digunakan untuk analisis
faktor dapat dilihat dari nilai Measure of Sampling Adequacy
(MSA) yang > 0,5. Nilai MSA ditampilkan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4. 3 MSA Anti-Image Correlation
X1
X2
X3
X8
X9
X10

X1
,735a
,191
-,200
-,115
-,172
-,579

X2
,191
,523a
-,033
,366
,035
-,297

X3
-,200
-,033
,867a
-,012
-,314
-,065

X8
-,115
,366
-,012
,559a
,118
,031

X9
-,172
,035
-,314
,118
,833a
-,321

X10
-,579
-,297
-,065
,031
-,321
,724a

Pada Tabel 4.3 hanya terdapat enam variabel yang
memiliki nilai MSA lebih dari 0,5 yaitu variabel
X1,X2,X3,X8,X9 dan X10 sedangkan jumlah variabel yang
digunakan pada awalnya adalah sebanyak sepuluh variabel

5
namun untuk variabel X4,X5,X6 dan X7 memiliki nilai MSA
yang kurang dari 0,5 sehingga tidak dapat diikutsertakan
dalam analisis faktor. Nilai MSA merupakan nilai diagonal
pada Tabel 4.3.
Nilai komunalitas menunjukkan seberapa besar keragaman
dari variabel dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Dengan menggunakan metode analisis komponen utama
didapatkan nilai komunalitas sebagai berikut.
Tabel 4. 4 Communalities

X1
X2
X3
X8
X9
X10

Initial
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000

Extraction
0,785
0,702
0,603
0,709
0,727
0,790

Berdasarkan nilai extraction pada Tabel 4.4 menunjukkan
bahwa untuk variabel jumlah penduduk sebesar 78,5%
keragaman dari variabel jumlah penduduk dapat dijelaskan
oleh faktor yang terbentuk, sedangkan untuk keragaman dari
variabel jumlah penduduk melek huruf dapat dijelaskan oleh
faktor yang terbentuk sebesar 70,2%. Keragaman jumlah kasus
DBD dijelaskan oleh faktor yang terbentuk sebesar 60,3%,
sedangkan sebesar 70,9% keragaman jumlah tenaga sanitasi
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk keragaman
jumlah tenaga kesmas dan puskesmas dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk sebesar 72,7% dan 79%.
Selanjutnya dapat diketahui banyak faktor yang terbentuk
berdasarkan nilai eigen. Variabel yang dinyatakan dapat
mewakili variabel lainnya adalah variabel yang memiliki nilai
eigen lebih dari 1. Hasil nilai eigen dari masing-masing
variabel sebagai berikut.
Tabel 4. 5 Nilai eigen Setiap Variabel

Initial Eigenvalues
Total
% of Variance Cumulative %
X1
2.937
48.946
48.6946
X2
1.379
22.983
71.929
X3
0.604
10.061
81.989
X8
0516
8.600
90.589
X9
0.358
5.965
96.554
X10
0.207
3.446
100.00
Berdasarkan pada Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa eigen
value yang lebih dari satu terdapat dua faktor yaitu faktor satu
dan faktor dua. Pada faktor pertama memiliki nilai eigen value
sebesar 2,937 dan faktor dua memiliki nilai eigen value
sebesar 1,379. Dari keenam variabel dapat direduksi dan
dibentuk menjadi dua faktor yang mana dua faktor tersebut
mampu menjelaskan 71,929% dari keragaman total.
Selain menggunakan nilai eigenvalue, untuk mengetahui
jumlah faktor yang terbentuk dan dapat mewakili variabel yang
lainnya dapat dilihat dari bentuk scree plot nya, yaitu banyak
faktor terbentuk berdasarkan garis yang turun curam seperti
yang ditampilkan berikut.

Faktor

Gambar 4. 2 Scree Plot

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa secara visual terbentuk 3
fakor karena garis ke-1 dan 2 turun curam, sedangkan garisgaris selanjutnya turun landai dan mendekati konvergen.
Tabel 4. 6 Rotated Component Matrix

Variabel
X1
X10
X9
X3
X8
X2

Komponen
1
2
0,882
0,868
0,843
0,776
-0,005
0,123

-0,079
0,192
0,129
0,035
-0,842
0,829

Tabel 4,6 menunjukkan bahwa korelasi variabel yang
tinggi dengan faktor 1 yaitu jumlah penduduk memiliki
korelasi sebesar 0,882, jumlah puskesmas yang memiliki
korelasi sebesar 0,868, jumlah tenaga kesmas memiliki
korelasi sebesar 0,843, dan jumlah kasus DBD memiliki
korelasi sebesar 0,776, Korelasi variabel yang tinggi dengan
faktor 2 yaitu jumlah tenaga sanitasi memiliki korelasi sebesar
-0,842 dan penduduk melek huruf yang memiliki korelasi
sebesar 0,829, Sehingga pada komponen 1 terdiri dari variabel
X10 , X9, X1, dan X3 atau dapat juga diberi nama untuk faktor 1
yaitu faktor sumber daya manusia sedangkan pada komponen
2 adalah variabel X8 dan X2 atau dapat diberi nama yaitu faktor
pengetahuan masyarakat,
Tabel 4, 7 Matriks Transformasi Komponen

Komponen
1
2

1
0,975
0,223

2
0,223
-0,975

Tabel 4,7 menunjukkan bahwa nilai komponen > 0,5 baik
untuk faktor sumber daya manusia ataupun faktor pengetahuan
masyarakat dengan nilai masing-masing 0,975 dan -0,975
sehingga faktor tersebut sudah tepat untuk mewakili variablevariabel yang ada di dalamnya,
III. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terdapat
beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu,
1, Data jumlah kasus demam berdarah tiap kabupaten/kota di
Indonesia tahun 2011 dengan sepuluh variabel tidak
berkorelasi seluruhnya hanya tujuh variabel yang memiliki
korelasi antar variabel yang cukup tinggi yaitu X3,X1, X4,

6
X5,X6,X9 dan X10,
2, Pengujian normal multivariat pada data jumlah kasus DBD
di Indonesia tidak mengikuti distribusi normal multivariat
sehingga untuk analisis selanjutnya dilakukan asumsi
normal multivariat,
3, Berdasarkan uji KMO didapatkan bahwa data jumlah kasus
DBD sudah mencukupi untuk dilakukan analisis faktor dan
berdasar Bartlett’s test terdapat korelasi antar variabel,
4, Analisis faktor mereduksi sepuluh variabel awal menjadi
dua komponen baru dimana komponen satu merupakan
faktor sumber daya manusia yang terdiri dari variabel
jumlah penduduk, jumlah puskesmas, jumlah tenaga
kesmas dan jumlah kasus DBD sedangkan pada faktor dua
atau faktor pengetahuan masyarakat yang terdiri dari
variabel jumlah tenaga sanitasi dan penduduk melek huruf,

[2]

[3]
[4]

[5]

[6]

[7]

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Kristina, Isminah, Wulandari L, (2004), Kajian Masalah
Kesehatan ,
[Online],

http://www,litbang,depkes,go,id/maskes/052004/demambe
rdarahl,
Johnson, N, And Wichern, D, (1998), Applied
Multivariate Statistical Analysis, New Jersey: PrenticeHall, Englewood Cliffs,
Sharma, S, (1996), Applied Multivariate Techniques , New
York: John Wiley & Sons, Inc,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, (2014), Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 , Surabaya :
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,
Cameron, A, C,, & Trivedi, P, K, (1998), Regression
Analysis of Count Data , Cambridge: Cambridge
University Press,
Tobing, TMDNL, (2011), Pemodelan Kasus DBD (DBD)
di Jawa Timur dengan Model Poisson dan Binomial
Negatif, Bogor : Thesis Institut Pertanian Bogor,
Notoatmodjo, S, (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Prinsip-Prinsip Dasar , Jakarta: Rineka Cipta,

7
LAMPIRAN
Lampiran 1, Data yang digunakan
Jumlah
Penduduk
(jiwa)

%
Penduduk
Melek
Huruf

Jumlah
kasus
DBD

Insidens
DBD (per
1000)

%
Rumah
Tangga
berPHBS

%
Rumah
sehat

% RT
Akses
Air
Bersih

Jumlah
Tenaga
Sanitasi

Jumlah
Tenaga
Kesmas

Jumlah
Puskesmas
22

13

16

263815

99

1

0

44,52

55,92

0

1

4

16

568532

7

901

158

74,49

85,54

100,01

24

10

17

2127791

90,76

591

27,69

41,63

55,2

65,18

5

92

48

404945

99

0

0

26,7

0

64

7

8

26

1099253

0

117

10,64

19,39

32,8

100

24

25

23

1510284

97,92

857

55,27

32,17

27,33

35,99

2

56

31

3178543

97,99

1180

37,82

48,98

50,15

83,11

0

33

61

726332

78,73

67

9,22

13,59

33,8

85,22

27

0

11

154445

99

61

0,4

82,39

59,5

0

9

0

8

189817

74,28

34

17,91

26,09

67,74

99,19

7

8

14

2630401

88,66

1183

54,86

45,31

58,08

63,21

0

70

39

488072

59,5

292

0,29

61,21

68,26

100

42

71

21

2912197

0

1008

34,61

61,39

81,21

100

63

61

17

882533

89,13

237

26,85

34,14

81,44

100

37

2

22

131377

92

40

0,3

83,75

73,27

95

0

2

8

817720

98

719

0,9

69,41

84,02

0

22

10

34

2404121

98,06

567

22,55

25,3

55,55

63,04

0

73

64

1465157

89,1

475

32,1

32,47

66,56

79,21

1

41

40

1144891

91,42

35

3,06

34,8

65,65

63,03

19

0

22

277673

99

8

0

56,31

72,66

0

6

8

11

175317

0

9

5,13

44,65

69,97

90,71

14

9

3

81807

86

27

0,3

0

0

0

0

0

5

120271

97,15

14

11,64

53,33

67,23

76,25

7

2

7

175157

96,83

99

54,47

48,49

49,15

88,08

0

30

10

1005836

0

67

6,66

33,36

57,05

75,94

28

11

18

,,,

375885

96

105

0,3

38,28

73,98

99

4

1778209

97,82

125

7,03

47,87

68,06

73,18

350960

98

207

0,6

37,35

84,68

0

84481

99

61

0,7

56,36

77,4

455946

65

759

0,76

100

1675675

97,7

519

28,78

399093

7

114

29

942579

0

628

140082

7

1663737

80,42

,,,

5

4

,,,

28

59

,,,

97,23

79,91

,,,

71,31

79,91

,,,

32,87

0,1

,,,

14,04

20

,,,

88

98

,,,

0

330701

,,,

626637

4

11

23

5

15

41

18

19

0

4

5

4

87,59

78,77

9

11

18

24,28

60,11

47,44

2

29

40

69,76

71,35

91,87

30

16

23

0,63

77,89

65,1

100

62

36

27

0

0

28,57

28,57

26,43

0

10

3

581

31,49

57,92

67,35

61,69

1

50

49

8
Lampiran 2, Output Software SPSS Analisis Faktor
Descriptive Statistics
Mean

Std, Deviation

Analysis N

X1

9,1569E5

8,42860E5

100

X2

73,5600

36,90099

100

X3

3,8182E2

571,56377

100

X4

30,8683

54,97860

100

X5

45,6144

22,44794

100

X6

63,0458

21,09277

100

X7

66,4081

34,65005

100

X8

14,6200

14,39050

100

X9

24,3800

29,05751

100

X10

21,8600

16,47344

100

Correlation Matrix
X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

X8

X9

,088

,062

X10

Correlation X1

1,000

,048

,551

,072 -,024

,026

,626

,752

X2

,048

1,000

,119

,011 -,193 -,032 -,387 -,411

,157

,278

X3

,551

,119 1,000

,614

,201

,200 -,089 -,055

,584

,532

X4

,072

,011

,614 1,000

,074

,165

,080 -,149

,316

,072

X5

-,024

-,193

,201

,074 1,000

,576

,131

,295 -,002 -,055

X6

,088

-,032

,200

,165

,576 1,000

,205

,184

X7

,062

-,387 -,089

,080

,131

,205 1,000

X8

,026

-,411 -,055 -,149

,295

,184

X9

,626

,157

,584

,316 -,002

X10

,752

,278

,532

,072 -,055 -,028 -,039 -,125

Bartlett's Test of Sphericity

Approx, Chi-Square
df
Sig,

a, Based on correlations

,237 -,054 -,039

,237 1,000 -,135 -,125

,060 -,054 -,135 1,000

KMO and Bartlett's Testa
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy,

,060 -,028

,747
228,064
15
,000

,674

,674 1,000

9

Anti-image Matrices
X1
Anti-image Covariance

Anti-image Correlation

X2

X3

X8

X9

X10

X1

,362

,099

-,093

-,062

-,070

-,198

X2

,099

,746

-,022

,285

,020

-,146

X3

-,093

-,022

,598

-,008

-,164

-,029

X8

-,062

,285

-,008

,812

,072

,016

X9

-,070

,020

-,164

,072

,455

-,123

X10

-,198

-,146

-,029

,016

-,123

,324

X1

,735a

,191

-,200

-,115

-,172

-,579

X2

,191

,523a

-,033

,366

,035

-,297

X3

-,200

-,033

,867a

-,012

-,314

-,065

X8

-,115

,366

-,012

,559a

,118

,031

X9

-,172

,035

-,314

,118

,833a

-,321

X10

-,579

-,297

-,065

,031

-,321

,724a

a, Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities
Initial

Extraction

X1

1,000

,785

X2

1,000

,702

X3

1,000

,603

X8

1,000

,709

X9

1,000

,727

X10

1,000

,790

Extraction Method: Principal
Component Analysis,
Total Variance Explained
Extraction Sums of Squared

Rotation Sums of Squared

Loadings

Loadings

Initial Eigenvalues
Compo

% of

Cumulative

% of
Total Variance

Cumulative
%

Total

% of

Cumulative

Variance

%

nent

Total Variance

%

1

2,937

48,946

48,946 2,937

48,946

48,946

2,859

47,656

47,656

2

1,379

22,983

71,929 1,379

22,983

71,929

1,456

24,272

71,929

3

,604

10,061

81,989

4

,516

8,600

90,589

10

5

,358

5,965

96,554

6

,207

3,446

100,000

Extraction Method: Principal Component Analysis

Component Matrixa
Rotated Component Matrixa

Component Score Coefficient Matrix

Component
Component
1
1
X10
X1
X9
X10
X1
X9
X3
X3
X8
X8
X2
X2

Component

2
2
,889
,882
,850
,868
,842
,843
,764
,776
-,192
-,005
,305
,123

1
,006
-,079
,062
,192
,274
,129
,139
,035
,820
-,842
-,780
,829

Extraction Method: Principal Component
Extraction Method: Principal Component
Analysis,
Analysis,
a,
2 components
Rotation
Method:extracted,
Varimax with Kaiser

2

X1

,324

-,130

X2

-,025

,575

X3

,276

-,040

X8

,069

-,594

X9

,292

,021

X10

,296

,063

Extraction Method: Principal Component
Analysis,
Rotation Method: Varimax with Kaiser

Normalization,

Normalization,

a, Rotation converged in 3 iterations,

Component Scores,

Component Transformation Matrix
Component

1

1
2

,975
,223

Component Matrixa

2

Component
,223
-,975

1

2

Extraction Method: Principal Component

X10

,889

,006

Analysis,

X9

,850

,062

Rotation Method: Varimax with Kaiser

X1

,842

,274

X3

,764

,139

Component Score Covariance Matrix

X8

-,192

,820

Component

1

2

X2

,305

-,780

1

1,000

,000

Extraction Method: Principal

2

,000

1,000

Normalization,

Extraction Method: Principal
Component Analysis,
Rotation Method: Varimax with Kaiser
Normalization,
Component Scores,

Component Analysis,
a, 2 components extracted,

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25