Hak dan Kewajiban Aparatur Sipil Negara Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

1

BAB I
PENDAHULUAN

H. Latar Belakang
Pemerintah sedang genjar-genjarnya melaksanakan agenda reformasi
birokrasi, namun karena kurangnya pemahaman, atau masih kurangnya sosialisasi,
dan terbatasnya akses informasi “yang benar” akan reformasi birokrasi sering
menyebabkan terjadi bias pemahaman akan pengertian reformasi birokrasi itu
sendiri. Hal ini dapat disebabkan karena beragamnya latar belakang ilmu
pengetahuan para aparatur pemerintah yang menyebabkan adanya perbedaan
pemahaman akan defenisi reformasi birokrasi itu sendiri. Ironisnya karena
ketidakmengertian itu, kadang menyebabkan para aparatur berjalan justru
menjauhi nilai-nilai reformasi birokrasi bukannya mendekatinya yang akhirnya
merugikan banyak pihak diatas landasan reformasi birokrasi.
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan, ketatalaksanaan
dan sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pelayanan dan pengembangan
sumber


daya

manusia

merupakan

serangkaian

kebijaksanaan

yang

berkesinambungan untuk mewujudkan birokrasi yang modern.
Mewujudkan cita-cita bangsa dan negara sebagaimana diamanatkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) melalui

Universitas Sumatera Utara

ii


proses pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, dibutuhkan
aparatur negara yang senantiasa konsisten dan konsekuen dalam menghayati dan
mengamalkan Pancasila dan UUD 1945, bersih, bertanggung jawab, berorientasi
ke masa depan, serta penuh pengabdian dan memiliki kemampuan profesional
dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk itu, aparatur negara,
yaitu keseluruhan lembaga dan pejabat negara serta pemerintahan negara yang
meliputi aparatur kenegaraan dan aparatur pemerintahan, harus dibangun sehingga
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat mampu secara efisien dan efektif
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya atas penyelenggaraan negara dan
pembangunan serta senantiasa mengabdi dan setia kepada kepentingan, nilai-nilai,
dan cita-cita perjuangan bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Aparatur negara adalah alat kelengkapan negara terutama meliputi bidang
kelembagaan, ketatalaksaan, dan kepegawaian yang mempunyai tanggung jawab
melaksanakan roda pemerintahan, karena aparatur negara merupakan pelaksana
dan melaksanakan roda pemerintahan, maka pada masing-masing aparatur
diberikan tugas dan hak yang telah diatur.
Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut dengan PNS) Indonesia sebagai
salah satu elemen personifikasi negara, telah diberikan keistimewaan untuk
perlindungan terhadap profesinya, tentu disamping peningkatan kompetensi dan

kualifikasi diri disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (selanjutnya disebut dengan UU ASN). 1

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara.

Universitas Sumatera Utara

iii

Pegawai Negeri Sipil merupakan sumber daya manusia yang sangat besar
perannya dalam menentukan jalannya organisasi pemerintahan, karena PNS
merupakan salah satu faktor terpenting jalannya roda pemerintahan. Untuk
mendapatkan PNS yang mampu melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan
dan tujuan pembangunan yang baik maka diperlukan adanya PNS yang
mempunyai rasa tanggung jawab, memiliki keterampilan, keahlian dan
kemampuan melaksanakan kewajiban dan pekerjaannya dengan baik dan benar

maka diperlukan adanya pembinaan pegawai yang berkesinambungan, sebagai
perwujudan dari Peraturan Perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974
Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) yang kemudian telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentnag Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3890),Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851), UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, dan UndangUndang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494) antara lain ditegaskan bahwa peranan PNS adalah penting
dan menentukan yaitu dalam kedudukannya sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi

Universitas Sumatera Utara

iv

Negara


dan

Abdi

Masyarakat

dengan

tugas

untuk

menyelenggarakan

pemerintahan dan pembangunan dalam rangka tujuan nasional.
Dasar pertimbangan ASN adalah sudah tidak sesuainya Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
dengan tuntutan nasional dan tantangan global saat ini, sehingga perlu diganti.

Pemerintah Republik Indonesia berpendapat bahwa pelaksanaan manajemen
aparatur sipil negara saat ini belum berdasarkan pada perbandingan antara
kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan
kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekruitmen, pengangkatan, penempatan dan
promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Selain
itu juga untuk mewujudkan aparatur sipil negara menjadi bagian dari reformasi
birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggung
jawabkan kinerjanya dan menerapkan sistem merit dalam pelaksanaan manajemen
aparatur sipil negara saat ini.
Tujuan pembuatan undang-undang ini, yaitu untuk menjadikan PNS
sebagai sosok yang berintegritas, profesional, netral, apolitis, bebas KKN,
nasionalis, dan sebagainya. Ada terselip pasal yang membatasi hak seseorang PNS
untuk berbuat lebih jauh lagi bagi negara ini. Hal tersebut menyebabkan keadilan
profesi di Indonesia dalam mengaktualisasikan dirinya tidak setara dan
diskriminasi. Terutama bagi profesi PNS yang berkurang haknya untuk

Universitas Sumatera Utara

v


memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Pasal tersebut adalah
Pasal 119 dan 123 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara yang intinya jika PNS mencalonkan diri atau dicalonkan
untuk menduduki jabatan negara (Presiden dan Wakil Presiden; ketua, wakil
ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat; ketua, wakil ketua, dan anggota
Dewan Perwakilan Daerah; gubernur dan wakil gubernur; bupati/walikota dan
wakil bupati/wakil walikota), mereka diwajibkan menyatakan pengunduran diri
secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon.
Sebagai sebuah sistem yang kepegawaian di Indonesia diatur dengan
dengan undang-undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok kepegaian
sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang
perubahan atas undang-undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok
kepegawaian. Dalam perkembangannya setelah dilakukan pengkajian atas maka
ketentuan ini sudah tidak sesuai dengan tuntunan nasional dan tantangan global
sehingga perlu dilakukan perubahan. Ketentuan yang berhasil dibentek dan saat
ini diberlakukan adalah UU ASN. 2
Dalam mencapai tujuan negara sebagaimana dimaksud di atas diperlukan
ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik bersih dari praktik korupsi,
kolusi, nepotisme mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat

dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. ASN dalam melaksanakan tugas tugas
birokrasi diharapkan mampu meberikan pelayanan publik dan/atau pelayanan
2

Setia
Bakti.
Aparatur
Sipil
Negara
sebagai
Harapan
http://www.boyyendratamin.com/2015/01/diakses tanggal 2 Februari 2016.

Baru,

Universitas Sumatera Utara

vi


administratif. Disamping pelaksanaan tugas tersebut, ASN dituntut untuk mampu
menjalankan tugas pemerintahan dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum
pemerintah yang meliputi pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian,dan
ketatalaksanaan.
Penataan kepegawaian menjadi semakin jauh kompetensinya dari yang
seharusnya dipunyai oleh aparatur pemerintah yang menjalankan tugas untuk
melayani rakyat. 3 Untuk dapat menyelenggarakan tugas pelayanan publik,tugas
pemerintah dan tugas pembangunan tertentu, pegawai ASN harus memiliki
profesi dan menajemen ASN yang berdasarkan pada sistem yang berlaku, baik
mengani atau perbandingan antara kualifikasi, kompetensi dan kinerja yang
dibutuhkan oleh jabatan dengan kualifikasi, kompetensi,dan kinerja yang harus
dimiliki dimiliki oleh ASN yang sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang
baik.
Aparatur negara Republik Indonesia terdiri dari 4,7 juta pegawai Aparatur
Sipil Negara, 360.000 anggota Polri, dan 330.000 anggota TNI. Semuanya
merupakan modal bangsa dan negara yang harus selalu dijaga dengan baik,
dikembangkan dan dihargai. Manajemen sumber daya ASN merupakan salah satu
bagian penting dari pengelolaan pemerintahan negara yang bertujuan untuk
membantu dan mendukung seluruh sumber daya manusia aparatur sipil negara


3

Sri Martini, Setiajeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat, Hukum Kepegawaian di Indonesia,
Sinar Grafika, Jakarta, hlm.1.

Universitas Sumatera Utara

vii

untuk merealisasikan seluruh potensi mereka sebagai pegawai pemerintah dan
sebagai warga negara. 4
Pegawai Negeri Sipil, adalah sebuah profesi dan sebuah pekerjaan. PNS
sama halnya dengan profesi lainnya seperti pengacara, akuntan publik, notaris,
pengusaha, konsultan, artis, wartawan, petani, buruh pabrik dan sebagainya.
Sebagaimana pengertian ASN yang termaktub dalam UU ASN.
Undang-Undang ASN Pasal 1 angka (3) yang disebut sebagai PNS yaitu
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan. Pegawai negeri bukan saja unsur aparat negara tetapi juga
merupakan abdi negara dan abdi masyarakat yang selalu hidup ditengah

masyarakat dan bekerja untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu dalam
pelaksanaan pembinaan pegawai negeri bukan saja di lihat dan diperlakukan
sebagai Aparatur Negara, tetapi juga di lihat dan diperlakukan sebagai warga
negara. Hal ini mengandung pengertian, bahwa dalam melaksanakan pembinaan
hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan
dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan, dengan ketentuan
bahwa apabila ada perbedaan antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai
negeri sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang harus di utamakan.
Perubahan lingkungan strategis, baik global maupun regional seperti
adanya tuntutan globalisasi perdagangan dan ekonomi pasar terbuka sehingga
perlu daya saing tinggi, adanya koalisi pemerintahan yang telah menimbulkan
4

Naskah akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Aparatur Sipil Negara, 2013,

hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

viii

instabilitas pemerintahan dan dapat mengganggu kinerja serta efektifitas
pemerintahan

negara,

desentralisasi

yang

telah

menciptakan

jaringan

pemerintahan yang amat komplek, pelayanan publik yang belum memiliki mutu
yang baik, terjadinya disparitas kesejahteraan umum dan disparitas kapasitas
aparatur antar daerah yang semakin lebar, rendahnya tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap aparatur negara serta akan terjadinya ledakan pensiun PNS
pada tahun 2015.
Berdasarkan uraian di atas merasa tertarik memilih judul Hak dan
Kewajiban Aparatur Sipil Negara Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi
Negara.

I. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaturan kepegawaian dalam Undang-Undang Aparatur
Sipil Negara?
2. Bagaimana pelaksanaan aparatur sipil negara dalam sistem otonomi daerah?
3. Apa hak dan kewajiban Aparatur Sipil Negara menurut Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara?

J. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

ix

1. Untuk mengetahui pengaturan kepegawaian dalam Undang-Undang
Aparatur Sipil Negara.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan aparatur sipil negara dalam sistem otonomi
daerah
3. Untuk mengetahui hak dan kewajiban Aparatur Sipil Negara menurut
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Adapun manfaat dalam penulisan dan penelitian skripsi ini adalah
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas juga memperdalam ilmu
hukum termasuk di dalamnya ilmu hukum administrasi negara yang berkaitan
dengan hukum kepegawaian dalam mengkaji atau menganalisis mengenai
permasalan hukum di Indonesia terutama menyangkut permasalahan hak dan
kewajiban Aparatur Sipil Negara.
2. Secara praktis
Dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dari penulis dalam
perkembangan Hukum Pemerintahan (khususnya Hukum Kepegawaian) dan
juga bermanfaat bagi penulis lain dalam penulisan pada masa yang akan
datang.

K. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelusuran perpustakaan, penulisan yang berkaitan
dengan Hak dan Kewajiban Aparatur Sipil Negara menurut Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara Ditinjau dari Perspektif

Universitas Sumatera Utara

x

Hukum Administrasi Negara, belum pernah ada dilakukan dan bukan merupakan
hasil ciptaan atau penggamdaan dari karya tulis orang lain dan sudah
diperbandingkan judulnya dikampus, dimana penulisan menimba ilmu di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul yang ada di perpustakaan Universitas Sumatera Utara antara
lain :
Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil dari Satu Daerah Ke Daerah Lain
Berdasarkan Undang- Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara (Studi Di Pemerintah Kota Sibolga), adapun permasalahan dalam
penelitian ini adalah: 5
1. Bagaimanakah

Hubungan

Hukum

Kepegawaian

Dengan

Lembaga

Kepegawaian di Indonesia ?
2. Bagaimana Mutasi Pegawai Negeri Sipil Serta Tugas Pokok dan Fungsi
Jabatan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga ?
3. Apakah yang menjadi dasar hukum Pelaksanaan Mutasi/Pemindahan Pegawai
Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga dan Syaratsyarat atau Prosedur apa saja yang harus dipenuhi oleh Pegawai Negeri Sipil
dalam pelaksanaan Mutasi/Pemindahan?
Mekanisme Jabatan Struktural dan Manajemen Pengembangan Karir
Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi pada Lingkungan

5

Hadismar Anwar Lubis (2015), Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil dari Satu Daerah
Ke Daerah Lain Berdasarkan Undang- Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara (Studi Di Pemerintah Kota Sibolga).

Universitas Sumatera Utara

xi

Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara), adapun yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah : 6
1. Bagaimana pembinaan karir Pegawai Negeri Sipil di Indonesia ?
2. Bagaimana mekanisme jabatan struktural dan manajemen pengembangan karir
pegawai di lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara
3. Apa

kendala-kendala

pengembangan

karir

Pegawai

Di

Lingkungan

Sekretariatan Daerah Provinsi Sumatera Utara?
Dengan

demikian

bahwa

penulisan

ini

asli

dan

dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

L. Tinjauan Pustaka
Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 perlu dibangun PNS yang
memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Untuk mewujudkan PNS yang handal, profesional dan bermoral mutlak
diperlukan penerapan penegakkan disiplin sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, sehingga dapat menjamin terpeliharanya tata tertib dan

6

Immanuel Hokkop Tua (2014) Mekanisme Jabatan Struktural dan Manajemen
Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara(Studi pada
Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara).

Universitas Sumatera Utara

xii

kelancaran pelaksanaan tugas serta dapat mendorong PNS untuk lebih produktif
berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja.
Pegawai Negeri Sipil menurut Pasal 1 angka (3) UU ASN adalah warga
negara Indonesia yang emenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN
secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan
negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu
perundang-undangan dan digaji menurut perundang-undangan yang berlaku. 7
Pembentukan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014, antara lain untuk
mewujudkan aparatur sipil Negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi,
dimana ASN sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan
mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan
menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil Negara.
Manajemen aparatur sipil negara diarahkan berdasarkan pada perbandingan antara
kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan
kualifikasi yang dimiliki oleh calon dalam rekrutmen. 8

7

Mohamad, Ismail, Aktualisasi Pelayanan Prima Dalam Kapasitas PNS sebagai Abdi
Negara dan Abdi Masyarakat,Mandar Maju, Bandung.2003.hlm.32
8

http://bem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/Aparatur-Sipil-Negara.pdf
tanggal 12 Februari 2016).

(diakses

Universitas Sumatera Utara

xiii

Berdasarkan UU ASN, yang dimaksud dengan sistem merit adalah,
kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi
dankinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik,
ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur atau
kondisi kecacatan.
Baik PNS Pusat maupun PNS Daerah dapat diperbantukan di luar instansi
induknya. Jika demikian, gajinya dibebankan pada instansi yang menerima
pembantuan. Di samping PNS, pejabat yang berwenang dapat mengangkat
Pegawai Tidak Tetap (selanjutnya disebut PTT) atau disebut pula honorer; yaitu
pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu untuk melaksanakan tugas
pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis dan profesional sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. PTT tidak berkedudukan sebagai
pegawai negeri.
Dalam birokrasi pemerintah dikenal jabatan karir, yakni jabatan dalam
lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh PNS. Jabatan karir dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Jabatan struktural, yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur
organisasi. Kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang
terendah (eselon IV/b) hingga yang tertinggi (eselon I/a). Contoh jabatan
struktural di PNS Pusat adalah: Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala
Biro, dan Staf Ahli. Sedangkan contoh jabatan struktural di PNS Daerah

Universitas Sumatera Utara

xiv

adalah: sekretaris daerah, kepala dinas/badan/kantor, kepala bagian, kepala
bidang, kepala seksi, camat, sekretaris camat, lurah, dan sekretaris lurah.
b. Jabatan fungsional, yaitu jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam
struktur organisasi, tetapi dari sudut pandang fungsinya diperlukan oleh
organisasi, misalnya: auditor (Jabatan Fungsional Auditor atau JFA), guru,
dosen, dokter, perawat, bidan, apoteker, peneliti, perencana, pranata komputer,
statistisi, pranata laboratorium pendidikan, dan penguji kendaraan bermotor. 9
Setiap PNS memiliki hak memperoleh kenaikan pangkat, yakni
penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdiannya. Ada beberapa
jenis kenaikan pangkat, diantaranya kenaikan pangkat reguler, kenaikan pangkat
pilihan (misalnya karena menduduki jabatan fungsional dan struktural tertentu,
menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa baiknya, atau menemukan penemuan
baru yang bermanfaat bagi negara), kenaikan pangkat anumerta, dan kenaikan
pangkat pengabdian. PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya
bisa mendapatkan penghargaan yang disebut Satyalencana Karya Satya.

M. Metode Penelitian
Dalam melakukan penulisan skripsi ini data merupakan dasar utama, agar
tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmia. Metode
merupakan proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah,

9

Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia Pemerintahan. Grasindo. Jakarta.
2005, hlm.15-16.

Universitas Sumatera Utara

xv

sedangkan penelitian ialah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap
suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian
dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian demikian metode penelitian
adalah cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif, di mana penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur
penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan
dipandang dari sisi normatifnya. 10
Penelitian hukum normatif yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan yuridis normatif, yakni dengan melakukan analisis
terhadap permasalahan dan penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas
hukum yang mengacu pada norma-norma atau kaidah-kaidah hukum positif yang
berlaku. Penelitian hukum pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

10

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Surabaya,2005, hlm. 46.

Universitas Sumatera Utara

xvi

mempelajari

satu

atau

beberapa

gejala

hukum

tertentu

dengan

jalan

menganalisisnya. 11
2. Sifat Penelitian
Sifat dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang hanya
menggambarkan fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka
sistematisasi maupun sinkronisasi berdasarkan aspek yurisidis, dengan tujuan
menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian. 12

3. Alat Pengumpulan Data
Bahan atau materi yang dipakai dalam skripsi ini diperoleh melalui
penelitian kepustakaan. Dari hasil penelitian kepustakaan diperoleh data sekunder
yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier. Dalam konteks ini, data sekunder mempunyai peranan, yakni melalui data
sekunder tersebut akan tergambar penerapan peraturan perundang-undangan
tentang Aparatur Sipil Negara.
Penelitian yuridis normatif lebih menekankan pada data sekunder atau data
kepustakaan yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan
berupa Undang-Undang Dasar 1945, Peraturan Perundang-undangan yaitu
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
11

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 83.
12
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2010, hlm. 116-117.

Universitas Sumatera Utara

xvii

(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3041) yang kemudian telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 Tentnag Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor
169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890),Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851), Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494).
b. Bahan hukum skunder berupa bahan-bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, terdiri dari buku-buku dan tulisan-tulisan
ilmiah hasil penelitian para ahli
c. Bahan hukum tertier berupa bahan yang dapat mendukung bahan hukum
primer, terdiri dari kamus hukum, kamus Inggris-Indonesia dan kamus besar
Bahasa Indonesia, ensiklopedia.

4. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan
menggunakan metode normatif kualitatif dengan logika induktif yaitu berfikir

Universitas Sumatera Utara

xviii

dengan hal-hal yang khusus menuju hal yang umum dengan menggunakan
perangkat interpretasi dan kontruksi hukum yang bersifat komparatif, artinya
penelitian ini digolongkan sebagai penelitian normatif yang dilengkapi dengan
perbandingan penelitian data-data sekunder.
Setelah bahan-bahan hukum dapat diidentifikasi secara jelas, maka
dilanjutkan melakukan sistematisasi. Pada tahapan sistematisasi akan dilakukan
pemaparan berbagai pendapat hukum dan hubungan hierarkis antara aturan-aturan
hukum untuk mencari makna dari aturan-aturan hukum agar membentuk kesatuan
logika. Bahan hukum yang tersistematisasi, baik berupa pendapat hukum maupun
aturan-aturan hukum selanjutnya dilakukan evaluasi dan diberikan pendapat atau
argumentasi disesuaikan dengan permasalahan yang dibahas.

N. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang
menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan
membagi pembahasan keseluruhan ke dalam lima bab terperinci adapun
bagiannya, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

xix

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian
penulisan, tinjauan pustaka dan metode penelitian serta sistematika
penulisan.

BAB II

PENGATURAN KEPEGAWAIAN DALAM UNDANG-UNDANG
APARATUR SIPIL NEGARA

Bab ini berisikan mengenai jenis status, kedudukan, jabatan, pegawai
Aparatur Sipil Negara, pegawai aparatur sipil negara yang menjadi
pejabat Negara dan kelembagaan Aparatur Sipil Negara serta
pengaturan kepegawaian dalam Undang-Undang Aparatur Sipil
Negara dalam Sistem Otonomi Daerah.
BAB III

PELAKSANAAN APARATUR SIPIL NEGARA DALAM SISTEM
OTONOMI DAERAH

Bab ini berisikan pengertian Aparatur Sipil Negara, prosedur
pemberhentian pegawai Aparatur Sipil Negara dan pelaksanaan
Aparatur Sipil Negara.
BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN APARATUR SIPIL NEGARA
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014
TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

Bab ini berisikan tentang Hak Aparatur Sipil Negara menurut
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Universitas Sumatera Utara

xx

dalam Sistim Otonomi Daerah dan kewajiban Aparatur Sipil Negara
menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara dalam Sistim Otonomi Daerah.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini,
penulis mengemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu
penulis mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya

Universitas Sumatera Utara