PERSEPSI RISIKO PERCEIVED RISK KONSUMEN (2)

1

PERSEPSI RISIKO (PERCEIVED RISK) KONSUMEN DALAM PERILAKU
BELANJA DARING BUSANA MUSLIM DI KALANGAN MAHASISWI
BERHIJAB TRENDI DI KOTA MALANG DITINJAU DARI TIPE
KEPRIBADIAN DISC
Nur Rani Faradillah
(ranipsychology@gmail.com)
Ika Rahma Susilawati
Dra Ika Widyarini
ABSTRACT
On-line shopping is purchasing products or services through the Internet media. During the
transaction in the on-line shopping, the consumers might perceive some risk because the shop is
virtual and the service may not fully guaranteed. The research would explore the influence of DISC
personality types of consumer on six perceived risks of on-line shopping. This qualitative research
would use phenomenology and data analysis using coding method. The subject of the research are
four women who followed a trend in hijab clothing fashion chosen for their experience in on-line
shopping at least one purchase by purposive sampling. This research result showed that four
subjects perceived risks differently. Despite similar on-line shopping situation, subject with
different types of personality will perceive risks differently. They even practice different strategy to
minimize the risks. The implication of the study will also will be discussed

Keyword: perceived risk, online shopping, type of DISC personality
ABSTRAK
Belanja daring merupakan pembelian produk atau jasa melalui media internet. Selama proses
belanja daring, konsumen mempersepsikan kemungkinan adanya risiko karena toko tidak berbentuk
secara nyata (virtual) dan pelayanan yang mungkin sepenuhnya tidak terjamin. Penelitian ini, untuk
mengetahui pengaruh tipe kepribadian DISC konsumen pada enam persepsi risiko dalama belanja
daring. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan fenomenologi dan analisa data
menggunakan metode coding. Subjek penelitian dipilih melalui purposive sampling, yaitu empat
subjek wanita yang mengikuti tren fashion busana hijab trendi dan memiliki pengalaman minimal
satu kali pembelian dalam belanja daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat subjek
memiliki persepsi berbeda. Meskipun situasi belanja daring sama, subjek dengan tipe kepribadian
berbeda akan mempersepsikan risiko secara berbeda. Mereka bahkan melakukan strategi berbeda
untuk meminimalkan risiko. Implikasi penelitian turut dibahas dalam skrispi ini.
Kata kunci: persepsi akan risiko, belanja daring, tipe kepribadian DISC

2
LATAR BELAKANG
Teknologi informasi (TI) turut berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban
manusia. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini adalah internet. Artikel Strategy and the
Internet menjelaskan bahwa internet mempengaruhi struktur industri dan memberikan keunggulan


kompetitif yang berkelanjutan saat ini (Porter, 2001). Kemajuan teknologi dan informasi
memungkinkan banyak orang menggunakan media internet sebagai media bisnis online (e-bisnis)
atau disebut juga dengan perdagangan (e-commerce), yang mempunyai keuntungan baik bagi
perusahaan atau konsumen sebagai pengguna internet (Arwiedya, 2011). Pesatnya perkembangan
internet memudahkan para pemasar untuk melakukan perdagangan sebagai penyedia kebutuhan
konsumen dan membangun bisnisnya melalui bisnis daring (online shopping) (Supriyanto, 2005).
Bisnis daring atau disebut dengan online shopping di negara-negara dunia meningkat secara
signifikan, termasuk Indonesia. Belanja daring (online shopping) itu sendiri merupakan saluran baru
atau hal baru untuk membeli produk atau layanan di internet (Bhatnagar et.all, 2000). Situs-situs
jual beli online banyak bermunculan untuk menangkap pangsa pasar seperti belanja daring (online
shopping). Menurut managing director Bhinneka yaitu Henrik Tio, e-commerce di Indonesia saat

ini tengah memasuki kondisi terbaik, sebetulnya e-commerce di Indonesia itu sudah lama, bahkan
sempat terpuruk. Namun, saat ini e-commerce kondisinya sangat bagus (Purwadi, 2012). Survei
Nielson Global Online 2007 menempatkan Indonesia di posisi 13 dari 14 negara Asia Pasifik

dengan 51 persen populasi pengguna internet yang pernah berbelanja daring (Tunjungsari &
Harlina, 2010).
Menurut Benson (Arwiedya, 2011) faktor yang mempengaruhi konsumen melakukan

pembelian atau belanja daring di dunia e-commerce yaitu harga (price) termasuk pembelian online
yang lebih murah daripada metode tradisional, jumlah pilihan (assortment) merupakan ragam
produk yang lebih sesuai dengan keinginan pembeli, kenyamanan (convenience) terdiri dari waktu,
lokasi dan proses pembelian lebih superior, hiburan (entertaiment) membeli secara online
seharusnya lebih menyenangkan daripada alternatif lain. Ada hal lain yang menjadi pertimbangan
konsumen dalam melakukan belanja daring yaitu persepsi akan risiko (perceived risk). Menurut
Featherman dan Pavlov (2003), persepsi akan risiko (perceived risk) dinilai sebagai tingkat persepsi
konsumen akan hasil negatif yang didapat dari transaksi daring (online). Persepsi merupakan faktor
internal dari dalam diri individu. Pengaruh internal yaitu faktor yang dalam diri individu meliputi
persepsi, pembelajaran, memori, motif, kepribadian, sikap, dan emosi. Pengaruh eksternal
merupakan faktor di luar individu yaitu gaya hidup konsumen, status sosial, budaya, nilai, dan
pengaruh kelompok referensi (Hawkins, 1994). Keduanya merupakan faktor pendukung lain yang

3
mempengaruhi konsumen dalam pembelian secara konvensional, dan memiliki prinsip yang sama
jika dikaitkan dengan belanja daring
Persepsi dan kepribadian merupakan faktor internal yang menjadi fokus penelitian ini.
Kepribadian merupakan pengaruh internal yang diartikan sebagai organisasi yang dinamis dari
sistem psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas
melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman, pendidikan, dan sebagainya (Suryabrata,

2007). Berdasarkan definisi kepribadian tersebut bahwa konsumen memiliki cerminan kepribadian
berbeda-beda dan dalam pemilihan produk yang dilakukan konsumen pun bervariasi mulai dari
produk buku, fashion, video musik dan elektronik cenderung disesuaikan dengan kepribadian
konsumen. Oleh karena itu konsumen akan memiliki kecenderungan untuk membeli merek yang
memiliki kepribadian serupa dengan konsep dirinya (Schiffman & Kanuk, 2002).
Penting untuk mengetahui kepribadian konsumen yang memiliki tipe kepribadian yang
berbeda-beda dalam memilih produk yang sesuai dengan dirinya. namun peneliti tertarik untuk
menggunakan tipe kepribadian DISC dengan tujuan mengetahui pandangan konsumen dengan
klasfikasi tipe kepribadian berbeda terhadap persepsi akan risiko

(perceived risk) di bidang

perilaku konsumen. Terdapat empat model atau dimensi tipe kepribadian yang diperkenalkan oleh
Marston yaitu dominant, influencing, steady, dan compliant (Slowikowski, 2005). Karakter
kepribadian konsumen yaitu berupa kepercayaan interpersonal adalah faktor dalam menentukan
individu sebagai konsumen dalam membeli barang atau produk dari website komersial seperti
halnya dalam belanja daring (Das & Bing, 2006).
Perkembangan e-commerce seperti belanja daring mendorong majunya perkembangan indutri
di bidang fashion dan negara Indonesia sebagai pengguna internet yang mencapai 51 persen untuk
berbelanja daring (online shopping) fashion, dimana hal ini memajukan perkembangan industri

Indonesia di bidang fashion. Minat konsumen terhadap produk fashion dengan persentase 36% dari
berbagai Negara termasuk Indonesia (Marketing Chart, 2008). Ini membuktikan adanya antusias
dari pemasar online Indonesia untuk menjual produk fashion. Hal ini didukung pula dengan adanya
usaha desainer dan pengusaha mode yang berusaha mengikuti perkembangan mode. Kreasi mode
terus meningkat dari tahun ke tahun untuk menjawab kebutuhan sesuai perkembangan zaman (Era
Baca, 2012). Kreasi mode yang hangat diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia khususnya
kaum wanita saat ini adalah tren fashion busana muslim. Menurut Fauzi Aziz, industri busana
muslim berkembang menjadi industri garmen yang paling menjanjikan dan membentuk pasar
tersendiri. (Purwoko, 2010).

4
Tahun 2000, kreasi fashion busana muslim mulai semakin popular (Syariah Publications,
2007). Dengan kondisi hijab atau jilbab yang sekarang sedang popular, ada pergeseran paradigma
jilbab atau hijab khususnya bagi kaum wanita di Indonesia. Hijab atau jilbab yang awalnya
merupakan busana untuk menutup aurat, saat ini menjadi tren busana muslim yang memiliki peran
ganda dalam penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Peran ganda yang dimaksud adalah
pemakaian hijab atau jilbab tidak lagi digunakan saat ada acara keagamaan dengan mode atau
desain yang terlihat sederhana, namun pemakaian hijab atau jilbab saat ini digunakan hampir di
setiap kegiatan kaum wanita dengan gaya modern seperti pada gaya Inneke dan jilbab gaya Dian
Pelangi. Hijab atau jilbab yang digunakan cara tersebut merupakan suatu bentuk kebebasan kaum

wanita bahwa hijab atau jilbab bukan lagi hal yang kuno, karena hijab atau jilbab dapat dipakai
dengan cara model yang berbeda-beda (Maiyusnida, 2006).
Tren busana muslim modern dengan gaya hijab trendi dari kalangan artis seperti Inneke dan
Dian Pelangi banyak diminati oleh kaum wanita dari berbagai kalangan, khusunya mahasiswi.
Peneliti mengamati, salah satunya di Univesritas Brawijaya beberapa mahasiswi berhijab atau
berjilbab memakai busana yang cukup trendi dan mengikuti perkembangan fashion. Menurut
keterangan salah satu mahasiswi, bahwa beberapa mahasiwi Universitas Brawijaya tergabung
dalam sebuah komunitas hijab modern di luar kampus. Umumnya komunitas hijab modern disebut
Hijabers atau Hijab Style. Terkadang tidak menutup kemungkinan, terdapat mahasiwi dari

Universitas yang berbeda di kota Malang selain Universitas Brawijaya tergabung dalam komunitas
tersebut.
Fashion busana muslim modern di kalangan mahasiwi berhijab telah menjadi tren tersendiri
demikian halnya dengan belanja daring (online shopping). Minat belanja daring pada mahasiwi
menurut survei sebesar 15%, minat belanja mahasiwi ini terbesar kedua setelah 66% karyawan
swasta, 10% pengusaha, dan sisanya sebesar 3% (dailysocial, 2012). Kehadiran tren fashion busana
muslim modern dan belanja daring banyak menarik konsumen wanita khususnya mahasiswi yang
tampil modis dengan busana hijab trendi. Hal ini mendorong pula perubahan dalam cara belanja
secara konvensional menuju belanja daring. Perubahan ini dikarenakan adanya preferensi belanja
daring via internet atau dunia e-commerce mampu memberikan pilihan produk yang sangat

beragam (Kothler, 2005).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti bermaksud ingin mengetahui bagaimana
persepsi konsumen yang diklasifikasikan dalam tipe kepribadian DISC diatas memiliki persepsi
terhadap risiko pada belanja daring.

5
LANDASAN TEORI
A. Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan
bagaimana seseorang merespon lingkungannya. (Schiffman dan Kanuk, 2002). Faktor-faktor yang
turut berperan dalam pembentukan kepribadian menurut Sondang (Ganelli & Aries, 2010) yaitu
pertama faktor yang dibawa sejak lahir seperti apa yang diwariskan oleh seseorang dari orang
tuanya baik secra biologis, fisiologi, dan psikologi, kedua faktor lingkungan adalah pengalaman
seseorang berinteraksi dengan lingkungan seperti ajaran disiplin dalam keluarga, kultur dalam anak
di besarkan, norma-norma, dan ketiga faktor situasi adalah reaksi seseorang terhadap situasi tertentu
bisa berbeda pada waktu yang berlainan. Faktor kepribadian tersebut mencerminkan bagaimana
individu merespon lingkungannya, demikian pula dalam pemilihan produk atau merek. Banyak
ditemukan ketika konsumen memilih produk atau merek, keputusan mereka didasarkan pada
kepribadiannya. Beberapa merek mulai menggunakan unsur kepribadian di dalamnya karena
perbedaan kepribadian konsumen akan secara jelas menggambarkan perbedaan variasi perilaku

konsumsinya. Artinya, meskipun konsumen berbeda dalam kepribadian namun variasi perbedaan
tersebut pasti masih menginginkan atribut produk yang sama (Ferrinadewi, 2008).
1.

Konsep Tipe Kepribadian DISC
Awal mula konsep dari DISC yaitu berawal dari konsep milik Marston bahwa emosi orang

normal karena adanya empat dorongan intrinsik. Konsep DISC ini didasarkan pada model wellness
(kesehatan) dan model perilaku manusia yang didasarkan pada dua pengamatan dasar tentang
bagaimana manusia berperilaku yaitu pengamatan pertama, beberapa orang cenderung lebih terbuka
sementara yang lain lebih cenderung pendiam dan pengamatan kedua, beberapa orang cenderung
berorientasi kepada tugas sementara yang lain lebih cenderung berorientasi kepada orang-orang di
sekitar mereka dan perasaan mereka (Rohm, 2010). Kedua model tersebut adalah konsep dasar tipe
kepribadian DSIC, mengidentifikasi gaya perilaku normal yang berbeda. Dengan demikian terdapat
empat kecenderungan perilaku yang menjadi konsep dasar model kepribadian DISC yaitu outgoing,
reseved, task oriented, dan people oriented. Konsep dari DISC telah banyak mengalami

pengembangan dan dilakukan penelitian ulang mengenainya.
2.


Empat Tipe Kepribadian DISC
Ke empat yaitu outgoing, reseved, task oriented , dan people oriented merupakan konsep awal

dari tpe kepribadian DISC. Penjelasan lebih lanjut mengenai DISC terdapat empat tipe (Turnasella,
2002). Pertama dominant atau driver orang yang memiliki karakter kuat dan suka memerima
tantangan, cepat mengambil tindakan, memiliki ego yang tinggi, pemecah masalah, inovatif, takut
dimanfaatkan oleh orang lain, dan cenderung otoriter sehingga pada akhirnya menuntut dirinya dan

6
orang lain. Kedua infulencing atau nspiring yaitu orang yang suka mengambil peran aktif di
lingkungan yang menguntungkannnya, optimis, impulsive, emosional, kreatif melakukan
pemecahan masalah, humoris, motivator, dan takut penolakan, Ketiga steady atau stable orang yang
memiliki karakter simpati, kooperatif, menjadi pendengar baik, cenderung stabil, ramah, posesif,
cenderung suka memprediksi, loyal kepada orang lain, dan takut akan rasa aman. Keempat
compliant atau correct orang yang memiliki karakter cenderung perfeksionis dan teliti dan untuk

menghindari kesulitan sama sekali, analitik, pencari fakta, standar tinggi, sistematis, memikirkan
apa yang diinginkan orang lain, dan cenderung takut kritik.
B. Persepsi akan Risiko (Perceived Risk)
Pendapat lain mengenai persepsi akan risiko (perceived risk) yaitu anggapan risiko

menghadirkan penilaian individu terhadap kemungkinan yang berhubungan atas hasil positif
maupun negatif dari suatu transaksi atau situasi, serta sebuah bentuk multidimensional yang terdiri
dari dua tipe risiko, yaitu risiko produk dan risiko keuangan dalam belanja daring (online shopping)
(Bhatnagar dkk, 2000). Konsumen akan cenderung untuk melihat tingkat risiko yang lebih tinggi
saat membeli produk melalui internet dibandingkan dengan di dalam toko (Naiyi, 2004). Secara
umum, ada enam persepsi akan risiko (Nenonen, 2006) yaitu :
1.

Risiko keuangan

2.

Risiko Privasi

3.

Risiko Kinerja

4.


Risiko Psikologis

5.

Risiko Waktu

6.

Risiko Sosial

C. Belanja Daring (Online Shopping)
Belanja daring (online shopping) dianggap lebih beresiko bagi konsumen. Terdapat beberapa
definisi mengenai belanja daring yakni perama menurut Bhatnagar dkk, belanja daring (online
shopping) adalah saluran atau hal baru untuk membeli produk atau layanan di internet dan menurut

Tan belanja daring (online shopping) adalah salah satu bentuk pembelian non-toko di internet (Li
dan Huang, 2009). Keuntungan dari belanja daring (online shopping) yaitu konsumen tidak perlu
berkeliling membandingkan harga, konsumen tidak perlu berdiri di baris terdepan untuk cash
register , dan memudahkan konsumen melakukan pembayaran sesuai kebutuhan. Namun, dibalik

keuntungan terdapat kekurangan belanja daring yaitu konsumen tidak dapat melihat langsung
barang yang dibeli, kendala dari koneksi internet, jaminan kemanan dari toko online yang dituju
(Cohen, 2008).

7
METODE
Partisipan dan Desain Penelitian
Subjek pada penelitian ini berjumlah 4 orang wanita dengan menggunakan teknik purposive
sampling yakni berdasarkan karakterisitk 4 wanita berhijab trendi, berstatus sebagai mahasiswi di

kota Malang, memiliki pengalaman berbelanja daring minimal satu kali, dan memasuki tahapan usia
dewasa awal antara 18-40 tahun. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Fenomenologi adalah studi tentang pengetahuan
yang berasal dari kesadaran atau cara memahami suatu objek atau peristiwa dengan mengalaminya
secara sadar dan berupaya mengungkapkan tentang makna dari pengalaman seseorang
(Hasbiansyah, 2005). Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa coding yang terdiri
open coding, axial coding, selective coding, dan reliabilitas penelitian menggunakan derajat

kepercayaan (credibility) dan kepastian (comfirmability) (Herdiansyah, 2010).
Alat Ukur dan Prosedur Penelitian
Teknik pengumpulan data dengan data primer yakni pemberian alat ukur inventori klasifikasi
tipe kepribadian DISC yang telah baku (The IML, 2000), wawancara 4 subjek wanita, dan observasi
non partisipan pada subjek. Data sekunder berupa wawancara kepada orang terdekat subjek,
dokumentasi berupa foto atau gambar saat subjek menggunakan busana hijab, sumber dari arsip
berupa struk belanja atau tanda pembayaran secara online, print screen website atau toko online
yang sering dikunjungi oleh subjek. Prosedur dalam penelitian ini, pertama memberikan alat
inventori klasisfikasi tipe kepribadian DISC kepada subjek wanita berhijab trendi. Subjek diminta
untuk mengisi dari 24 set pernyataan yang harus dipilih sesuai dengan keadaan subjek yaitu hanya
memilih satu Most (M) dan L (Least) pada sekumpulan pernyataan dalam satu kotak tersebut.
Pemberian alat ukur tersebut bertujuan untuk mengklarifikasi tipe kepribadian ke empat. Kedua,
melakukan skoring alat inventori kepribadian DISC yang langsung dibimbing oleh dosen yang ahli
di bidangnya, untuk menentukan tipe kepribadian yang menonjol dari subjek hingga menemukan 4
subjek wanita yang memiliki tipe kepribadian menonjol diantaranya 1 subjek berkepribadian D, 1
subjek berkepribadian I, 1 subjek berkepribadian S, dan 1 subjek berkepribadian C.
Ketiga, setelah menemukan 4 subjek wanita berhijab trendi yang sesuai dengan kriteria tipe
kerpribadian DISC, kemudian dilakukan wawancara semi terstruktur menyangkut enam dimensi
persepsi akan risiko (perceived risk) dalam belanja daring, dan melakukan observasi non partisipan
pada subjek saat mengakses situs belanja yang dikunjungi atau memperhatikan perilaku subjek
setelah membeli busana hijab yang baru dibeli. Terakhir prosedur dari penelitian ini yaitu

8
melakukan pengumpulan data pendukung dengan mewawancarai orang terdekat subjek dan
melakukan data berupa dokumentasi foto, tanda bukti belanja jika ada, dan print screen website
atau toko online yang dituju.
HASIL
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, dan skoring alat inventori kepribadian DISC versi IML
(The IML, 2000) bahwa bahwa subjek 1 (SY) memiliki tipe kepribadian kombinasi D-C
(challenger ). Subjek berumur 24 tahun. SY adalah mahasisiwi pasca sarja ekonomi Universitas
Brawaijaya Malang. Kegiatan sehari-hari SY disibukkan oleh tesis. SY pun memiliki pengalaman
menjadi duta wisata di kotanya dan aktif di dunia model khususnya busana hijab. Produk yang
dibeli saat berbelanja daring yaitu pakaian berlengan panjang, blezer, kaos berlengan panjang, dan
produk lain yakni sepatu. Selama proses wawancara dan observasi SY menjelaskan dengan rinci
mengenai belanja daring dan konsekuensi yang dialami. SY tidak tampak kaku selama proses
wawancara. SY dapat fokus pada pertanyaan yang diajukan kepadanya sembari mengerjakan tesis.
Persepsi akan risiko yang dialami oleh SY yaitu risiko keuangan, risiko, kinerja, risiko waktu, risiko
psikologis dan risiko sosial.
Subjek 2 (IB) memiliki tpe kepribadian kombinasi I-C (assesor ). Subjek berumur 20 tahun. IB
adalah seorang mahasiswi semester 4 Administrasi Negara FIA Universitas Brawijaya. Kegiatan IB
sebagai seorang mahasiswi disibukkan dengan kegiatan organisasi kampus. IB mengikuti organisasi
yang bergerak di bidang entrepreneur yaitu SEC, sedangkan untuk semester lalu mengikuti
kegiatan organisasi BE ,dan RSC. Produk yang dibeli saat berbelanja daring yaitu kerudung,
pakaian, aksesoris kerudung, dan produk lain berupa dompet dan sepatu. Subjek pun sempat tertarik
belanja permata. Selama proses wawancara dan observasi subjek cukup menjelasakan secara rinci
bahwa ia melakukan belanja daring tidak hanya dikecewakan sekali oleh penjual. IB terkadang
tampak kurang fokus pada wawancara karena sering membalas pesan di handphones, dan selalu
meperlihatkan gerak tubuh yang berubah-ubah. Persepsi risiko yang ialami oleh IB yaitu risiko
keuangan, risiko waktu, risiko kinerja, risiko psikologis, risiko privasi, dan risiko sosial.
subjek 3 (IM) memiliki tipe kepribadian S (steady atau stable). Subjek berumur 23 tahun. IM
adalah mahasiswi BK(Bimbingan Konseling) di Universitas Negeri Malang. Produk yang dibeli
selama berbelanja yaitu gamis, kemeja panjang, dress panjang, celana dan rok dan produk lain
berupa pakaian bergaya ala korea. Selama proses wawancara dan observasi IM nampak kecewa
terhadap belanja daring yang disebakan karena kualias produk dan beberapa model pakaian di toko
online berbeda memiliki kesamaan sehingga kemungkinan miliknya mirip dengan milik orang lain.

IM tidak memilih berbelanja kerudung secara daring, karena lebih mahal dan tidak pernah
berbelanja secara khusus, misal saat membeli pakaian IM tidak harus membeli kerudung secara

9
daring untuk menyesuaikan dengan pakaian yang dibeli. Persepsi risiko yang ialami IM yaitu risiko
keuangan, risiko waktu, risiko kinerja, risiko psikologis, dan risiko sosial.
Subjek 4 memiliki tipe kepribadian C (correct atau compliance). Subjek berumur 25 tahun. AF
AF adalah mahasiswi pasca sarjana Pertanian di Universitas Brawijaya. Kegiatan AF sebagai
mahasiswi pascasarjana disibukkan dengan penelitian di lapangan untuk tesisnya. Produk yang
dibeli gamis, dress panjang, kemeja panjang beserta celana. Produk lain yang dibeli secara daring
(online) sebelum mengenal hijab trendi belanja pakaian bergaya ala korea. Selama proses
wawancara dan observasi AF menyampaikan secara santai dengan tertawa dan menjawab
pertanyaan cukup jelas mengenai persepsi risiko yang dialami. Risiko yang dialami yaitu risiko
keuangan, risiko waktu, risiko keinerja, risiko privasi, risiko psikologis, dan risiko sosial.
Pembahasan di atas menjelaskan bahwa ke empat subjek yakni subjek 1 (SY) tipe kepribadian
kombinasi D-C (challenger ), subjek 2 (IB) tipe kepribadian kombinasi I-C (assesor ), subjek 3 (IM)
tipe kepribadian S (steady atau stable), dan subjek 4 tipe kepribadian C (correct atau compliance)
memiliki persepsi berbeda dalam enam risiko belanja daring, walaupun ke empat subjek
menghadapi situasi belanja yang hampir sama satu sama lain. Berikut keseluruhan integrasi dari
penjabaran enam persepsi risiko belanja daring (Nonenon, 2006) ke empat subjek berdasarkan teori
klasifikasi tipe kepribadian DISC guna mempermudah memahami:
Tabel 1 Integrasi Keselururuhan Persamaan & Perbedaan Persepsi akan Risiko Ke Empat Subjek

Persepsi Risiko
Keuangan

Subjek 1 SY
Tipe Kepribadian
D&C (Challenger)
1. Khawatir transfer
biaya belanja ke
bank karena
cenderung tidak
mudah percaya
pada orang lain
karena tak kenal
dengan penjual &
takut penipuan.

Subjek 2 IB
Tipe Kepribadian
I&C (Assessor)
1. Tidak khawatir
transfer biaya
belanja ke bank,
karena keharusan
membayar.

Subjek 3 IM
Tipe Kepribadian
S (Steady/Stable)
1. Khawatir
transfer biaya
belanja, karena
bila membayar
khawatir produk
tidak dikirim
dan
ketidakjelasan
nama pemilik
nomor rekening.

Subjek 4 AF
Tipe Kepribadian C
(Correct/Compliance)
1. Tidak khawatir
transfer biaya
belanja ke bank,
karena merupakan
keharusan
membaya.

2. Khawatir biaya
tambahan,
karakter subjek 1
yang nampak
mencari
kekhawatiran
biaya tambahan
karena mahal
dengan berbagi
ongkos kirim

2. khawatir biaya
tambahan karena
karakter subjek 2
yang cenderung
teliti
menganggap
biaya ongkos
kirim mahal.

2. Khawatir beban
biaya tambahan,
karena karakter
subjek 3
menganggap
memberatkan.
Untuk
mengurangi
beban ongkos
kirim mencari

2. Khawatir biaya
tambahan, karena
Karakter subjek 4
cenderung berhatihati saat maka
membagi biaya
ongkos kirim
dengan orang lain
(adik).

10

Persepsi Risiko
Waktu

Subjek 1 SY
Tipe Kepribadian
D&C (Challenger)
bersama teman
dan mengirim
produk ke alamat
di Malang.

Subjek 2 IB
Tipe Kepribadian
I&C (Assessor)

Subjek 3 IM
Tipe Kepribadian
S (Steady/Stable)
masih dengan
belanja bersama
teman.

Subjek 4 AF
Tipe Kepribadian C
(Correct/Compliance)

3. Khawatir
perbedaan harga,
karena karakter
subjek 1 yang
cenderung
seksama dan
teliti
mengkhawatirka
n perbedaan
harga karena
subjek
menganggap tiap
penjual
mengambil
untung berbeda.

3. Khawatir
perbedaan harga,
karena karakter
subjek 2 yang
mengejar segala
kemungkinan
dengan
negosisasi ke
pihak penjual
menganggap
perbedaan harga
menjadi
pertimbangan
utama baginya.

3. Khawatir
perbedaan harga
produk, karena
karakter subjek
3 yang mencari
pemecahan
masalah dengan
tidak membeli
kerudung
daring/online
karena mahal
dan
memperkirakan
bahan.

3. Khawatir perbedaan
harga dan
mengumpulkan
informasi
berdasarkan fakta
dengan

4. Karakter tegas
mengambil
keputusan dengan
tidak
mempermasalahk
an diskon jika
sesuai dengan
produk.

4. khawatir diskon
yang diberikan
karena diskon
hanya dianggap
mengurangi
pengeluaran saja
karena diskon
yang diberikan
kurang.

4. Tidak khawatir
pada diskon,
karena karakter
subejek 3
cenderung
tenang terhadap
potongan diskon
karena dianggap
wajar.

5. Tidak khawatir
finansial dengan
membuat
keputusan
berdasarkan fakta
atas pengalaman
belanja daring
yang lalu dengan
mempertimbangk
an segala hal
sebelum belanja
sehingga tidak
khawatir.

5. Khawatir
dimensi rugi
finansial, karena
subjek 2 yang
ingin mengetahui
sasaran dengan
jelas atau sasaran
yang diharapkan
dari belanja
daring dengan
adanya
kesesuaian harga
dan produk.

5. Khawatir
kerugian
keseluruhan
secara finansial,
karena karakter
subjek 3 kurang
memperhatikan
secara financial.
Tanpa terasa
uang tabungan
di ATM habis.

1. Khawatir
terhadap proses
pengiriman atau
pemesanan,
karena
karakter subjek 1
cenderung tidak
percaya kepada
orang lain karena
takut barang tidak

1. Khawatir
terhadap proses
pengiriman atau
pemesanan,
anggapan. ini
karena adanya
kesibukan dari
pihak penjual.
Khawatir produk
munculnya risiko

1. Khawatir proses 1. Khawatir proses
pengiriman atau
pengiriman atau
pemesanan,
pemesanan,
karena
cenderung takut
cenderung takut
pemesanan berbasis
pemesanan
pre order dan
berbasis pre
kurang adanya
order karena
respon dari pihak
lama sampai 2
penjual.
minggu atau 1
2.

mengutamakan
harga
sebab kerudung
daring/online lebih
mahal.

4. Tidak khawatir
terhadap diskon
yang diberikan,
karena diskon yang
diberikan dianggap
wajar.

5. Tidak khawatir
finansial, karena
karakter subjek 4
berhati-hati dengan
berbelanja
sewajarnya
sehingga tidak
merasa dirugikan
secara finansial.

11
Subjek 1 SY
Tipe Kepribadian
D&C (Challenger)
sampai, takut rugi
yang
mengakibatkan
pesanan barang
telat datang
(seminggu lebih).

Subjek 2 IB
Tipe Kepribadian
I&C (Assessor)
tidak datang,
karena pihak
penjual
seharusnya
mengirim
pesanan lebih
cepat.
2. Tidak khawatir
risiko pemesanan
melalui telpon,
sms, dan email,
karena harus
memesan via sms
atau komen di fb.

Subjek 3 IM
Tipe Kepribadian
S (Steady/Stable)
bulan.

Subjek 4 AF
Tipe Kepribadian C
(Correct/Compliance)

2. Tidak khawatir
pemesanan
lewat telpon,
sms, atau email,
karena subjek
harus memesan
via sms jadi
tidak khawatir.

2. Tidak khawatir
pemesanan melalui
telpon, sms,atau
email, karena
keinginan
memesan sehingga
tidak perlu
khawatir.

3. Khawatir
kenyamanan
dalam belanja
daring mencakup
efisiensi waktu,
karena subjek 1
mengutamakan
efisiensi
berbelanja.
Efisien untuk
searching,
namun tidak
efisien dalam
menuggu produk
datang.

3. Tidak khawatir
kenyamanan
dalam belanja
daring mencakup
efisiensi waktu,
subjek merasa
belanja daring
nyaman baginya
sebab tidak perlu
berkeliling toko.

3. Khawatir
kenyamanan
belanja
mencakup
efisiensi waktu,
Karena
tergantung dari
koneksi internet.

3. Khawatir
kenyamanan
belanja mencakup
efisiensi waktu,
dimana
kenyamanan
belanja daring
berupa efisiensi
waktu seharusnya
memiliki pelayanan
yang cepat namun
pelayanan lama.

4. Prosedur proses
belanja daring
yang komplek,
menemui yang
terlalu
menyulitkan
subjek.

4. Tidak khawatir
prosedur belanja,
karena setiap
toko berbeda
dalam prosedur
belanja sehingga
tidak khawatir.

4. Khawatir
prosedur
belanja, karena
karakter subjek
3 yang mengerti
konsep dari
prosedur belanja
daring
seharusnya
memudahkan
konsumen,
namun yang ia
menemukan

4. Tidak khawatir
prosedur belanja
daring, mendapat
konfirmasi setelah
pemesanan dan
tidak ada langkah
yang
membingungkan.

2. Khawatir risiko
pemesanan lewat
telpon, sms, dan
email, karena
karakter subjek 1
yang memiliki
reaksi cepat
terhadap masalah
tampak pada
kekhawatiran
kinerja penjual
(mencatat alamat
benar/tidak)
karena
pengalaman
sebelumnya.

12

Persepsi Risiko
Kinerja

Subjek 1 SY
Tipe Kepribadian
D&C (Challenger)

Subjek 2 IB
Tipe Kepribadian
I&C (Assessor)

Subjek 3 IM
Subjek 4 AF
Tipe Kepribadian
Tipe Kepribadian C
S (Steady/Stable) (Correct/Compliance)
toko online
yang memiliki
prosedur belanja
kompleks.

1. Khawatir kualitas
produk, risiko ini
muncul karena
tidak dapat
menyentuh
produk secara
langsung.
Cenderung
seksama, teliti,
dan rasa ingin
tahu terhadap
kualitas kerudung
dimana harus
mencocokan
warna dan bahan
dan, tidak bisa
menyentuh
produk.

1. Khawatir
kualitas produk,
karena
cenderung ngin
meneliti dan
pratikal
sehingga jika
ada kesempatan
ia akan
mengunjungi
toko online jika
jarak
memungkinkan
dengan melihat
keadaan produk
dan
mencobanya.

1. Khawatir
kualitas produk ,
karena subjek 3
menginginkan
sasaran yang
tepat guna
mendapatkan
kualitas produk
yang sesuai
dengan harga.

1. Khawatir kualitas
produk, karakter
cenderung teliti
mengetahui
kualitas kerudung
yang dibeli berbeda
warna, sehingga
khawatir kualitas
untuk pembelian
selanjutnya.

2. Tidak khawatir
akan informasi
atau detail
produk, walau
karakter ini
cenderung
seksama dan
memiliki
penilaian tinggi
tetapi subjek 1
tidak khawatir
karena pasti toko
melayani.

2. Khawatir
informasi detail
produk, karakter
subjek 2
membutuhkan
lebih banyak
detail informasi
mengenai
produk, sehingga
subjek harus
bertanya
kembali.

2. Khawatir
informasi atau
detail produk,
karena ia
cenderung
merasa produk
sama dan bahan
sama tapi toko
berbeda
detailnya.
Berbeda toko
harga pun
berbeda.

2. Khawatir informasi
atau detail produk,
karena cenderung
mengumpulkan
banyak informasi
guna mengetahui
toko yang
menyediakan
informasi lengkap.

3. Tidak khawatir
kerugian
keseluruhan
timbul ketika
suatu produk
tidak sesuai,
karakter yang
cakap penuh
dengan
pertimbangan
sebelum
berbelanja
sehingga tidak
khawatir

3. Khawatir
kerugian
keseluruhan
timbul ketika
suatu produk
tidak sesuai,
karakter ini
hanya cenderung
tertarik dengan
hal yang
menurutnya
sehingga ia
kurang
meperhatikan,
membuat ia
menarik tetap

3. Khawatir
Kerugian
keseluruhan
yang timbul
ketika suatu
produk tidak
sesuai,
pengalaman
belanja daring
sebelumnya
membuat IM
khawatir
produk tidak
sesuai lagi.

3. Kerugian
keseluruhan. yang
timbul ketika suatu
produk tidak
sesuai, dirasa
selama berbelanja
mendapat produk
sesuai, beberap
juga
mendapat yang
tidak sesuai.

13
Subjek 1 SY
Tipe Kepribadian
D&C (Challenger)

Persepsi Risiko
Psikologis

1. Khawatir
bertanggung
jawab pada diri
sendiri atas
kesalahan
pemilihan produk,
nampak pada
anggapan bahwa
subjek harus
mampu
bertanggung
jawab sendiri atas
kesalahan
memilih produk
guna mengetahui
kualitas barang
dan mencapai
kepuasan belanja.

2. Kepuasan dalam
melakukan
transaksi belanja
daring, subjek 1
puas dan nyaman
belanja di satu
kota karena
memetingkan
efisiensi serta
puas jika produk
sesuai.

Subjek 2 IB
Tipe Kepribadian
I&C (Assessor)
mengalami
risiko belanja
seperti merasa
dirugikan yaitu
rugi secara
harga dan bahan
produk yang
tidak sesuai.
1. Khawatir
bertanggung
jawab pada diri
sendiri atas
kesalahan
pemilihan
produk, mudah
stress atas
tindakan sendiri
karena harus
menghadapi
risiko untuk
mengetahui
kualitas dan
pelayanan harus
berbelanja
daring, dan jika
tidak sesuai mau
tidak mau harus
memakai.
2. Kepuasan dalam
melakukan
transaksi belanja
daring, ingin
mengetahui
secara jelas
sasaran dari
belanja daring,
sebab kepuasan
ditentukan dari
produk sesuai
atau tidak.

3. Kekhawatiran
3. Kekhawatiran
yang akan
yang akan datang
datang
melakukan
melakukan
belanja lagi,
belanja lagi,
karena rasa jera
karena
berbelanja lagi,
khawatir ada
berdasarkan
pengalaman
sebelumnya,

Subjek 3 IM
Tipe Kepribadian
S (Steady/Stable)

Subjek 4 AF
Tipe Kepribadian C
(Correct/Compliance)

1. Khawatir
bertanggung
jawab pada diri
sendiri atas
kesalahan
pemilihan
produk, adanya
rasa takut akan
penolakan dari
orang lain,
merasa tidak
nyaman jika
produk tidak
sesuai.

1. Khawatir
bertanggung jawab
pada diri sendiri
atas kesalahan
pemilihan produk,
karena sudah
membeli produk.

2. Kepuasan dalam
melakukan
transaksi belanja
daring, puas jika
produk sesuai
dan merasa
khawatir tidak
cepat mendapat
informasi.

2. Kepuasan dalam
melakukan
transaksi belanja
daring, memiliki
standar tinggi
mengenai kepuasan
merasa tidak puas
dengan toko yang
tidak sesuai, dengan
melakukan
pengumpulan
informasi guna
melakukan
pembelian di toko
berbeda.
3. Kekhawatiran
yang akan datang
melakukan
belanja lagi,
merasa kecewa
di toko

3. Kekhawatiran
yang akan
datang
melakukan
belanja lagi,
karena
pengalaman
yang lalu
dirugikan

14
Subjek 1 SY
Tipe Kepribadian
D&C (Challenger)
penipuan, dan
tidak berani
belanja
berlebihan.
Mencoba
berbelanja di
toko berbeda.

Persepsi Risiko
Privasi

Persepsi Risiko
Sosial

Subjek 2 IB
Tipe Kepribadian
I&C (Assessor)
subjek 2 merasa
takut berbelanja
lagi. Namun
mencoba
berbelanja di
toko berbeda.

Subjek 3 IM
Tipe Kepribadian
S (Steady/Stable)
secara finansial
namun subjek 3
masih ada
keinginan
berbelanja lagi

Subjek 4 AF
Tipe Kepribadian C
(Correct/Compliance)
yang dituju namun
mencoba
berbelanja di toko
berbeda.

1. Tidak khawatir
risiko privasi,
memang harus
memberi alamat
dan mencoba
percaya.

1. Khawatir risiko
privasi, khawatir
memberikan
data diri takut
disalahgunakan
(was-was)

1. Tidak khawatir
risiko privasi, jika
tidak diberikan
alamat, barang
tidak bisa dikirim.

2. Khawatir dengan
kenyamanan dan
kepercayaan
ketika melakukan
belanja daring,
bertransaksi
dengan lebih
memilih di toko
yang berbasis
website, merasa
tidak puas dengan
toko yang tidak
sesuai dengan
melakukan
pengumpulan
informasi guna
melakukan
pembelian di toko
berbeda.

2. Khawatir
dengan
kenyamanan dan
kepercayaan
ketika
melakukan
belanja daring,
merasa nyaman
belanja di teman
dan memberikan
data diri kepada
teman.

1. Tidak khawatir
risiko privasi,
kepercayaan
terhadap penjual
harus ada dan
harus siap
dengan
konsekuensi.
2. Khawatir
dengan
kenyamanan dan
kepercayaan
ketika
melakukan
belanja daring,
mencoba
percaya kepada
penjual.

1. Meminta
pendapat orang
sekitar untuk
mengurangi
risiko, pemilihan
warna baju
meminta pendapat
pada ibu, misal
warna merah.

1. Meminta
pendapat orang
sekitar untuk
mengurangi
risiko, meminta
pendapat kepada
teman terdekat,
dimana pada
situasi sosial
orientasi subjek
2 pada orang
lain terlihat
jelas.

1. Meminta
pendapat orang
sekitar untuk
mengurangi
risiko, meminta
pendapat kepada
teman terdekat
guna
mengetahui
bagus tidaknya
produk, karena
subjek 3 seorang
reseller ia juga
meminta
pedapat sesame
reseller .

1. Meminta pendapat
orang sekitar
untuk mengurangi
risiko, cenderung
memikirkan apa
yang dikatakan
orang lain maka
untuk mengurangi
risiko belanja, ia
meminta pendapat
pada orang tua dan
adik.

2. Khawatir dengan
kenyamanan dan
kepercayaan ketika
melakukan belanja
daring, subjek 4
seksama dan
selektif dengan
melihat testimoni
dari pembeli lain.

15
Subjek 1 SY
Tipe Kepribadian
D&C (Challenger)
2. Tidak
memikirkan
pendapat orang
sekitar,
tidak peduli
pendapat orang
serta tidak terlalu
memperasalahkan
produk yang
didapat secara
daring/online.

Subjek 2 IB
Tipe Kepribadian
I&C (Assessor)
2. Memikirkan
pendapat orang
sekitar,
kelemahan dari
tipikal ini yaitu
takut akan
penolakan dan
takut kritik
sehingga
khawatir orang
tua bertanya
mengenai
produk yang
dibeli.

Subjek 3 IM
Tipe Kepribadian
S (Steady/Stable)
2. Memikirkan
pendapat orang
sekitar, rasa
takut akan
penolakan dari
orang lain dan
sensitif pada
kritik yakni pada
orang lain
kecewa jika
barang tidak
sesuai, karena
barang tersebut
akan dijual
kembali.

Subjek 4 AF
Tipe Kepribadian C
(Correct/Compliance)
2. Memikirkan
pendapat orang
sekitar, orang
tua memberikan
batas sewajarnya
dalam berbelanja.
hal ini sebagai
suatu kekhawatiran
dalam pemilihan
produk.

3. Tidak khawatir
akan penolakan
atau penerimaan
orang sekitar,
subjek tidak
terlalu
memikirkan,
karena terserah
subjek akan
memakai pakaian
yang ia suka.

DISKUSI
Diskusi dengan tema utama dari penelitian ini adalah mengenai persepsi risiko konsumen
dalam belanja daring (online shopping) yang dikaji dalam tipe kepribadian. Bila diuraikan secara
jelas bagaimana konsumen dengan tipe kepribadian berbeda DISC memiliki persepsi tertentu
terhadap enam persepsi risko belanja daring. Pada penenelitian sebelumnya menyebutkan bahwa
penggunaan teori enam persepsi risiko konsumen bertujuan untuk mengetahui minat kosumen
dalam pembelian pakaian di negara Saudi dengan hasil tidak ada pengaruh niat pembelian pakaian
di internet (Almousa, 2011), sedangkan dalam penelitian ini ingin mengetahui pengamalan
konsumen atau bagaimana pandangan mereka terhadap enam persepsi risiko yang ternyata
menghasilkan persepsi risiko kosumen berbeda satu sama lain walaupun situasi belanja daring
sama, dimana hal ini tidak lepas dari pengaruh faktor internal dalam diri konsumen yaitu
kepribadian.
Keunggulan penelitian ini dari penelitian sebelumnya bahwa penggunaan teori kepribadian
berupa alat inventori klasfikasi tipe kepribadian DISC digunakan pada konteks perilaku konsumen

16
seperti persepsi atau padangan konsumen wanita berhijab trendi dalam belanja daring konsumen,
sedangkan penggunaan alat inventori klasfikasi tipe kepribadian sebelumnya DISC banyak
digunakan di bidang industri atau dunia kerja guna mengetahui kinerja seseorang, gaya
berkomunikasi, rekrutmen karyawan, dan kerja sama dalam tim (Slowikowski, 2005).
Namun ada beberapa hal yang perlu didiskusikan lebih lanjut yaitu mengenai kekurangan
penelitian. Pertama kekurangan dari penelitian ini adalah ditemukannya tipe kepribadian kombinasi
sehingga perlu dilakukan penelitian kembali dengan cara hanya mengganti tipe kepribadian yang
menonjol (pure) dari subjek atau mengganti keseluruhan tipe kepribadian subjek dengan tipe
kepribadian kombinasi DISC. Memperdalam atau memperbanyak variabel tipe kepribadian lain
dalam penelitian ini, misal big five personalty, tipe keribadian menurut Jung, dan lain-lain. Kedua
mengembangkan kembali teori persepsi risiko untuk mengetahui risiko-risiko lain yang dialami
konsumen dalam konteks belanja daring dengan menjelaskan secara lebih rinci dari tiap-tiap
persepsi risiko. Ketiga yakni memperluas cakupan subjek yang tidak hanya di ruang lingkup wanita
yang tertarik berbelanja daring. Subjek pria bisa menjadi pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya. Penggunaan subjek pun dapat digunakan keduanya, misal subjek pria dan wanita yang
sama memiliki pengalaman belanja daring (online shopping) terhadap produk terntentu dengan
spesifikasi subjek yang lebih rinci misal penghasilan, status lajang atau sudah menikah, tingkat
pendidikan, dan lain-lain. Adanya perbedaan subjek penelitian pria dan wanita memungkikan
ditemukan perbandingan dari subjek yang berbeda jenis kelamin secara lebih rinci.

DAFTAR PUSTAKA
Almousa, M. (2011). Perceived Risk in Apparel Online Shopping: A Multi Dimensional
Perspective. Journal Canadian Social Science Vol. 7, No. 2 . (http://scholar.google.co.id).
Diunduh Pada Tanggal 6 Juni 2012.
Arwiedya, M.R. (2011). Analisis Pengaruh Harga,Jenis Media Promosi, Resiko kinerja, Dan
Keragaman produk terhadap Keputusan Pemebelian Via Internet Pada Toko Online. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. (undip.ac.id). Diunduh Pada Tanggal 8
Mei 2012.
Bhatnagar, A., Misra S., & Rao H.R. (2000). On risk, Convenience, and Internet Shopping
Behavior, Why Some Consumers are Online Shoppers While Others are not. Journal

17
Communications of the ACM Vol.43, No.11. (http://scholar.google.co.id). Diunduh Pada

Tanggal 6 Mei 2012.
Cohen, J. (2008). Top 4 Advantages Of Shopping Online and 5 Disadvantages of Online Shopping .
(http://shopping.solveyourproblem.com). Diunduh Pada Tanggal 1 Oktber 2012.
Dailysocial. (2012). Dealgoing: Kunjungan Situs Belanja Online Setiap Hari Mencapai 73%.
(http://dailysocial.net). Diunduh Pada Tanggal 3 Juni 2012.

Das, T.K., & Bing S.T. (2006). The Risk Based View of Trust: a Conceptual Framework. Journal of
Business & Psychology Vol. 19. Diunduh Pada Tanggal 30 Maret 2012.

Era Baca. (2012). Trend Fashion

2012

Terbaru. Era

Baca Era Informasi Online.

(http://www.erabaca.com). Diunduh Pada Tanggal 9 Juli 2012
Featherman, M & Pavlou P. (2002). Predicting e-services Adoption: a Perceived Risk Facets
Perspective. Int. J. Human-Computer Studies Journal. (http://scholar.google.co.id). Diunduh
Pada Tanggal 9 Mei 2012.
Ferrinadewi, E. (2008). Merek dan Psikologi Konsumen. Surabaya: Graha Ilmu.
Ganelli, Aries E., Rika D., & Rabialdi. (2010). Kepribadian Perempuan Aceh Yang
Tangguh:kemarin, Sekarang,dan Esok. Medan:USU Press (Oleh STI Psikologi Harapan

Bangsa Banda Aceh). (book.google.co.id). Diunduh Pada Tanggal 10 September 2012.
Hasbiansyah, O. (2005). Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial dan Komunikasi. Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56 . (http://scholar.google.co.id).

Diunduh Pada Tanggal 1 September 2012
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Salemba
Humanika
Hawkins. (1994). Concumer Behaviour Implication for Marketing Strategy First Australian
Edition. New South Walles Australia: Richard D.Irwin INC.

Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran, Edisi kesebelas Jilid 1 . Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Li, Y.H., & Jing W.H. (2009). Applying Theory of Perceived Risk andTechnology Acceptance
Model in the Online Shopping Channel 53 2009. World Academy of Science, Engineering and

Technology.

18
Maiyusnida. (2006). Trend Jilbab Mewarnai Dunia Kampus. Journal Etnografi. FISIP
USU.repository.usu.ac.id. Diunduh Pada Tanggal 23 April 2012.
Marketing Charts. (2008). 875MM Consumers Have Shopped Online – Up 40% in Two Years.
(http://www.marketingcharts.com). Diunduh Pada Tanggal 9 Mei 2012.

Naiyi, Y.E. (2004). Dimensions of Consumer’s Perceived Risk in Online Shopping. Journal of
Electronic Science and Technology of China Vol.2 No.3 . (http://scholar.google.co.id). Diunduh

Pada Tanggal 6 Mei 2012.
Nenonen, S. (2006). Consumers’s Perceived Risks in e-Shopping. Finland: Journal Tampere
University of Technology. (http://www.republika.co.id). Diunduh Pada Tanggal 30 Maret

2012.
Purwadi. (2012). Bisnis E-Commerce di Indonesia Semakin Menggeliat. Republika Online.
(http://www.republika.co.id). Diunduh Pada Tanggal 9 Juli 2012.
Purwoko,

K.

(2010).

Industri

Busana

Muslim

Menjanjikan.

Republika

Online.

(http://www.republika.co.id). Diunduh Pada Tanggal 9 Juli 2012
Porter, E.M. (2001). Strategy and the Internet. (http://scholar.google.co.id). Diunduh Pada Tanggal
6 Mei 2012.
Rohm, A.R. (2010). A Powerful Way to Understand People An introduction of the DISC Concept.
Personality Insights Inc. (www.personalityinsights.com). Diunduh Pada Tanggal 27 Maret
2012.
Suryabrata, S. (2007). Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Supriyanto, A. (2005). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Salemba Infoteka
Dailysocial. (2012). Dealgoing: Kunjungan Situs Belanja Online Setiap Hari Mencapai 73%.
(http://dailysocial.net). Diunduh Pada Tanggal 3 Juni 2012.

Schiffman, L., & Kanuk L. (2000). Concumer Behaviour 6th Edition. New York, Upper Saddle:
Prentice Hall.
Slowikowski. (2005). Using the DISC Behavioral Instrument to Guide Leadership and
Communication. (search.proquest.com). Diunduh Pada Tanggal 10 Juli 2012.

19
Syariah Publication. (2007). Jilbab, Antara Gaya Dan Rekonstruksi Diri. (syariahpublications.com).
Diunduh Pada Tanggal 23 April 2012.
Tunjungsari, G., Harlina N., & Imam S. (2010). Correlation Between Perception of Fashion Product
Quality and Purchasing Intention Via Website on the Students of Psychology Faculty,
Diponegoro University (Studies on Female Student Who Have Never Bought Fashion
Products Via Website). Journal of Psychology Faculty Diponegoro University.
(http://scholar.google.co.id). Diunduh Pada Tanggal 6 Mei 2012.
Turnasella, T. (2002). Pay and Personality: Plan Design Improves Employess’ Personalities
Factored

into

the

Equation.

mar/Apr2002;34,2;ABI/INFORM

Journal
Research.

Compensation

and

Benefits

(http://scholar.google.co.id).

Review;

Diunduh

Pada

Tanggal 6 Mei 2012.
The IML. (2000). DISC Insights Personalty Sytem. New Castle: The Institute for Motivasional
Living, Inc.