Perbandingan Beratnya Lesi Arteri Koroner Pasien Pacsa Acute Coronary Syndrome Dengan Faktor Resiko Diabetes Melitus Dan Non-Diabetes Melitus Di RSUP Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-dua. DM terklasifikasi kepada DM tipe-1, DM tipe-2 dan
Gestational
Diabetic Mellitus (GDM). (Kumar, 2007)
Secara global, diabetes mellitus merupakan ancaman utama bagi kesehatan
manusia. Jumlah penderita diabetes telah meningkat drastis sejak tahun 1985 dan
tingkat kasus baru meningkat. Pada tahun 1985, diperkirakan 30 juta orang di
seluruh dunia menderita diabetes, pada tahun 2003, diperkirakan bahwa sekitar 194
juta orang menderita diabetes, dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi
hampir 350 juta pada tahun 2025.
Prevalensi diabetes lebih tinggi di negara-negara berkembang daripada di
negara-negara kembang, namun negara-negara berkembang akan menghadapi
epidemi diabetes di masa depan. Peningkatan urbanisasi, westernisasi, dan
pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang telah memberikan kontribusi
terhadap kenaikan substansial dalam diabetes. Meskipun diabetes yang paling
umum di kalangan orang tua di banyak populasi, tingkat prevalensi yang meningkat
di kalangan penduduk muda di negara berkembang.
Diabetes mellitus, apakah tipe 1 atau tipe 2, merupakan faktor risiko yang
sangat kuat untuk perkembangan Coronary Artery Diseases (CHD) dan stroke.
Penyebab kematian dan kesakitan utama pada pasien Diabetes Melitus (DM) adalah
Acute Coronary Syndrome (ACS), yang merupakan salah satu penyulitan
makrovaskular pada diabetes mellitus. Penyulitan makrovaskular ini bermanifestasi
sebagai aterosklerosis dini yang dapat mengenai organ-organ vital (jantung dan
otak). Pada tahun 2010, American Heart Association (AHA) melakukan studi
Universitas Sumatera Utara
terbaru yang menemukan sekitar 65% pasien ACS adalah penderita DM tipe 1 dan
2. (Michael E. Farkouh, 2008)
Pada pasien DM, risiko menderita ACS adalah 3 hingga 4 kali. Kerusakan
atau lesi pada arteri koroner karena hiperglikemia yang menyebabkan peningkatan
fungsi koagulasi yaitu fungsi trombosit ditingkatkan, disfungsi endotel, faktor
koagulasi yang abnormal. Apabila fungsi koagulasi meningkat menyebabkan
terjadi plak-plak pada dinding pembulah darah. Pecahnya plak dan trombosis,
ketika stres fisiologis (misalnya, trauma, kehilangan darah, anemia, infeksi,
takiaritmia) meningkatkan tuntutan pada jantung. ACS mengacu pada spektrum
presentasi klinis mulai dari yang untuk segmen ST elevasi miokard infark (STEMI)
untuk presentasi yang ditemukan di non-ST-segmen elevasi miokard infark
(NSTEMI) atau angina tidak stabil. Selain itu, dengan melakukan Angiogram
Koroner dapat mengambarkan penyumbatan vaskularisasi koroner dan didapati
pasien DM mempunyai penyumbatan vaskular lebih parah dibanding pasien nonDM.
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan
menunjukkan, penyakit jantung memberikan kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh
penyebab kematian pada tahun 1993. Angka tersebut meningkat menjadi 24,4%
pada tahun 1998 dan hasil SKRT pada tahun 2001, ACS telah menempati urutan
pertama dalam deretan penyebab utama kematian di Indonesia.
(Suyono, 2009)
Laporan World Health Organization (WHO) memperkirakan 17,5 juta
populasi meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2005, dimana angka
tersebut mewaliki 30% dari seluruh kematian. Jikalau trends tersebut berlanjut,
maka di tahun 2015 diperkirakan sekitar 20juta orang akan meninggal akibat
penyakit kardiovaskular (khususnya penyakit jantung koroner).
(WHO, 2008)
Hasil dari studi Framingham menemukan bahwa kehadiran diabetes dua kali
lipat risiko CVD pada pria dan tiga kali lipat pada wanita. Data serupa telah
Universitas Sumatera Utara
dilaporkan oleh Multiple Risk Factor Intervention Trails (MRFIT). Sejumlah
observasi lainnya telah mengkonfirmasi risiko peningkatan PJK pada pasien dengan
DM. Risiko relatif infark miokard (MI) sebesar 50% pada pria diabetes dan sebesar
150% pada wanita DM dibandingkan dengan pasien non-DM.
(Jozo Boras,
2002)
Mengikut penelitian Sally M.Marshall dan kawan-kawan di Institute of
Cellular Medicine, Newcastle University -Freeman Hospital, Newcastle didapati
bahwa dalam penelitian mereka keparahan aterosklerosis pada pasien DM adalah
45% lebih parah dibandingkan non-DM pada kasus penyakit jantung koroner.
(Sally, 2011)
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti amat berminat untuk
melakukan penelitian gambaran lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan faktor
risiko DM di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah perbandingan lesi arteri koroner pada pasien pasca ACS
dengan faktor risiko DM dan non-DM di RSUP H.Adam Malik, Medan?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan
faktor risiko DM dan non-DM di RUSP H.Adam Malik, Medan.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbandingan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan
faktor risiko DM dan non-DM.
2. Mengetahui distribusi frekuensi usia pada penderita ACS di RSUP H.Adam
Malik, Medan.
3. Mengetahui distribusi frekuensi jenis kelamin pada penderita ACS di RSUP
H.Adam Malik, Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
mengenai gambaran keparahan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan
faktor risiko DM dan non-DM.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian
lain yang ingin mengembangkan ilmu yang berkenaan.
3. Diharapkan hasil daripada penelitian ini dapat membantu dalam proses
pencegahan terkenanya ACS pada pasien DM.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-dua. DM terklasifikasi kepada DM tipe-1, DM tipe-2 dan
Gestational
Diabetic Mellitus (GDM). (Kumar, 2007)
Secara global, diabetes mellitus merupakan ancaman utama bagi kesehatan
manusia. Jumlah penderita diabetes telah meningkat drastis sejak tahun 1985 dan
tingkat kasus baru meningkat. Pada tahun 1985, diperkirakan 30 juta orang di
seluruh dunia menderita diabetes, pada tahun 2003, diperkirakan bahwa sekitar 194
juta orang menderita diabetes, dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi
hampir 350 juta pada tahun 2025.
Prevalensi diabetes lebih tinggi di negara-negara berkembang daripada di
negara-negara kembang, namun negara-negara berkembang akan menghadapi
epidemi diabetes di masa depan. Peningkatan urbanisasi, westernisasi, dan
pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang telah memberikan kontribusi
terhadap kenaikan substansial dalam diabetes. Meskipun diabetes yang paling
umum di kalangan orang tua di banyak populasi, tingkat prevalensi yang meningkat
di kalangan penduduk muda di negara berkembang.
Diabetes mellitus, apakah tipe 1 atau tipe 2, merupakan faktor risiko yang
sangat kuat untuk perkembangan Coronary Artery Diseases (CHD) dan stroke.
Penyebab kematian dan kesakitan utama pada pasien Diabetes Melitus (DM) adalah
Acute Coronary Syndrome (ACS), yang merupakan salah satu penyulitan
makrovaskular pada diabetes mellitus. Penyulitan makrovaskular ini bermanifestasi
sebagai aterosklerosis dini yang dapat mengenai organ-organ vital (jantung dan
otak). Pada tahun 2010, American Heart Association (AHA) melakukan studi
Universitas Sumatera Utara
terbaru yang menemukan sekitar 65% pasien ACS adalah penderita DM tipe 1 dan
2. (Michael E. Farkouh, 2008)
Pada pasien DM, risiko menderita ACS adalah 3 hingga 4 kali. Kerusakan
atau lesi pada arteri koroner karena hiperglikemia yang menyebabkan peningkatan
fungsi koagulasi yaitu fungsi trombosit ditingkatkan, disfungsi endotel, faktor
koagulasi yang abnormal. Apabila fungsi koagulasi meningkat menyebabkan
terjadi plak-plak pada dinding pembulah darah. Pecahnya plak dan trombosis,
ketika stres fisiologis (misalnya, trauma, kehilangan darah, anemia, infeksi,
takiaritmia) meningkatkan tuntutan pada jantung. ACS mengacu pada spektrum
presentasi klinis mulai dari yang untuk segmen ST elevasi miokard infark (STEMI)
untuk presentasi yang ditemukan di non-ST-segmen elevasi miokard infark
(NSTEMI) atau angina tidak stabil. Selain itu, dengan melakukan Angiogram
Koroner dapat mengambarkan penyumbatan vaskularisasi koroner dan didapati
pasien DM mempunyai penyumbatan vaskular lebih parah dibanding pasien nonDM.
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan
menunjukkan, penyakit jantung memberikan kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh
penyebab kematian pada tahun 1993. Angka tersebut meningkat menjadi 24,4%
pada tahun 1998 dan hasil SKRT pada tahun 2001, ACS telah menempati urutan
pertama dalam deretan penyebab utama kematian di Indonesia.
(Suyono, 2009)
Laporan World Health Organization (WHO) memperkirakan 17,5 juta
populasi meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2005, dimana angka
tersebut mewaliki 30% dari seluruh kematian. Jikalau trends tersebut berlanjut,
maka di tahun 2015 diperkirakan sekitar 20juta orang akan meninggal akibat
penyakit kardiovaskular (khususnya penyakit jantung koroner).
(WHO, 2008)
Hasil dari studi Framingham menemukan bahwa kehadiran diabetes dua kali
lipat risiko CVD pada pria dan tiga kali lipat pada wanita. Data serupa telah
Universitas Sumatera Utara
dilaporkan oleh Multiple Risk Factor Intervention Trails (MRFIT). Sejumlah
observasi lainnya telah mengkonfirmasi risiko peningkatan PJK pada pasien dengan
DM. Risiko relatif infark miokard (MI) sebesar 50% pada pria diabetes dan sebesar
150% pada wanita DM dibandingkan dengan pasien non-DM.
(Jozo Boras,
2002)
Mengikut penelitian Sally M.Marshall dan kawan-kawan di Institute of
Cellular Medicine, Newcastle University -Freeman Hospital, Newcastle didapati
bahwa dalam penelitian mereka keparahan aterosklerosis pada pasien DM adalah
45% lebih parah dibandingkan non-DM pada kasus penyakit jantung koroner.
(Sally, 2011)
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti amat berminat untuk
melakukan penelitian gambaran lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan faktor
risiko DM di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah perbandingan lesi arteri koroner pada pasien pasca ACS
dengan faktor risiko DM dan non-DM di RSUP H.Adam Malik, Medan?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan
faktor risiko DM dan non-DM di RUSP H.Adam Malik, Medan.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbandingan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan
faktor risiko DM dan non-DM.
2. Mengetahui distribusi frekuensi usia pada penderita ACS di RSUP H.Adam
Malik, Medan.
3. Mengetahui distribusi frekuensi jenis kelamin pada penderita ACS di RSUP
H.Adam Malik, Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
mengenai gambaran keparahan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan
faktor risiko DM dan non-DM.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian
lain yang ingin mengembangkan ilmu yang berkenaan.
3. Diharapkan hasil daripada penelitian ini dapat membantu dalam proses
pencegahan terkenanya ACS pada pasien DM.
Universitas Sumatera Utara