Fenomena Pet Boom Dan Pengaruhnya Terhadap Bisnis Binatang Peliharaan Di Jepang Dewasa Ini

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Binatang adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan untuk menemani kehidupan manusia. Dengan adanya binatang kehidupan manusia sangat banyak terbantu. Binatang-binatang tersebut dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan kita, ada yang dijadikan binatang peliharaan dan ada juga yang dijadikan makanan bagi kita. Di sekitar kita terdapat banyak jenis binatang, baik binatang liar maupun binatang peliharaan. Dalam penelitian ini, penulis akan memfokuskan pembahasan kepada binatang peliharaan.

Binatang peliharaan atau di Jepang disebut dengan Petto (ペット) adalah binatang yang dipelihara oleh manusia dalam jangka waktu yang singkat maupun lama untuk memenuhi kebutuhan manusia. Baik yang bersifat ekonomis maupun emosional. Biasanya binatang dipelihara sebagai teman sehari-hari manusia. Binatang yang banyak dipelihara merupakan binatang yang memiliki sifat setia kepada Tuannya, memiliki penampilan yang menarik ataupun mempunyai kemampuan menarik seperti mempunyai suara yang indah. Secara teori kita bisa memilih binatang apapun untuk dipelihara, namun pada prakteknya hanya spesies-spesies tertentu saja yang dipelihara. Binatang peliharaan yang paling sering dijumpai adalah seperti anjing, kucing, burung, kelinci dan ikan.

Alasan seseorang memelihara binatang adalah karena menyukai binatang tertentu sehingga memiliki ketertarikan untuk memelihara binatang yang disukai.


(2)

Binatang peliharaan juga dapat membantu kehidupan sehari-hari, seperti menjaga rumah. Mulai dari anak kecil, remaja, dewasa hingga orang tua tertarik untuk mempunyai binatang peliharaan.

Di Jepang, binatang yang paling banyak dipelihara adalah anjing dan kucing. Memelihara petto dalam kehidupan orang Jepang sebenarnya telah ada sejak lama. Jika kita melihat kembali tiga puluh hingga empat puluh tahun silam, meskipun tetap menghargai dan menyayangi binatang, tidak banyak masyarakat Jepang yang menganggap binatang peliharaan sebagai bagian dari keluarga (Thanghan, 2008). Seperti yang telah disebutkan, pada awalnya alasan seseorang memelihara binatang adalah karena tertarik dan hanya ingin menjadikannya sebagai binatang penjaga. Namun, kini terlihat bahwa pemikiran tersebut mulai berubah. Sekarang banyak binatang peliharaan yang menjadi bagian dari keluarga bahkan dianggap sebagai anggota keluarga dan dianggap sama pentingnya dengan anggota keluarga yang lain.

Dengan persepsi yang telah berubah, semakin banyak keluarga dan masyarakat Jepang yang memelihara binatang peliharaan, sehingga meningkatnya jumlah binatang yang dipelihara masyarakat Jepang pada tahun 1996 menimbulkan sebuah fenomena yang disebut pet boom. Pet boom yang secara harafiah dapat berarti sebagai ledakan binatang, yaitu meningkatnya jumlah populasi binatang peliharaan secara drastis.

Pet boom sebenarnya sudah ada sejak tahun 1980 ketika pada saat itu

ekonomi Jepang sedang meningkat. Saat itu, status sosial seseorang dapat dilihat dari kepemilikan binatang peliharaan, seperti pada binatang anjing. Semakin


(3)

mahal harga anjing yang dimiliki semakin tinggi pula status sosial dan kedudukannya di masyarakat. Namun, seiring dengan menurunnya ekonomi Jepang, meredup pula fenomena pet boom yang sedang berkembang di Jepang. Selang beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 1996-1998, jumlah binatang peliharaan kembali meningkat cukup drastis. Menurut hasil survey Pet Industry Figures dalam artikel yang ditulis oleh Yamauchi Mari, saat ini terdapat sembilan belas juta binatang peliharaan baik anjing dan kucing.

Banyak yang menyebabkan fenomena pet boom semakin berkembang. Antara lain, banyaknya pasangan yang telah menikah tetapi belum memiliki anak lebih memilih untuk memelihara binatang, anak remaja yang kedua orang tuanya sibuk bekerja sehingga tidak memiliki teman di rumah juga memilih untuk memelihara binatang sebagai teman bermain, dan para lansia yang kesepian di hari tuanya memutuskan untuk memelihara binatang agar dapat membantu kehidupan sehari-harinya. Selain itu, fenomena pet boom ini juga membuka peluang bisnis yang berkaitan dengan binatang peliharaan. Banyaknya masyarakat Jepang yang tertarik untuk memiliki binatang peliharaan mengundang para pebisnis di Jepang yang jeli melihat peluang untuk membuka lahan usaha yang berkaitan dengan binatang.

Menurut Steinford (1979), bisnis ialah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba. Ketika memulai suatu bisnis dibutuhkan informasi mencari peluang baru dan bagaimana cara


(4)

dalam bisnis adalah strategi. Bagaimana kita mengatur strategi agar bisnis yang dijalankan berbeda dengan bisnis yang lain yang memiliki keunikan tersendiri. Karena seiring berkembangnya jaman, kita harus semakin jeli melihat peluang bisnis yang ada.

Seperti yang telah dijelaskan, kini di Jepang banyak muncul bisnis-bisnis yang berkaitan dengan binatang. Seperti café untuk binatang peliharaan seperti Cat Café, Pet Spa (spa untuk binatang peliharaan), dan Pet Hotel (hotel untuk binatang peliharaan). Hal ini dimanfaatkan oleh para pebisnis di Jepang untuk mengambil keuntungan dari berkembangnya fenomena pet boom. Tidak hanya untuk binatang peliharaan, tetapi terdapat juga peluang bisnis untuk pencinta binatang peliharaan yang tidak memiliki waktu untuk memelihara binatang peliharaan.

Dengan adanya fenomena pet boom yang merupakan meningkatnya jumlah binatang peliharaan di Jepang dan seiring dengan munculnya bisnis terkait binatang peliharaan karena mendapat pengaruh dari fenomena pet boom, penulis

merasa tertarik untuk meneliti “Fenomena Pet Boom Dan Pengaruhnya

Terhadap Perkembangan Bisnis Binatang Peliharaan Di Jepang Dewasa Ini”.

1.2 Perumusan Masalah

Berkembangnya pet boom pada masyarakat Jepang mengakibatkan

berubahnya pemikiran orang Jepang terhadap binatang peliharaan. Awalnya binatang dipelihara sebagai binatang penjaga rumah, sekarang telah berubah. Kini binatang peliharaan dianggap sebagai anggota keluarga, yang sama pentingnya dengan anggota keluarga yang lainnya. Selain itu, perkembangan fenomena pet


(5)

boom juga ikut mempengaruhi dunia bisnis di Jepang dengan munculnya berbagai macam bisnis binatang peliharaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa faktor- faktor berkembangnya fenomena pet boom di Jepang?

2. Bagaimana pengaruh fenomena pet boom terhadap perkembangan bisnis binatang peliharaan di Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas.

Di dalam penelitian ini, pembahasan akan terfokus bagaimana fenomena pet boom memberi pengaruh kepada bisnis di Jepang. Selain itu, pada bab II penulis juga akan memberikan penjelasan mendetail tentang asal muasal fenomena pet boom.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Setiap kebudayaan yang tercipta akan melahirkan budaya baru dan menghasilkan fenomena. Dewasa ini di mana aktivitas, teknologi dan media semakin canggih juga menimbulkan berbagai macam fenomena di kalangan masyarakat yang dihasilkan melalui dampak berkembangnya kehidupan


(6)

masyarakat. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai hal-hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah.

Saat ini, di Jepang memelihara binatang peliharaan sudah sangat umum. Jika dilihat dari jumlahnya, binatang peliharaan lebih mendominasi dibandingkan dengan persentase kelahiran di Jepang saat ini. Menurut kepala Asosiasi Perencanaan Keluarga Jepang (JFPA), Kunio Kitamura, Negeri Sakura kini mengalami krisis demografi serius. Bahkan, manusia Jepang terancam punah dimasa yang akan datang (www.dunia news.viva.co.id). Masih ingin berkarir atau bekerja menjadi alasan bagi wanita Jepang yang telah menikah untuk menunda memiliki anak.

Memelihara binatang seperti anjing dan kucing memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat Jepang, yaitu berupa nilai saling setia, nilai persahabatan dan nilai kebahagiaan. Selain kaum muda, yang banyak memelihara binatang peliharaan adalah lansia. Bagi lansia binatang peliharaan memiliki arti persahabatan, kesetian dan kasih sayang.

Terkait dengan fenomena pet boom, saat ini banyak bisnis yang

berhubungan dengan binatang peliharaan bermunculan di Jepang. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan binatang peliharaan, orang Jepang juga suka dengan hal-hal yang berbau unik dan lucu.

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka teori menurut Koenjtaraningrat (1976:1) berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari bentuk abstrak kedalam


(7)

bentuk yang nyata. Dalam penelitian suatu kebudayaan masyarakat diperlukan satu atau lebih teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari penelitian ini.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang menekankan rasionalitas dan realitas budaya yang ada serta berusaha memahami budaya dari sudut pandang pelaku budaya tersebut (Moleong, 1994:8). Dengan pendekatan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang dalam situasi tertentu. Seperti penjelasan pada tinjauan pustaka sebelumnya, telah terjadi sebuah fenomena di tengah-tengah kehidupan masyarakat Jepang, yaitu fenomena pet boom. Di mana meningkatnya jumlah binatang peliharaan di Jepang.

Selain itu penulis menggunakan teori pendekatan psikologi-sosial. Psikologi-sosial merupakan bidang berskala mikro. Bidang ini menilai keseluruhan masyarakat melalui studi pikiran, emosi dan kelakuan dari sekelompok kecil juga individu (Stolte, John F; Fine, Gary Alan; Cook, Karen S.: 2001). Roueck and Warren dalam bukunya Sociology mendefinisikan psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari psikologi daripada tingkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh interaksi sosial.

Dengan teori pendekatan psikologi-sosial ini, penulis berusaha memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat Jepang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sekarang banyak binatang peliharaan menjadi bagian dari


(8)

keluarga bahkan dianggap sama pentingnya dengan anggota keluarga yang lain. Selain itu, semakin banyak masyarakat Jepang yang memelihara binatang peliharaan, sehingga situasi ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk membuka bisnis yang berkaitan dengan binatang peliharaan. Beberapa ruang kaji psikologi-sosial seperti pada masyarakat, interaksi psikologi-sosial dan perubahan-perubahan yang terdapat di dalamnya merupakan titik tolak penulis dalam mengkaji pengaruh pet boom terhadap bisnis di Jepang.

1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa faktor-faktor berkembangnya fenomena pet boom di Jepang.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh fenomena pet boom terhadap perkembangan bisnis binatang peliharaan di Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, diharapkan menambah pengetahuan tentang fenomena pet boom dan perkembangannya.

2. Bagi pembaca, penulis berharap agar penelitian ini bisa menambah wawasan pembaca khususnya yang sedang belajar di bidang kajian masyarakat Jepang.


(9)

1.6 Metode Penelitian

Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa latin yang terdiri dari kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah (Ratna, 2009:34). Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya.

Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu penelitian mempunyai rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian (https://karobby.wordpress.com).

Metode penelitian merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dalam melakukan penelitian, yaitu untuk menunjang keberhasilan tulisan yang akan disampaikan penulis kepada pembaca. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara alamiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk itu, dalam pengerjaan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif.

Menurut Koentjaraningrat (1976:30), penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu,


(10)

keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan sekaligus dikaji dan kemudian diinterpretasikan dengan tetap mengacu pada sumber data dan informasi yang ada.

Selain itu, penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan studi aktivitas yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Beberapa aspek yang yang perlu dicari dan diteliti meliputi masalah, teori, konsep dan penarikan kesimpulan. Dengan kata lain, studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Data yang diperoleh dari referensi tersebut akan dianalisa untuk dapat ditarik kesimpulan (Nasution, 1996:14).

Di samping itu, penulis juga memperoleh data-data dari beberapa situs di internet berkaitan dengan fenomena pet boom. Seluruh data-data yang didapat baik dari proses studi kepustakaan maupun data internet, akan dianalisa dan kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan hasil berupa kesimpulan.


(1)

boom juga ikut mempengaruhi dunia bisnis di Jepang dengan munculnya berbagai macam bisnis binatang peliharaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa faktor- faktor berkembangnya fenomena pet boom di Jepang?

2. Bagaimana pengaruh fenomena pet boom terhadap perkembangan bisnis binatang peliharaan di Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas.

Di dalam penelitian ini, pembahasan akan terfokus bagaimana fenomena pet boom memberi pengaruh kepada bisnis di Jepang. Selain itu, pada bab II penulis juga akan memberikan penjelasan mendetail tentang asal muasal fenomena pet boom.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Setiap kebudayaan yang tercipta akan melahirkan budaya baru dan menghasilkan fenomena. Dewasa ini di mana aktivitas, teknologi dan media semakin canggih juga menimbulkan berbagai macam fenomena di kalangan masyarakat yang dihasilkan melalui dampak berkembangnya kehidupan


(2)

masyarakat. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai hal-hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah.

Saat ini, di Jepang memelihara binatang peliharaan sudah sangat umum. Jika dilihat dari jumlahnya, binatang peliharaan lebih mendominasi dibandingkan dengan persentase kelahiran di Jepang saat ini. Menurut kepala Asosiasi Perencanaan Keluarga Jepang (JFPA), Kunio Kitamura, Negeri Sakura kini mengalami krisis demografi serius. Bahkan, manusia Jepang terancam punah dimasa yang akan datang (www.dunia news.viva.co.id). Masih ingin berkarir atau bekerja menjadi alasan bagi wanita Jepang yang telah menikah untuk menunda memiliki anak.

Memelihara binatang seperti anjing dan kucing memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat Jepang, yaitu berupa nilai saling setia, nilai persahabatan dan nilai kebahagiaan. Selain kaum muda, yang banyak memelihara binatang peliharaan adalah lansia. Bagi lansia binatang peliharaan memiliki arti persahabatan, kesetian dan kasih sayang.

Terkait dengan fenomena pet boom, saat ini banyak bisnis yang berhubungan dengan binatang peliharaan bermunculan di Jepang. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan binatang peliharaan, orang Jepang juga suka dengan hal-hal yang berbau unik dan lucu.

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka teori menurut Koenjtaraningrat (1976:1) berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari bentuk abstrak kedalam


(3)

bentuk yang nyata. Dalam penelitian suatu kebudayaan masyarakat diperlukan satu atau lebih teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari penelitian ini.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang menekankan rasionalitas dan realitas budaya yang ada serta berusaha memahami budaya dari sudut pandang pelaku budaya tersebut (Moleong, 1994:8). Dengan pendekatan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang dalam situasi tertentu. Seperti penjelasan pada tinjauan pustaka sebelumnya, telah terjadi sebuah fenomena di tengah-tengah kehidupan masyarakat Jepang, yaitu fenomena pet boom. Di mana meningkatnya jumlah binatang peliharaan di Jepang.

Selain itu penulis menggunakan teori pendekatan psikologi-sosial. Psikologi-sosial merupakan bidang berskala mikro. Bidang ini menilai keseluruhan masyarakat melalui studi pikiran, emosi dan kelakuan dari sekelompok kecil juga individu (Stolte, John F; Fine, Gary Alan; Cook, Karen S.: 2001). Roueck and Warren dalam bukunya Sociology mendefinisikan psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari psikologi daripada tingkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh interaksi sosial.

Dengan teori pendekatan psikologi-sosial ini, penulis berusaha memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat Jepang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sekarang banyak binatang peliharaan menjadi bagian dari


(4)

keluarga bahkan dianggap sama pentingnya dengan anggota keluarga yang lain. Selain itu, semakin banyak masyarakat Jepang yang memelihara binatang peliharaan, sehingga situasi ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk membuka bisnis yang berkaitan dengan binatang peliharaan. Beberapa ruang kaji psikologi-sosial seperti pada masyarakat, interaksi psikologi-sosial dan perubahan-perubahan yang terdapat di dalamnya merupakan titik tolak penulis dalam mengkaji pengaruh pet boom terhadap bisnis di Jepang.

1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa faktor-faktor berkembangnya fenomena pet boom di Jepang.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh fenomena pet boom terhadap perkembangan bisnis binatang peliharaan di Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, diharapkan menambah pengetahuan tentang fenomena pet boom dan perkembangannya.

2. Bagi pembaca, penulis berharap agar penelitian ini bisa menambah wawasan pembaca khususnya yang sedang belajar di bidang kajian masyarakat Jepang.


(5)

1.6 Metode Penelitian

Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa latin yang terdiri dari kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah (Ratna, 2009:34). Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya.

Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu penelitian mempunyai rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian (https://karobby.wordpress.com).

Metode penelitian merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dalam melakukan penelitian, yaitu untuk menunjang keberhasilan tulisan yang akan disampaikan penulis kepada pembaca. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara alamiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk itu, dalam pengerjaan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif.

Menurut Koentjaraningrat (1976:30), penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu,


(6)

keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan sekaligus dikaji dan kemudian diinterpretasikan dengan tetap mengacu pada sumber data dan informasi yang ada.

Selain itu, penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan studi aktivitas yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Beberapa aspek yang yang perlu dicari dan diteliti meliputi masalah, teori, konsep dan penarikan kesimpulan. Dengan kata lain, studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Data yang diperoleh dari referensi tersebut akan dianalisa untuk dapat ditarik kesimpulan (Nasution, 1996:14).

Di samping itu, penulis juga memperoleh data-data dari beberapa situs di internet berkaitan dengan fenomena pet boom. Seluruh data-data yang didapat baik dari proses studi kepustakaan maupun data internet, akan dianalisa dan kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan hasil berupa kesimpulan.