Fenomena Pet Boom Dan Pengaruhnya Terhadap Bisnis Binatang Peliharaan Di Jepang Dewasa Ini

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM TERHADAP PET BOOM DI JEPANG

2.1 Binatang dan Jenis-jenis Binatang

Binatang adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia atau metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup ciptaan Tuhan di bumi. Binatang bisa juga disebut dengan fauna dan satwa. Binatang yang hidup di dunia ini pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu Vertebrata dan Invertebrata yaitu pengklasifikasian binatang berdasarkan tulang belakangnya. Dari klasifikasi binatang tersebut, terdapat juga berbagai jenis penggolongan binatang seperti berdasarkan jenis makanannya, jenis tempat hidupnya, penutup tubuhnya, cara geraknya, cara bernafasnya serta berdasarkan cara binatang berkembang biak.

Keberadaan binatang di bumi ini juga sangat membantu keberlangsungan hidup manusia sehari-hari. Binatang-binatang yang terdapat di bumi ini ada yang dimanfaatkan sesuai kebutuhan manusia sehari-hari. Ada yang dijadikan bahan makanan bagi manusia, dan ada yang dimanfaatkan jadi binatang peliharaan. Namun, penulis lebih difokuskan pada pemanfaatan binatang sebagai binatang peliharaan.

2.1.1 Definisi Binatang Peliharaan

Binatang peliharaan adalah binatang yang dipelihara oleh manusia untuk menemani kehidupan sehari-hari manusia. Binatang peliharaan berbeda dengan binatang ternak, binatang percobaan, dan binatang pekerja yang di pelihara untuk


(2)

binatang peliharaan atau pet berdasarkan kamus Cambridge, pet dalam bahasa Inggris berarti “an animal which is kept in the home as a companion and treated kindly touch them gently and kindly with your hands”. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dapat berarti binatang yang dipelihara di rumah sebagai teman dan diperlakukan dengan baik dan dibelai dengan lembut.

Dalam bahasa Indonesia kata pet disebut sebagai binatang peliharaan yang jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merujuk pada kata binatang piaraan. Binatang sendiri berarti makhluk bernyawa yang mampu bergerak (berpindah tempat) dan mampu bereaksi terhadap rangsangan, tetapi tidak berakal budi. Sedangkan binatang peliharaan memiliki arti binatang yang biasa dipiara untuk kesenangan (seperti anjing, kucing, dan burung).

Berdasarkan kamus Kokugo Jiten, petto (ペット) memiliki beberapa arti, yaitu:

1. かわいがって飼育している動物

Binatang yang dipelihara dengan kasih sayang. 2. 特にかわいがっている子ども。お気に入りの人

Anak kecil yang disayang dengan berlebihan. Kesayangan. 3. 女性にとって年下の恋人

Bagi wanita, merupakan kekasih yang lebih muda.

Dari ketiga pengertian pet dalam bahasa Jepang di atas, pengertian pet yang lebih sesuai dengan penelitian skripsi ini adalah pengertian yang pertama, yaitu binatang yang dipelihara dengan kasih sayang.

Biasanya binatang yang dijadikan binatang peliharaan oleh manusia adalah binatang yang memiliki karakter setia pada majikannya, mengeluarkan suara yang


(3)

indah dan unik, berpenampilan menarik, bertingkah lucu dan menggemaskan, dan yang paling penting dapat menghibur majikannya. Tetapi, ada juga yang memelihara binatang karena langka dan kekhasannya. Pada teorinya manusia dapat memelihara binatang apa pun untuk dipelihara. Tetapi, pada prakteknya hanya spesies-spesies tertentu saja, terutama binatang-binatang kecil seperti kucing, anjing, kura-kura, kelinci, burung, dan ikan.

Tidak semua manusia di bumi mempunyai binatang peliharaan. Banyak juga yang beranggapan bahwa memelihara binatang sungguh merepotkan dan menyita banyak waktu. Namun, bagi sebagian orang khususnya pecinta binatang, memelihara binatang merupakan hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan. Memelihara binatang juga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan baik dari segi psikologis dan kesehatan. Salah satunya adalah dapat mengurangi stres dan rasa jenuh. Memiliki binatang peliharaan di tempat kerja ternyata dapat mengurangi potensi stres dan meningkatkan kepuasan dalam menyelesaikan pekerjaan. Keberadaan binatang peliharaan tersebut juga akan menghilangkan rasa sepi dan bosan bagi si pemiliknya. Disamping itu, berdasarkan penelitian yang dipublikasikan pada jurnal International Journal of Workplace Health Management menyebutkan bahwa mengelus binatang peliharaan dapat meningkatkan hormon oksitosin dan serotonin yang memberikan perasaan nyaman pada seseorang. Dengan hilangnya rasa sepi dan bosan serta munculnya rasa nyaman pada diri sesorang akan mengurangi potensi stres.

Memelihara binatang juga dapat dijadikan sarana untuk melatih anak-anak menjadi lebih bertanggung jawab dan disiplin, karena dengan adanya binatang peliharaan mengharuskan mereka untuk memberikan makanan dan rutinitas


(4)

lainnya dengan tepat waktu. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Bob Poresky, seorang sosiolog dari Kansas State University pada tahun 1988, kemampuan intelegensi anak dapat meningkat dengan memiliki binatang peliharaan (http://mypetshopmojokerto.blogspot.co.id/2014_05_01_archive.html). Memiliki binatang peliharaan dapat mengajarkan anak tentang banyak hal seperti mengenal berbagai macam binatang dan bentuknya, sekaligus mempelajari kehidupan binatang dari dekat. Selain itu memiliki binatang peliharaan dapat mengajarkan anak untuk berempati. Anak-anak dalam memperlakukan binatang seringkali dengan cara yang salah. Dengan memiliki binatang peliharaan, anak dapat diajarkan bagaimana memperlakukan binatang peliharaan dengan benar.

Di samping memiliki banyak efek positif, memiliki binatang peliharaan tetap membutuhkan perlakukan khusus agar binatang terhindar dari penyakit dan tidak menular kepada majikannya dengan melakukan perawatan binatang secara rutin dan teratur.

2.1.2 Jenis-jenis Binatang Peliharaan dan Persentasenya di Jepang

Di negara maju seperti Jepang, memiliki binatang peliharaan sudah sangat umum. Saat ini, jumlah kepemilikan binatang peliharaan di Jepang sudah semakin meningkat. Kenaikan jumlah binatang peliharaan ini tidak terbatas hanya pada satu jenis binatang saja. Terdapat berbagai jenis binatang yang dapat dipelihara oleh manusia. Namun pada umumnya, hanya beberapa jenis binatang saja yang banyak dipelihara. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan-pertimbangan yang ada, seperti kelebihan dan kekurangan binatang tersebut dalam merawatnya. Binatang peliharaan yang paling sering dijumpai di Jepang adalah anjing, kucing,


(5)

burung, ikan, kelinci, dan serangga. Jenis-jenis binatang peliharaan di Jepang dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1

Persentase Jumlah Hewan Peliharaan di Jepang

58.60% 30.90% 19.40% 5.70% 3.60% 3.30% 2.70% 2.60% 1.80% 1.10% 0.20%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%

Anjing Kucing Ikan Burung Serangga Kelinci Hewan pengerat (Hamster) Cacing Amphibi (Katak, Kadal air) Mamalia lain Lain-lain

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa binatang anjing merupakan salah satu binatang peliharaan yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat Jepang, dengan jumlah persentase sebesar 58.6%. Jepang sendiri memiliki beberapa jenis anjing yang berasal dari Jepang asli, seperti Akita inu, Kai inu, Hokkaido inu, Kishu inu, Shikoku inu, dan Tosa inu. Selain anjing-anjing yang memilliki nama sama dengan nama tempat mereka berasal, terdapat sebuah anjing Shiba inu, yang namanya berarti semak belukar. Anjing ini pun disebut sebagai anjing terkecil dari anjing-anjing Jepang lainnya. Selain anjing yang berasal dari Jepang, juga terdapat anjing ras lainnya seperti Golden Retriever, Labrador, Dachsund, Chihuahua, dan Toy Poodle yang lebih banyak dipelihara oleh kaum muda. Pada mulanya anjing dipelihara sebagai binatang pemburu dan penjaga, dan terkadang sebagai maskot karena menurut kepercayaan, anjing adalah pengusir roh jahat dan


(6)

kesialan. Anjing yang dulunya dipelihara di rumah sebagai binatang pembantu (berburu dan penjaga), kini sekedar merupakan binatang kesayangan. Keadaan perumahan Jepang yang rata-rata tidak begitu besar dan hampir tidak mempunyai taman, tidak memungkinkan orang untuk memelihara anjing besar. Dengan demikian orang Jepang lebih banyak yang memelihara anjing yang berukuran kecil seperti spitz, terrier, chihua-hua, toy poodle, dan maltese agar dapat dipelihara di dalam rumah ataupun apartement.

Anjing-anjing tersebut biasanya sangat dimanja. Banyak yang memperoleh perlakuan istimewa bagaikan manusia, seperti dimandikan dengan shampo, dicukur, dan bahkan kakinya dirawat secara teratur. Di toko-toko khusus tersedia tali, kalung, topi, sepatu, baju, kosmetik, mainan, dan tempat tidur serta makanan istimewa yang bergizi untuk anjing.

Para pemelihara anjing juga sangat mematuhi peraturan tentang kepemilikan anjing, misalnya vaksinasi anti rabies dua kali setahun. Tanpa sertifikat vaksinasi tersebut anjing akan disita sebagai anjing liar. Anjing masa kini lebih beruntung karena makin panjang umurnya dan gaya hidup serta makanannya makin mirip seperti gaya hidup dan makanan manusia. Namun, timbul pula masalah lain, anjing masa kini menderita penyakit manusia. Anjing mudah kegemukan, mudah dijangkiti penyakit diabetes, dan penyakit jantung karena makanannya terlalu bergizi. Pengobatan yang diberikan sama seperti pengobatan yang diberikan kepada manusia, yaitu pembedahan, terapi obat, dan terapi penyinaran.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ada 30,9% responden yang memilih binatang kucing sebagai binatang peliharaannya. Orang Jepang memiliki hubungan yang panjang dengan kucing. Sudah lebih dari 1000 tahun yang lalu,


(7)

masyarakat kelas atas hidup dengan kucing. Masyarakat umum juga mulai memelihara kucing di rumah beberapa ratus tahun yang lalu. Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh organisasi industri, terdapat sekitar 70% dari kucing peliharaan ini sebagai kucing rumahan, yang berarti kucing-kucing tersebut menghabiskan waktu mereka di dalam rumah majikannya. Hal ini juga merupakan hal yang baik bagi petugas kontrol binatang, pejabat kesehatan masyarakat, dan organisasi kesehatan binatang yang telah berkampanye terus menerus untuk menjaga kucing tetap berada di dalam rumah. Kucing rumahan lebih sehat dan aman, selain itu dengan kucing berada di dalam rumah semakin mengurangi masalah di lingkungan, seperti ketika kucing membuang kotoran sembarangan, menggali di halaman di depan rumah tetangga, dan berjalan serta menggaruk permukaan mobil yang sedang diparkir.

Selain itu, terdapat pula tempat yang menunjukkan jejak hubungan antara kucing dan orang yang tersebar di seluruh Jepang, yaitu Pulau Tashirojima di Ishinomaki terletak di sebelah timur Sendai. Kota ini dikenal sebagai Pulau Kucing. Di tempat ini kucing datang untuk menyambut kapal di pelabuhan. Banyak kucing yang menunggu nelayan dengan sabar di sekitar pelabuhan untuk kembali. Selain itu, ada pula kuil kucing (Neko-Jinja) yang terletak di pusat pulau Tashirojima.

Pada urutan ketiga, sebanyak 19,4% responden yang memelihara ikan. Pada umumnya, yang memelihara ikan adalah anak laki-laki dan pria dewasa. Jenis ikan yang paling banyak dipelihara adalah ikan koi, goldfish, carp, dan tropical fish. Alasan masyarakat Jepang memelihara ikan adalah karena ikan merupakan binatang kecil dan hanya membutuhkan tempat kecil seperti aquarium sebagai


(8)

wadahnya. Sehingga tidak akan memakan banyak tempat di apartement yang kecil. Selain itu, ikan diperbolehkan untuk dipelihara di apartement dibandingkan dengan anjing. Karena ikan tidak mengeluarkan suara yang besar seperti binatang anjing.

Perkembangan goldfish atau ikan hias (mas) sangat besar di Jepang dan di negara-negara Asia lainnya. Ikan hias (mas) pertama di Jepang berasal dari China di Sakai, dekat Osaka, pada bulan Januari 1502. Secara teori, seekor ikan hias (mas) dapat berkembang keberbagai ukuran dan pada umumnya warna ikan hias (mas) mengandung pigmen oranye, kuning, dan hitam. Pertumbuhan ikan hias (mas) ini dipengaruhi oleh makanan, tempat, dan ukuran kolam.

Selain ikan mas, terdapat ikan koi (nishikigoi). Ikan koi adalah spesies ikan hias (mas) yang berharga mahal untuk hidupnya yang lama dan keindahan motifnya. Masyarakat Jepang lebih menyukai ikan koi yang memiliki warna merah dan putih, atau koi triwarna dengan bintik-bintiknya yang berwarna hitam.

Dengan persentase sebesar 5,7% burung berada di posisi keempat pada jumlah persentase binatang peliharaan yang paling banyak dipelihara. Burung selalu berada di tempat khusus dalam sejarah binatang peliharaan Jepang. Burung kecil seperti pipit dan kenari sudah sangat populer di masyarakat Jepang selama bertahun-tahun. Bahkan sebelum burung dijadikan binatang peliharaan, masyarakat Jepang kuno memandang burung sebagai makhluk suci yang membawa jiwa manusia naik ke surga setelah kematian. Sekarang burung sudah semakin banyak dijadikan binatang peliharaan. Alasannya karena burung memiliki kekhasannya sendiri, seperti suara yang unik dan warna-warna bulunya yang indah. Pada umumnya yang memelihara burung adalah pria dewasa.


(9)

Musim panas di Jepang adalah musim untuk pecinta serangga. Di Jepang, serangga sudah dicintai sebagai binatang peliharaan untuk waktu yang lama. Menangkap serangga masih menjadi hobi populer di kalangan anak-anak sekolah di Jepang. Maka dari itu, tidak jarang terlihat anak-anak membawa jaring raksasa dengan kotak untuk menyimpan serangga yang tergantung di leher mereka di sekitar taman. Selain itu, masyarakat Jepang juga sangat suka mendengar suara serangga pada malam hari di musim panas. Jenis serangga ini disebut dengan jangkrik. Persahabatan yang mereka tawarkan adalah melalui kicau suara yang mereka buat. Suara kicauan ini membuat nyaman kepada orang tua-orang tua pada setiap malam musim panas. Jangkrik yang paling populer adalah Suzumushi. Banyak orang yang masih memelihara suzumushi untuk menikmati suara-sauara mereka yang terdengar seperti denting lonceng. Para pecinta serangga seringkali memasukkan serangga ke dalam terarium kaca dan memungkinkan serangga untuk bertelur di dalam terarium tersebut. Dengan persentase sebesar 3,6% responden memilih serangga sebagai binatang peliharaannya.

Meskipun anjing dan kucing saat ini merupakan binatang peliharaan dalam golongan mamalia paling populer di Jepang, namun kepopuleran kelinci sebagai binatang peliharaan juga patut dipertimbangkan. Terdapat 3,3% responden yang memelihara kelinci. Telinga kelinci yang panjang menjadi daya tarik bagi anak-anak perempuan dan wanita dewasa untuk memeliharanya.

Selain itu, dengan persentase sebesar 2,7% responden memilih binatang hamster sebagai binatang peiharaannya. Alasan memelihara hamster dikarenakan binatang tersebut sangat lucu dan menggemaskan.


(10)

2.1.3 Hubungan Pemelihara dan Binatang Peliharaan

Manusia merupakan makhluk sosial, dimana bersosialisasi merupakan sesuatu yang mutlak dalam kehidupannya karena manusia hidup saling membutuhkan. Berteman termasuk dalam bersosialisasi. Manusia membutuhkan teman dan seringkali menjadikan binatang peliharaannya sebagai salah satu teman dalam kehidupannya. Di samping menjadikan binatang peliharaanya sebagai salah satu temannya manusia juga memiliki motivasi-motivasi lain dalam memelihara binatang tersebut, seperti anjing sebagai penjaga, burung dan ikan untuk keindahan dipandang, burung untuk keindahan didengar, kuda untuk dikendarai, anjing dan kucing untuk dilombakan.

Binatang peliharaan merupakan binatang yang dijinakan dan diurus oleh pemiliknya, serta memiliki ikatan emosional di antara keduanya. Ikatan emosional akan membentuk sebuah hubungan antara manusia dengan binatang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hubungan tersebut memberikan manfaat positif untuk pemiliknya baik itu dalam hal fisik, psikologis, dan kesejahteraan sosial, di mana membuat binatang peliharaan akan menjadi suatu kebutuhan yang semakin penting dalam rumah tangga modern.

Hubungan antara pemilik dengan binatang peliharaannya dipengaruhi oleh persepsi pemilik dan karakteristik binatang peliharaannya. Dengan melihat peran binatang peliharaan dalam hubungannya dengan temuan pada anthrozoologists, diketahui terdapat 3 dimensi dari hubungan pemilik dengan binatang peliharaannya, yaitu: attachment, interaksi, dan peran binatang peliharaan sebagai human substitute (Chen et al., 2012).


(11)

1. Attachment

Johnson et al. (1992) menyatakan bahwa attachment adalah tingkat kasih sayang yang terdapat di antara seseorang dengan binatang sebagai sahabat mereka. Attachment juga dapat berarti ikatan antara manusia (pemilik) dengan binatang peliharaannya (human-animal bond). Ikatan antara pemilik dengan binatang peliharaannya didefinisikan sebagai kesesuaian antara binatang dan pemilik pada fisik, perilaku, dan psikologis (Budger et al., 1998 dalam Douglas, 2005). Pemilik menganggap binatang peliharaannya sebagai sahabat atau sesuatu yang berharga sehingga kebutuhan binatang peliharaan mereka akan benar-benar dipertimbangkan. Hubungan ini juga dapat mempengaruhi kesehatan dari pemilik. Sebagai contoh, bagaimana keterikatan pada binatang peliharaan dapat mengurangi kesepian dan mengurangi stres pemiliknya, dan karena itu dikatakan dapat meningkatkan kesehatan pemiliknya.

Pengaruh dari attachment ini selanjutnya dapat diamati ketika pemilik membeli jasa perawatan (grooming) atau mainan yang dirancang untuk binatang peliharaan. Menurut para ahli, semakin tinggi attachment, semakin mungkin pemilik membeli produk yang mewah.

2. Interaksi

Dimensi kedua adalah interaksi, mengacu pada hubungan kemitraan dua arah di mana kedua belah pihak menyesuaikan perilaku mereka sesuai dengan mitra mereka (Turner, 2000 dalam Chen et al., 2012). Dalam studi yang dilakukan oleh Belk (1996), pemilik dengan binatang peliharaannya


(12)

telah terbukti akan menyesuaikan perilaku dan gaya hidup mereka ketika berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan contoh tersebut, interaksi dapat dianggap sebagai dimensi yang signifikan untuk menguji hubungan antara pemilik dengan binatang peliharaannya.

Hal ini didukung dengan bukti-bukti yang telah diteliti oleh beberapa penelitian sebelumnya (Ellson, 2008; Greenebaum, 2004; dan Holbrook, 1996), di mana perilaku konsumsi beberapa pemilik binatang peliharaan dalam membeli produk dan jasa yang memungkinkan binatang peliharaannya lebih bersosialisasi dengan pemiliknya dan orang lain. Seperti misalnya, pelatihan dan peralatan yang dirancang untuk melibatkan binatang peliharaan dalam kegiatan indoor dan outdoor.

3. Human Substitute

Berdasarkan definisi tentang anthropomorphism, human substitute dalam penelitian ini mengacu pada kecenderungan memanusiakan sesuatu yang bukan manusia (Chen et al., 2012). Menurut definisi tentang anthropomorphism tersebut, lebih dari 70% dari pemilik menganggap binatang peliharaannya sebagai pengganti dari anak, saudara, dan/atau teman. Pemilik memberi makan binatang peliharaan dengan makanan manusia, memberi binatang peliharaan dengan nama-nama manusia, merayakan ulang tahun binatang peliharaan, membawa binatang peliharaan ke dokter spesialis ketika sakit, pemilik berduka ketika binatang peliharaannya mati, dan menguburkan binatang peliharaannya di pemakaman binatang peliharaan dengan semua ritual pemakaman manusia.


(13)

Sebagai contoh, ada beberapa pemilik yang akan bersedia membayar mahal perawatan medis untuk binatang peliharaannya karena pemilik menghargai binatang peliharaan tersebut seolah-olah binatang peliharaan tersebut adalah anggota keluarga pemilik. Selain itu terdapat beberapa pemilik yang akan mempersiapkan upacara keagamaan (misalnya pemakaman) untuk binatang peliharaannya, seperti yang mereka lakukan terhadap anggota keluarga mereka sendiri.

Dapat dilihat dalam dimensi ini menyiratkan bahwa pemilik akan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk binatang peliharaannya, seperti membeli barang kualitas unggul.

2.1.4 Pandangan Orang Jepang Terhadap Binatang Peliharaan

Pada saat ini, masyarakat Jepang sangat gemar memelihara binatang peliharaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah binatang peliharaan yang semakin meningkat. Orang Jepang banyak yang memperlakukan binatang peliharaannya secara khusus, yaitu seperti mereka merawat anak sendiri. Mereka memberikan makanan instan yang bergizi tinggi, dan diberikan pakaian yang bagus. Sebagian masyarakat Jepang sudah menganggap binatang peliharaannya adalah teman bagi dirinya, bahkan ada pula yang sudah menganggap binatang peliharaan tersebut sebagai keluarga.

Awal kedekatan masyarakat Jepang dengan binatang dapat dilihat dari legenda, mitos, dan cerita dalam kebudayaan. Catatan pertama mengenai keberadaan anjing sebagai teman manusia terdapat pada Nihon Shoki yang menuliskan bahwa tredapat seekor anjing bernama Ayuki yang dipelihara oleh


(14)

seorang lelaki di preferktur Hyoho. Diceritakan bahwa pada perut anjing tersebut terlihat tanda Yasakani no Magatama, setelah ia memakan badger milik tuannya. Diceritakan pula (Fujino, hlm.3), ketika Mononobe no Moriya dikalahkan oleh Soga no Umako, anjingnya setia menemani Mononobe no Moriya hingga meninggal.

Dalam Makura no Shoshi yang ditulis oleh Sei Shonagon, terdapat beberapa cerita mengenai anjing. Salah satunya merupakan cerita tentang seekor anjing yang membuat marah Ichijo Tenno (980-1011) hingga akhirnya ia diasingkan ke sebuah pulau. Namun, tak lama kemudian, anjing tersebut muncul kembali di depan rumah tuannya. Meskipun telah diusir berkali-kali, namun anjing tersebut terus menerus muncul di depan rumah pemiliknya.

Dari mitologi tersebut dapat menunjukkan bahwa sejak dahulu masyarakat Jepang telah mencitrakan figur anjing sebagai figur yang setia melayani tuannya. Sejak zaman dahulu pun, masyarakat Jepang telah menghormati dan menyayangi anjing sebagai binatang peliharaan dan teman hidup.

Selain anjing, burung juga populer menjadi binatang peliharaan di Jepang. Sebelum burung dijadikan binatang peliharaan oleh masyarakat Jepang, burung pada masyarakat Jepang kuno dipandang sebagai makhluk suci yang membawa jiwa manusia naik ke surga setelah kematian. Burung disebut memiliki kekuatan untuk terbang antara dunia orang mati dan orang hidup. Dalam budaya tradisional di Jepang, diketahui bahwa dukun atau pendeta mengenakan kostum menyerupai burung.


(15)

2.2 Perkembangan Fenomena Pet Boom di Jepang

Binatang peliharaan atau dalam bahasa Jepang disebut dengan petto adalah binatang yang dipelihara oleh manusia, dalam kurun waktu yang sebentar atau pun lama. Di Jepang, kecenderungan jumlah penduduknya yang menurun ternyata tidak berarti jumlah binatang peliharaan mereka (terutama anjing dan kucing) turun juga, bahkan sebaliknya, jumlah binatang peliharaan di Jepang cenderung naik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa saat ini sedang terjadi fenomena pet boom di Jepang. Banyaknya masyarakat Jepang yang memelihara binatang membuat fenomena pet boom ini semakin meningkat. Secara harafiah, pet boom dapat berarti ledakan binatang, yaitu meningkatnya jumlah binatang peliharaan secara drastis.

Memelihara binatang dalam kehidupan masyarakat Jepang sebenarnya telah ada sejak lama. Jika kita melihat kembali tiga puluh hingga empat puluh tahun silam, meskipun tetap menghargai dan menyayangi binatang, tidak banyak masyarakat Jepang yang menganggap binatang peliharaan sebagai bagian dari keluarga (Thangham, 2008). Dahulu, orang memelihara binatang hanya sebagai binatang penjaga saja, namun pendapat itu telah berubah. Banyak masyarakat Jepang yang memelihara binatang sudah menganggap binatang peliharaannya sebagai bagian dari keluarga.


(16)

Tabel 2.2 Jumlah Hewan Peliharaan di Jepang

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000

1960 1970 1980 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 Sumber Departemen Kesehatan Jepang (1997)

Jika ditelusuri, pet boom mulai berkembang sejak tahun 1989 ketika eknomi Jepang mulai berkembang. Jumlah orang yang memelihara binatang peliharaan pada tahun 1988 sempat mengalami penurunan yang drastis. Saat itu perekonomian Jepang meredup disebabkan oleh bubble economy sehingga fenomena pet boom yang sempat berkembang pun hilang. Bubble economy merupakan keadaan ekonomi Jepang dimana nilai mata uang Jepang menguat dan menjadikan harga-harga barang melambung tinggi.

Kembali meningkatnya jumlah binatang peliharaan sejak tahun 1996 pun menjadi salah satu saat pet boom yang sekali lagi berkembang di Jepang. Terlihat pada tabel 2.2 di atas pada tahun 1988 terjadi penurunan jumlah binatang peliharaan, namun kembali naik pada tahun 1989. Kenaikan jumlah binatang peliharaan pada tahun 1996 hingga tahun 1998 terlihat cukup mencolok, yakni 1 juta ekor binatang peliharaan. Kenaikan yang cukup drastis dan berbeda itulah yang menjadikan kenaikan binatang peliharaan di Jepang pada tahun 1996 disebut sebagai pet boom.


(1)

1. Attachment

Johnson et al. (1992) menyatakan bahwa attachment adalah tingkat kasih sayang yang terdapat di antara seseorang dengan binatang sebagai sahabat mereka. Attachment juga dapat berarti ikatan antara manusia (pemilik) dengan binatang peliharaannya (human-animal bond). Ikatan antara pemilik dengan binatang peliharaannya didefinisikan sebagai kesesuaian antara binatang dan pemilik pada fisik, perilaku, dan psikologis (Budger et al., 1998 dalam Douglas, 2005). Pemilik menganggap binatang peliharaannya sebagai sahabat atau sesuatu yang berharga sehingga kebutuhan binatang peliharaan mereka akan benar-benar dipertimbangkan. Hubungan ini juga dapat mempengaruhi kesehatan dari pemilik. Sebagai contoh, bagaimana keterikatan pada binatang peliharaan dapat mengurangi kesepian dan mengurangi stres pemiliknya, dan karena itu dikatakan dapat meningkatkan kesehatan pemiliknya.

Pengaruh dari attachment ini selanjutnya dapat diamati ketika pemilik membeli jasa perawatan (grooming) atau mainan yang dirancang untuk binatang peliharaan. Menurut para ahli, semakin tinggi attachment, semakin mungkin pemilik membeli produk yang mewah.

2. Interaksi

Dimensi kedua adalah interaksi, mengacu pada hubungan kemitraan dua arah di mana kedua belah pihak menyesuaikan perilaku mereka sesuai dengan mitra mereka (Turner, 2000 dalam Chen et al., 2012). Dalam studi yang dilakukan oleh Belk (1996), pemilik dengan binatang peliharaannya


(2)

telah terbukti akan menyesuaikan perilaku dan gaya hidup mereka ketika berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan contoh tersebut, interaksi dapat dianggap sebagai dimensi yang signifikan untuk menguji hubungan antara pemilik dengan binatang peliharaannya.

Hal ini didukung dengan bukti-bukti yang telah diteliti oleh beberapa penelitian sebelumnya (Ellson, 2008; Greenebaum, 2004; dan Holbrook, 1996), di mana perilaku konsumsi beberapa pemilik binatang peliharaan dalam membeli produk dan jasa yang memungkinkan binatang peliharaannya lebih bersosialisasi dengan pemiliknya dan orang lain. Seperti misalnya, pelatihan dan peralatan yang dirancang untuk melibatkan binatang peliharaan dalam kegiatan indoor dan outdoor.

3. Human Substitute

Berdasarkan definisi tentang anthropomorphism, human substitute dalam penelitian ini mengacu pada kecenderungan memanusiakan sesuatu yang bukan manusia (Chen et al., 2012). Menurut definisi tentang anthropomorphism tersebut, lebih dari 70% dari pemilik menganggap binatang peliharaannya sebagai pengganti dari anak, saudara, dan/atau teman. Pemilik memberi makan binatang peliharaan dengan makanan manusia, memberi binatang peliharaan dengan nama-nama manusia, merayakan ulang tahun binatang peliharaan, membawa binatang peliharaan ke dokter spesialis ketika sakit, pemilik berduka ketika binatang peliharaannya mati, dan menguburkan binatang peliharaannya di pemakaman binatang peliharaan dengan semua ritual pemakaman manusia.


(3)

Sebagai contoh, ada beberapa pemilik yang akan bersedia membayar mahal perawatan medis untuk binatang peliharaannya karena pemilik menghargai binatang peliharaan tersebut seolah-olah binatang peliharaan tersebut adalah anggota keluarga pemilik. Selain itu terdapat beberapa pemilik yang akan mempersiapkan upacara keagamaan (misalnya pemakaman) untuk binatang peliharaannya, seperti yang mereka lakukan terhadap anggota keluarga mereka sendiri.

Dapat dilihat dalam dimensi ini menyiratkan bahwa pemilik akan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk binatang peliharaannya, seperti membeli barang kualitas unggul.

2.1.4 Pandangan Orang Jepang Terhadap Binatang Peliharaan

Pada saat ini, masyarakat Jepang sangat gemar memelihara binatang peliharaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah binatang peliharaan yang semakin meningkat. Orang Jepang banyak yang memperlakukan binatang peliharaannya secara khusus, yaitu seperti mereka merawat anak sendiri. Mereka memberikan makanan instan yang bergizi tinggi, dan diberikan pakaian yang bagus. Sebagian masyarakat Jepang sudah menganggap binatang peliharaannya adalah teman bagi dirinya, bahkan ada pula yang sudah menganggap binatang peliharaan tersebut sebagai keluarga.

Awal kedekatan masyarakat Jepang dengan binatang dapat dilihat dari legenda, mitos, dan cerita dalam kebudayaan. Catatan pertama mengenai keberadaan anjing sebagai teman manusia terdapat pada Nihon Shoki yang menuliskan bahwa tredapat seekor anjing bernama Ayuki yang dipelihara oleh


(4)

seorang lelaki di preferktur Hyoho. Diceritakan bahwa pada perut anjing tersebut terlihat tanda Yasakani no Magatama, setelah ia memakan badger milik tuannya. Diceritakan pula (Fujino, hlm.3), ketika Mononobe no Moriya dikalahkan oleh Soga no Umako, anjingnya setia menemani Mononobe no Moriya hingga meninggal.

Dalam Makura no Shoshi yang ditulis oleh Sei Shonagon, terdapat beberapa cerita mengenai anjing. Salah satunya merupakan cerita tentang seekor anjing yang membuat marah Ichijo Tenno (980-1011) hingga akhirnya ia diasingkan ke sebuah pulau. Namun, tak lama kemudian, anjing tersebut muncul kembali di depan rumah tuannya. Meskipun telah diusir berkali-kali, namun anjing tersebut terus menerus muncul di depan rumah pemiliknya.

Dari mitologi tersebut dapat menunjukkan bahwa sejak dahulu masyarakat Jepang telah mencitrakan figur anjing sebagai figur yang setia melayani tuannya. Sejak zaman dahulu pun, masyarakat Jepang telah menghormati dan menyayangi anjing sebagai binatang peliharaan dan teman hidup.

Selain anjing, burung juga populer menjadi binatang peliharaan di Jepang. Sebelum burung dijadikan binatang peliharaan oleh masyarakat Jepang, burung pada masyarakat Jepang kuno dipandang sebagai makhluk suci yang membawa jiwa manusia naik ke surga setelah kematian. Burung disebut memiliki kekuatan untuk terbang antara dunia orang mati dan orang hidup. Dalam budaya tradisional di Jepang, diketahui bahwa dukun atau pendeta mengenakan kostum menyerupai burung.


(5)

2.2 Perkembangan Fenomena Pet Boom di Jepang

Binatang peliharaan atau dalam bahasa Jepang disebut dengan petto adalah binatang yang dipelihara oleh manusia, dalam kurun waktu yang sebentar atau pun lama. Di Jepang, kecenderungan jumlah penduduknya yang menurun ternyata tidak berarti jumlah binatang peliharaan mereka (terutama anjing dan kucing) turun juga, bahkan sebaliknya, jumlah binatang peliharaan di Jepang cenderung naik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa saat ini sedang terjadi fenomena pet boom di Jepang. Banyaknya masyarakat Jepang yang memelihara binatang membuat fenomena pet boom ini semakin meningkat. Secara harafiah, pet boom dapat berarti ledakan binatang, yaitu meningkatnya jumlah binatang peliharaan secara drastis.

Memelihara binatang dalam kehidupan masyarakat Jepang sebenarnya telah ada sejak lama. Jika kita melihat kembali tiga puluh hingga empat puluh tahun silam, meskipun tetap menghargai dan menyayangi binatang, tidak banyak masyarakat Jepang yang menganggap binatang peliharaan sebagai bagian dari keluarga (Thangham, 2008). Dahulu, orang memelihara binatang hanya sebagai binatang penjaga saja, namun pendapat itu telah berubah. Banyak masyarakat Jepang yang memelihara binatang sudah menganggap binatang peliharaannya sebagai bagian dari keluarga.


(6)

Tabel 2.2 Jumlah Hewan Peliharaan di Jepang

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000

1960 1970 1980 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 Sumber Departemen Kesehatan Jepang (1997)

Jika ditelusuri, pet boom mulai berkembang sejak tahun 1989 ketika eknomi Jepang mulai berkembang. Jumlah orang yang memelihara binatang peliharaan pada tahun 1988 sempat mengalami penurunan yang drastis. Saat itu perekonomian Jepang meredup disebabkan oleh bubble economy sehingga fenomena pet boom yang sempat berkembang pun hilang. Bubble economy merupakan keadaan ekonomi Jepang dimana nilai mata uang Jepang menguat dan menjadikan harga-harga barang melambung tinggi.

Kembali meningkatnya jumlah binatang peliharaan sejak tahun 1996 pun menjadi salah satu saat pet boom yang sekali lagi berkembang di Jepang. Terlihat pada tabel 2.2 di atas pada tahun 1988 terjadi penurunan jumlah binatang peliharaan, namun kembali naik pada tahun 1989. Kenaikan jumlah binatang peliharaan pada tahun 1996 hingga tahun 1998 terlihat cukup mencolok, yakni 1 juta ekor binatang peliharaan. Kenaikan yang cukup drastis dan berbeda itulah yang menjadikan kenaikan binatang peliharaan di Jepang pada tahun 1996 disebut sebagai pet boom.