Proporsi Gangguan Pendengaran pada Pasien Hipertensi di Poli Ginjal Hipertensi RSUP Haji Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Gangguan pendengaran merupakan salah satu masalah besar yang terjadi

di masyarakat. Data WHO pada tahun 2000 menunjukkan bahwa terdapat 250 juta
(4,2%) penduduk dunia yang menderita gangguan pendengaran dan lebih kurang
setengahnya (75-140 juta) terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil "WHO Multi
Center Study" pada tahun 1998, Indonesia termasuk empat negara di Asia
Tenggara dengan prevalensi gangguan pendengaran yang cukup tinggi (4,6%),
tiga negara lainnya adalah Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%), dan India (6,3%).
Data Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran pada tahun 1994-1996 juga menunjukan morbiditas yang tinggi,
yaitu penyakit telinga (18,5%), prevalensi gangguan pendengaran (16,8%),
sedangkan ketulian didapatkan pada (0,4%) populasi (Supramaniam, 2011).
Gangguan pendengaran dapat berupa gangguan konduktif, sensorineural
maupun campuran. Penyebab gangguan pendengaran bersifat multifaktor, seperti
penyakit telinga, kebisingan, obat-obatan ototoksik, dan lain-lain. Menurut

Sigsbee, et al (1997), hipertensi juga disebut-sebut sebagai salah satu penyakit
yang menyebabkan gangguan pendengaran.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah utama yang
dihadapi oleh orang dewasa di seluruh dunia. Prevalensi hipertensi terus
meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, inaktifitas fisik
dan stres psikososial. Berdasarkan data WHO tahun 2000, sekitar 972 juta orang
atau 26,4% penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi. Sebanyak 333 juta
(proporsi 34,26%) berada di negara maju dan 639 juta (65,74%) berada di negara
berkembang termasuk Indonesia. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2001 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami
peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995 menjadi 110 per 1000
penduduk pada tahun 2001. Prevalensi hipertensi pada golongan umur diatas 25
tahun meningkat dari 8 % pada tahun 1995 menjadi 28 % tahun 2001. Menurut

Universitas Sumatera Utara

penelitian yang dilakukan Rasmaliah, dkk tahun 2004 diwilayah kerja Puskesmas
Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan diketahui bahwa angka kejadian
hipertensi pada masyarakat di atas usia 26 tahun adalah 26,4% dan penderita
hipertensi lebih banyak pada kelompok umur 45-60 tahun yaitu 30,8% (Tripena,

2011).
Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif merupakan faktor yang
sangat penting terhadap timbulnya berbagai gangguan pada organ-organ vital
tubuh, seperti jantung, ginjal dan otak. Perjalanan penyakit hipertensi sangat
perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama
bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai
terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat
tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. (Hanifa, 2011).
Hipertensi sering menimbulkan komplikasi seperti stroke, penyakit
jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada
kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung, serta dapat
berakibat kecacatan bahkan kematian (Tripena,2011). Pada organ pendengaran,
hipertensi diduga menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran berupa tuli
sensorineural. Gangguan pendengaran ini terjadi karena hipertensi menyebabkan
kerusakan pada sel-sel rambut organ pendengaran (Sigsbee, et al, 1997).
Melihat adanya hubungan terjadinya gangguan pendengaran pada
penderita hipertensi,


peneliti tertarik untuk meneliti proporsi gangguan

pendengaran pada pasien hipertensi di poli ginjal hipertensi Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut : Berapa besar proporsi pasien hipertensi di poli ginjal hipertensi RSUP
Haji Adam Malik Medan yang mengalami gangguan pendengaran?

Universitas Sumatera Utara

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui proporsi pasien hipertensi di poli ginjal hipertensi RSUP Haji
Adam Malik Medan yang menderita gangguan pendengaran.

1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proporsi yang mengalami gangguan pendengaran sensorineural dan campuran pada pasien hipertensi di poli ginjal hipertensi RSUP
Haji Adam Malik Medan.
2. Mengetahui distribusi frekuensi sampel menurut jenis gangguan
pendengaran, jenis kelamin, umur dan lama menderita hipertensi.

1.4.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Pengetahuan dan informasi tentang proporsi gangguan pendengaran pada
pasien hipertensi di poli ginjal hipertensi RSUP Haji Adam Malik Medan.
2. Pengetahuan dan informasi tentang proporsi gangguan pendengaran jenis
sensori-neural pada pasien hipertensi di poli ginjal hipertensi RSUP Haji
Adam Malik Medan.
3. Masukan dan tambahan rujukan untuk instansi dan mahasiswa yang akan

melakukan penelitian lainnya.

Universitas Sumatera Utara