Studi Pemilihan Moda Angkutan Umum Antar Provinsi Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus :Medan – Lhokseumawe)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1
2.1.1

Transportasi
Pengertian transpotasi
Transportasi adalah pergerakan orang dan barang bisa dengan kendaraan

bermotor (dengan mesin), kendaraan tidak bermotor (tanpa mesin) dan pejalan
kaki, namun di Indonesia sedikit tempat bahkan tidak tersedianya fasilitas yang
baik untuk pejalan kaki sehingga pejalan kaki hampir dilupakan dari bentuk
transportasi (SK Dirjen Perhubungan Darat No. 687, 2002). Kebutuhan akan
pelayanan transportasi bersifat sangat kualitatif dan mempunyai ciri yang berbedabeda diantaranya yaitu fungsi waktu, tujuan perjalanan, frekuensi, jenis kargo
yang diangkut, dan lain-lain (Tamin, 2000).
Menurut Bowesox (1981, dalam Oktavia F, 2013), defenisi transportasi
adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu zona asal ke zona tujuan,
dengan produk yang digerakkan atau dipindahkan. Sementara Menurut Papacostas
(1974,dalam Oktavia F, 2013), transportasi didefenisikan sebagai sistem yang
terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem control yang memungkinkan

orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien
dalam setiap waktu untuk mendukung aktifitas manusia. Fungsi utama sistem
transportasi adalah :

29
Universitas Sumatera Utara



Menggerakan objek yang diangkut berupa penumpang, hewan maupun
barang



Melindungi objek yang diangkut, dan



Mengendalikan kecepatan dan arah dari gerakan, sehingga keamanan
perjalanan dapat terjamin.

Jenis pelayanan transportasi secara umum dikelompokkan kedalam dua

kelompok moda transportasi yaitu kendaraan pribadi (private transportasi) dan
kendaraan umum (public transportasi). Menurut Fidel Miro (2005) kendaraan
umum merupakan moda transportasi yang diperuntukan buat bersama (orang
banyak), kepentingan bersama, menerima pelayanan bersama, mempunyai arah
dan titik tujuan yang sama, serta terikat dengan peraturan trayek yang sudah
ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan serta pelaku perjalanan harus
menyesuaikan diri dengan ketentuan – ketentuan tersebut terhadap angkutan
umum sudah mereka pilih. Sedangkan kendaraan pribadi merupakan moda
transportasi yang dikhususkan buat pribadi seseorang dan seseorang itu bebas
memakainya ke mana saja, di mana saja dan kapan saja dia mau, bahkan mungkin
juga dia tidak memakainya sama sekali.
Transportasi yang bersifat dinamis dan terus berkembang dengan
perubahan zaman dan meningkatnya aktivitas manusia sehingga setiap waktu
selalu diperlukan solusi baru untuk memecahkan masalah transportasi yang juga
baru. Apalagi untuk perjalanan antar provinsi memerlukan dukungan transportasi
yang handal, karena adanya berbagai aktivitas dengan intensitas yang tinggi.

30

Universitas Sumatera Utara

2.1.2

Pengertian Kendaraan
Menurut Undang Undang No.22 tahun 2009, yang disebut dengan

kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan
bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah setiap
kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain
kendaraan yang berjalan di atas rel sedangkan, kendaraan tidak bermotor adalah
setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan.
Kendaraan merupakan sarana angkutan yang penting dalam kehidupan
modern ini karena dapat membantu manusia melaksanakan kegiatan sehari-hari
serta memudahkan manusia dalam mencapai tujuan dengan cepat, selamat dan
hemat sekaligus menunjang nilai aman dan nyaman (Soesantiyo, 1985).

2.2

Perencanaan Transportasi


2.2.1

Pengertian Perencanaan Transortasi
Perencanaan transportasi diartikan sebagai suatu proses yang bertujuan

mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan barang
dapat bergerak atau berpindah tempat dengan aman dan murah. Selain itu terdapat
pula unsur “cepat” sehingga, dituntut harus murah, aman dan cepat. Bahkan untuk
memindahkan manusia harus pula nyaman, oleh karena itu perencanaan
transportasi merupakan suatu proses yang dinamis, dan melibatkan berbagai pihak
dan beragam kepentingan, termasuk politik.
Tamin (2000) menyatakan perencanaan transportasi adalah suatu
kegiatan perencanaan sistem transportasi yang sistematis yang bertujuan
menyediakan layanan transportasi baik sarana maupun prasarananya disesuaikan

31
Universitas Sumatera Utara

dengan kebutuhan transportasi bagi masyarakat di suatu wilayah serta tujuan –

tujuan kemasyarakatan lain.
2.2.2

Pendekatan Perencanaan Transportasi
Dalam perencanaan transportasi digunakan suatu pendekatan sistem.

Dapat dijelaskan bahwa pendekatan sistem merupakan pendekatan umum untuk
suatu perencanaan atau teknik dengan menganalisis semua faktor - faktor yang
berhubungan dengan permasalahan yang ada.
Seperti yang diungkapkan oleh Tamin (2000), Sistem adalah gabungan
beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan. Dalam setiap organisasi
sistem, perubahan pada satu komponen dapat menyebabkan perubahan pada
komponen lainnya. Begitu pula yang terjadi didalam transportasi, dibutuhkan
alternatif pemecahan masalah yang terbaik sehingga pemecahan masalah pada
satu komponen tidak meneyebabkan munculnya masalah pada komponen lainnya.
2.2.3

Konsep Perencanaan Transportasi
Dalam perencanaan transportasi terdapat beberapa konsep yang telah


berkembang sampai saat ini dan yang paling populer adalah “ Model Perencanaan
Transportasi Empat Tahap”. Model perencanaan ini merupakan gabungan dari
beberapa sub model yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan
berurutan. Dalam sistem perencanaan transportasi terdapat empat langkah yang
saling terkait satu dengan yang lain (Tamin, 1997), yaitu:
Konsep perencanaan transportasi ada 4 tahap, antara lain adalah (Ofyar
Z Tamin,2000) :

32
Universitas Sumatera Utara

1.

Bangkitan pergerakan (Trip Generation)
Mengaitkan parameter tata guna lahan dengan jumlah pergerakan yang

meninggalkan suatu zona menjadi tujuan dasar model ini. Pergerakan lalu lintas
merupakan fungsi tata guna lahan yang akhirnya akan menghasilkan pergerakan
lalulintas. Bangkitan ini mencakupi lalulintas yang meninggalkan lokasi dan lalu
lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi.

2.

Sebaran Pergerakan (Trip Distribution)
Merupakan permodelan terhadap pola pergerakan antar zona. Model ini

dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas sistem jaringan antar zona dan tingkat
bangkitan dan tarikan setiap zona. Pola sebaran arus lalulintas antara zona yang
satu dengan zona yang lain (zona asal – zona tujuan), merupakan hasil yang
terjadi secara bersamaan yaitu lokasi dan intensitas tata guna lahan (keduanya
akan menghasilkan arus lalulintas), dan pemisahan ruang, interaksi antara dua
buah tata guna lahan

yang akan menghasilkan pergerakan manusia maupun

barang.
3.

Pemilihan Moda (Moda choice)
Pemilihan moda yaitu pemodelan atau tahapan proses perencanaan angkutan


yang berfungsi untuk menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui
jumlah (dalam arti proporsi) orang dan barang yang akan menggunakan atau
memilih berbagai moda transportasi yang tersedia untuk melayani suatu titik asaltujuan tertentu, demi beberapa maksud perjalanan tertentu pula.
2.2.4

Klasifikasi Perjalanan
Perjalanan merupakan pergerakan satu arah dari zona asal ke zona

tujuan, termasuk pergerakan berjalan kaki. Berhenti secara kebetulan tidak

33
Universitas Sumatera Utara

dianggap sebagai tujuan pergerakan meskipun terpaksa melakukan perubahan
rute. Meskipun pergerakan sering diartikan dengan pergerakan pulang dan pergi,
dalam ilmu transportasi biasanya analisis keduanya harus dipisahkan (Lestarini,
2007).
Tamin (2000) menyaakan lima katagori tujuan pergerakan berbasis
tempat tinggal, yaitu :
1.


Pergerakan ke tempat kerja

2.

Pergerakan ke sekolah atau universitas (pergerakan dengan tujuan
pendidikan)

3.

Pergerakan ke tempat belanja

4.

Pergerakan untuk kepentingan sosial

5.

Pergerakan untuk tujuan rekreasi
Suatu pergerakan yang terjadi baik itu untuk bekerja ataupun


pendidikan disebut tujuan pergerakan utama yang merupakan keharusan untuk
dilakukan oleh setiap orang dan setiap hari, sedangkan tujuan pergerakan lain
sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin dilakukan. Pergerakan berbasis bukan
rumah hanya sekitar (15-20)% dari total pergerakan yang terjadi.
Menurut Warpani (1990, dalam Lestarini, 2007), Yang dimaksud
dengan perjalanan kerja adalah perjalanan yang dilakukan dengan maksud
bekerja. Perjalanan kerja juga dapat dikatakan sebagai perjalanan ulang-alik, yaitu
perjalanan yang terjadi setiap hari dan waktu yang tetap. Pelayanan moda
transportasi yang dibutuhkan dan memenuhi syarat adalah moda transportasi yang
mampu meminimumkan waktu atau moda transportasi yang mampu menjamin

34
Universitas Sumatera Utara

dengan rentang waktu yang pasti untuk perjalanan dari rumah ketempat kerja dan
tiadanya hambatan sepanjang lintasan perjalanan.
2.3

Angkutan Umum

Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan

barang dari satu tempat ke tempat lain (Warpani, 1990). Sedangkan angkutan kota
adalah angkutan dari suatu tempat ketempat lain dalam wilayah kota dengan
menggunakan mobil bus dan atau mobilpenumpang umum yang terikat dalam
trayek tetap dan teratur (SK Dirjen Perhubungan Darat no. 687, 2001).
Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan
kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar (Munawar,
2004). Angkutan umum juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem tranportasi kota dan merupakan komponen yang peranannya sangat
signifikasi karena kondisi sistem angkutan umum yang kurang bagus akan
menyebabkan turunnya efektifitas maupun afesien dari sistem transportasi kota
keseluruhan, hal ini akan menyebabkan terganggunya sistem kota secara
keseluruhan, baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan mobilitas masyarakat
maupun ditinjau dari mutu kehidupan (SK Dirjen Perhubungan Darat, 2002).
Ukuran pelayanan angkutan umum yang baik adalah pelayanan yang
aman, cepat, murah, dan nyaman, serta pelayanan akan berjalan dengan baik
apabila tercipta keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan (Warpani,
1990).
2.3.1

Jenis Angkutan Umum
Jenis angkutan umum dapat dibedakan menjadi (Munawar, 2004):

1.

Dari segi kualitas angkutan umum meliputi:

35
Universitas Sumatera Utara

a.

Bus umum: penumpang tidak dijamin mendapat tempat duduk.

b.

Bus patas: semua penumpang mendapatkan tempat duduk.

c.

Bus patas a.c. : semua penumpang mendapatkan tempat duduk yang
nyaman dengan waktu perjalanan yang cepat.

2.

2.3.2

Dari segi kapasitas, misalnya:
a.

Mikrolet: kapasitas sekitar 12 orang.

b.

Bus sedang: kapasitas 40 orang.

c.

Bus besar: kapasitas 60 orang.

d.

Bus tingkat: kapasitas 100 orang.

e.

Bus gandeng: kapasitas sekitar 150 orang.

Pengguna Angkutan Umum
Menurut Gray (1997), pengguna angkutan umum di pengaruhi oleh

beberapa faktor lain:
a.

Keselamatan baik didalam kendaraan maupun di tempat pemberhentian,
termasuk keselamatan dari kecelakaan dan keselamatan penumpang dan
pencurian dan kekerasan fisik serta keselamatan

kendaraan dari

pengerusakan.
b.

Kenyamanan, mencakup kenyamanan fisik penumpang di dalam kendaraan
dan di tempat pemberhentian (kualitas perjalanan pada saat naik,
pengawasan lingkungan yang memadai, keadaan tempat duduk, tempat
masuk dan keluar serta akomodasi paket/barang), kualitas estetika dari
sistem (kebersihan dan hiburan di dalam kendaraan, tempat pemberhentian
yang menarik, terminal dan fasilitas lainnya), perlindungan lingkungan bagi
36
Universitas Sumatera Utara

pengguna (kebisingan dan gas buang), fasilitas terhadap gangguan dan
layanan yang baik dari operator.
c.

Aksebilitas (kemudahan pencapaian), secara tidak langsung merupakan
tercukupinya distribusi rute di seluruh area yang dilayani, kapasitas
kendraan, frekwensi pelayanan dan rentang waktu operasi, ciri khas
pemberhentian dan kendaraan serta distribusi informasi mengenai jarak,
jadwal dan lain-lain.

d.

Realibitas, bergantung pada kecilnya rata-rata penyimpangan pelayanan
khusus yang disediakan pada saat penyimpanan terjadi, ketaatan pada
jadwal dengan cukupnya informasi mengenai berbagai perubahan pelayanan
dan terjaminnya ketersedian transfer.

e.

Perbandingan biaya, berarti kelayakannya berdasarkan jarak minimum dan
kemudahan makanisme transfer dan kemungkinan pengurangan biaya bagi
penumpang dan kelompok-kelompok khusus (pelajar,anak-anak, lansia dan
lain-lain).

f.

Efesiensi,

termasuk

tingginya

kecepatan

rata-rata

dengan

waktu

singgah/tinggal minimum dan ketiadaan tundaan lalu - lintas, cukupnya
pemberhentiannya dengan waktu berjalan minimum (tetapi tidak terlalu
banyak karena dapat meningkatkan waktu perjalanan) jadwal dan tempat
transfer yang terkoordinasi dengan pengguna yang tidak dapat dilayani
minimum, rute langsung serta pelayanan ekspres dan khusus yang terjamin.
Efesiensi juga mencakup kemudahan sistem pemeliharaan dengan fasilitasfasilitas pemeliharaan yang menandai, efesiensi sistem manajemen.

37
Universitas Sumatera Utara

Seperti yang diungkapkan Tamin (2003) pengguna angkutan umum terdiri
dari kelompok captive users yaitu sekelompok masyarakat yang memenuhi
kebutuhan mobilitasnya tergantung pada angkutan umum (tidak punya alternatif
lain kecuali angkutan umum), kelompok ini tidak memenuhi salah satu syarat
sebagai berikut:


Fisik: sedang sakit, penyandang cacat, sudah uzur.



Legal formal: tidak punya SIM.



Finansial: tidak punya kendraan pribadi.
Sedangkan kelompok

choice user

untuk

masyarakat yang dalam

pemenuhan kebutuhan mobilitasnya mempunyai alternatif lain (tidak tergantung
pada angkutan umum. kelompok ini memenuhi salah satu syarat sebagai berikut:


Legal formal: punya SIM.



Finansial: punya kendaraan pribadi.

2.3.3

Wilayah Pelayanan Angkutan Umum.
Wilayah pelayanan angkutan perkotaan adalah wilayah yang di dalamnya

bekerja satu sistem pelayanan angkutan penumpang umum karena adanya
kebutuhan pergerakan penduduk dalam wilayah perkotaan (SK Dirijen
Perhubungan Darat No.687, 2002).

Penentuan wilayah angkutan penumpang

umum ini diperlukan untuk:
a.

Merencanakan sistem pelayanan angkutan penumpang umum.

b.

Menetapkan kewenangan penyediaan, pengelolaan, dan pengaturan
pelayanan angkutan penumpang umum.
Menurut Warpani (1990), trayek merupakan rute kendaraan umum

untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus mempunyai asal, tujuan,

38
Universitas Sumatera Utara

lintasan dan jadwal tetap. Kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan
angkutan orang membentuk jaringan trayek yang ditatapkan dengan menggunakan
faktor-faktor sebagai berikut (SK.Dirjen Perhubungan Darat nomor 687, 2002):
a.

Pola tata guna lahan
Pelayanan angkutan umum di usahakan mampu menyediakan aksebilitas

yang baik, yaitu lintasan angkutan umum di usahakan melewati tata guna lahan
dengan potensi permintaan yang tinggi dan potensial tujuan bepergian.
b.

Pola pergerakan penumpang angkutan umum
Rute angkutan umum yang baik adalah arahnya mengikuti pola pergerakan

penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih efesien.
c.

Kepadatan penduduk
Trayek angkutan umum diusahakan sedekat mungkin menjangkau wilayah

kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah yang
mempunyai potensi permintaan yang tinggi.
d.

Daerah pelayanan
Pelayanan angkutan umum juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang

ada, sehingga terjadi pemerataan pelayanan terhadap penyediaan fasilitas
angkutan umum.
e.

Karakteristik jaringan
Kondisi jaringan jalan akan menentukan pola pelayanan trayek angkutan

umum. Karakteristik jaringan jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi, lebar
jalan, dan tipe operasi jalur.
Klasifikasi trayek angkutan umum dan jenis angkutan berdasarkan ukuran
kota dan trayek dapat dilihat pada tabel berikut :

39
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Jenis angkutan berdasarkan ukuran kota dan trayek
Kota besar
Ukuran kota
Kota raya

500.0001.000.000

1.00.0005.00.00

Penduduk

penduduk

klasifikasi
>1.000.000
trayek
Utama

Cabang

 K.A
 Bus besar
(SD/DD)
 Bus besar/
sedang

Ranting

 Bus sedang/
kecil

Langsung

 Bus besar

Kota sedang

 Bus besar  Bus besar/
sedang
 Bus
sedang

Kota sedang