Potensi Hutan Mangrove Sicanang Sebagai Kawasan Ekowisata

(1)

BAB II

PENGERTIAN UMUM MENGENAI PARIWISATA

2.1 Pengertian Pariwisata

Menurut Nyoman Pendit. S :

a. Pariwisata adalah segala yang berhubungan dengan perjalanan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan perjalanan.

b. Wisatawan adalah setiap orang yang berpergian.

c. Kepariwisataan adalah lalu lintas manusia dengan tujuan perjalanan untuk keperluan rekreasi/hiburan, kesehatan, pendidikan, keamanan/olah raga, perdagangan, kekeluargaan, pertemuan dan kunjungan muhibah oleh warga Negara sendiri maupun asing tidak bermaksud menetap.

Menurut undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Pengertian pariwisata menurut batasan yang diberikan WATA ( World Assosiation of Travel Agent ) adalah perlawatan keliling yang memakan waktu lebih dari 3 ( tiga ) hari,yang diselenggarakan oleh travel agent di suatu kota dan antara lain acaranya yaitu meninjau beberapa tempat atau kota, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.


(2)

Wall ( 1982) menjelaskan kaitan antara kegiatan pariwisata dengan kegiatan perjalanan yaitu pariwisata merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang diluar kegiatan kebiasaannya, termasuk untuk mengisi waktu senggangnya di lokasi selain tempat tinggal dan tempat kerjanya.

Suswantoro (1997) dalam utama (2009), menyatakan pariwisata merupakan suatu proses kepergian sementara seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya sementara seseorang adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, social, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun sekedar untuk belajar.

Pariwisata merupakan suatu perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok sabgai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dengan lingkungann hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu ( Spillane, 1989 ).

Menurut A.J. Norwal :

Seorang wisatawan adalah seseorang yang memasuki wilayah negeri asing dengan maksud dan tujuan apapun asalkan bukan untuk tinggal permanen untuk usaha teratur. Melintasi perbatasan dan mengeluarkan uangnya di negara yang dikunjunginya, yang dibelanjakannya, diperolehnya, bukan di negeri tersebut tetapi di negeri lain. Batasan di atas telah menunjukkan pengertian sempit karena menguraikan dalam ruang lingkup yang terbatas yaiut yang kita sebut saat ini dengan wisatawan asing.


(3)

Menurut F.W. Ogilvie : Wisatawan adalah, semua orang yang melakukan perjalanan dengan memenuhi dua syarat yaitu :

a. Bahwa mereka meninggalkan rumah kediaman mereka untuk jangka Waktu kurang dari satu tahun.

b. Sementara mereka pergi mengeluarkan ditempat yang mereka kunjungi tanpa mencari nafkah di tempat tersebut.

Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1969 : Wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu.

2.2 Pengertian Wisata

Menurut undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Wisata adalah perjalanan keluar tempat tinggalnya mengunjungi tempat tertentu secara sukarela dan bersifat sementara degan bermaksud berlibur, bertamasya, dan/atau kepentingan lain ditempat lain yang dikunjunginya, bukan untuk mencari nafkah (Warpani, 2007)

Menurut Yulianda (2006), wisata dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktifitas wisata yang ditujukan pada pemanfaatan sumber daya alam atau daya tarik panoramanya.


(4)

2. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

3. Ecotourism, green tourism atau alternative tourism, merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumber daya alam/lingkungan dan industry kepariwisataan.

2.3 Pengertian Ekowisata

Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informative dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan social-budaya. Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu ; keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan social masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung member akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal.Ekowisata memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk menikmati keindahan alam dan budaya untuk mempelajari lebih jauh tentang pentingnya berbagai ragam mahluk hidup yang ada di dalamnya dan budaya lokal yang berkembang di kawasan tersebut.Kegiatan ekowisata dapat meningkatkan pendapatan untuk pelestarian alam yang dijadikan sebagai objek wisata ekowisata dan menghasilkan keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat yang berada didaerah tersebut atau daerah setempat (Subadra, 2008).

Perkembangan dalam sektor kepariwisataan pada saat ini melahirkan konsep pengembangan pariwisata alternative yang tepat dan secara aktif membantu menjaga


(5)

keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam secara berkelanjutan dengan memperhatikan segala aspek dari pariwisata berkelanjutan yaitu ; ekonomi masyarakat, lingkungan, dan social-budaya. Pengembangan pariwisata alterative berkelanjutan khususnya ekowisata merupakan pembangunan yang mendukung pelestarian ekologi dan pemberian manfaat yang layak secara ekonomi dan adil secara etika dan social terhadap masyarakat (Subadra, 2008).

Ekowisata merupakan salah satu produk pariwisata alternative yang mempunyai tujuan seiring dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan yaitu pembangunan pariwisata yang secara ekologis memberikan manfaat yang layak secara ekonomi dan adik secara etika, memberikan manfaat social terhadap masyarkat guna memenuhi kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian kehidupan social-budaya, dan member peluang bagi generasi muda sekarang dan yang akan datang untuk memanfaatkan dan mengembangakannya (Subadra, 2008).

Menurut Yilianda (2006), prinsip dasar ekowisata dapat dibagi menjadi : a. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap

alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.

b. Pendidikan konservasi lingkungan. c. Pendapatan langsung untuk kawasan. d. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. e. Penghasilan masyarakat.


(6)

g. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan. h. Kontribusi pendapatan bagi negara.

Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupandan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga, ( The Ecotourism Society, 1990 ).

Konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehinggga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat., ( Fandeli, 2002 ).

Industri pariwisata selama ini memiliki peran dan makna begitu tinggi dalam aspek kehidupan manusia. Dalam perkembangannya, sektor pariwisata dunia memiliki kecenderungan untuk berubah secara konsep dari Unsustainable


(7)

forms of tourism menjadi Sustainable Tourism. Dari sisi kepariwisataan, ekowisata merupakan kolaborasi dari tiga macam wisata, diantaranya Rural tourism, Nature Tourism, dan Cultural Tourism. Dimana wisata-alam yang selama ini kita kenal, mempunyai kecenderungan berubah menjadi ekowisata, jika sustainable tourism dijadikan sebagai acuan (Chaniago, 2008). Rumusan 'ecotourism' sebenarnya sudah ada sejak 1987 yang dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu:

A. "Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plantas and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas."

"Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini." Rumusan di atas hanyalah penggambaran tentan kegiatan wisata alam biasa. Rumusan ini kemudian disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada awal tahun 1990 yaitu sebagai berikut: "Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people."


(8)

"Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat”. Definisi ini sebenarnya hampir sama dengan yang diberikan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sama-sama menggambarkan kegiatan wisata di alam terbuka, hanya saja menurut TIES dalam kegiatan ekowisata terkandung unsur-unsur kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahtraan penduduk setempat. Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan wisata alam plus plus. Definisi di atas telah telah diterima luas oleh para pelaku ekowisata.

a. Kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploatatif terhadap sumber daya alam.

b. Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat. c. Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif. d. Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi ('economical benefit') dari lingkungan yang lestari.

B. Definisi dari ekowisata yang disepakati dalam semiloka dan symposium ecotourism pada April 1995 oleh PACT/WALHI adalah kegiatan perjalanan wisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau di daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam dimana tujuannya selain untuk menikmati keindahannya


(9)

juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat sekitar daerah tujuan ekowisata.

C. Unsur penting yang dapat menjadi daya tarik dari sebuah Daerah Tujuan Ekowisata (DTE) adalah :

1.Kondisi alamnya,

2. Kondisi flora dan fauna yang unik, langka dan endemik, 3. Kondisi fenomena alamnya,

4. Kondisi adat dan budaya.

Kegiatan ekowisata yang juga merupakan daya tarik dalam sebuah DTE antara lain diving, bird watching, game fishing, wild life viewing, dll. Semakin banyak fasilitas kegiatan akan mampu meningkatkan jumlah dan lama kunjungan.

Ekowisata Berbasis Komunitas (community-based ecotourism) merupakan usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai

perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat.Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata.

Ekowisata sendiri telah menjadi trend baru di dunia Internasional sebagai salah satu dari isu 4T (Transportation, Telecommunication, Tourism dan Technology) dalam milenium ketiga.Ekowisata merupakan sebuah pengembangan konsep dari


(10)

penyelarasan antara kegiatan manusia (aspek wisata) dan lingkungan sekitar (aspek ekologi).

2.4 Motivasi Berwisata

Sudah pernah dilakukan penelitian dalam dua dekade terakhir ini tentang mengapa orang melakukan perjalanan baik secara rombongan terutama mengenai motivasinya dengan alasan yang objektif dan subjektif mengapa orang-orang melakukan perjalanan :

1. Alasan pendidikan dan kebudayaan

- Ingin melihat bagaimana rakyat lain berkerja dan bagaimana cara hidupnya. - Ingin menyaksikan tempat-tempat bersejarah, peninggalan-peninggalan kuno, monumen, kesenian rakyat, industry kerajinan, partikel, event, keindahan alam dan lain-lainnya.

- Untuk mendapatkan saling pengertian dan ide-ide baru atau penemuan-penemuan baru.

- Untuk melihat dan berpartisipasi dalam suatu festival kebudayaan, kesenian dan sebagainya.

2. Alasan santai, kesenangan dan petualangan.

- Menghindari diri dari kesibukan sehari-hari dan kewajiban rutin.

- Untuk mendapatkan dan menggunakan kesempatan yang ada agar memperoleh kebahagiaan/kegembiraan.


(11)

- Untuk mendapatkan suasana romantis, yang berkesempatan terutama bagi pasangan yang sedang melakukan honeymoon.

3. Alasan kesehatan, olah raga dan rekreasi.

- Untuk beristirahat dan mengembalikan kekuatan sesudah bekerja keras dan ketegangan pikiran.

- Untuk melatih diri dan ikut pertandingan tertentu. - Untuk menyembuhkan diri dari suatu penyakit.

- Melakukan rekreasi dalam menghabiskan masa liburan.

Jadi Jelaslah bahwa manusia melakukan sesuatu perjalana pasti ada motivasinya. Seperti yang penulis ungkapkan di atas, maka terlihatlah adanya usaha manusia, untuk mengadakan perjalanan ini harus didukung berbagai hal antara lain :

a. Kemampuan biaya. Biaya merupakan factor terpenting untuk mengadakan suatu perjalanan, apakah itu untuk perjalanan biasa atau perjalanan wisata. b. Faktor adanya waktu. Untuk mengadakan suatu perjalanan, maka diperlukan

suatu waktu khusu dengan pengertian dapat dimanfaatkan secara bebas serta dapat digunakan untuk maksud yang telah dijadwalkan. Kemajuan dalam undang-undang perburuhan dapat menunjang tersedianya waktu-waktu di atas karena berhubung erat dengan cuti dan batasan kontrak kerja yang telah diselesaikan.


(12)

c. Hasrat untuk mengadakan perjalanan. Seseorang yang hendak melakukan perjalanan haruslah berbadan sehat dengan pergertian, terkecuali orang sakit yang melakukan perjalanan untuk mencari kesegaran jasmani dan rohani dengan cara melakukan perjalanan yang bertitik tolak pada tujuan untuk berobat.

2.5 Jenis Pariwisata

Dilihat dari motif dan tujuan menurut James J. Spillane (1989), maka terdapat beberapa jenis pariwisata, yaitu sebagai berikut :

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourist)

Yang termasuk jenis ini adalah apabila motif orang untuk meninggalkan rumahnya adalah berlibur, mencari udara segar baru, ingin tahu, mengendurkan ketegangan syaraf, menikmati keindahan alam, memepelajari budaya, menikmati ketenangan di luar kota atau bahkan sebaliknya menikmati liburan di kota-kota besar.

2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism)

Jenis ini dilakukan oleh orang-orang yang memanfaatkan hari liburnya.Biasanya tinggal selama mungkin di tempat-tempat yang nyaman untuk rekreasi, misalnya di tepi pantai, pegunungan dan lain-lain.Mereka lebih menyukai healt historis. Termasuk kategor ini mereka yang karena alas an kesehatan dan kesembuhan harus tinggal di tempat-tempat khusus untuk memulihkan kesehatan, seperti di daerah sumber air panas, dan lain-lain.


(13)

3. Pariwisata untuk kebudayaan.

Jenis ini didorong oeh keinginan untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan dan cara hidup, monument sejarah, kesenian, keagamaan, atau ikut serta dalam festival-festival music, dan sebagainya.

4. Pariwisata untuk berolah raga

Jenis ini dibagi dalam dua kategori yaitu :

a. Big sport evenst (peristiwa olah raga besar) seperti Olympiade, Asian Games, Sea Games dan lain sebagainya.

b. Sporting tourism of the practitioners, yaitu olah raga atas keinginan seseorang untuk berlatih dan atau mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, berburu, memancing dan sebagainya.

5. Pariwisata untuk usaha dagang (business tourism)

Menurut para ahli, perjalanan usaha ini adalah bentuk professional travel atau perjalanan karena ada kaitannya karena ada kaitannya.

6. Pariwisata untuk berkonvesi (convention tourism)

Jenis ini merupakan perjalanan yang bertujuan mengikuti konvensi, konvensi nasional, symposium, seminar dan sebagainya.Akhir-akhir ini banyak negara yang menyadari besarnya potensi ekonomi dari sector pariwisata, sehingga banyak negara berusaha menjadi tempat diadakannya konferensi, symposium dan sebagainya.


(14)

2.6 Ekosistem Mangrove

Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama yang diberikan kepada mangrove merah ( Rhizopora spp ). Nama mangrove diberikan kepada jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di pantai atau muara sungai yang menyesuaikan diri pada keadaan asin. Kadang-kadang kata mangrove juga berarti suatu komunitas mangrove ( Romimohtarto, 2001 ).

Ekosistem Mangrove adalah suatu system di dalam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan di antara makhluk hidup itu sendiri. Terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asih/payau Santoso ( 2000 ) dalam Zulkifly ( 2008 ).

Hutan bakau atau mangal merupakan sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai topik didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan yang asin.Sebutan bakau ditujukan untuk semua individu tumbuhan, sedangkan mangal ditujukan bagi seluruh komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan ini.Hutan mangrove adalah hutan yang berkembang baik di daerah pantai yang berair tenang dan terlindung dari hempasan ombak, serta eksistensinya selalu dipengaruhi oleh pasang surut dan aliran sungai. Definisi lain hutan mangrove adalah suatu kelompok tumbuhan daya adaptasi morfologi dan


(15)

fisiologis yang sama terhadap habitat yang selalu dipengaruhi oleh pasang surut (Nybakken, 1992).

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur (Bengen, 2004).

Hutan daerah bakau merupakan suatu daerah yang dinamis, dimana tanah lumpur dan daratan secara terus menerus dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan yang kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi daerah semi teresterial (semi daratan) (Hutabarat dan Evans, 1986).

Menurut Bengen (2004), cirri-ciri hutan mangrove sebagai berikut :

a. Umumnya tumbuh pada daerah intercial yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung dan berpasir.

b. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove.

c. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.

d. Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. e. Air bersalinitas payau (2-22 per mil) hingga asin (mencapai 38 per mil).

Daerah hutan bakau merupakan suaut daerah yang dinamis, dimana tanah lumpur dan daratan secara terus menerus dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan yang kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi daerah semi teresterial (semi daratan) (Hutabarat dan Evans, 1986).


(1)

penyelarasan antara kegiatan manusia (aspek wisata) dan lingkungan sekitar (aspek ekologi).

2.4 Motivasi Berwisata

Sudah pernah dilakukan penelitian dalam dua dekade terakhir ini tentang mengapa orang melakukan perjalanan baik secara rombongan terutama mengenai motivasinya dengan alasan yang objektif dan subjektif mengapa orang-orang melakukan perjalanan :

1. Alasan pendidikan dan kebudayaan

- Ingin melihat bagaimana rakyat lain berkerja dan bagaimana cara hidupnya. - Ingin menyaksikan tempat-tempat bersejarah, peninggalan-peninggalan kuno, monumen, kesenian rakyat, industry kerajinan, partikel, event, keindahan alam dan lain-lainnya.

- Untuk mendapatkan saling pengertian dan ide-ide baru atau penemuan-penemuan baru.

- Untuk melihat dan berpartisipasi dalam suatu festival kebudayaan, kesenian dan sebagainya.

2. Alasan santai, kesenangan dan petualangan.

- Menghindari diri dari kesibukan sehari-hari dan kewajiban rutin.

- Untuk mendapatkan dan menggunakan kesempatan yang ada agar memperoleh kebahagiaan/kegembiraan.


(2)

- Untuk mendapatkan suasana romantis, yang berkesempatan terutama bagi pasangan yang sedang melakukan honeymoon.

3. Alasan kesehatan, olah raga dan rekreasi.

- Untuk beristirahat dan mengembalikan kekuatan sesudah bekerja keras dan ketegangan pikiran.

- Untuk melatih diri dan ikut pertandingan tertentu. - Untuk menyembuhkan diri dari suatu penyakit.

- Melakukan rekreasi dalam menghabiskan masa liburan.

Jadi Jelaslah bahwa manusia melakukan sesuatu perjalana pasti ada motivasinya. Seperti yang penulis ungkapkan di atas, maka terlihatlah adanya usaha manusia, untuk mengadakan perjalanan ini harus didukung berbagai hal antara lain :

a. Kemampuan biaya. Biaya merupakan factor terpenting untuk mengadakan suatu perjalanan, apakah itu untuk perjalanan biasa atau perjalanan wisata. b. Faktor adanya waktu. Untuk mengadakan suatu perjalanan, maka diperlukan

suatu waktu khusu dengan pengertian dapat dimanfaatkan secara bebas serta dapat digunakan untuk maksud yang telah dijadwalkan. Kemajuan dalam undang-undang perburuhan dapat menunjang tersedianya waktu-waktu di atas karena berhubung erat dengan cuti dan batasan kontrak kerja yang telah diselesaikan.


(3)

c. Hasrat untuk mengadakan perjalanan. Seseorang yang hendak melakukan perjalanan haruslah berbadan sehat dengan pergertian, terkecuali orang sakit yang melakukan perjalanan untuk mencari kesegaran jasmani dan rohani dengan cara melakukan perjalanan yang bertitik tolak pada tujuan untuk berobat.

2.5 Jenis Pariwisata

Dilihat dari motif dan tujuan menurut James J. Spillane (1989), maka terdapat beberapa jenis pariwisata, yaitu sebagai berikut :

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourist)

Yang termasuk jenis ini adalah apabila motif orang untuk meninggalkan rumahnya adalah berlibur, mencari udara segar baru, ingin tahu, mengendurkan ketegangan syaraf, menikmati keindahan alam, memepelajari budaya, menikmati ketenangan di luar kota atau bahkan sebaliknya menikmati liburan di kota-kota besar.

2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism)

Jenis ini dilakukan oleh orang-orang yang memanfaatkan hari liburnya.Biasanya tinggal selama mungkin di tempat-tempat yang nyaman untuk rekreasi, misalnya di tepi pantai, pegunungan dan lain-lain.Mereka lebih menyukai healt historis. Termasuk kategor ini mereka yang karena alas an kesehatan dan kesembuhan harus tinggal di tempat-tempat khusus untuk memulihkan kesehatan, seperti di daerah sumber air panas, dan lain-lain.


(4)

3. Pariwisata untuk kebudayaan.

Jenis ini didorong oeh keinginan untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan dan cara hidup, monument sejarah, kesenian, keagamaan, atau ikut serta dalam festival-festival music, dan sebagainya.

4. Pariwisata untuk berolah raga

Jenis ini dibagi dalam dua kategori yaitu :

a. Big sport evenst (peristiwa olah raga besar) seperti Olympiade, Asian Games, Sea Games dan lain sebagainya.

b. Sporting tourism of the practitioners, yaitu olah raga atas keinginan seseorang untuk berlatih dan atau mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, berburu, memancing dan sebagainya.

5. Pariwisata untuk usaha dagang (business tourism)

Menurut para ahli, perjalanan usaha ini adalah bentuk professional travel atau perjalanan karena ada kaitannya karena ada kaitannya.

6. Pariwisata untuk berkonvesi (convention tourism)

Jenis ini merupakan perjalanan yang bertujuan mengikuti konvensi, konvensi nasional, symposium, seminar dan sebagainya.Akhir-akhir ini banyak negara yang menyadari besarnya potensi ekonomi dari sector pariwisata, sehingga banyak negara berusaha menjadi tempat diadakannya konferensi, symposium dan sebagainya.


(5)

2.6 Ekosistem Mangrove

Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama yang diberikan kepada mangrove merah ( Rhizopora spp ). Nama mangrove diberikan kepada jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di pantai atau muara sungai yang menyesuaikan diri pada keadaan asin. Kadang-kadang kata mangrove juga berarti suatu komunitas mangrove ( Romimohtarto, 2001 ).

Ekosistem Mangrove adalah suatu system di dalam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan di antara makhluk hidup itu sendiri. Terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asih/payau Santoso ( 2000 ) dalam Zulkifly ( 2008 ).

Hutan bakau atau mangal merupakan sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai topik didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan yang asin.Sebutan bakau ditujukan untuk semua individu tumbuhan, sedangkan mangal ditujukan bagi seluruh komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan ini.Hutan mangrove adalah hutan yang berkembang baik di daerah pantai yang berair tenang dan terlindung dari hempasan ombak, serta eksistensinya selalu dipengaruhi oleh pasang surut dan aliran sungai. Definisi lain hutan mangrove adalah suatu kelompok tumbuhan daya adaptasi morfologi dan


(6)

fisiologis yang sama terhadap habitat yang selalu dipengaruhi oleh pasang surut (Nybakken, 1992).

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur (Bengen, 2004).

Hutan daerah bakau merupakan suatu daerah yang dinamis, dimana tanah lumpur dan daratan secara terus menerus dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan yang kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi daerah semi teresterial (semi daratan) (Hutabarat dan Evans, 1986).

Menurut Bengen (2004), cirri-ciri hutan mangrove sebagai berikut :

a. Umumnya tumbuh pada daerah intercial yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung dan berpasir.

b. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove.

c. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.

d. Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. e. Air bersalinitas payau (2-22 per mil) hingga asin (mencapai 38 per mil).

Daerah hutan bakau merupakan suaut daerah yang dinamis, dimana tanah lumpur dan daratan secara terus menerus dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan yang kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi daerah semi teresterial