Hak dan Kewajiban Aparatur Sipil Negara Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

xxi

BAB II
PENGATURAN KEPEGAWAIAN DALAM UNDANG-UNDANG
APARATUR SIPIL NEGARA

E. Jenis Status, Kedudukan, Jabatan Aparatur Sipil Negara
Pegawai ASN terdiri atas: a. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b. Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS sebagaimana dimaksud
merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian (PPK) dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Adapun PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan
perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ASN. "Pegawai
ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara, yang melaksanakan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah, harus bebas dari pengaruh
dan intervensi semua golongan dan partai politik," bunyi Pasal 8 dan Pasal 9 ayat
(1), (2) Undang-Undang ASN.
1. Jenis
Pegawai ASN terdiri dari: 13
a. PNS

Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional;
13

http://www.asnri.com/2015/04/jenis-dan-status-jabatan-menurut-ruu-asn.html,
diakses tanggal 1 Februari 2016.

20

Universitas Sumatera Utara

xxii

b. Pegawai Tidak Tetap Pemerintah.
Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi
Pemerintah dan ketentuan undang-undang.
2. Status
a. PNS merupakan pegawai yang berstatus pegawai tetap dan memiliki
Nomor Induk Pegawai.

b. Pegawai Tidak Tetap Pemerintah merupakan pegawai yang diangkat
dengan perjanjian kerja dalam jangka waktu paling singkat 12 (dua belas)
bulan pada Instansi dan Perwakilan.
3. Kedudukan
Munculnya konsep mengenai otonomi daerah, merupakan bentuk
kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri.
Pemberian otonomi ini dirasakan sebagai suatu yang sangat urgen berkaitan
dengan pemberdayaan, terlebih lagi pada pemerintahan yang mengedepankan
demokrasi. Hal ini berarti terjadinya pendelegasian kewenangan kepada segala
aspek potensi yang ada. Demikian halnya pada otonomi daerah, maka berarti
daerah tersebut memiliki legal self sufficiency yang bersifat self goverment yang
diatur dan diurus oleh pemerintah setempat, sehingga terkandung asas-asas dan
prinsip kemandirian/kemampuan daerah dalam pelaksanaannya. 14

14

Syaukani, Menatap Masa Depan Otonomi Daerah, Gerbang Dayaku, Tenggarong
Kaltim, 2000, hlm 147.

Universitas Sumatera Utara


xxiii

Sebagai unsur aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan
kepada

masyarakat

secara

profesional,

jujur,

adil

dan

merata


dalam

penyelenggaran tugas negara dan pembangunan.maka Pegawai negeri harus bebas
dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam
mem berikan pelayanan kepada masyarakat, serta pegawai negeri dilarang
menjadi anggota dan atau pengurus partai politik. Agar Berjalan nya sistem
otonomi daerah atas hak dan kewajiban aparatur negara. Namun dalam kedudukan
nya sebagai PNS apabila ada PNS yang menjadi anggota dan atau pengurus parpol
akan diberhentikan sebagai PNS.
Berdasarkan Undang-Undang ASN kedudukan ASN antara lain
a. Pegawai ASN berkedudukan di pusat, daerah, dan perwakilan luar negeri.
b. Pegawai ASN yang bekerja pada Instansi Pusat, Instansi Daerah, dan
Perwakilan merupakan satu kesatuan ASN.
c. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan
Instansi dan Perwakilan.
d. Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan
dan partai politik.
4. Jabatan
Jabatan ASN terdiri atas:


15

a. Jabatan Administrasi;
b. Jabatan Fungsional; dan

15

http://www.bkdiklat.cirebonkota.go.id/index.php/en-us/artikel/14-inilah-pokokpokok-undang-undang-aparatur-sipil-negara,diakses tanggal 1 Maret 2016.

Universitas Sumatera Utara

xxiv

c. Jabatan Pimpinan Tinggi.
Jabatan Administrasi sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. Jabatan administrator;
b. Jabatan pengawas; dan
c. Jabatan pelaksana.
Pejabat dalam jabatan administrator menurut undang-undang ini,
bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik

serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Adapun pejabat dalam jabatan
pengawas bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh pejabat pelaksana; sementara pejabat dalam jabatan pelaksana
melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan.
"Setiap jabatan sebagaimana dimaksud ditetapkan sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan," bunyi Pasal 16 UU ASN ini. Sedangkan Jabatan
Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan
fungsional ketrampilan. Untuk jabatan fungsional keahlian terdiri atas:
a. Ahli utama;
b. Ahli madya;
c. Ahli muda; dan
d. Ahli pertama.
Sementara jabatan fungsional ketrampilan terdiri atas:
a. Penyelia;
b. Mahir;

Universitas Sumatera Utara

xxv


c. Terampil; dan
d. Pemula.

Universitas Sumatera Utara

xxvi

Untuk jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas:
a. Jabatan pimpinan tinggi utama;
b. Jabatan pimpinan tinggi madya; dan
c. Jabatan pimpinan tinggi pratama.
Jabatan Pimpinan Tinggi berfungsi memimpin dan memotivasi setiap
Pegawai ASN pada Instansi Pemerintah melalui:
a. Kepeloporan dalam bidang keahlian profesional; analisis dan rekomendasi
kebijakan; dan kepemimpinan manajemen;
b. Pengembangan kerjasama dengan instansi lain; dan
c. Keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN, dan melaksanakan
kode etik dan kode perilaku ASN. 16
"Untuk setiap jabatan Pimpinan Tinggi ditetapkan syarat kompetensi,

kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan
integritas, serta persyaratan lain yang dibutuhkan," bunyi Pasal 19 Ayat (3) UU ini
sembari menambahkan, ketentuan lebih lanjut mengenai kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan lain
yang dibutuhkan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Menurut undang-undang ini, jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN.
Adapun jabatan ASN tertentu dapat diisi dari: Prajurit TNI; dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
Sementara jabatan fungsional ketrampilan terdiri atas:
a. Penyelia;
16

Ibid

Universitas Sumatera Utara

xxvii

b. Mahir;
c. Terampil; dan

d. Pemula.
Untuk jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas:
a. Jabatan pimpinan tinggi utama;
b. Jabatan pimpinan tinggi madya; dan
c. Jabatan pimpinan tinggi pratama.
Jabatan Pimpinan Tinggi berfungsi memimpin dan memotivasi setiap
Pegawai ASN pada Instansi Pemerintah melalui:
a. Kepeloporan dalam bidang keahlian profesional; analisis dan rekomendasi
kebijakan; dan kepemimpinan manajemen;
b. Pengembangan kerjasama dengan instansi lain; dan
c. Keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN, dan melaksanakan kode
etik dan kode perilaku ASN.
“Untuk setiap jabatan Pimpinan Tinggi ditetapkan syarat kompetensi,
kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan
integritas, serta persyaratan lain yang dibutuhkan,” bunyi Pasal 19 Ayat (3) UU
ini sembari menambahkan, ketentuan lebih lanjut mengenai kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta
persyaratan lain yang dibutuhkan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Menurut
UU ini, jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN. Adapun jabatan ASN tertentu dapat
diisi dari: Prajurit TNI; dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)


Universitas Sumatera Utara

xxviii

F. Pegawai Aparatur Sipil Negara Yang Menjadi Pejabat Negara
Undang-undang ASN memberikan ruang bagi Pegawai ASN untuk dapat
menjadi Pejabat Negara. 17 Ketentuan Pasal 121 mengandung makna bahwa tidak
hanya PNS saja yang dapat menjadi Pejabat Negara PPPK juga mendapatkan
kesempatan yang sama. Ketentuan yang memberika ruang bagi pegawai untuk
dapat menjadi Pejabat Negara pada dasarnya juga telah diatur dalam UU
Kepegawaian sebelumnya, namun terdapat beberapa pengaturan yang berbeda
antara lain untuk menyesuaikan dengan perkembangan struktur kelembagaan
Negara yang ada sekarang. 18
Pegawai ASN yang menjadi pejabat negara antara lain :
1. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota Mahkamah Konstitusi; Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan
Pemeriksa Keuangan; Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Komisi Yudisial;
Ketua dan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; Menteri dan Jabatan
setingkat Menteri; Kepala perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang

berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh
diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai
PNS.
2. Pegawai ASN dari PNS yang tidak menjabat lagi sebagai Pejabat Negara
diaktifkan kembali sebagai PNS.
17
18

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 121
Ibid., Pasal 122

Universitas Sumatera Utara

xxix

3. Pegawai ASN dari PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi
Presiden dan Wakil Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota DPR; ketua,
wakil

ketua,

dan

anggota

DPD;

Gubernur

dan

Wakil

Gubernur;

Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota wajib menyatakan
pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon.
4. PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara dapat menduduki
Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi atau Jabatan Fungsional,
sepanjang tersedia lowongan jabatan.
5. Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan dalam waktu paling lama 2 (dua)
tahun PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat.

G. Kelembagaan Aparatur Sipil Negara
Undang-Undang ASN telah mengatur mengenai kelembagaan terutama
dalam Manajemen sumber daya ASN. Hal tersebut diatur untuk mengatasi
tumpang tindih atau redundansi wewenang, tugas dan fungsi lembaga-lembaga
yang selama ini terkait dalam manajemen aparatur negara, terutama PNS.
Undang-Undang ASN. ASN juga menjadi dasar hukum pembentukan suatu
lembaga baru yakni Komite Aparatur Sipil Negara (KASN) yang merupakan
lembaga non-struktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politikuntuk
menciptakan Pegawai ASN yang professional dan berkinerja, memberikan
pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa, 19
selain itu juga diatur mengenai revitalisasi tugas dan fungsi lembaga-lembaga

19

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 27.

Universitas Sumatera Utara

xxx

terkait manajemen yang selama ini sudah ada antara lain Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur
negara, yang dalam hal ini adalah Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan–RB), lalu Lembaga Administrasi Negara
(LAN) sebagai lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan
melakukan pengkajian dan pendidikan dan pelatihan ASN 20 dan Badan
Kepegawaian Negara (BKN) adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang
diberi kewenangan melakukan pembinaan dan menyelenggarakan Manajemen
ASN secara nasional. 21
Pasal 25 Undang-Undang ASN, Presiden selaku pemegang kekuasaan
pemerintahan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam kebijakan,
pembinaan profesi, dan Manajemen ASN.Untuk menyelenggarakan kekuasaan
sebagaimana dimaksud, Presiden mendelegasikan sebagian kekuasaannya
kepada: 22
1. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara, berkaitan dengan kewenangan perumusan
dan penetapan kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, serta
pengawasan atas pelaksanaan kebijakan ASN;
2. KASN, berkaitan dengan kewenangan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin perwujudan Sistem Merit

20

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 angka 20
Ibid., Pasal 1 angka 21
22
Ibid., Pasal 25 ayat (1)
21

Universitas Sumatera Utara

xxxi

serta pengawasan terhadap penerapan asas serta kode etik dan kode perilaku
ASN;
3. LAN, berkaitan dengan kewenangan penelitian, pengkajian kebijakan
Manajemen ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
ASN; dan
4. BKN, berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan Manajemen ASN,
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan
criteria Manajemen ASN.
Tugas, fungsi dan kewenangan lembaga-lembaga tersebut secara rinci
adalah sebagai berikut:
a. Kementerian PAN-RB
Kebijakan di bidang pendayagunaan Pegawai ASN meliputi: 23
1. Kebijakan reformasi birokrasi di bidang sumber daya manusia;
2. Kebijakan umum pembinaan profesi ASN;
3. Kebijakan umum Manajemen ASN, klasifikasi jabatan ASN, standar
kompetensi jabatan Pegawai ASN, kebutuhan Pegawai ASN secara
nasional, skala penggajian, tunjangan Pegawai ASN, dan sistem pensiun
PNS.
4. Pemindahan PNS antarjabatan, antardaerah, dan antarinstansi;
5. Pertimbangan kepada Presiden dalam penindakan terhadap Pejabat yang
Berwenang dan Pejabat Pembina Kepegawaian atas penyimpangan Sistem
Merit dalam penyelenggaraan Manajemen ASN; dan
23

Ibid, Pasal 26 ayat (2)

Universitas Sumatera Utara

xxxii

6. Penyusunan kebijakan rencana kerja KASN, LAN, dan BKN di bidang
Manajemen ASN.

Universitas Sumatera Utara

xxxiii

b. KASN
KASN berfungsi mengawasi pelaksanaan norma dasar, kode etik dan kode
perilaku ASN, serta penerapan Sistem Merit dalam kebijakan dan Manajemen
ASN pada InstansiPemerintah. 24 Sedangkan tugas KASN adalah: 25
1. Menjaga netralitas Pegawai ASN;
2. melakukan pengawasan atas pembinaan profesi ASN; dan
3. melaporkan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Manajemen
ASN kepada Presiden.
Dalam melakukan tugas tersebut KASN dapat: 26
1. melakukan penelusuran data dan informasi terhadap pelaksanaan Sistem
Merit dalam kebijakan dan Manajemen ASN pada Instansi Pemerintah;
2. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan fungsi Pegawai ASN
sebagai pemersatu bangsa;
3. menerima laporan terhadap pelanggaran norma dasar serta kode etik dan
kode perilaku Pegawai ASN;
4. melakukan penelusuran data dan informasi atas prakarsa sendiri terhadap
dugaan pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku
Pegawai ASN; dan
5. melakukan upaya pencegahan pelanggaran norma dasar serta kode etik dan
kode

24

Ibid., Pasal 30
Ibid., Pasal 31 ayat (1)
26
Ibid, Pasal 31 ayat (2)

25

Universitas Sumatera Utara

xxxiv

Perilaku Pegawai ASN
Wewenang KASN: 27
1. Mengawasi setiap tahapan proses pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
mulai dari pembentukan panitia seleksi instansi, pengumuman lowongan,
pelaksanaan seleksi, pengusulan nama calon, penetapan, dan pelantikan
Pejabat Pimpinan Tinggi;
2. Mengawasi dan mengevaluasi penerapan asas, nilai dasar serta kode etik
dan kode perilaku Pegawai ASN;
3. Meminta informasi dari pegawai ASN dan masyarakat mengenai laporan
pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;
4. Memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma dasar serta kode etik dan
kode perilaku Pegawai ASN; dan
5. Meminta klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan dari Instansi
Pemerintah untuk pemeriksaan laporan atas pelanggaran norma dasar serta
kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.
Dalam melakukan pengawasan tersebut, KASN berwenang untuk
memutuskan adanya pelanggaran kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.
c. LAN
LAN memiliki fungsi sebagai berikut: 28
1. Pengembangan standar kualitas pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN;

27

Ibid, Pasal 32 ayat (2)
Ibid., Pasal 43

28

Universitas Sumatera Utara

xxxv

2. Pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial Pegawai
ASN;
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial
Pegawai ASN baik secara sendiri maupun bersama-sama lembaga
pendidikan dan pelatihan lainnya;
4. Pengkajian terkait dengan kebijakan dan Manajemen ASN; dan
5. Melakukan akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN,
baik sendiri maupun bersama lembaga pemerintah lainnya.
LAN memiliki tugas sebagai berikut: 29
1. meneliti, mengkaji, dan melakukan inovasi Manajemen ASN sesuai dengan
kebutuhan kebijakan;
2. membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN
berbasis kompetensi;
3. merencanakan dan mengawasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan Pegawai
ASN secara nasional;
4. menyusun

standar

dan

pedoman

penyelenggaraan

dan

pelaksanaan

pendidikan, pelatihan teknis fungsional dan penjenjangan tertentu, serta
pemberian akreditasi dan sertifikasi di bidangnya dengan melibatkan
kementerian dan lembaga terkait;
5. memberikan

sertifikasi

kelulusan

peserta

pendidikan

dan

pelatihan

penjenjangan;

29

Ibid., Pasal 44

Universitas Sumatera Utara

xxxvi

6. membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan analis kebijakan
publik; dan
7. membina Jabatan Fungsional di bidang pendidikan dan pelatihan
Berkenaan dengan menjalankan tugas dan fungsinya, LAN memiliki
kewenangan sebagai berikut: 30
1. mencabut izin penyelenggaraan pendidikan dan latihan Pegawai ASN yang
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. memberikan rekomendasi kepada Menteri dalam bidang kebijakan dan
Manajemen ASN; dan
3. mencabut akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan PegawaiASN yang
tidak memenuhi standar akreditasi.
d. BKN
BKN memiliki fungsi: 31
1. pembinaan penyelenggaraan Manajemen ASN;
2. penyelenggaraan Manajemen ASN dalam bidang pertimbangan teknis
formasi, pengadaan, perpindahan antarinstansi, persetujuan kenaikan
pangkat, pensiun; dan
3. penyimpanan informasi Pegawai ASN yang telah dimutakhirkan oleh
Instansi Pemerintah serta bertanggung jawab atas pengelolaan dan
pengembangan SistemInformasi ASN.
BKN memiliki tugas sebagai berikut:
30
31

Ibid., Pasal 45
Ibid., Pasal 47

Universitas Sumatera Utara

xxxvii

1. mengendalikan seleksi calon Pegawai ASN; 32
2. membina dan menyelenggarakan penilaian kompetensi serta mengevaluasi
pelaksanaan penilaian kinerja Pegawai ASN oleh Instansi Pemerintah;
3. membina Jabatan Fungsional di bidang kepegawaian;
4. mengelola dan mengembangkan sistem informasi kepegawaian ASN
berbasis kompetensi didukung oleh sistem informasi kearsipan yang
komprehensif;
5. menyusun norma, standar, dan prosedur teknis pelaksanaan kebijakan
Manajemen ASN;
6. menyelenggarakan administrasi kepegawaian ASN; dan
7. mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan norma, standar, dan prosedur
manajemen kepegawaian ASN
BKN dalam menjalankan tugas dan fungsinya berwenang mengawasi
danmengendalikan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria Manajemen
ASN. 33

H. Pengaturan Kepegawaian Dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara
dalam Sistem Otonomi Daerah
Kewenangan daerah dalam pengembangan kapasitas Aparatur Sipil
Negara sudah jelas terdapat dalam ketentuan Undang-Undang No. 23 Tahun
tentang Pemerintahan Daerah.

Pengaturan manajemen Aparatur Sipil Negara

sudah ada kententuan ASN, dari kedua Undang-Undang tersebut sudah jelas
32
33

Ibid., Pasal 48
Ibid., Pasal 49

Universitas Sumatera Utara

xxxviii

terdapat hubungan yang saling bersinergi dalam memajukan aparatur yang ada di
daerah untuk mewujudkan pembangunan nasional khususnya masyarakat yang
ada di daerah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
ditujukan untuk mendorong lebih terciptanya daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam menyejahterakan masyarakat, baik
melalui peningkatan pelayanan publik maupun melalui peningkatan daya saing
Daerah. Perubahan ini bertujuan untuk memacu sinergi dalam berbagai aspek
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan Pemerintah Pusat. Merujuk
pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, daerah
harus melakukan pengembangan kapasitas aparatur sipil negara melalui
pembinaan dan pengawasan, penghargaan dan fasilitasi khusus serta tindakan
hukum terhadap aparatur sipil negara di instansi daerah.
Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah disebutkan bahwa sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah akan sulit tercapai
tanpa adanya dukungan personel yang memadai baik dalam jumlah maupun
standar kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah. Dengan cara tersebut Pemerintah Daerah akan
mempunyai birokrasi karir yang kuat dan memadai dalam aspek jumlah
dankompetensinya. Untuk memperkuat Otonomi Daerah

adalah adanya

mekanisme pembinaan, pengawasan, pemberdayaan, serta sanksi yang jelas dan
tegas.

Universitas Sumatera Utara

xxxix

Adanya pembinaan dan pengawasan serta sanksi yang tegas dan jelas
tersebut memerlukan adanya kejelasan tugas pembinaan, pengawasan dari
Kementerian yang melakukan pembinaan dan pengawasan umum serta
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang melaksanakan pembinaan
teknis. Sinergi antara pembinaan dan pengawasan umum dengan pembinaan dan
pengawasan teknis akan memberdayakan daerah dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah sebuah bentuk profesi.
dengan penetapan ASN sebagai sebuah profesi, maka diperlukan adanya asas,
nilai dasar, kode etik dan kode perilaku, serta pengembangan kompetensi.
Pegawai ASN terdiri dari PNS dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPKK).
Aparatur sipil negara dalam pengelolaannya diatur dalam manajemen
aparatur sipil negara seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang terdiri atas Manajemen PNS dan
Manajemen PPPK yang perlu diatur secara menyeluruh dengan menerapkan
norma, standar, dan prosedur. Adapun Manajemen PNS meliputi penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier,
pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan
perlindungan. Sementara itu, untuk Manajemen PPPK meliputi penetapan
kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, gaji dan tunjangan, pengembangan
kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian
kerja, dan perlindungan.

Universitas Sumatera Utara

xl

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
diharapkan mampu memperbaiki manajemen pemerintahan yang berorientasi pada
pelayanan publik, sebab pegawai negeri sipil (PNS) tidak lagi berorientasi
melayani atasannya, melainkan masyarakat. Aturan ini menempatkan PNS
sebagai sebuah profesi yang bebas dari intervensi politik danakan menerapkan
sistem karier terbuka yang mengutamakan prinsip profesionalisme, yang memiliki
kompetensi, kualifikasi, kinerja, transparansi, objektivitas, serta bebas dari
intervensi politik dan KKN yang berbasis pada manajemen sumber daya manusia
dan mengedepankan sistem merit menuju terwujudnya birokrasi pemerintahan
yang profesional. Selama ini PNS tidak bisa bersikap netral, mudah terbawa arus
politik dan perlu melakukan lobi untuk mendapat promosi jabatan. Dalam
pengembangan kompetensi ASN dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan,
seminar, kursus, dan penataran selain dengan pendidikan formal melalui tugas
belajar dan ijin belajar sebagaimana keharusan pengembangan tersebut. Selain itu
pula pengembangan kompetensi dilakukan dengan pertukaran PNS dengan
pegawai swasta paling lama satu tahun yang pelaksanaannya dikoordinasikan
dengan LAN dan BKN.
Pengaturan ASN tidak terlepas dari pengaturan kepegawaian negara yang
telah berlangsung dalam perjalanan panjang yang dilakukan oleh pemerintah.
Undang-undang yang selama ini menjadi dasar pengelolaan kepegawaian negara
adalah: Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999. UU
No. 8 Tahun 1974 pembuatannya dalam suasana sistem politik dan sistem

Universitas Sumatera Utara

xli

pemerintahan yang otoriter dan sentralistik. Sedangkan UU No. 43 Tahun 1999
pembuatannya

dalam

suasana

pemerintahan

reformasi 34.

Di

dalam

pelaksanaannya kedua Undang-undang yang berbeda jiwa pembuatannya
digunakan bersama-sama. UU No. 43 Tahun 1999 merevisi dan bukan menghapus
UU No 8 Tahun 1974. Dari perjalanan pelaksanaan kedua Undang-undang
tersebut menurut para pakar terjadi sikap yang ambivalen: di satu sisi sesuai
dengan era reformmasi dilakukan desentralisasi ke daerah, di sisi lain peranan
pemerintah pusat melalui kementerian sektor memperkuat peran sentralnya.
Misalnya seperti persoalan rekrutmen dan promosi menjadi rumit syarat dan
bisnis. Hal ini yang menjadikan DPR sejak tahun 2011 berinisiatif merancang
RUU Kepegawaian yang menekankan pada konsep jabatan profesi bagi
kepegawaian.
Pengaturan PNS pada masa itu muncul Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Di dalam Undang Undang tersebut
dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan pembinaan kepegawaian adanya pelimpahan
kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah, dengan catatan bahwa PNS
berkewajiban untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan harus
melakukan

tugasnya

secara

profesional

dan

bertanggungjawab

dalam

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan. Dalam perjalanan waktu
ditegaskan pula pada Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah. Di dalam undang-undang tersebut terdapat pengaturan kewenangan pusat
kepada daerah. Dalam pengelolaan PNS Pemerintah Daerah juga mempunyai
34

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Universitas Sumatera Utara

xlii

kewenangan dalam pengembangan dan peningkatan kompetensinya yaitu melalui
manajemen PNS Daerah dengan melalui prosedur yang dimulai dengan penetapan
formasi, pengadaan Pegawai, pemindahan dan pemberhentian, hak dan kewajiban
dalam kedudukan hukum, pengembangan kompetensi dan pengendalian pegawai
seperti yang tertulis pada Pasal 129 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, yang
saat ini sudah berganti dengan undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. 35
Pemerintah dalam mewujudkan PNS yang profesional mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan PNS yang diharapkan semua PNS mempunyai sikap profesional dalam
jabatan tersebut. Selain sikap profesional tersebut PNS juga dituntut sikap
pengabdian dan kesetiaan pada Negara Republik Indonesia dalam mewujudkan
pembangunan PNS secara profesional. Diberlakukannya Undang-undang Nomor
5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara tersebut, maka terbuka lebar terhadap
transparansi terhadap manajemen kepegawaian aparatur sipil negara baik yang
berada di pusat maupun yang berada di daerah. Tugas aparatur sipil negara ke
depan diharuskan dapat menjalankan pelayanan publik, menjalankan tugas
pemerintahan dan tugas pembangunan lainnya.
Aparatur sipil negara harus memiliki profesi dalam manajemen aparatur
sipil negara yang berdasarkan pada kualifikasi atau kompetensi serta kinerja

35

Arif Mulyono. Pengembangan Kapasitas Aparatur Sipil Negara di Daerah, JKMP

(ISSN. 2338-445X) , Vol. 3, No. 1, Maret 2015, 1-116.

Universitas Sumatera Utara

xliii

dalam jabatan tersebut atau yang dikenal dengan sistem merit. Sehingga
pelaksanaan perekrutan aparatur sipil negara dapat Dilaksankan secara terbuka
dan kompetetitif sebagaimana tujuan dalam asas keterbukaan seperti yang
tercantum pada Penjelasan Pasal 2 huruf I UU ASN. Lima belas tahun lebih
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 diberlakukan. Namun belum membawa
aparatur yang profesional sesuai dengan tuntutan pada era saat ini. Dengan
demikian diperlukan suatu undang-undang yang secara jelas mengatur aparatur
sipil negara yang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional sebagaimana yang
tercantum dalam UUD 1945, yang perlu dibangun aparatur sipil negara yang
memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme,
serta bebas dari intervensi politik dan diharapkan mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat secara professional sesuai dengan Pasal 12 UU
ASN. Pegawai pada pemerintah daerah yang selama ini kita kenal dengan PNS
yang menyandang Nomor Induk Pegawai (NIP) yang ditetapkan oleh Badan
Kepegawaian Negara (BKN) yang direkrut melalui seleksi umum maupun
pengangkatan melalui honorer adalah pegawai yang selama ini menjalankan
tugas-tugas pemerintah daerah dalam berbagai bentuk pelayanan mulai dari
petugas kebersihan sampai kepada pejabat eselon II di daerah (setingkat Kepala
Dinas dan Sekretaris Daerah). Kesan negatif yang selama ini apabila seseorang
sudah diangkat kinerjanya menurun dibandingkan pada saat menjadi honorer atau
pegawai kontrak lainnya. Bila dibandingkan kinerja PNS saat ini dengan kinerja
pegawai swasta tentunya, bukan rahasia umum bahwa kinerja aparatur masih
kalah. Berbagi faktor penyebab kinerja PNS menurun secara umum diantaranya

Universitas Sumatera Utara

xliv

bermula pada manajemen kepegawaian mulai dari perekrutan, pengelolaan,
sampai pada pengawasan dan sanksi hukuman yang belum dilaksanakan secara
maksimal.
Pengembangan kompetensi sebagaimana yang tertera pada Pasal 21 UU
ASN bahwa pengembangan kompetensi merupakan hak bagi PNS, dengan
demikian pemerintah daerah wajib untuk menyediakan sarana dan prasarana untuk
pengembangan kompetensi tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan pengembangan
kompetensi sebagiamana yang diamantkan dalam UU ASN tersebut Pemerintah
Daerah mempunyai kewenangan dalam mengelola manajemen aparatur sipil
negara. Pemerintah daerah berkewajiban mengisi jabatan perangkat daerah dari
Aparatur Sipil Negara yang dilaksanakan melalui mekanisme seleksi umum
(lelang jabatan) dengan metode yang diketahui oleh umum, yang tentunya sambil
menunggu petunjuk teknis dari pemerintah. dalam pengisian suatu jabatan kepala
perangkat daerah sudah diamanatkan untuk diadakan standar kompetensi yang
meliputi persyaratan kompetensi teknis, persyaratan kompetensi manajerial,
persyaratan kompetensi sosio kultur sebagaimana yang dijelaskan pada ayat (1)
Pasal 233 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, selain untu jabatan kepala
perangkat daerah diberlukan juga bagi jabatan Aparatur Sipil Negara dalam
jabatan administrator di bawah kepala perangkat daerah dan juga pada jabatan
pengawas. Kewenangan daerah dalam pengembangan kapasitas Aparatur Sipil
Negara sudah jelas terdapat dalam ketentuan UU No. 23 Tahun 2014 sambil
menunggu pelaksanaan teknis dari Undang-undang tersebut. Dalam pengaturan
manajemen Aparatur Sipil Negara sudah ada kententuan UU ASN, dari kedua

Universitas Sumatera Utara

xlv

Undang-Undang tersebut sudah jelas terdapat hubungan yang saling bersinergi
dalam memajukan aparatur yang ada di daerah untuk mewujudkan pembangunan
nasional khususnya masyarakat yang ada di daerah.

Universitas Sumatera Utara