Prevalensi Obesitas pada Anak Sekolah Dasar Negeri 060888 Medan Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obesitas
2.1.1. Definisi
Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak yang berlebihan ataupun
abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,2011). Batas yang tidak wajar
untuk obesitas biasanya diperkirakan lebih berat 20% dibandingkan dengan standar
normal (Sherwood,2010).
Obesitas sebagai salah satu faktor risiko dari penyakit kardiovaskular,
merupakan penyakit multifaktorial yang terjadi akibat penimbunan lemak yang
berlebihan dalam tubuh, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas disebabkan
oleh ketidakseimbangan energi antara jumlah kalori yang masuk dan yang
dikeluarkan. Secara umum, terjadi peningkatan konsumsi makanan padat energi yang
banyak mengandung lemak. Hal ini juga diperburuk dengan kurangnya aktivitas fisik
(WHO, 2015).
Obesitas merupakan keadaan indeks massa tubuh (IMT) anak yang berada di
atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai dengan jenis
kelaminnya (CDC, 2000).
2.1.2. Epidemiologi
Obesitas pada anak telah menjadi masalah kesehatan dunia serius (Karnik dan

Kanekar, 2012). Obesitas dapat terjadi pada semua usia, namun yang tersering terjadi
pada tahun pertama kehidupan dan pada masa remaja. Massa lemak anak meningkat
pada tahun pertama kehidupannya, lalu jatuh sampai titik terendah pada usia 5-6
tahun, dan berangsur-angsur meningkat kembali seiring bertambahnya usia (Skelton
dan Rudolph, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Sekitar 45 juta anak (35 juta dari negara sedang berkembang) mengalami
obesitas dan overweight dan 92 juta anak berisiko menderita overweight pada tahun
2010. Beberapa dekade terakhir, obesitas sudah mulai terjadi pada anak-anak pada
negara sedang berkembang. Namun prevalensi tertinggi masih di negara maju yaitu
mencapai 30-40% di Amerika Serikat (AS) sedangkan di negara-negara di Asia
Tenggara adalah 20-30%. Kejadian obesitas dan overweight telah meningkat secara
dramatis sejak tahun 1990, seperti pada anak usia prasekolah dari sekitar 4% di tahun
1990 menjadi 7% di tahun 2010. Dengan laju peningkatan seperti ini, bukan tidak
mungkin jika angka tersebut akan terus meningkat hingga 9%. Hal ini pun bisa terus
berlanjut hingga dewasa (Wang dan Lim, 2012).
Obesitas pada dewasa sering dikait-kaitkan dengan komorbid yang
menyebabkan angka kematian dari 26.000 sampai 365.000 kematian per tahun di AS.

Dari dua studi analisa longitudinal yang melihat status merokok, angka kematian per
tahun pada kaum yang tidak merokok meningkat 12-40% pada kelompok overweight
dan 50-150% pada kelompok obesitas (Biro dan Wien, 2010).
2.1.3. Sel Lemak dan Jaringan Lemak
Jaringan lemak merupakan tempat penyimpanan energi terbesar bagi mamalia.
Fungsinya adalah untuk menyimpan energi dalam bentuk trigliserida melalui proses
lipogenesis yang merupakan respons terhadap kelebihan energi. Sedangkan pada saat
kekurangan energi, jaringan lemak akan memobilisasi energi melalui proses lipolisis.
Dalam keadaan normal, tubuh akan meregulasi dua hal ini dengan ketat (Sugondo,
2006).
Jaringan lemak merupakan jaringan ikat yang mempunyai fungsi sebagai
tempat penyimpanan lemak dalam bentuk trigliserida dan melepaskannya dalam
bentuk asam lemak bebas dan gliserol yang merupakan sumber energi yang berasal
dari lemak. Pada mamalia, jaringan lemak terdapat dalam 2 bentuk: jaringan lemak
putih dan jaringan lemak coklat. Keberadaannya, jumlah, dan distribusi tergantung
pada spesies. Jaringan lemak putih mempunyai 3 fungsi, yaitu isolasi panas, bantalan
mekanik, dan yang paling penting sebagai sumber energi. Jaringan lemak subkutan

Universitas Sumatera Utara


terletak langsung di bawah kulit, merupakan penahan panas bagi tubuh, karena lemak
subkutan mempunyai daya konduksi sebesar 1/3 dibandingkan jaringan lain.
Kemampuan menahan panas tergantung pada tebal lapisan lemak. Jaringan lemak
juga melapisi organ tubuh bagian dalam dan bertindak sebagai pelindung organ
tersebut. Jaringan lemak coklat berfungsi untuk mempertahankan panas tubuh
(termogenesis) (Sugondo, 2006).
2.1.4.Penilaian Obesitas
Overweight dan obesitas sering sekali dikait-kaitkan. Namun sebenarnya
kedua hal tersebut adalah hal yang berbeda. Overweight tidak selalu menandakan
penimbunan lemak berlebih dalam tubuh. Overweight bisa saja terjadi karena
meningkatnya massa otot dalam tubuh. Sedangkan obesitas adalah karena
peningkatan lemak berlebih dalam tubuh (CDC, 2000).
Obesitas pada anak ditentukan antara lain berdasarkan dua metode
pengukuran, yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Z score berat badan/tinggi badan
(Z score BB/TB). Obesitas ditetapkan bila Z score lebih dari 2,14. Sedangkan
berdasarkan rekomendasi, antara lain oleh WHO tahun 1997, The National Institutes
for Health (NIH) tahun 1998, dan The Expert Committee on Clinical Guidelines for
Overweight in Adolescent Preventive Service, batasan obesitas adalah IMT di atas
persentil 95 (Barlow, 1998).
2.1.5. Indeks Massa Tubuh Pada Anak

Indeks massa tubuh (IMT) diartikan sebagai berat dalam kilogram yang dibagi
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Dengan rumus perhitungannya ditulis
sebagai berikut:
IMT =

BB
TB2

Universitas Sumatera Utara

Keterangan rumus:
BB: Berat badan (kg)
TB: Tinggi badan (m)

Indeks massa tubuh digunakan sebagai alat skrining untuk mendeteksi
masalah berat badan pada anak (CDC, 2011). Setelah dilakukan pengukuran pada
tinggi dan berat badan anak, maka kita dapat melakukan plot hasil IMT pada kurva
CDC BMI-for-age growth chart yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin (Gambar
2.1; Gambar 2.2) (CDC, 2000). Perhitungan IMT pada orang dewasa berbeda
dikarenakan kriteria IMT pada anak maupun remaja spesifik terhadap umur dan jenis

kelamin (CDC, 2011). Jenis kelamin dan umur pada anak dan remaja
dipertimbangkan karena jumlah lemak tubuh yang berubah sesuai dengan umur dan
jumlah lemak tubuh yang berbeda antara perempuan dan laki-laki (CDC, 2011). CDC
dan American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan penggunaan IMT
sebagai skrining untuk overweight dan obesitas pada anak dimulai sejak usia 2 tahun
(Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Kategori Status Berat dengan Jangkauan Persentil (CDC, 2011).
Kategori Status Berat

Jangkauan Persentil

Underweight

< Persentil ke-5

Healthy weight

Persentil ke-5 - < Persentil ke-85


Overweight

Persentil ke-85 - < Persentil ke-95

Obesitas

≥ Persentil ke-95

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Kurva BMI-for-age growth chart untuk laki-laki usia 2-20 tahun (CDC,
2000).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2. Kurva BMI-for-age growth chart untuk perempuan usia 2-20 tahun (CDC,
2000).

Universitas Sumatera Utara


2.1.6. Faktor Risiko
Dahulu status sosial dan ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu
yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi.
Sebaliknya, individu dari keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya
menderita obesitas. Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara
status sosial ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat
secara dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi (WHO, 2015).
Beberapa faktor penyebab obesitas pada anak lainnya adalah anak dengan
IMT > persentil ke-85, riwayat keluarga adanya obesitas, berat badan lahir, dan
pemberian ASI. Gaya hidup yang berhubungan dengan obesitas adalah makanan,
aktivitas fisik, faktor sosial, dan kultural (Faizah, 2004).
2.1.7. Dampak Obesitas terhadap Tubuh Anak
Obesitas pada anak memiliki banyak sekali dampak buruk bagi kesehatan
mereka. Obesitas pada masa anak cenderung menjadi obesitas pada masa dewasa
dengan segala akibatnya terutama penyakit kardiovaskuler. Meningkatnya prevalensi
obesitas

secara

kardiovaskuler


tidak

langsung

pada

dewasa

akan

meningkatkan

seperti

hipertensi,

pula

risiko


penyakit

hiperkolesterolemia,

hipertrigliseridemia, dan penurunan kadar HDL (Leon dan Blackburn, 1994 dalam
Faizah, 2004).
Selain itu, komplikasi sistem endokrin yang paling sering adalah resistensi
insulin yang akhirnya akan berlanjut hingga menjadi DM tipe 2. Insiden cholelithiasis
juga lebih sering pda anak-anak obesitas yang berhubungan dengan infiltrasi lemak
akibat resistensi insulin (Menon, 2008).

Universitas Sumatera Utara