Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional Dan Tingkat Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kinerja sangat penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia kinerja seorang karyawan dalam sebuah
perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja bagi karyawan itu sendiri dan juga untuk
keberhasilan perusahaan. Kinerja merupakan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau
pekerjaan. Seseorang sepatutnya memiliki tingkat kemampuan tertentu. Kinerja merupakan
perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai kinerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai
dengan perannya dalam instansi. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam upaya instansi untuk mencapai tujuan.
Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu
maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau
kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi lebih baik.
Kinerja adalah semua tindakan atau prilaku yang dikontrol oleh individu dan memberikan
kontribusi sebagai pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu: Kinerja tugas
merupakan peran pekerjaan yang digambarkan dalam bentuk kualitas dan kuantitas hasil dari
pekerjaan tersebut. Kinerja kontekstual memberikan sumbangan pada keefektipan organisasi
dengan mendukung keadaan organisasional, sosial dan psikologis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja diantaranya adalah kecerdasan emosional
dan kecerdasan spritual. Permasalahan mengenai kinerja merupakan permasalahan yang akan
selalu dihadapi oleh pihak manajemen perusahaan, karena itu manajemen perlu mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
karyawan tersebut akan membuat manajemen perusahaan dapat mengambil berbagai kebijakan
yang diperlukan, sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawannya agar sesuai dengan harapan
perusahaan.
Kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga
kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan
dengan orang lain. Kemampuan tersebut oleh Goleman (2000) disebut dengan Emotional
Intelligence atau kecerdasan emosi. Goleman (2000) melalui penelitiannya mengatakan bahwa
kecerdasan emosi menyumbang 80% dari faktor penentu kesuksesan sesorang, sedangkan 20 %
yang lain ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient).
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan
sendiri dan orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan
tindakan, sehingga kecerdasan emosi sangat diperlukan untuk sukses dalam bekerja dan
menghasilkan kinerja yang menonjol dalam pekerjaan. Orang yang memiliki kecerdasan emosi
1
1
Universitas Sumatera Utara
2
akan mampu menghadapi tantangan dan menjadikan seorang manusia yang penuh tanggung
jawab, produktif, dan optimis dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, dimana hal-hal
tersebut sangat dibutuhkan di dalam lingkungan kerja.
Kecerdasan emosi saat ini merupakan hal yang banyak dibicarakan dan diperdebatkan.
Banyak penelitian yang membahas dan menjawab persoalan mengenai kecerdasan emosi tersebut
di dalam lingkungan organisasi. Ada kemungkinan untuk dapat memperbaiki kemampuan
emosional dan spritual seorang karyawan. Selain itu dalam penelitian tersebut juga ditemukan
beberapa prinsip dalam mengaplikasikan EQ pada organisasi secara luas. Sistem kompetensi
berdasarkan kecerdasan emosi untuk setiap posisi yang telah dibuat sebenarnya bisa
dikembangkan untuk banyak fungsi dalam SDM, mulai dari rekruitmen, pelatihan dan
pengembangan karir hingga penilaiaan kinerja. Bisa dibayangkan betapa hebatnya jika bisa
dibangun suatu sistem manajemen sumber daya manusia yang mampu memotivasi karyawannya
untuk mengembangkan kecerdasan emosinya, sehingga bukan hanya kompetensi teknis yang
berkembang tetapi juga produktivitas dan kinerjanya ikut meningkat.
Salah satu bentuk kecerdasan lain yang saat ini tengah popular adalah kecerdasan
sipiritual. Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang untuk berpikir kreatif, berwawasan jauh,
membuat atau bahkan mengubah aturan, yang membuat orang tersebut dapat bekerja lebih baik.
Secara singkat kecerdasan spiritual mampu mengintegrasikan dua kemampuan lain yang
sebelumnya telah disebutkan yaitu IQ dan EQ. Kecerdasan spiritual mampu menjadikan manusia
sebagai mahluk yang lengkap secara intelektual, emosional dan spiritual. Untuk menjadi pintar
tidak hanya dinyatakan dengan memiliki IQ yang tinggi, tetapi untuk menjadi sungguh-sungguh
pintar seseorang haruslah memiliki kecerdasan spiritual (SQ).
Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression)
melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan
sosial. Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan
akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis,
rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan
dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya,
maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila
seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan
terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya
kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami
stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
3
Kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) berpotensi mempengaruhi
kinerja seseorang karena berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri,
mengelola emosi diri, memotivasi diri, berempati, dan membina hubungan dengan orang lain.
Kelima dimensi ini apabila dikuasai secara baik oleh seseorang dapat mendorong peningkatan
kinerja karyawan. Sistem kompetensi berdasarkan kecerdasan emosi untuk setiap posisi yang telah
dibuat sebenarnya bisa dikembangkan untuk banyak fungsi dalam SDM, mulai dari rekruitmen,
pelatihan dan pengembangan karir hingga penilaiaan kinerja. Bisa dibayangkan betapa hebatnya
jika bisa dibangun suatu sistem manajemen sumber daya manusia yang mampu memotivasi
karyawannya untuk mengembangkan kecerdasan emosinya, sehingga bukan hanya kompetensi
teknis yang berkembang tetapi juga produktivitas dan kinerjanya ikut meningkat (Martin, 2000).
Permasalahan yang ada di PDAM TIRTANADI Instalasi Pengolahan Air (IPA) Limau
Manis berkaitan dengan kecerdasan emosi, kecerdasan spritual dan kinerja karyawan diantaranya
adalah didapat informasi bahwa kinerja karyawan dianggap kurang maksimal, hal ini dikarena
kurangnya kemampuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, agar
tuntutan pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya hasil kerja karyawan yang kurang maksimal, seringnya karyawan meninggalkan
pekerjaannya pada waktu jam kerja, kurang teliti, bahkan sering terdapat pekerjaan yang tertundatunda yang diakibatkan karyawan yang melaksanakan pekerjaan tersebut kurang memiliki
ketrampilan, inisiatif dan kurang mengikuti instruksi kerja sehingga pelaksanaan pekerjaan ekstra
yang seharusnya dilakukan menjadi terkendala. hal ini dikarena walaupun banyaknya karyawan
secara akademik tergolong pandai dan cerdas dengan indeks prestasi puncak sehingga diduga
memiliki IQ tinggi, tetapi mereka bisa dikatakan gagal karena faktor kecerdasan emosional (EQ)
yang lemah daripada faktor IQ. Misalnya, mereka sulit berinteraksi dengan orang lain, suka
berbohong, jika berkata menyakitkan, tidak jujur, tidak amanah, tidak punya komitmen, tidak
konsisten dalam bersikap, tidak menghormati orang lain, sulit beradaptasi dengan lingkungan, dan
sebagainya. Karena itu, kita sering mendengar ungkapan “Orang ini pintar, tapi sayang
komunikasinya sulit, dan tidak jujur sehingga tidak banyak orang yang memberi kepercayaan”.
Disamping itu masih rendahnya kemampuan atau kompetensi yang dimiliki karyawan
dalam melaksanakan pekerjaannya hal ini diduga disebabkan rendahnya kecerdasan emosi dan
kecerdasan spritual karyawan. Rendahnya kecerdasan emosi dan kecerdasan spritual tergambar
pada karyawan, yaitu adanya sebagian karyawan yang kurang mampu menyelesaikan
pekerjaannya melebihi target dalam jangka waktu yang telah ditentukan mereka. Dalam
melakukan pekerjaannya, karyawan tidak melakukannya dengan benar. Hal ini terlihat dari tidak
tercapainya target-target perusahaan, banyak waktu yang tersita hanya untuk memperbaiki
kesalahan pekerjaan yang seharusnya tidak perlu terjadi serta seringnya karyawan menunda-nunda
dalam menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Para karyawan
Universitas Sumatera Utara
4
berharap agar manajemen lebih transparan dan objektif dalam memberikan penilaian terhadap
kinerja karyawan. Dapat dilihat bahwa data kinerja karyawan IPA Limau Manis Dari Tahun 2008
– 2010 sebagai berikut :
Tabel I.1. Kinerja Pegawai IPA Limau manis Tahun 2008 - 2010
Tahun
Kriteria
2008
2009
2010
Disiplin
Cukup
Kurang
Cukup
Kualitas
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Kurang Baik
Cukup
Loses
Sumber : Rata – rata penilaian pegawai Tirtanadi IPA Limau Manis
1. 2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai
berikut : Apakah kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) berpengaruh positif
dan sginifikan terhadap kinerja karyawan di PDAM TIRTANADI Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Limau Manis?.
1. 3 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ) terhadap kinerja karyawan di PDAM TIRTANADI Instalasi Pengolahan Air
(IPA) Limau Manis.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang berpengaruh dominan terhadap kinerja
karyawan di PDAM TIRTANADI Instalasi Pengolahan Air (IPA) Limau Manis.
1. 4 Manfaat Penelitian
1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja karyawan di
PDAM TIRTANADI Instalasi Pengolahan Air (IPA) Limau Manis.
2.
Memperkaya kajian empiris tentang teori sumber daya manusia, khususnya tentang
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan kinerja.
3.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang berminat pada kajian yang
sama.
4.
Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan khususnya pihak pimpinan dalam
hal peningkatan sumber daya manusia.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kinerja sangat penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia kinerja seorang karyawan dalam sebuah
perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja bagi karyawan itu sendiri dan juga untuk
keberhasilan perusahaan. Kinerja merupakan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau
pekerjaan. Seseorang sepatutnya memiliki tingkat kemampuan tertentu. Kinerja merupakan
perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai kinerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai
dengan perannya dalam instansi. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam upaya instansi untuk mencapai tujuan.
Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu
maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau
kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi lebih baik.
Kinerja adalah semua tindakan atau prilaku yang dikontrol oleh individu dan memberikan
kontribusi sebagai pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu: Kinerja tugas
merupakan peran pekerjaan yang digambarkan dalam bentuk kualitas dan kuantitas hasil dari
pekerjaan tersebut. Kinerja kontekstual memberikan sumbangan pada keefektipan organisasi
dengan mendukung keadaan organisasional, sosial dan psikologis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja diantaranya adalah kecerdasan emosional
dan kecerdasan spritual. Permasalahan mengenai kinerja merupakan permasalahan yang akan
selalu dihadapi oleh pihak manajemen perusahaan, karena itu manajemen perlu mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
karyawan tersebut akan membuat manajemen perusahaan dapat mengambil berbagai kebijakan
yang diperlukan, sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawannya agar sesuai dengan harapan
perusahaan.
Kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga
kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan
dengan orang lain. Kemampuan tersebut oleh Goleman (2000) disebut dengan Emotional
Intelligence atau kecerdasan emosi. Goleman (2000) melalui penelitiannya mengatakan bahwa
kecerdasan emosi menyumbang 80% dari faktor penentu kesuksesan sesorang, sedangkan 20 %
yang lain ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient).
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan
sendiri dan orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan
tindakan, sehingga kecerdasan emosi sangat diperlukan untuk sukses dalam bekerja dan
menghasilkan kinerja yang menonjol dalam pekerjaan. Orang yang memiliki kecerdasan emosi
1
1
Universitas Sumatera Utara
2
akan mampu menghadapi tantangan dan menjadikan seorang manusia yang penuh tanggung
jawab, produktif, dan optimis dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, dimana hal-hal
tersebut sangat dibutuhkan di dalam lingkungan kerja.
Kecerdasan emosi saat ini merupakan hal yang banyak dibicarakan dan diperdebatkan.
Banyak penelitian yang membahas dan menjawab persoalan mengenai kecerdasan emosi tersebut
di dalam lingkungan organisasi. Ada kemungkinan untuk dapat memperbaiki kemampuan
emosional dan spritual seorang karyawan. Selain itu dalam penelitian tersebut juga ditemukan
beberapa prinsip dalam mengaplikasikan EQ pada organisasi secara luas. Sistem kompetensi
berdasarkan kecerdasan emosi untuk setiap posisi yang telah dibuat sebenarnya bisa
dikembangkan untuk banyak fungsi dalam SDM, mulai dari rekruitmen, pelatihan dan
pengembangan karir hingga penilaiaan kinerja. Bisa dibayangkan betapa hebatnya jika bisa
dibangun suatu sistem manajemen sumber daya manusia yang mampu memotivasi karyawannya
untuk mengembangkan kecerdasan emosinya, sehingga bukan hanya kompetensi teknis yang
berkembang tetapi juga produktivitas dan kinerjanya ikut meningkat.
Salah satu bentuk kecerdasan lain yang saat ini tengah popular adalah kecerdasan
sipiritual. Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang untuk berpikir kreatif, berwawasan jauh,
membuat atau bahkan mengubah aturan, yang membuat orang tersebut dapat bekerja lebih baik.
Secara singkat kecerdasan spiritual mampu mengintegrasikan dua kemampuan lain yang
sebelumnya telah disebutkan yaitu IQ dan EQ. Kecerdasan spiritual mampu menjadikan manusia
sebagai mahluk yang lengkap secara intelektual, emosional dan spiritual. Untuk menjadi pintar
tidak hanya dinyatakan dengan memiliki IQ yang tinggi, tetapi untuk menjadi sungguh-sungguh
pintar seseorang haruslah memiliki kecerdasan spiritual (SQ).
Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression)
melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan
sosial. Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan
akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis,
rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan
dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya,
maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila
seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan
terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya
kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami
stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
3
Kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) berpotensi mempengaruhi
kinerja seseorang karena berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri,
mengelola emosi diri, memotivasi diri, berempati, dan membina hubungan dengan orang lain.
Kelima dimensi ini apabila dikuasai secara baik oleh seseorang dapat mendorong peningkatan
kinerja karyawan. Sistem kompetensi berdasarkan kecerdasan emosi untuk setiap posisi yang telah
dibuat sebenarnya bisa dikembangkan untuk banyak fungsi dalam SDM, mulai dari rekruitmen,
pelatihan dan pengembangan karir hingga penilaiaan kinerja. Bisa dibayangkan betapa hebatnya
jika bisa dibangun suatu sistem manajemen sumber daya manusia yang mampu memotivasi
karyawannya untuk mengembangkan kecerdasan emosinya, sehingga bukan hanya kompetensi
teknis yang berkembang tetapi juga produktivitas dan kinerjanya ikut meningkat (Martin, 2000).
Permasalahan yang ada di PDAM TIRTANADI Instalasi Pengolahan Air (IPA) Limau
Manis berkaitan dengan kecerdasan emosi, kecerdasan spritual dan kinerja karyawan diantaranya
adalah didapat informasi bahwa kinerja karyawan dianggap kurang maksimal, hal ini dikarena
kurangnya kemampuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, agar
tuntutan pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya hasil kerja karyawan yang kurang maksimal, seringnya karyawan meninggalkan
pekerjaannya pada waktu jam kerja, kurang teliti, bahkan sering terdapat pekerjaan yang tertundatunda yang diakibatkan karyawan yang melaksanakan pekerjaan tersebut kurang memiliki
ketrampilan, inisiatif dan kurang mengikuti instruksi kerja sehingga pelaksanaan pekerjaan ekstra
yang seharusnya dilakukan menjadi terkendala. hal ini dikarena walaupun banyaknya karyawan
secara akademik tergolong pandai dan cerdas dengan indeks prestasi puncak sehingga diduga
memiliki IQ tinggi, tetapi mereka bisa dikatakan gagal karena faktor kecerdasan emosional (EQ)
yang lemah daripada faktor IQ. Misalnya, mereka sulit berinteraksi dengan orang lain, suka
berbohong, jika berkata menyakitkan, tidak jujur, tidak amanah, tidak punya komitmen, tidak
konsisten dalam bersikap, tidak menghormati orang lain, sulit beradaptasi dengan lingkungan, dan
sebagainya. Karena itu, kita sering mendengar ungkapan “Orang ini pintar, tapi sayang
komunikasinya sulit, dan tidak jujur sehingga tidak banyak orang yang memberi kepercayaan”.
Disamping itu masih rendahnya kemampuan atau kompetensi yang dimiliki karyawan
dalam melaksanakan pekerjaannya hal ini diduga disebabkan rendahnya kecerdasan emosi dan
kecerdasan spritual karyawan. Rendahnya kecerdasan emosi dan kecerdasan spritual tergambar
pada karyawan, yaitu adanya sebagian karyawan yang kurang mampu menyelesaikan
pekerjaannya melebihi target dalam jangka waktu yang telah ditentukan mereka. Dalam
melakukan pekerjaannya, karyawan tidak melakukannya dengan benar. Hal ini terlihat dari tidak
tercapainya target-target perusahaan, banyak waktu yang tersita hanya untuk memperbaiki
kesalahan pekerjaan yang seharusnya tidak perlu terjadi serta seringnya karyawan menunda-nunda
dalam menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Para karyawan
Universitas Sumatera Utara
4
berharap agar manajemen lebih transparan dan objektif dalam memberikan penilaian terhadap
kinerja karyawan. Dapat dilihat bahwa data kinerja karyawan IPA Limau Manis Dari Tahun 2008
– 2010 sebagai berikut :
Tabel I.1. Kinerja Pegawai IPA Limau manis Tahun 2008 - 2010
Tahun
Kriteria
2008
2009
2010
Disiplin
Cukup
Kurang
Cukup
Kualitas
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Kurang Baik
Cukup
Loses
Sumber : Rata – rata penilaian pegawai Tirtanadi IPA Limau Manis
1. 2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai
berikut : Apakah kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) berpengaruh positif
dan sginifikan terhadap kinerja karyawan di PDAM TIRTANADI Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Limau Manis?.
1. 3 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ) terhadap kinerja karyawan di PDAM TIRTANADI Instalasi Pengolahan Air
(IPA) Limau Manis.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang berpengaruh dominan terhadap kinerja
karyawan di PDAM TIRTANADI Instalasi Pengolahan Air (IPA) Limau Manis.
1. 4 Manfaat Penelitian
1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja karyawan di
PDAM TIRTANADI Instalasi Pengolahan Air (IPA) Limau Manis.
2.
Memperkaya kajian empiris tentang teori sumber daya manusia, khususnya tentang
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan kinerja.
3.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang berminat pada kajian yang
sama.
4.
Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan khususnya pihak pimpinan dalam
hal peningkatan sumber daya manusia.
Universitas Sumatera Utara