Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

(1)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

PERILAKU IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA

SEKOLAH DASAR SD PERTIWI KECAMATAN

MEDAN BARAT TAHUN 2007

SKRIPSI

Oleh :

LIDIA MARPAUNG

NIM. 041000116

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(2)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

PERILAKU IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA

SEKOLAH DASAR SD PERTIWI KECAMATAN MEDAN

BARAT TAHUN 2007

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

2007

LIDIA MARPAUNG

NIM. 041000116

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PERILAKU IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA

SEKOLAH DASAR SD PERTIWI KECAMATAN

MEDAN BARAT TAHUN 2007

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 27 Desember 2007

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(

LIDIA MARPAUNG

NIM. 041000116

Dra. Syarifah, MS) (Lita Sri Andayani, SKM ,M.Kes)

NIP. 131 688 345 NIP. 132 098 925

Penguji II Penguji III

(Drs. Eddy Syahrial, MS) ( Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi) NIP. 132 674 466 NIP. 132 049 786

Medan, Desember 2007 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

( dr. Ria Masniari Lubis, MSi ) NIP. 131 124 053


(4)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

ABSTRAK

Masalah obesitas bukan saja ditemukan pada orang dewasa tetapi juga pada anak-anak. Dari penelitian yang dilakukan Damayanti mengenai obesitas pada anak usia sekolah dasar di 10 kota besar di Indonesia diperoleh bahwa kota Medan berada pada posisi ketiga dengan prevalensi obesitas tertinggi yaitu 17,75 persen. Obesitas merupakan refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran energi. Penyebabnya antara lain adalah karena kurangnya aktivitas anak-anak dan tingginya asupan kalori dalam tubuh. Tetapi terdapat juga beberapa penyebab lain yang mengakibatkan terjadinya obesitas seperti hormon, keturunan, psikologis dan juga keluarga. Obesitas pada anak-anak secara khusus akan berdampak terhadap kesehatan karena berat badan berlebih yang dimiliki anak pada akhirnya akan menimbulkan masalah penyakit degeneratif pada masa dewasa, masalah estetika, resiko perkembangan, aktivitas anak dan prestasi di sekolah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar di SD Peritiwi yang mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan ibu.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan metode wawancara mendalam (in-depth interview). Informan adalah ibu dari anak yang mengalami obesitas yang dipilih dengan metode kecukupan dan kesesuaian sebanyak delapan orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan informan belum memadai dimana masih sebagian informan yang mengetahui pengertian obesitas secara defenisi. Sikap informan terhadap masalah obesitas sangat antusias hal ini dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan informan yang mengatakan setuju terhadap tingginya masalah obesitas sekarang ini khususnya pada anak usia sekolah dasar. Tindakan yang dilakukan informan dalam upaya mengatasi obesitas pada anak usia sekolah dasar adalah sangat bervariasi, mulai dari mengatur pola makan anak, olahraga, juga menerapkan program diet.

Orangtua khususnya, diharapkan mampu menjadi role-model yang dapat dicontoh anak baik dari perilaku konsumsi makan, aktivitas tubuh/olahraga maupun pembatasan uang jajan sesuai dengan kebutuhan anak. Sementara itu, pihak sekolah dan petugas kesehatan perlu bekerjasama dalam mengatasi masalah obesitas pada anak usia sekolah dasar, misalnya dengan menyelenggarakan seminar dan diskusi terbuka mengenai obesitas pada anak usia sekolah dasar.


(5)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Lidia Marpaung

Tempat/tanggal lahir : Silaen/ 11 Mei 1986

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Nikah Jumlah Anggota Keluarga : 7 orang

Anak ke : 3 dari 5 bersaudara

Alamat Rumah :Jalan Sisingamangaraja No. 71 Kec. Silaen Kab. Tobasa

Riwayat Pendidikan :

1.Tahun 1992 – 1998 : SD Negeri Center Silaen

2.Tahun 1998 – 2001 : SMP Katolik Budhi Drama Balige 3.Tahun 2001 – 2004 : SMU Negeri 1 Silaen


(6)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Perilaku Ibu Terhadap Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Dasar SD Pertiwi Kecamatan Medan Barat Tahun 2007 “. Kemuliaan hanya bagi Dia yang selalu menyertai setiap langkah penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

Selama menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan, bantuan baik secara moril maupun materiil serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada :

1. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi.

2. Ketua Departemen PKIP (Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku) Bapak Drs. Tukiman, MKM.

3. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku dosen pembimbing I dan Ibu Lita Sri Andayani, SKM, MKes sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Eddy Syahrial, MS dan Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi yang

telah bersedia menguji saat sidang skripsi.

5. Seluruh informan yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Bapak Drs.J.A. Hassan sebagai kepala sekolah SD Pertiwi dan seluruh staf pengajar di SD Pertiwi yang dengan senang hati menerima peneliti dalam melaksanakan penelitian di SD tersebut.


(7)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan, Tuhan memberkati.

8. Buat Ayahanda A. Marpaung dan Ibunda D. Tampubolon yang penulis sangat sayangi dan banggakan terima kasih atas segala perhatian, semangat, kasih sayang, doa, dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga Tuhan tetap menutup bungkus dengan kasihNya sehingga Ayahanda dan ibunda tercinta tetap sehat dan penuh sukacita.

9. Buat saudara-saudaraku tersayang, abangku Juli, kakakku Rewentina dan kedua adikku Susi dan Monalisa yang selalu memberikan semangat dan doa.

10.Buat keponakanku Grad Novi Ottolia atas tawa kecilnya yang selalu memberi damai. Semoga tumbuh menjadi gadis manis yang penuh kasih Tuhan.

11.Sahabatku tersayang Nani Juniandri S yang selalu ada di setiap suka dan duka. Terima kasih atas dukungannya.

12.Teman-teman satu kost kakak Rita, ade Ika dan ade Hermina yang selalu memberi semangat dan dorongan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat buat masyarakat, pihak sekolah SD Pertiwi, dan semoga Tuhan senantiasa menberikan kasih dan berkatNya kepada kita semua. Amin.

Medan, 29 Desember 2007 Penulis,


(8)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku ... 8

2.1.1. Pengetahuan ... 9

2.1.2. Sikap ... 11

2.1.3. Tindakan ... 16

2.1.4. Karakteristik Individu ... 17

2.1.5. Pembentukan Perilaku ... 18

2.1.6. Perubahan Perilaku ... 18

2.1.7. Perilaku Kesehatan ... 20

2.1.8. Perilaku Gizi Ibu ... 21

2.1.9. Aspek yang Berhubungan dengan Perilaku ... 23

2.2. Obesitas ... 24

2.2.1. Pengertian Obesitas ... 24

2.2.2. Faktor-faktor Penyebab Obesitas ... 25

2.2.3. Tipe-tipe Kegemukan ... 28

2.2.4. Beberapa Penyakit yang Ditimbulkan karena Obesitas ... 31

2.2.5. Mengukur Berat Badan dan Berat Badan Ideal ... 33

2.2.6. Cara Menentukan Kriteria Obesitas ... 34

2.2.7. Pencegahan Terhadap Obesitas ... 34

2.2.8. Terapi Merubah Perilaku Bagi Anak Yang Mengalami Obesitas ... 35

2.3. Anak Sekolah ... 36

2.3.1. Perkembangan Anak ... 36

2.3.1.1. Awal Masa Anak – anak ... 36

2.3.1.2. Akhir Masa Anak – anak ... 37

2.3.2. Karakteristik Anak Sekolah ... 38


(9)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

2.3.4. Konsumsi Makanan... 40

2.3.5. Kebiasaan Makan Anak Sekolah Dasar ... 41

2.3.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intake Makan pada Anak Sekolah ... 42

2.4. Kerangka Konsep ... 44

2.5. Defenisi Operasional ... 45

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ... 47

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

3.3. Pemilihan Informan ... 48

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 56

3.4.1. Data Primer ... 56

3.4.2. Data Sekunder ... 56

3.5. Teknik Analisa Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Sekolah ... 57

4.2. Gambaran Informan ... 59

4.3. Matriks Informan ... 62

4.4. Pengetahuan Informan Tentang Berat Badan Ideal ... 62

4.5. Pengetahuan Informan Tentang Obesitas Pada Anak ... 63

4.6. Pengetahuan Informan Tentang Faktor-faktor Apa Saja Penyebab Obesitas ... 64

4.7. Pengetahuan Informan Bagaimana Upaya Mengatasi Obesitas Pada Anak ... 65

4.8. Pengetahuan Informan Mengenai Masalah yang Diakibatkan Obesitas ... 66

4.9. Pengetahuan Informan Mengenai Ciri-ciri Anak yang Mengalami Obesitas ... 67

4.10. Pengetahuan Informan Mengenai Siapa Saja yang Berperan dalam Mengatasi Masalah Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 68

4.11. Sikap Informan Terhadap Masalah Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 70

4.12. Sikap Informan Terhadap Informasi-informasi yang Berkaitan dengan Obesitas pada Anak ... 71

4.13. Sikap Informan Terhadap Peranan Orangtua, Sekolah dan Petugas Kesehatan Terhadap Upaya Mengatasi Obesitas pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 72

4.14. Sikap Informan Terhadap Adanya Komplikasi Penyakit yang Diakibatkan Oleh Obesitas pada Anak ... 73

4.15. Sikap Informan Terhadap Masalah Obesitas pada Anak yang Mengganggu Prestasi Anak di Sekolah ... 74

4.16. Sikap Informan Terhadap Pernyataan Bahwa Anak yang Gemuk Adalah Anak yang Sehat ... 75


(10)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

4.17. Tindakan Informan Terhadap Melakukan Pemeriksaan

Kesehatan Anak ... 76

4.18. Tindakan Informan Bila Anak Tidak Peduli Dengan Masalah Berat Badannya ... 77

4.19. Tindakan Informan dalam Mencari Informasi-informasi yang Berkaitan dengan Masalah Obesitas Anak ... 78

4.20. Tindakan Informan Mengenai Upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi Obesitas pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 79

4.21. Tindakan Informan Terhadap Hambatan-hambatan yang Dirasakan dalam Upaya Mengatasi Obesitas pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 80

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Informan... 83

5.2. Aspek Pengetahuan ... 85

5.2.1. Pengetahuan Informan Mengenai Berat Badan Ideal ... 85

5.2.2. Pengetahuan Informan Tentang Obesitas pada Anak ... 86

5.2.3. Pengetahuan Informan Mengenai Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Obesitas ... 89

5.2.4. Pengetahuan Informan Bagaimana Upaya Mengatasi Terjadinya Obesitas pada Anak ... 90

5.2.5. Pengetahuan Informan Mengenai Apa Saja Dampak Kesehatan yang Diakibatkan Obesitas pada Anak ... 93

5.2.6. Pengetahuan Informan Mengenai Ciri-ciri Anak yang Mengalami Obesitas ... 95

5.2.7. Pengetahuan Informan Mengenai Siapa Saja yang Berperan dalam Mengatasi Masalah Obesitas pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 96

5.3. Aspek Sikap ... 97

5.3.1. Sikap Informan Terhadap Tingginya Masalah Obesitas pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 98

5.3.2. Sikap Informan Terhadap Informasi-informasi yang Berkaitan dengan Obesitas pada Anak... 99

5.3.3. Sikap Informan Terhadap Peranan Orangtua, Sekolah dan Petugas Kesehatan Terhadap Upaya Mengatasi Obesitas pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 100

5.3.4. Sikap Informan Terhadap Adanya Komplikasi Penyakit yang Diakibatkan Oleh Obesitas pada Anak ... 102

5.3.5. Sikap Informan Terhadap Masalah Obesitas pada Anak yang Mengganggu Prestasi Anak di Sekolah ... 104

5.3.6. Sikap Informan Terhadap Pernyataan Bahwa Anak yang Gemuk Adalah Anak yang Sehat ... 106

5.4. Aspek Tindakan ... 107

5.4.1. Tindakan Informan Pernah atau Tidak Melakukan Pemeriksaan , Kapan dan Dimana Tempat Pemeriksaannya ... 108


(11)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

5.4.2. Tindakan Informan Bila Anak Tidak Peduli Terhadap

Masalah Berat Badan ... 110 5.4.3. Tindakan Informan dalam Mencari Informasi-informasi

yang Berkaitan dengan Masalah Obesitas pada Anak ... 112 5.4.4. Tindakan Informan Mengenai Usaha yang Dilakuka n

dalam Upaya Mengenai Obesitas pada Anak Usia Sekolah

Dasar ... 113 5.4.5. Tindakan Informan Terhadap Hambatan-hambatan yang

Dirasakan dalam Upaya Mengatasi Obesitas pada Anak ... 115

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 118 6.2. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :

- Pedoman Wawancara

- Output Hasil Penelitian Ez-Text

- Surat Survei Pendahuluan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU - Surat Izin Peninjauan Riset/ on The Job Training dari FKM USU

- Surat Keterangan Telah Melaksanakan Peninjauan Riset/ on The Job Training dari ... SD Pertiwi Kecamatan Medan Barat


(12)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Ketenagaan Berdasarkan Jabatan dan Tingkat

Pendidikan di SD Pertiwi Kecamatan Medan Barat Tahun 2007 ... 58 Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Pertiwi

Kecamatan Medan Barat Tahun 2007 ... 59 Tabel 4.3. Karakteristik Informan ... 60 Tabel 4.4. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Berat Badan Ideal Saat

Lahir ... 62 Tabel 4.5. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Obesitas Pada Anak Usia

Sekolah Dasar ... 63 Tabel 4.6. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Faktor-faktor Apa Saja

yang Menyebabkan Terjadinya Obesitas ... 64 Tabel 4.7. Matriks Pengetahuan Informan Bagaimana Upaya Mengatasi

Terjadinya Obesitas Pada Anak... 65 Tabel 4.8. Matriks Pengetahuan Informan Mengenai dampak Yang

Diakibatkan Obesitas Pada Anak ... 66 Tabel 4.9. Matriks Pengetahuan Informan Mengenai Ciri-Ciri Anak Yang

Mengalami Obesitas ... 67 Tabel 4.10. Matriks Pengetahuan Informan Mengenai Siapa Yang Berperan

Dalam Mengatasi Masalah Obesitas Pada Anak Usia Sekolah

Dasar ... 68 Tabel 4.11. Matriks Sikap Informan Terhadap Tingginya Masalah Obesitas

Pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 70 Tabel 4.12. Matriks Sikap Informan Terhadap Informasi-informasi Yang

Berkaitan Dengan Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 71 Tabel 4.13. Matriks Sikap Informan Terhadap Peranan Orangtua, Sekolah dan

Petugas Kesehatan Terhadap Obesitas Pada Anak Usia Sekolah

Dasar ... 72 Tabel 4.14. Matriks Sikap Informan Terhadap Adanya Komplikasi Penyakit

Yang Diakibatkan Oleh Obesitas Pada Anak ... 73 Tabel 4.15. Matriks Sikap Informan Terhadap Masalah Obesitas Pada Anak

Yang Mengganggu Prestasi Anak di Sekolah ... 74 Tabel 4.16. Matriks Informan Terhadap Pernyataan Bahwa Anak Yang Gemuk

Adalah Anak Yang Sehat ... 75 Tabel 4.17. Matriks Tindakan Informan Terhadap Melakukan Pemeriksaan

Kesehatan Anak ... 76 Tabel 4.18. Matriks Tindakan Informan Bila Anak Tidak Peduli Dengan

Masalah Berat Badannya ... 77 Tabel 4.19. Matriks Tindakan Informan Dalam Mencari Informasi-informasi

Yang Berkaitan Dengan Masalah Obesitas ... 78 Tabel 4.20. Matriks Tindakan Informan Mengenai Upaya Yang Dilakukan

Untuk Mengatasi Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 79 Tabel 4.21. Matriks Tindakan Informan Terhadap Hambatan-Hambatan Yang

Dirasakan Dalam Upaya Mengatasi Obesitas Pada Anak Usia


(13)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007


(14)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang, dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih, berkaitan dengan penyakit degeneratif, seperti jantung, tekanan darah tinggi, diabetes. Sementara itu, pada negara berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih (Soekirman, 2000). Salah satu masalah gizi adalah obesitas.

Masalah obesitas bukan saja ditemukan pada orang dewasa tetapi saat ini telah ditemukan juga pada anak - anak. Obesitas merupakan akumulasi jaringan lemak bawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh yang akhir-akhir ini terlihat prevalensinya meningkat, terutama dari golongan menengah ke atas. Hal ini merupakan masalah yang harus mendapat perhatian serius. Obesitas pada anak-anak merupakan faktor resiko terjadinya penyakit kronis pada masa dewasa. ( Ida,dkk. 2001).

Sesuai dengan data WHO tahun 2004, pertambahan jumlah penduduk dengan obesitas tertinggi terjadi di Amerika dan Rusia, yaitu 30% setiap tahun. Dari tahun 1970 - tahun 2000 angka obesitas meningkat dari 14,5% ke angka 30,9 % (Yatim, 2005).


(15)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Obesitas mulai menjadi masalah yang mengancam anak-anak, di Amerika, ¼ anak dan remaja mengalami obesitas, dengan berbagai resiko penyakit. Sudah dibuktikan bahwa 80% diantara anak obesitas akan menjadi dewasa obesitas. Peningkatan berat badan dapat terjadi dalam waktu singkat, membuktikan bahwa obesitas bukan hanya faktor genetik tetapi juga karena kurangnya aktivitas dan meningkatnya masukan kalori (Anakku, 2005).

Masalah obesitas saat ini merupakan masalah yang aktual. Ternyata masalah obesitas bukan hanya terjadi pada negara barat saja seperti Amerika tetapi juga sudah banyak ditemukan di negara-negara berkembang misalnya saja Indonesia. Peningkatan kemakmuran di Indonesia juga diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan terutama di kota besar, bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan barat yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan tersebut merupakan jenis-jenis makanan yang bermanfaat, akan tetapi secara potensial mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori jika tidak dikonsumsi secara rasional. Berbagai makanan yang tergolong fast food tersebut adalah kentang goreng, ayam goreng, hamburger, pizza, hotdog, dan lain- lain. ( Ida.dkk,2001).

Menurut Survei Kesehatan Nasional pada tahun 1989 sebanyak 0,77% anak mengalami obesitas. Pada tahun 1992 meningkat menjadi 1,26% dan 4,58% pada tahun 1999. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ida dari bagian Gizi Politeknik Kesehatan Denpasar Bali pada tahun 2001, bahwa prevalensi


(16)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

obesitas di SD cukup tinggi ( 13,6% ). Prevalensi ini lebih tinggi pada sekolah swasta ( 18,2% ) dibandingkan anak sekolah negeri ( 12,4% ) (Ida,dkk.2001).

Sementara itu, menurut Damayanti dari RS Cipto Mangunkusumo yang melakukan penelitian pada anak - anak sekolah dasar di 10 kota besar Indonesia periode 2002 - 2005 dengan metode acak, hasil yang diperoleh ternyata prevalensi kegemukan pada anak - anak usia sekolah dasar tertinggi ada di Jakarta ( 25% ), kedua Semarang ( 24,3% ), dan Medan menempati posisi ketiga ( 17,75% ), Denpasar ( 11,7% ), Surabaya ( 11,4% ), Padang ( 7,1% ), Manado ( 5,3% ), Yogyakarta ( 4% ) dan Solo ( 2,1% ). Rata- rata kegemukan di 10 kota besar tersebut mencapai 12,2% (2,1 - 25% ). Angka ini hampir sama dengan prevalensi obesitas di Inggris (10-17%) dan Amerika (10-12%). Maka, obesitas pada anak merupakan masalah yang cukup mengkhawatirkan di Indonesia khususnya kota Medan sebagai peringkat ketiga ( Andra, 2007).

Faktor utama penyebab obesitas adalah kelebihan kalori dalam tubuh. Di dalam tubuh kelebihan kalori di simpan dalam bentuk lemak. Bila suatu waktu di perlukan cadangan lemak itu akan dipakai. Namun, kelebihan kalori yang terjadi secara terus-menerus menyebabkan produksi lemak menumpuk terus sehingga tubuh menjadi obesitas (Mursito, 2003).

Disamping faktor penyebab di atas, ada beberapa faktor lain sebagai pencetus terjadinya obesitas. Salah satunya adalah faktor genetik, karena seorang ibu yang memiliki kadar gula tinggi atau ada penyakit diabetes melitus kemungkinan akan


(17)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

( kelebihan berat badan atau kegemukan ) yang kemudian berpotensi menyebabkan obesitas pada anak.

Beberapa faktor lain yang menyebabkan terjadinya obesitas anak adalah dukungan dari orangtua terutama karakteristik ibu sendiri karena yang mengatur pola makan anak adalah ibu. Banyak dijumpai ibu yang memberikan asupan gizi berlebihan kepada anaknya. Ibu masih terpaku pada pola pikir lama yang menganggap bahwa anak yang sehat adalah anak yang gemuk. Walaupun anak telah cukup sehat namun tetap dianggap anak kurang sehat ataupun gizinya kurang mencukupi.

Ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pemulihan gizi anak mengambil inisiatif untuk memberikan makanan apa saja yang dianggap dapat memenuhi gizi anaknya. Terutama bagi ibu yang memiliki keadaan ekonomi menengah ke atas. Orangtua yang mempunyai pendapatan per bulan tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula, sehingga memiliki peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis makanan. Adanya peluang tersebut mengakibatkan pemilihan jenis dan jumlah makanan tidak lagi berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan kesehatan, tetapi lebih mengarah kepada pertimbangan prestise dan rasa makanan yang enak, termasuk makanan jenis fast food (Ida,dkk. 2001)

Biasanya, makanan yang enak cenderung mengandung protein dan lemak yang tinggi, sehingga pada akhirnya akan berdampak pada konsumsi energi yang berasal dari lemak serta protein yang tinggi. Perilaku ibu ini sebenarnya tidaklah dapat


(18)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

dibenarkan karena yang membuat berat badan anak naik adalah makanan yang bergizi bukan makanan yang berlebihan dan yang mengenyangkan si anak ( Yanti, 2004 ).

Persepsi yang selama ini terjadi di masyarakat ternyata salah. Anak yang gemuk memang lucu tetapi belum tentu sehat. Sebab, di balik kegemukan anak itu ternyata berpotensi menimbulkan berbagai jenis penyakit. Menurut Hartoyo dari RSU Ulin Banjarmasin, kegemukan (obesitas) pada anak berpotensi menimbulkan penyakit jantung koroner, diabetes, darah tinggi, ginjal, mudah lelah, dan lainnya yang dapat mulai timbul sebelum atau setelah masa dewasa. ( Anonim , 2007 ).

Selain berpotensi menimbulkan berbagai penyakit, obesitas pada anak juga berpengaruh terhadap psikologisnya. Anak yang kurang disenangi dalam pergaulan akan menarik diri. Akibatnya, aktivitas fisik akan berkurang secara otomatis menambah kegemukannya. ( Anonim , 2007 ).

Pada umumnya obesitas pada masa anak – anak disebabkan perilaku makan yang salah dan kurang aktivitas fisik. Perilaku makan yang salah disebabkan oleh kebiasaan makan yang kurang baik dari dalam keluarga maupun di luar keluarga. Hal ini sering ditiru oleh anak, misalnya dari dalam rumah sering sekali menyediakan makanan camilan baik di meja makan dan di ruang televisi . Sementara di luar rumah, misalnya makan yang berlebihan, frekuensi makan yang berlebihan dan kelebihan snack di kantin atau tempat jajanan di sekolah yang juga didukung oleh uang jajan anak yang berlebihan. Hal ini tentunya membawa dampak buruk pada kesehatan anak tidak hanya saat ini tetapi juga di masa mendatang.


(19)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Anak sekolah merupakan masa depan bangsa. Asupan gizi yang salah pada anak yaitu dari makanan sehari - hari kebutuhan kalori dan lemak mereka berlebihan tetapi kualitas makan belum memadai, sumber zat gizi kurang. Sehingga anak yang obesitas akan terancam berbagai masalah kesehatan yang memicu terjadinya masalah perilaku dalam bekerja, berolahraga dan bahkan menyebabkan anak malas serta menurunkan kemampuan berkonsentrasi dalam belajar yang mengakibatkan prestasi belajar anak menurun.

Sekolah Dasar Pertiwi Medan adalah salah satu sekolah swasta yang berada di pusat kota Medan dimana siswa / siswinya berasal dari keluarga berstatus ekonomi menengah ke atas. Sehingga kesempatan untuk mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung nilai gizi berlebihan ( seperti lemak, protein dan garam ) cukup besar tetapi sedikit mengandung serat yang secara otomatis mengganggu kelancaran metabolisme tubuh. Dari survei awal yang dilakukan dengan pengukuran terhadap 13 orang anak, diperoleh hasil bahwa 9 orang anak mengalami obesitas dan 4 anak lainnya cenderung obesitas atau over weigh dan sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian sejenisnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar.

1.3 Tujuan Penelitian


(20)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Untuk mengetahui perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar SD Pertiwi Kecamatan Medan Barat Tahun 2007.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar SD Pertiwi Kecamatan Medan Barat Tahun 2007.. 2. Untuk mengetahui sikap ibu terhadap obesitas pada anak usia

sekolah dasar SD Pertiwi Kecamatan Medan Barat Tahun 2007. 3. Untuk mengetahui tindakan ibu terhadap obesitas pada anak usia

sekolah dasar SD Pertiwi Kecamatan Medan Barat Tahun 2007. 1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi penulis dalam meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang obesitas, khususnya obesitas terhadap anak usia sekolah dasar.

2. Sebagai masukan dan informasi bagi pendidik dan orangtua dalam mengantisipasi terjadinya obesitas yang dipengaruhi oleh perilaku ibu.

3. Sebagai masukan bagi pengelola kantin sekolah agar lebih selektif dalam menyediakan jajanan anak sekolah.

4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar.


(21)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007


(22)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

Menurut ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu reaksi organisme terhadap lingkungannya, yang berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada suatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi (rangsangan). Dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Sedangkan menurut Robert Kwick (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat dinikmati dan bahkan dapat dipelajari.

Perilaku merupakan suatu aktivitas dari pada manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak, perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri, oleh karena itu manusia bentangan yang cukup luas mencakup berjalan , berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal sendiri seperti berpikir, persepsi, dan emosi.( Notoatmodjo, 2003).

Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloon (1908), seorang psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam 3 ( tiga) domain (kawasan/ranah) yaitu : ranah kognitif ( cognitive domain), ranah efektif (effective domain), dan ranah psikomotor ( psycomotor domain).


(23)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Ke 3 domain ini diukur dari :

1. Pengetahuan (knowledge) 2. Sikap (attitude)

3. Praktek dan tindakan ( practice)

Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti si subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut, akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan stimulus atau objek tadi.

2.1.1. Pengetahuan ( knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :


(24)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysa)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(25)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita ukur atau kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

2.1.2. Sikap (attitude)

Dobb ( 1974 ) menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu ke dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :

1. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama perkembangan hidupnya.


(26)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

2. Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek. Pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan satu objek saja melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan objek lainnya. 3. Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi sedangkan

pada pengetahuan hal ini tidak ada. Fungsi sikap antara lain :

1. Sebagai alat menyesuaikan diri

Sikap adalah suatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah dipelajari sehingga menjadi mudah milik bersama. Sikap bisa menjadi alat penghubung antara orang lain dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lainnya.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku

Pertimbangan atau perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang itu.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman

Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.


(27)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

4. Sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukung. Oleh karena itu, dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyaknya orang mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan kepribadian (Notoatmodjo,2003).

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Berbagai Tingkatan Sikap : 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha


(28)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing).

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang.

Green dalam Notoatmodjo, 2005 membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan, yakni behavioral factors (faktor perilaku), dan non behavioral factors atau faktor-faktor non perilaku. Selanjutnya, Green menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

Faktor-faktor predisposisi (disposing factors), faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. Seorang ibu akan membawa anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya. Begitu pula masalah obesitas, ibu akan membawa anaknya untuk memeriksakan kesehatannya karena si ibu tahu masalah obesitas akan dapat dicegah sedini mungkin. Tanpa adanya


(29)

pengetahuan-Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

pengetahuan ini, ibu tersebut mungkin tidak akan membawa anaknya untuk melakukan control.

Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan yaitu seperti sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan sampah, makanan bergizi, dan sebagainya.

Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat tetapi tidak melakukannya. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.

Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatan, mempelajari perilaku sangat penting. Karena pendidikan kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma hidup sehat. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah perilaku individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat ( Notoatmodjo, 2003).

Sadli (1982) dalam Notoatmodjo, 2003 menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan sosial, yakni :


(30)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

1. Perilaku kesehatan individu, yaitu : sikap dan kebiasaan individu yang erat hubungannya dengan lingkungan.

2. Lingkungan keluarga, yaitu : kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga, megenai kesehatan.

3. Lingkungan terbatas, yaitu : tradisi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kesehatan.

4. Lingkungan umum, yaitu : kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang kesehatan, undang-undang kesehatan, program-program kesehatan dan sebagainya.

2.1.3. Praktek atau Tindakan ( practice)

Menurut WHO, suatu sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi dan kondisi saat ini.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung dari pihak lain. Di dalam praktek atau tindakan terdapat tingkat-tingkat yaitu :

1. Persepsi ( perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.


(31)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu yang benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga.

4. Adaptasi (adptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo,2003).

2.1.4. Karakteristik Individu ( Individual Characteristic)

Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam karakteristik individu yaitu : minat ( interest), sikap ( attitudes), dan kebutuhan ( needs).

Minat merupakan sesuatu yang menarik perhatian seseorang untuk berbuat, biasanya dimulai dari rangsangan eksternal ( misalnya : uang/makan) yang selanjutnya mempengaruhi perilakunya dalam bertindak. Besar kecilnya minat seseorang untuk melakukan tindakan tertentu dapat diamati dari perasaan senang melakukan tindakan tersebut ( Prijaksono, 2002).

Sikap atau keyakinan seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan tertentu dipengaruhi oleh adanya sikap terhadap diri sendiri, sikap terhadap lingkungan. Sikap


(32)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

merupakan pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan mengenai objek manusia atau peristiwa ( Prijaksono,2002).

Disamping minat dan sikap terdapat faktor ketiga yaitu kebutuhan individu yang harus dipenuhi untuk berlangsungnya tindakan yang dilakukan. Contoh kebutuhan tersebut adalah kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk bersosialisasi dan kebutuhan pencapaian tujuan individu. Kebutuhan sebagai karakteristik individu ini dapat diamati dari terpenuhinya kebutuhan dasar fisik di bidang ekonomi dan terpenuhinya kebutuhan mutu untuk tercapainya tujuan masing-masing itu serta perasaan diterima di lingkungan (Prijaksono,2002).

2.1.5. Pembentukan Perilaku

1. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan

Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Misal dibiasakan bangun pagi, atau meggosok gigi sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain, membiasakan diri untuk datang tidak terlambat di kantor dan sebagainya.


(33)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian. Misal datang kuliah jangan sampai terlambat, karena hal tersebut dapat mengganggu teman-teman.

3. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Kalau orang bicara bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau Observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura (1977) yang dikutip oleh Ircham (2006).

2.1.6. Perubahan Perilaku

Menurut Rogers dan Shoemaker dikutip oleh Sarwono proses pembuatan keputusan tentang motivasi dibagi menjadi 4 tahap :

1. Knowledge yaitu tahap menerima informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan suatu ide baru.

2. Persuasion yaitu tahap mengenal lebih jauh tentang objek/topik tersebut. Fase ini digunakan oleh petugas kesehatan untuk membujuk atau meningkatkan motivasi agar bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan tersebut.

3. Confirmation yaitu tahap penguatan dimana individu meminta dukungan dari lingkungan atas keputusan yang telah diambil.

4. Adoption yaitu tahap dimana perilaku yang baru itu dipertahankan apabila lingkungan membentuk lingkungan pasif sedangkan apabila ada keberatan dan


(34)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

kritikan dari lingkungan terutama dari kelompok acuannya maka biasanya adopsi itu tidak dipertahankan dan individu kembali kepada perilaku yang semula sebaliknya suatu penolakan pun dapat berubah menjadi adopsi apabila lingkungannya justru memberikan dukungan agar individu menerima ide tersebut.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Menurut Rosenstock (1982) perilaku seseorang dapat berubah, berdasarkan teorinya yang terkenal healthy belife model ( HBM ) ia mengemukakan bahwa :

1. Persepsi individu tentang kemungkinan terkena suatu penyakit ( perceived susceptibility), mereka yang merasa dapat terkena penyakit tersebut akan lebih cepat merasa terancam.

2. Pandangan individu tentang beratnya penyakit tersebut ( perceived sriousnes), yaitu resiko dan kesulitan apa saja yang akan dialaminya dari penyakit tersebut.

3. Makin beratnya resiko suatu penyakit dan semakin besar kemungkinannya bahwa individu itu terserang penyakit tersebut besar ancaman (perceived threats).

4. Alternatif tindakan yang dianjurkan petugas kesehatan ( perceived benefit & barriers).


(35)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

5. Faktor pencetus yang dapat datang dari dalam diri individu ataupun dari luar individu ( ceusto action ).

2.1.7. Perilaku Kesehatan

Menurut Skinner ( 1938 ) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.

Perilaku kesehatan mencakup 4 hal :

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia itu merespon, baik secara pasif ( mengetahui, bersikap, dan mempersepsi tentang penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya) maupun aktif (tindakan), yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan rasa sakit tersebut.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.

3. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior), yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi , sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya.


(36)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( enviromental health behavior ) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri (Notoatmodjo,2005).

Berdasarkan teori tentang perilaku kesehatan seperti dikemukakan di maka, perilaku gizi dapat dikategorikan sebagai perilaku kesehatan.

2.1.8. Perilaku Gizi Ibu

Menurut Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo ( 2003 ) bahwa perilaku seseorang terdiri atas kognitif, yaitu dapat diukur dari pengetahuan, afektif dapat diukur dari sikap atau tanggapan dan psikomotor yang dapat diukur dari tindakan ( praktek ) yang dilakukan.

Perilaku gizi ibu dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut dengan kesehatan Perilaku tersebut terutama berkenaan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ( Health promotion behavior ) seperti pemberian makanan yang bergizi, kebiasaan memberi stimulus pada anak saat membimbingnya maupun dalam upaya pemenuhan gizi dengan cara pemberian makanan yang sesuai dengan gizi seimbang. Dengan demikian perilaku di sini adalah suatu bentuk implementasi dari tindakan seorang ibu terhadap peningkatan status gizi anak dalam bentuk penyelenggaraan pemberian gizi yang baik dan benar . ( Sarwono, 2005 ).

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,


(37)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

petugas kesehatan, kerabat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa pengetahuan merupakan resultan dari akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran.

Pengetahuan gizi ibu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan dan status gizi anak usia sekolah dasar. Karena dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang ( ibu rumah tangga ) tentang kebutuhan tubuh akan gizi, dapat menentukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh setiap orang.

Pengetahuan gizi seseorang ( ibu rumah tangga ) didukung oleh latar belakang pendidikannya. Rendahnya pendidikan ibu menyebabkan berbagai keterbatasan dalam menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga termasuk anak usia sekolah dasar. Sehingga ada kecenderungan ibu rumah tangga akan mengadopsi perilaku di sekitarnya tanpa berpikir apakah hal tersebut benar atau salah karena kurangnya pengetahuan ibu, misalnya pemberian makanan yang asal mengenyangkan dan anak kelihatan gemuk ( Yanti, 2004 ).

Praktek dibentuk oleh pengalaman interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahun dan sikap terhadap suatu objek.

Gizi besar sekali pengaruhnya terhadap pertumbuhan maupun kesehatan seseorang. Gizi dapat diperoleh dari berbagai sumber makanan. Gizi yang diperoleh dari makanan memerlukan praktek pengolahan makanan yang baik dari penyelenggara makanan ( ibu rumah tangga ). Tugas utama dari ibu rumah tangga adalah


(38)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

menyiapkan hidangan bagi anggota keluarga sebaik – baiknya. Untuk membuat dan menyusun hidangan yang tepat harus memiliki pengetahuan gizi dan keterampilan. Jika ibu tidak memiliki pengetahuan gizi dan keterampilan dalam mengolah makanan maka ibu cenderung mencari alternatif lain asalkan anak menjadi nafsu makan. Salah satunya dengan memberikan makanan siap saji yang pada umumnya mengandung kalori dan lemak yang tinggi. Akibatnya anak menjadi obesitas ( Yanti, 2004 ).

2.1.9. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Perilaku Kesehatan

1. Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain adalah : umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi. Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasrkan golongan umur.Terutama keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit, bahkan juga berpengaruh pada kematian. Misalnya, angka kematian lebih tinggi di kalangan golongan yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan mereka dari golongan status ekonomi tinggi. Demikian pula obesitas, lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya, malnutrisi lebih banyak ditemukan di kalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.

2. Pengaruh self concept terhadap perilaku kesehatan

Self concept ditentukan oleh tingkatan kepuasaan atau ketidakpuasaan yang dirasakan terhadap diri sendiri, terutama bagaimana ingin memperlihatkan diri kepada orang lain.Secara tidak langsung self concept cenderung menentukan,


(39)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

apakah akan menerima keadaan diri seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya.

2.2 Obesitas

2.2.1 Pengertian Obesitas

Kegemukan ( obesitas ) adalah refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran energi. Penyebabnya ada yang bersifat eksogenous dan endogenous. Penyebab eksogenous misalnya kegemaran makan secara berlebihan terutama makanan tinggi kalori tanpa diimbangi oleh aktivitas fisik yang cukup sehingga surplus energinya kemudian disimpan sebagai lemak tubuh. Penyebab endogenous adalah adanya gangguan metabolik dalam tubuh, misalnya kejadian tumor pada hipotalamus dapat menyebabkan hiperfagia atau nafsu makan berlebihan. ( Khomsan , 2004 ).

Menurut Pudjiadi (2003) kegemukan adalah keadaan tubuh dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan fungsi tubuh. Pada gizi lebih (over weight) terdapat berat badan yang melebihi berat badan rata-rata.

Orang sering menyamakan pengertian kegemukan (over weight) dengan obesitas. Padahal keduanya adalah hal yang berbeda walaupun sama-sama menggambarkan kelebihan berat tubuh. Kegemukan adalah kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh normal. Sementara obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20-25 % dari berat tubuh (Rimbawan, Siagian, 2004).


(40)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Obesitas

Menurut Wirakkusumah (1994), sebenarnya ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas. Obesitas di sebabkan oleh dua faktor utama yaitu makan melebihi porsi yang di perlukan tubuh dan penggunaan energi yang rendah atau kombinasi keduanya. Beberapa faktor lain yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah : konsumsi makanan, karakteristik individu, hereditas, psikologi, aktivitas fisik, gaya hidup, dan lain-lain.

Secara umum, kegemukan disebabkan oleh tidak seimbangnya energi dari makanan dengan kalori yang dikeluarkan. Kondisi akibat beberapa faktor :

1. Keluarga

Menurut Dietz ( 1983 ), anak beresiko kegemukan bila kedua orangtua juga kegemukan. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan makan dan kebiasaan latihan fisik kedua orangtua diikuti oleh anak. Selanjutnya hampir setengah orangtua dari anak usia sekolah tidak pernah olahraga santai bersama semua anggota keluarga.

2. Penggunaan energi yang rendah

Sebagian besar anak usia sekolah menggunakan waktunya sehari - hari untuk menonton televisi. Kegemukan lebih banyak ditemui pada anak yang banyak menonton televisi disertai banyak makan makanan kecil yang manis - manis yang merupakan sumber tinggi kalori. Hanya sepertiga anak sekolah dasar yang mempunyai kurikulum pendidikan latihan fisik. Dan hanya seperlima sekolah dasar yang mempunyai ekstra kurikulum latihan fisik.


(41)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Anak dari ibu yang berat badan berlebihan ( over weight ) biasanya kurang aktivitas fisik, meniru kebiasaan ibunya. Anak yang salah satu orang tuanya gemuk, beresiko menderita kegemukan 50%. ( Yatim, 2005 ).

Menurut Pudjiadi (2003) bahwa keadaan obesitas terjadi jika makanan sehari-harinya mengandung energi yang melebihi kebutuhan anak yang bersangkutan (positive energy balance). Biasanya terdapat pada anak yang cepat merasa lapar dan tidak mau menahan rasa laparnya. Pada umumnya berbagai faktor menentukan keadaan obesitas seseorang seperti :

1. Faktor Genetik

Faktor genetik yang dimaksud adalah faktor keturunan yang berasal dari orangtuanya. Pengaruh faktor keturunan tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan. Meski demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa faktor keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan.

Penelitian gizi di Amerika Serikat melaporkan bahwa anak dari orang tua dengan berat badan normal mempunyai peluang 10 % menjadi gemuk. Bila salah satu orangtuanya menderita kegemukan, maka peluang itu akan meningkat menjadi 40%-50%. Bila kedua orang tuanya menderita kegemukan, peluang faktor keturunan meningkat menjadi 70%-80%. Faktor ini akan semakin nampak jelas jika didukung faktor lainnya, seperti pola makan tidak seimbang ( Purwati, 2001). Dengan demikian, orang tua yang menderita kegemukan akan mempunyai kecenderungan untuk melahirkan anak yang gemuk.


(42)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Jika pada masa bayi atau masa anak-anak telah menderita kegemukan, maka setelah dewasa akan sulit menjadi kurus. Hal ini disebabkan karena kegemukan pada masa anak-anak akan membentuk sel tubuh yang jumlahnya melebihi jumlah normal. Sementara kegemukan pada orang dewasa tidak akan menyebabkan penambahan jumlah sel, tetapi hanya terjadi pembesaran ukuran sel. Dengan demikian, kegemukan pada saat dewasa mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menjadi normal kembali jika mempunyai semangat yang tinggi untuk menurunkan berat badan (Purwati,2001).

2. Gangguan Emosi

Gangguan emosi merupakan salah satu penyebab kegemukan pada anak dan remaja. Menurut para ahli, faktor tersebut berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu makan. Hal ini disebabkan karena sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari kedaan psikologis sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi yang dipecah dan digunakan untuk melakukan aktivitas fisik. Namun, jika seseorang sedang stres tidak melakukan aktivitas fisik yang mampu membakar energi maka kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai lemak. Proses ini akan menyebabkan glukosa darah menurun sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang sedang mengalami tekanan psikologik (Purwati, 2001).

Bagi orang yang ‘rajin makan’ pada saat dilanda stres, untuk sementara waktu dapat merasa tenang dan puas sehingga lupa akan tekanan psikologik yang sedang dialaminya. Namun, jika keadaan ini berlangsung lama dan tidak terkontrol maka


(43)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

akan menyebabkan dampak negatif misalnya kegemukan pada tubuh, terlebih jika makanannya mengandung kalori, karbohidrat, dan lemak yang tinggi ( Purwati,2001).

3. Gangguan Hormon

Walaupun sangat jarang, adakalanya kegemukan disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antar hormon, seperti hormon insulin dapat menyebabkan kegemukan. Hormon insulin selain mengatur kadar gula darah dalam tubuh juga mempunyai peranan dalam menyalurkan energi ke dalam sel-sel tubuh. Seseorang yang mengalami peningkatan hormon insulin akan meningkat pula timbunan lemak di dalam tubuhnya ( Pujiadi,2003).

4. Penggunaan Energi yang Rendah

Sebagian besar anak usia sekolah menggunakan waktunya sehari- hari untuk menonton televisi. Saat-saat dimana sangat mengurangi aktivitas fisik. Dari penelitian memang dijumpai anak yang gemuk sering terjadi pada anak yang banyak menonton televisi tidak hanya karena kurang aktivitas fisik, tetapi juga karena sambil menonton, banyak memakan makanan kecil manis yang tinggi kalori ( Yatim,2005).

2.2.3 Tipe - tipe Kegemukan

Menurut Purwati (2001), kegemukan dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Perbedaan tersebut dapat didasarkan pada letak timbunan lemak pada tubuh, kondisi sel dan kegemukan menurut usia.


(44)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Kegemukan akan menjadi masalah kesehatan jika kelebihan lemak di dalam tubuh tersebar pada bagian-bagian tertentu seperti bagian perut, dada, lengan, leher, dan muka. Penyebaran lemak di dalam tubuh, ada dua tipe kegemukan, yaitu tipe buah apel (tipe android) dan tipe buah pear (tipe ginoid).

Kegemukan tipe buah apel ( tippe android) ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan di bagin tubuh sebelah atas yaitu di sekitar dada, pundak, leher dan muka. Pada umumnya tipe ini dialami oleh wanita yang sudah monopause dan pada pria.

Lemak yang menumpuk pada tipe android sebagian besar merupakan lemak jenuh yang mengandung sel-sel lemak yang besar. Menurut Vague, seorang peneliti dari Perancis yang dikutip dari Purwati tahun 2001, tipe android ini mempunyai resiko lebih tinggi terhadap penyakit yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa, seperti penyakit diabetes melitus, jantung koroner, stroke, pendarahan otak dan tekanan darah tinggi. Meski demikian, kegemukan tipe ini lebih mudah untuk menurunkan berat badan dibanding tipe ginoid asalkan melaksanakan diet dan olahraga dengan disiplin.

Kegemukan yang tergolong tipe ginoid mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah tubuh, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Kegemuka tipe ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh, ukuran sel lemaknya kecil dan lembek. Tipe ginoid lebih aman bila dibandingkan dengan tipe android sebab lebih kecil kemungkinannya untuk terserang penyakit yang


(45)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa. Tapi tipe ini lebih sukar untuk menurunkan berat badan.

2.2.3.2 Berdasarkan Kondisi Sel

Kegemukan yang disebabkan karena kondisi sel di dalam tubuh hanya dapat diketahui jika dianalisis secara medis sehingga kalangan awam, sulit untuk mengenali jenis kegemukan ini. Berdasarkan penelitian oleh Hirsch dan Knittle yang dikutip oleh Purwati (2001) membagi kegemukan menjadi beberapa tipe, yaitu hiperplastik, hipertropik, dan hiperplastik-hipertropik.

Pada tipe hiperplastik, seseorang mempunyai jumlah sel lebih banyak dibandingkan dengan kondisi normal, tetapi ukuran selnya sama dengan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini biasanya terjadi sejak masa kanak-kanak dan penurunan berat badan akan sulit terjadi.

Kegemukan tipe hipertropik mempunyai jumlah sel yang normal, tetapi ukurannya lebih besar dari ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini biasanya terjadi setelah dewasa dan lebih mudah diturunkan berat badannya daripada tipe hiperplastik. Tipe hiperplastik-hipertropik mempunyai jumlah dan ukuran sel yang melebihi normal. Kegemukan ini berlangsung sejak masa kanak-kanak dan berlangsung terus hingga dewasa. Tipe ini paling sulit untuk menurunkan berat badan dan paling rentan terserang berbagai penyakit komplikasi.

2.2.3.3 Kegemukan Menurut Usia

Menurut Purwati (2001) kegemukan menurut usia dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu kegemukan pada masa bayi (infancy-onset obesity),


(46)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

kegemukan pada masa kanak-kanak (childhood-onset obesity) dan kegemukan pada saat dewasa (adult-onset obesity). Kegemukan pada masa bayi (infancy-onset obesity), disebabkan kurangnya pengetahuan ibu dalam memberi makan kepada bayinya. Oleh karena itu, seorang ibu harus mengetahui waktu yang tepat untuk memberi makan bayinya. Seorang bayi yang menangis belum tentu merasa lapar, dapat saja disebabkan ada bagian tubuh tertentu yang dirasa sakit dan sebagainya. Dengan demikian, kurang tepat bila setiap bayi menangis lalu diberi makan.

Kegemukan pada masa kanak-kanak (childhood-onset obesity) disebabkan karena perilaku makan yang salah dan kurangnya anak melakukan aktivitas fisik. Menjamurnya iklan makanan pada media elektronik dan media cetak membuat anak cenderung konsumtif. Misalnya, memilih makanan yang manis dan gurih, seperti permen dan coklat ( Purwati,2001).

Kegemukan pada saat dewasa (adult-onset obesity) sekarang ini banyak terjadi. Hal ini disebabkan pada masa itu karir seseorang mulai mantap sehingga sering terlibat dalam pertemuan-pertemuan seperti rapat, makan siang atau makan malam bersama yang tidak luput dari soal makanan lezat. Oleh karena itu, jika kurang hati-hati mengontrol makanan tidak melakukan aktivitas fisik, lambat laun akan menderita kegemukan ( Purwati,2001).

2.2.4. Beberapa Penyakit yang Ditimbulkan karena Obesitas

Banyak penelitian telah menemukan adanya hubungan antara obesitas dan beberapa penyakit degeneratif antara lain :


(47)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Ini berkaitan dengan resistensi insulin dan ukuran sel lemak tubuh. Jika sel lemak tubuh mencapai ukuran maksimal dan tidak dapat membelah, lemak akan di simpan dalam sel otot yang menyebabkan resistensi insulin.

2. Penyakit jantung koroner

Hubungan obesitas dan penyakit jantung diperantarai adanya faktor resiko pada penderita obesitas seperti hipertensi, kadar lemak rendah, diabetes dan merokok.

3. Penyakit Pembuluh Otak.

Penelitian-penelitian ada tidaknya hubungan antara obesitas dan peningkatan resiko terjadinya stroke.

4. Hipertensi

Pada penelitian yang melibatkan 1 juta pasien di klinik hipertensi komunitas terllihat hubungan yang kuat dan konsisten antara kelebihan berat badan dan peningkatan tekanan darah.

5. Hiperkolesterolemia

Peningkatan berat badan juga meningkatkan kolesterol total terutama pada subjek yang muda.

6. Refluks Gastroesofagus

Pada anak dengan obesitas didapatkan prevalensi penyakit refluks gasrtoesofagus ssebesar 22 % pada suatu penelitian di komunitas pada anak berusia 14-17 tahun.


(48)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

7. Perlemakan Hati

Hubungan ini bergantung pada adanya resistensi tubuh terhadap insulin. 8. Penyakit paru

Sindrom pernafasan yang paling sering di temukan pada subjek yang obesitas adalah Sindrom henti nafas saat tidur dan sindrom hipoventilasi obesitas (sindrom pernafasan dangkal pada kegemukan).

9. Penyakit Otot atau Tulang

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obesitas menyebabkan osteoartritis (peradangan) sendi lutut karena tekanan dan robekan akibat berat badan pada sendi yang menyangga berat badan seperti sendi lutut dan juga meningkatkan kejadian osteoartritis pada sendi-sendi yang tidak menyangga berat badan. 10. Kanker

Obesitas berhubungan dengan kanker payudara, endometrium dan usus besar. ( Aman,2005 ).

2.2.5. Mengukur Berat Badan dan Berat Badan Ideal

Selama ini ada berbagai cara dimanfaatkan untuk mengetahui berat badan normal setiap orang. Salah satu cara yang dipakai untuk perhitungan berat badan ideal adalah dengan rumus Brocca, yaitu :

Berat badan ideal = ( TB-100) - 10% ( TB - 100 ) TB = Tinggi Badan


(49)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Apabila berat badan melebihi 15% dari berat badan normal (TB-100) maka dapat dikategorikan dalam kegemukan. Perhitungan Brocca ini sangat populer di kalangan awam karena paling mudah dimengerti dan diingat.

Penilaian berat badan banyak dipakai saat ini adalah penilaian berat badan dengan menggunakan IMT ( Indeks Massa Tubuh ). Adapun rumus Indeks Massa Tubuh ( IMT ) adalah sebagai berikut :

BB (kg) IMT =

TB (m)

Dimana : BB = Berat badan dan TB = Tinggi Badan ( Mursito, 2003). 2.2.6. Cara Menentukan Kriteria Obesitas

Berdasarkan CDC (Centres for Disease Control and Prevention) tahun 2007, Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah angka yang dihitung berdasarkan berat badan dan tinggi badan seseorang. Adapun caranya adalah sebagai berikut :

IMT = Berat badan (kg) / Kuadrat tinggi badan (meter)

Kriteria obesitas adalah orang yang memiliki nilai IMT di atas 20%. 2.2.7. Pencegahan Terhadap Obesitas

Pencegahan jauh lebih baik dibandingkan dengan pengobatan. Pencegahan dilakukan sedini mungkin, bahkan Sejak bayi baru lahir dengan jalan memberinya ASI eksklusif. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah obesitas misalnya :


(50)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

1) Mengenali faktor resiko obesitas, seperti riwayat keluarga dengan obesitas, factor budaya dan sokial – ekonomi.

2) Menghitung Indeks Massa Tubuh setahun sekali dan memasukkan ke dalam kurva.

3) Hati – hati bila Indeks Massa Tubuh menunjukkan kenaikan persentil. 4) Pemberian ASI eksklusif mengurangi resiko obesitas.

5) Mengatur pola makan yang sehat, sayur dan buah, daging dengan lemak rendah, biji – bijian.

6) Aktifitas fisik harus cukup.

7) Membatasi anak menonton televisi, bermain play-station atau video game 2 jam seharí.

8) Pemeriksaan terhadap komplikasi obesitas misalnya hipertensi, peningkatan lemak dan insulin, gangguan kadar gula darah dan kesulitan bernafas sewaktu tidur.

2.2.8. Terapi Merubah Perilaku Bagi Anak yang Mengalami Obesitas

Penelitian jangka panjang selama 5 – 10 tahun menunjukkan bahwa perilaku anak dapat dirubah secara konsisten untuk mengurangi obesitas. Teknik yang sering digunakan adalah :

1) Meminta anak untuk memantau masukan makanan dan beratnya. 2) Memberi contoh atau role-model.


(51)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

4) Memberi tanggapan yang sesuai dengan perilaku baik atau buruk yang sudah dilakukan oleh anak .

5) Mengajar anak untuk menghindari situasi yang menyebabkan anak makan terlalu banyak.

Perubahan perilaku lebih mudah dilakukan oleh seluruh keluarga dibanding hanya ditujukan lepada anak. Pemberian pujian lebih efektif dibandingkan dengan kritik atau pembatasan.

Pihak sekolah juga berperan besar dalam membantu anak – anak yang mengalami obesitas, dengan membatasi ketersediaan makanan dan minuman yang tidak sehat di lingkungan sekolahnya. Misalnya makanan cepat saji dan minutan bersoda yang umumnya juga manis, berperan besar dalam menyebabkan anak menjadi obesitas.

2.3. Anak Sekolah

2.3.1. Perkembangan Anak

Pada saat ini masa anak-anak di bagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu periode awal anak-anak dan periode akhir anak-anak. Periode awal berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba saatnya anak matang secara seksual.

1. Awal masa anak-anak

Para ahli psikologi menggunakan beberapa sebutan untuk awal masa anak-anak. Pada masa ini anak berada pada usia kelompok, masa di mana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial yang diperlukan untuk penyesuaian diri


(52)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

sebagai persiapan kehidupan sosial yang lebih tinggi. Pada awal masa anak-anak ini disebut juga masa menjelajah karena awal masa anak-anak mengalami perkembangan di seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan dimana anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya dan bagaimana ia dapat menjadi bagaian dari lingkungan. Masa ini di sebut juga dengan masa bertanya karena untuk menjelajahi lingkungan anak mereka sering sekali bertanya untuk mengetahuinya. Yang paling menonjol dalam periode ini adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain, namun walapun demikian masa ini anak lebih menunjukkan kreativitas dalam bermain di banding masa-masa lain dalam kehidupannya.

Awal masa anak-anak adalah masa untuk mempelajari keterampilan tertentu karena pada masa ini anak mau mengulang suatu aktivitas sampai mereka terampil, anak-anak juga bersifat pemberani dan mudah belajar keterampilan tanpa menggangu keterampilan yang sudah ada. Selama masa awal anak-anak, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara dengan alasan lebih mudah diterima sebagai anggota kelompok.

Antara usia dua dan tiga tahun, anak menunjukkan minat yang nyata untuk melihat anak-anak lain berusaha mengadakan kontak sosial dengan mereka. Dengan meningkatnya kemampuan intelektual terutama kemampuan berfikir dan melihat hubungan-hubungan, dengan meningkatnya kemampuan untuk menjelajah lingkungan karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik dan dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata


(53)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

yang dapat dimengerti orang lain, maka pengertian anak tentang orang, benda dan situasi meningkat dengan pesat. Peningkatan pengertian ini timbul dari arti-arti baru yang diasosiasikan dengan arti-arti yang dipelajari selama masa bayi.

Pola kepribadian mulai terbentuk pada masa ini. Dengan berjalannya periode awal masa anak-anak, anak semakin banyak berhubungan dengan teman-teman sebayanya yang membawa pengaruh dalam pembentukan konsep diri anak.

2. Akhir masa anak-anak

Akhir masa anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa ini ditandai oleh kondisi yang mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian soaial anak.

Para ahli psikolog mengatakan bahwa akhir masa anak-anak adalah usia berkelompok dimana tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-teman. Masa ini adalah masa penyesuaian diri. Masa ini disebut juga masa kreatif dan masa bermain, karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain. ( Hurlock, 1993 ).

Akhir masa anak-anak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Keterampilan yang dipelajari anak-anak sebagian pada kesempatan untuk belajar. Pada akhir masa anak-anak ini, ada waktu di mana anak sering mengalami emosi yang hebat. Karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini meningginya emosi


(54)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

menjadi periode ketidakseimbangan, yaitu saat dimana anak menjadi sulit dihadapi. Pada akhir masa anak-anak ini, anak-anak sangat terpukau dengan anggapan bahwa mereka harus menyesuaikan diri dengan standar dalam penampilan, berbicara dan berperilaku seperti yang ditetapkan oleh kelompok. ( Hurlock, 1993 ).

2.3.2 Karakteristik Anak Sekolah

Yang dimaksud dengan anak sekolah menurut defenisi dari WHO (Badan Organisasi Kesehatan Dunia) yaitu golongan yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak berusia antara 7-12 tahun.

Golongan ini mempunyai karakteristik mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan atau norma. Di sinilah variasi individu mulai lebih mudah di kenali seperti pada pertumbuhan dan perkembangan, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi, perkembangan kepribadian, serta asupan makanan (Yatim, 2005).

2.3.3 Pola Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah Dasar

Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan dan gizi yang cukup peka untuk menilai kesehatan anak. Para ahli membedakan antara pertumbuhan dengan perkembangan dimana pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran/organ-organ tubuh. Parameter yang digunakan untuk mengukur kemajuan pertumbuhan yang paling sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan.

Sedang perkembangan adalah suatu proses pematangan (maturity) yang ditandai dengan pertambahan fungsi. Pertumbuhan tidak bisa lepas dari perkembangan, demikian pula sebaliknya. Pertumbuhan dan perkembangan


(55)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

dipengaruhi oleh keturunan (gen), sistem hormon, zat gizi dan lingkungan (Sediaoetama, 1991).

Usia sekolah dasar (7-12 tahun) merupakan puncak pertumbuhan tertinggi kedua setelah usia 0-3 tahun atau disebut dengan “adolescent growth spourt”. Hal ini merupakan hal terpenting dalam pembentukan kualitas fisik orang dewasa. Seiring dengan itu jika dilihat dari kebutuhan zat-zat gizi akan meningkat dengan pesat sehingga suatu kondisi devisiensi atau kekurangan gizi pada usia ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan anak tersebut. Pada dasarnya tidak ada suatu bahan makanan yang lengkap mengandung semua zat makanan dalam jumlah yang mencukupi dalam tubuh, oleh karena itu perlu berbagai bahan makanan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat dipenuhi dalam jumlah yang mencukupi (Sayogo savitri, 1995).

2.3.4 Konsumsi Makanan

Kesehatan sekarang dapat di pengaruhi oleh zat gizi yang di konsumsi. Kualitas dan kuantitas makanan yang di konsumsi ditentukan oleh pola dan tingkat konsumsi seseorang kualitas bahan tersebut menunjukkan keberadaan komponen makanan dan vitamin yang diperlukan tubuh dalam perbandingan yang rasional.

Sementara kuantitas bahan menunjukkan jumlah kebutuhan untuk bahan makanan yang diperlukan oleh setiap tubuh.

Faktor utama penyebab obesitas sebetulnya hanya kelebihan kalori yang di terima oleh tubuh. Di dalam tubuh kelebihan kalori di simpan dalam bentuk lemak. Bila suatu waktu diperlukan cadangan lemak ini akan dipakai. Namun, kelebihan


(1)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

kalau anaknya lincah dan tidak sakit adalah anak yang sehat.

3. Rata-rata informan mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan obesitas anak dari majalah dan teman-temannya. Informan melakukan upaya mengatasi obesitas anak dengan cara yang berbeda-beda, seperti mengatur pola makan anak, sebagian lagi menyuruh olahraga dan ada juga yang mengatakan anak diikutkan program diet. Hanya 1 informan yang mengatakan ada tidak ada hambatan dalam mengatasi obesitas pada anak. Walaupun dari informan sendiri sudah melakukan berbagai upaya mengatasi masalah obesitas, dari penelitian ini masih dijumpai masalah obesitas yang cukup tinggi pada anak usia sekolah dasar.

6.2. Saran

1. Orangtua diharapkan mampu menjadi role-model yang dapat dicontoh anak baik dari perilaku konsumsi makanan, berolahraga dan pemberian uang jajan. 2. Perlu kerjasama antara pihak sekolah dengan petugas kesehatan yang dalam

hal ini adalah dari Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap masalah obesitas pada anak usia sekolah dasar di SD Pertiwi seperti penyelenggaraan seminar, penyuluhan atau diskusi terbuka dengan para orangtua siswa sehingga para orangtua siswa dapat mengetahui informasi mengenai obesitas dengan jelas, bagaimana upaya mengatasi dan pencarian solusi terhadap hambatan-hambatan yang dirasakan para orangtua dalam mengatasinya.


(2)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007


(3)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Andra. Mei 2007. Penyakit pada Anak, Tak Kenal Batas Waktu. Majalah Farmacia. Racikan Utama Vol. 6 No. 10

Foster. A. 2005. Antropologi Kesehatan. Penerbit UI-Press. Jakarta. Hartoyo. E. 2007. Gemuk Belum Tentu Sehat Lho!

Ida, dkk. 2001. Konsumsi Fast Food sebagai Faktor Resiko Obesitas pada Anak SD. http//

Health Banjarmasin Post.http:// www. indomedia.co.id/B Post/online/

Hurlock. E. 1993. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Edisi kelima, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Khomsan. A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Penerbit PT. Grasindo. Jakarta.

Machfoedz, I. 2006. Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan. Penerbit Fitramaya, Yogyakarta.

Mursito. B. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. RINEKA CIPTA. Jakarta.

---, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT. RINEKA CIPTA. Jakarta.

Prijaksono. 2002. Motivasi, http:/ Januari 2007.

Pujiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Balai Penerbit FK. UI. Jakarta.

Pulungan B.A, September 2005. Gemuk, Sehat atau Obesitas. Majalah Anakku Vol. 1/ no.5/. Jakarta.

Purwati, S. 2001. Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rimbawan dan Siagian, A, 2004. Indeks Glikemik Pangan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.


(4)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Sarwono, S. 2005. Sosiologi Kesehatan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sayogo, S,1995. Gizi dan Pertumbuhan Remaja. Info Gizi Vol. IV No.2, Jakarta. Sediaoetama.A.D.1991. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Dian Rakyat.

Jakarta.

Soekirman.2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.

Susanto. D. 1986. Masalah Kebiasaan Jajan Pada Anak Sekolah. Gizi Prima: Buletin Gizi.

Wirrakusumah.E.S. 1994. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Gramedia. Pustaka Utama.

Yanti, E. 2004. Perilaku Ibu terhadap Pemberian Multivitamin pada Anak Balita. FKM-USU. Medan.

Yatim, F. 2005. 30 Gangguan Kesehatan pada Anak Usia Sekolah. Pustaka Populer Obor. Jakarta.


(5)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

PEDOMAN WAWANCARA I. Informan

A. Karakteristik Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Pendapatan per bulan : B. Karakteristik Anak

Nama :

Umur :

Berat badan : Tinggi badan :

Anak Ke :

Berat badan lahir :

Kelas :

II Daftar Pertanyaan A. Pengetahuan

1. Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan berat badan ideal? 2. Menurut ibu apakah obesitas pada anak itu?

Probing : - Sejak kapan diketahui

- Darimana saja ibu mendengar/ diketahui

3. Menurut ibu faktor- faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya obesitas pada anak?

Probing : - Keluarga

- Energi yang rendah - Hormon

- Keturunan - Emosi - Gaya hidup

- Konsumsi makanan - Uang jajan

4. Menurut ibu bagaimana upaya mengatasi terjadinya obesitas pada anak? Probing : - Mengana melakukan

- Sejak kapan dilakukan - Pola makan

- Aktivitas


(6)

Lidia marpaung. Perilaku ibu terhadap obesitas pada anak usia sekolah dasar sd pertiwi kecamatan Medan Barat tahun 2007

USU Repository©2009

Probing : - jenis penyakit - Psikologis - Aktivitas anak

- Resiko terhadap perkembangan - Prestasi anak di sekolah

6. Menurut ibu bagaimanakah ciri-ciri anak yang mengalami obesitas? Probing : - keluarga

- Sekolah

- Petugas kesehatan

7. Menurut ibu siapa saja yang berperan dalam mengatasi masalah obesitas anak usia sekolah dasar?

B. Sikap

1. Bagaimana tanggapan ibu terhadap masalah obesitas pada anak usia sekolah dasar?

2. Bagaimana tanggapan ibu terhadap informasi-informasi yang berkaitan dengan obesitas pada anak?

3. Bagaimana tanggapan ibu terhadap peranan orang tua, sekolah dan petugas kesehatan terhadap upaya mengatasi obesitas pada anak usia sekolah dasar? 4. Bagaimana sikap ibu terhadap adanya komplikasi penyakit yang diakibatkan

oleh obesitas pada anak?

5. Bagaimana tanggapan ibu terhadap masalah obesitas pada anak yang mengganggu prestasi anak di sekolah?

6. Bagaimana pendapat ibu terhadap pernyataan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat?

C. Tindakan

1. Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan kesehatan anak ibu Probing : - Jika ya kapan, dimana, berapa biayanya

- Jika Tidak, Mengapa

2. Apakah ibu mau mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan masalah obesitas anak, khususnya bagi anak usia sekolah dasar?

Probing : - Jika Ya, kapan dan darimana - Jika Tidak, Mengapa

3. Apa tindakan ibu bila anak tidak peduli terhadap masalah berat badannya? 4. Apa saja usaha yang ibu lakukan dalam upaya mengatasi obesitas pada anak

usia sekolah dasar?

Probing : - Cara mengatur pola makan

- Mengajarkan informasi tentang gizi

5. Hambatan-hambatan apa yang ibu rasakan dalam upaya mengatasi obesitas anak usia sekolah dasar?