Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Sunda Dalam Asimilasi dengan Masyarakat Setempat di Desa Babussalam Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/Paradigma Kajian
Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma
konstruktivis. Paradigma ini merupakan pendekatan teoritis untuk komunikasi
yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya.
Paradigma konstruktivis menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan
bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya.
Menurut paradigma ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang
kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang
melihat sesuatu (Morissan, 2009:107)
Konstruktivis menoleh kepada pandangan positivisme yang memisahkan
subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak
lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan
dipisahkan dari subjek sebagai penyampaian pesan. Konstruktivisme justru
menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta
hubungan – hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol
terhadap maksud – maksud tertentu dalam setiap wawancara.
Paradigma ini menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan
beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan

diri individu namun harus disaring melalui cara pandangan orang terhadap realitas
tersebut. Teori konstruktivisme dibangun berdasarkan teori yang ada sebelumnya,
yaitu konstruksi pribadi atau konstruksi personal (personal construct) oleh George
Kelly. Ia menyatakan bahwa orang memahami pengalamannya dengan cara
mengelompokkan berbagai peristiwa menurut kesamaannya dan membedakan
berbagai hal melalui perbedaannya (Littlejohn 2009: 108).
Paradigma ini menunjukkan dimana kebenaran suatu realitas sosial dilihat
sebagai konstruksi sosial dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif.
Paradigma konstruktivisme ini berada di dalam perspektif interpretivisme (
9
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

penafsiran) yang terbagi ke dalam tiga jenis yakni interaksi simbolik,
fenomenologis, dan hermeneutik. Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial
merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurtu paradigma ini realitas
sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan kepada semua
orang. Konsep konstruktivis diperkenalkan oleh sosiolog interpretative Peter L.
Berger bersama Thomas Luckman. Dalam konsep kajian komunikasi, paradigma

ini bisa disebut berada diantara teori fakta sosial dan definis sosial (Eriyanto
2004:13)
Paradigma konstuktivisme yang ditelusuri oleh pemikiran Weber, menilai
perilaku manusia secara fundamental berada dengan perilaku alam, karena
manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi realitas mereka, baik itu
melalui pemberian makna maupun pemahaman perilaku menurut Weber,
menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya
dilihat dari penilaian objektif saja tetapii juga dilihat dari tindakan perorangan
yang timbul dari alasan – alasan subjektif. Weber juga melihat bahwa tiap
individu akan memberian pengaruh dalam masyarakat.
Paradigma ini dipengaruhi oleh perspektif interaksi simbolis dan
perspektif structural fungsional. Perspektif intekasi simbolis ini mengatakan
bahwa manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan respon terhadap stimulus
dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang
sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.
Realitas

sosial

itu


memiliki

makna

manakala

realitas

sosial

tersebut

dikonstruksikan dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain, sehingga
memantapkan realitas itu secara objektif (Weber, 2006;56).
Paradigma konstruktivis berbasis pada pemikiran umum tentang teori –
teori yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritis aliran konstruktivis. Littlejohn
bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikontruksi melalui proses interaksi
dalam kelompok , masyarakat, dan budaya (Wibowo, 2011:27).


10
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

2.2 Kajian Pustaka
2.2.1

Komunikasi
Secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini, yang
terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Menurut Ruben dan Steward
komunikasi adalah “SutinaHuman Communication is the process through which
individuals in relationships, group,organizations and societes respond to and

create message to adapts to the envrionment and one another.” (Komunikasi
manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu
hubungan,kelompok, organisasi, dan masyarakat yang merespon dan menciptkan
pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Menurut paradigma Harold lasswell (dalam

cara terbaik untuk

menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut:
“Who Says What In Which Channel To Whom with What Effect?”
Paradigma Laswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu (Hafied Cangara
2012:46):
1. Komunikator : (communicator, source,sender )
2. Pesan

: (Message)

3. Media

: (Channel, Media )

4. Komunikan


: (Communicant, Communicatee, receiver, dan

5. Efek

: (Effect,Impact,Influence )

recipient )

Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator melalui media yang menilbulkan efek tertentu. Pada
hakikatnya komunikasi adalh proses penyampaian pikiran atu perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran tersebut dapat
merupakan gagasan, informasi,opinin, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Sedang Hovland (Hovland 1953:181) merumuskan komunikasi sebagai
proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang
(biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku
orang lain (communicate) (Hovland 1953:181). Dari defenisi tersebut dapat
11
Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

diketahui bahwa ilmu komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan sikap dan
pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang
kepada orang lain. (Effendy, 2009: 9 -10).

2.2.1.1 Strategi Komunikasi
Strategi menurut Thompson (dalam Oliver 2007:2) adalah “sebagai cara
untuk mencapai sebuah hasil akhir yang menyangkut tujuan dan sasaran organisasi.”
“Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakantindakanyang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya
adalah kemenangan” Wikipedia (2012).
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi
harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. (Onong Uchjana 2004:29)
Demikian pula strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan
komunikasi

(communication


planning)

dan

menejemen

komunikasi

(communication management) untuk mencapai satu tujuan. Untuk mencapai satu
tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan
(approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi.
Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi harus
didukung oleh teori. Karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan
pengalaman yang sudah diuji kebenarannya.
Secara terminologis strategi memiliki arti yang multidimensional. Dalam
praktik sehari–hari strategi biasanya disamakan dengan “siasat” dan “taktik”.
Strategi digunakan seseorang untuk menjelaskan suatu takti, siasat, maupun kiat.
Sedangkan didalam artikel yang berjudul “what is strategi?” Michael Porter (1996)
menegaskan bahwa kata strategi mengandung cakupan makna yang sangat luas.

Ada delapan makna strategi seperti yang telah dijelaskan oleh Michael Porter yakni:
1. Penentuan tujuan jangka panjang, program kerja, dan alokasi sumberdaya.
2. Penentuan aspek keunggulan organisasi.
12
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

3. Penentuan tugas manajerial.
4. Pola pengambilan keputusan yang saling mengikat.
5. Penentuan imbalan, baik ekonomis maupun non – ekonomis kepada
stakeholder.

6. Pernyataan keinginan strategis.
7. Sasaran untuk mengembangkan kompetensi inti organisasi.
8. Upaya mengalokasikan sumberdaya untuk mengembangkan keunggulan
daya saing yang berkelanjutan atau berkesinambungan.
Strategi komunikasi yang dijelaskan oleh Ronald D. Smith (2005 : 3)
berkaitan dengan beberapa aspek seperti:
1. Semakin besar peran manajerial dari sebuah organisasi

2. Pemecahan masalah atau problem solving
3. Pengambilan keputusan atau decision making
4. Memanfaatkan peluang atau exploit opportunities
5. Persuasif atau ajakan untuk membangun kesepahaman dan mendukung
ide–ide yang diajukan
Di dalam sebuah organisasi seperti YTI, strategi komunikasi yang
dirumuskan akan sangat dipengaruhi oleh aliran informasi dalam organisasi.
R.Wayne Pace dan Don F. Faules (2000 : 170 – 171) mengatakan bahwa proses
aliran informasi merupakan proses yang rumit. Apa yang dikemukakan dalam
struktur bisa saja bukan sesuatu yang sebenarnya terjadi. Karena pada
kenyataannya informasi atau pesan tidak mengalir secara harfiah. Maksudnya
ialah informasi atau pesan tidak bergerak. Tetapi yang terlihat adalah bagaimana
suatu pesan disampaikan kepada individu atau komunikan, interpretasi
penyampaian pesan tersebut, dan bagaimana penciptaan pesan lainnya.
Penciptaan, penyampaian, dan interpretasi pesan merupakan proses yang
mendistribusikan pesan-pesan ke seluruh organisasi. Dapat dikatakan bahwa
aliran informasi dalam suatu organisasi adalah suatu proses dinamik. Pada proses
ini pesan diciptakan, ditampilkan, dan diinterpretasikan secara tetap dan
berkesinambungan.


13
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Tahapan-tahapan Startegi Komunikasi
Untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, dalam proses strategi
komunikasi terdapat beberapa tahapan-tahapan dalam prosesnya, di antaranya
yaitu:
1. Perumusan Strategi
Dalam perurumusan strategi, konseptor

harus

mempertimbangkan

mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan
kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan
startegi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan.
“Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang
terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan,
kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan
serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang
dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.”
(Murtopo 1978 : 8)
2. Implementasi strategi
Setelah merumuskan dan memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah
berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam
tahapan pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan
komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi.
“Dalam pelaksaan strategi yang tidak menerapkan komitmen dan
kerja sama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan
analisis strategi hanaya akan menjadi impian yang jauh dari
kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan
pengorganisasian sumber daya yang ditampakan melalui penetapan
struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalanakan
bersama budaya perusahaan dan organisasi.”
3. Evalusi Strategi.
Tahap akhir dari menyusun strategi

adalah “evaluasi

implementasi

strategi, evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah
dicapai dan dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya.
Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan

dilaksanakan

kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperluakn untuk
menentukan sasaran yang dinyatakan telah tercapai”
14
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Ada tiga macam langkah dasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu:
a. Meninjau faktot-fakor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi. Adanya perubahan yanag ada akan menjadi satu hambatan
dalam pencapaian tujuan, begtitu pula dengan faktor internal yang
diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implemenatasi yang buruk
dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.
b. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan).

Prosesnya

dapat

dilakukan

dengan

menyidiki

penyimpanan dari rencana, evaluasi prestasi individual dan menyimak
kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan.
Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus mudah diukur dan mudah
dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada
kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi.
c. Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi
sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti yang ada
ditinggalkan atau merumuskan strategi baru. Tindakan korektif
diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan hasil yang
dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan. (David, 2002 :3)

2.2.1.2 Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu kegiatan yang memiliki dampak besar bagi
masyarakat umum. Sosialisasi juga sangat berpengaruh terhadap pribadi
seseorang. Kepribadian seseorang bergantung kepada bagaimana ia berinteraksi
dan bersosialisasi dengan orang–orang disekelilingnya. Sosialisasi merupakan
salah satu cara bagi para indvidu untuk saling menukar informasi atau pesan satu
sama lain. Ketika seseorang mendapatkan suatu informasi baru tentang suatu hal
maka akan dua hal yang dilakukannya, yaitu dia akan menerima informasi baru
dan menerapkannya tapi juga ia dapat menolak informasi tersebut. Dalam konteks
ini pertukaran informasi berupa informasi atau pesan kesehatan. Sosialisasi adalah
kegiatan penyebarluasan informasi (program, peraturan, atau kebijakan dari satu
pihak kepihak lain atau masyarakat umum dan proses pemberdayaan, dimana
15
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kritis, menumbuhkan perubahan sikap
dan perilaku masyarakat.( httapi://www.P2Kp.org/about.as)) Dalam konteks ini
diharapkan dengan adanya kegiatan sosialisasi masyarakat akan lebih peduli
dengan hidup sehat yang baik dan benar. Pada saat sosialisasi dilakukan
diharapkan menerapkan beberapa pendekatan yang berdasarkan oleh perbedaan
khalayak sasaran, pendekatan yang dilakukan, diharapkan bisa membangun
keterlibatan masyarakat melalui pertukaran pengalaman, pengetahuan dan
pemahaman untuk menemukan kesepakatan – kesepakatan bersama yang berpijak
pada kesetaraan kesadaraan kritis dan akal sehat.
Sosialisasi merupakan kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh
seseorang, organisasi atau lembaga tertentu untuk memberitahu atau menyebarkan
suatu informasi penting untuk diketahui oleh masayarakat umum atau kalangan
tertentu. Dalam hal ini sosialisasi yang dilakukan adalah sosialisasi yang erat
kaitannya dengan kesehatan. Sosialisasi yang diharapkan mampu menambah
pengetahuan yang diperuntukkan bagi masyarakat melalui penyebaran pesan.
Pesan atau ide yang disampaikan merupkan pesan–pesan yang masih minim
diketahui oleh masyarakat sehingga perlu seseorang, organisasi atau lembaga
untuk menyampaikannya kepada masyarakat.

2.2.2

Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan merupakan suatu teori yang sangat populer atau

sangat dikenal dengan baik dalam kegiatan promosi kesehatan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan fungsi utama komunikasi kesehatan dalam pemenuhan 219
dari 300 tujuan khusus dalam healthy people 2010. Komunikasi kesehatan akan
berjalan dengan baik jika menggunakan strategi yang tepat. Komunikasi
kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku karena didasarkan pada
psikologi sosial, pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan pemasaran untuk
mengembangkan dan menyampaikan promosi kesehatan dan pesan–pesan
pencegahan. Komunikasi kesehatan berawal dari adanya perkembangan
komunikasi kesehatan itu sendiri yang disusun oleh National Cancer Instite (NCI)
dan diberi judul Making health communication programs work: A planner’s
16
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

guide, panduan ini menyatakan bahwa bidang ilmu sperti pendidikan kesehatan,

pemasaran sosial dan komunikasi massa secara bersama mendefinisikan
kesehatan, pemasaran sosial dan komunikasi massa secara bersama–sama
mendefinisikan komunikasi kesehatan. Everett Rogers mengartikan komunikasi
kesehatan sebagai segala jenis bentuk komunikasi yang berhubungan dengan
kesehatan.
Komunikasi kesehatan adalah upaya sistematis yang secara positif
mempengaruhi prakti-praktik kesehatan populasi-populasi besar. Sasaran utama
komunikasi

kesehatan adalah melalukan perbaikan kesehatan yang berkaitan

dengan praktik dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi di dalam ilmu
kesehatan memiliki keterlibatan yang sangat kental dalam mengubah perilaku
kesehatan melalui program-program komunikasi.
Komunikasi kesehatan yang efektif merupakan suatu kombinasi antar seni
dan ilmu. Setidak tidaknya, salah satu dari kunci-kunci keberhasilan adalah
penerapan metodologi komunikasi kesehatan yang ilmiah serta sistemastis bagi
masalah-masalah kesehatan masyarakat. Meskipun pada kenyataanya strategi
komunikasi HealthCom pada satu negara berbeda secara mecolok dengan strategi
di negara-negara lain, namun metodologi yang digunakan adalah sama aja dan
sama-sama penting bagi penyusun perogram program kounikasi yang benar-benar
mencerminkan kebutuhan dan konteks kultural di tiap-tiap negara. Komunikasi
kesehatan memiliki peranan nyata dalam upaya mengubah perilaku yang berkaitan
dengan kelangsungan hidup masyarakat.
Komunikasi kesehatan didefinisikan sebagai “modifikasi perilaku manusia
serta faktor-faktor sosial yang berkaitan dengan perilaku yang secara langsung
maupun tidak langsung mempromosikan kesehatan mencegah penyakit atau
melindungsi individu-individu terhadap bahaya. Berakar pada bidang pendidikan
dan penyuluhan kesehatan, maka komunikasi kesehatan sangat dipengaruhi oleh
psikologi, komunikasi dan berbagai displin ilmu perilaku yang lain.
Di

dalam

buku

Health

Communication,

komunikasi

kesehatan

didefinisikan sebagai berikut:

17
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

“Health communication is a multifaceted and multidisciplinary
approach to reach diffrent audiences and share health-related
information with the goal of influencing, engaging, and supporting
individuals, communities, health Professionals, speial groups,
policymakers and the public to champions, introduce, adopt, or
sustain a behavior, practice, or policy that will ultimately improve
health outcomes.”
Yang mana dapat diartikan sebagai komunikasi kesehatan yang memiliki
pendekatan multifaset dan multidisplin untuk mencapai audiens yang berbeda dan
berbagai informasi kesehatan terkait dengan tujuan mempengaruhi, terlibat dan
mendukung individu, komunitas, Profesional kesehatan, kelompok khusus,
pembuat kebijakan dan masyarakat yang sejahtera, memperkenalkan, mengadopsi
atau mempertahankan perilaku, praktek atau kebijakan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesehatan masyarakat. (schiavo,2007:7)
Komunikasi
nomor

23

tahun

pengembangan

kesehatan
1992

sistem

dilandasi

pasal

informasi

63

oleh

undang-undang

yang berisi

kesehatan

bagaimana

yang

baik

Kesehatan
pentingnya

untuk

dapat

menunjang sepenuhnya pelaksanaan manajemen dan upaya kesehatan dengan
menggunakan

teknologi

untuk

meningkatkan

administrasi

(httapi://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1992_23.pdf).

kesehatan.
Didalam

undang–undanga tersebut juga dikatakan bahwa kesehatan merupa salah satu
unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita–cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang–undang dasar 1945.
Pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan,
yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manuusia
Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional Indonesia
seutuhnya. Dengan dasar inilah komunikasi kesehatan sangat penting dalam
bidang ilmu kesehatan. Informasi kesehatan harus dapat tersampaikan kepada
publik dengan baik dan efektif. Sehingga tercapai kesehatan yang maksimal bagi
seluruh masyarakat.
Komunikasi kesehatan juga dapat dikatakan sebuah pendekatan yang
beragam dan multidisplin untuk mencapai buat kebijakan dan masyarakat untuk
juara, memeperkenalkan, mengadopsi atau mendukung perilaku, praktek atau
18
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

kebijakan yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil kesehatan atau mekanisme
dimana pesan-pesan kesehatan dikomunikasi dari para pakar di bidang kesehatan
medis dan masyarakat untuk orang-orang yang dapat dibantu dengan pesan-pesan ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi kesehatan adalah suatu proses
komunikasi atau serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan
serta berkaitan satu sama lain dalam kurun waktu tertentu. Sebagai proses
komunikasi tidak statis tapi dinamis dalam arti akan mengalami perubahan secara
terus menerus.
Komunikasi kesehatan memiliki beberapa komponen yakni:
1. Pesan adalah orang atau lembaga yang menyampaikan pesan
2. Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikasi bias berupa
masyarakat maupun lemabaga tertentu yang bertanggung jawab atas
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
3. Media adalah sarana atau saluran yang mendukung proses penyamapaian
pesan. Media dimaksud maupun elektronik yang dahulu biasa dilakukan
dengan kegiatan penyuluhan
4. Efek adalah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh pesan. Efek atau
dampak ialah nilai ketercapaian kita dalam penyampaian pesan. Nilai baik
maupun sebaliknya tergantung cara kita dalam menyampaikan pesan
tersebut.
Komunikasi kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku
karena didasarkan pada psikologi sosial, pendidikan kesehatan, komunikasi
massa, dan pemasaran untuk mengembangkan dan menyampaikan promosi
kesehatan dan pesan pencegahan. Komunikasi kesehatan diperlukan dibidang
kesehatan

karena

komunikasi

dalam

kesehatan

merupakan

pencapaian

peningkatan tarap atau tingkat kesehatan masyarakat. Sejauh ini komunikasi
senantiasa berkembangnya dunia teknologi komunikasi. Komunikasi yang
dulunya biasa dilakukakan dengan penyuluhan yang secara langsung berhadapan
dengan masyarakat dan dilakukan dengan media audio/radio sekarang lebih
populer dengan penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media
internet maunpnu media cetak dan eletronik.
19
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi juga memiliki tujuan dalam prosesnya. Tujuan komunikasi
kesehatan terbagi dua yakni: (liliweri 2013:52-53)
1. Tujuan Strategis
Pada umumnya, program – program yang berkaitan dengan komunikasi
kesehatan yang dirancang dalam bentuk paket acara atau paket model itu
dapat berfungsi untuk:
a. Relay information
Meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada pihak lain
secara berankai (hunting)
b. Enable informed decision making
Memberikan informasi akurat untuk memungkinkan pengambilan
keputusan
c. Promote peer information exchange and emotional support
Mendukung pertukaran informasi pertama dan mendukung secara
emosional pertukaran informasi kesehatan
d. Promote self – care
Memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri
e. Manage demand for health services
Memenuhi permintaan layanan kesehatan
2. Tujuan Praktis
Menurut Taibi Kahler (Kahler Communications), Washington, D.C
Courses Process Communication Model, 2003) , sebenarnya secara praktis

tujuan khusus komunikasi kesehatan itu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan agar dapat:
a. Meningkatkan pengetahuan yang mencakup:
1) Prinsip–prinsip dan proses komunikasi manusia
2) Menjadi

komunikatior

yang

memiliki

etos,

patos,

logos,

kredibilitas dan lain–lain
3) Menyusun pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi
kesehatan
4) Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan
20
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

5) Menentukan segmen komunikan yang sesuai dengan konteks
komunikasi kesehatan
6) Mengelola umpan balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai
dengan kehendak komunikatior dan komunikan
7) Mengelola hambatan–hambatan dalam komunikasi kesehatan
8) Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan
9) Prinsip- prinsip riset
10) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi efektif.
b. Praktis berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi,
negosiasi, menyelesaikan konflik, menulis, membaca, wawancara,
menjawab pertanyaan, argumentasi dan lain-lain
c. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi
d. Berkomunikasi yang menyenangkan dan empati
e. Berkomunikasi dengan kepercayaan pada diri
f. Menciptakan kepercayaan publik dan pemberdayaan publik
g. Membuat pertukaran gagasan dan informasi makin menyenangkan
h. Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik.

2.2.3

Model Kepercayaan Kesehatan (Health Believe Model)
Health belief model atau disebut juga dengan HBM dikembangkan

pertama kali tahun 1950-an oleh seorang psikologi sosial di layanan kesehatan
publik AS yaitu dimulai dengan adanya kegagalan pada program pencegahan dan
pencegahan penyakit (Hocbaum 1958, Rosenstok 1960.1974).
Model kepercayaan kesehatan (HBM) adalah sebuah bentuk perilaku
dimana seseorang memberikan penilaian dan penjabaran terhadap kesehatan dari
segi sosio-psikologis. Sedangkan perilaku adalah respon individu terhadap suatu
stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik,durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa
interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang seseorang tidak sempat
memikirkan penyebab menerapkan perilaku tertentu.
21
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya HBM dipelajari sebagai perilaku terhadap gejala gejala sakit
yang terdiagnos terutama terhadap proses pencarian penyembuhan. Sebelumnya
Witson pada tahun 1925 mengembangkan teori yang dinamakan sebagai teori S-R
atau stimulus rangsangan yang menyatakan bahwa semua yang terjadi (perilaku)
diakibatkan karena adanya penguatan (reinforcement, Kemudian Skiner (1928)
menguakkan bahwa setiap perilaku yang mendapatkan ganjaran memungkinkan
atau mengulangi perilaku tersebut (reasoning and thinking).
Model kepercayaan kesehatan sangat dekat dengan bidang pedidikan
kesehatan. Model ini menganggap bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi
dari pengetahuan maupun sikap. Secara khusus model ini menegaskan bahwa
persepsi seorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat
mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku perilaku kesehatannya.
(Rosenstock 1974-1977)
Menurut model kepercayaan kesehatan perilaku ditentukan oleh apakah
seseorang: (1) percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu;
(2) menganggap masalah ini serius; (3) meyakini efektifitas tujuan pengobatan
dan pencegahan; (4) tidak mahal; dan (5) menerima anjuran untuk mengambil
tindakan kesehatan.
Model kepercayaan kesehatan ini dikembangkan pada tahun 50an dan
didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis.
Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada
program tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Model
kepercayaan kesehatan didasarkan pada tiga faktor esensial:
1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari
suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah
perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan kepribadian dan lingkungan individu serta pengalaman berhubungan
dengan sarana dan petuagas kesehatan.
22
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman dan adanya kepercayaan bahwa
perubahan perilaku akan memberikan keuntungan.
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri
yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian indvidu terhadap perubahan
yang ditawarkan, interaksi dengan petugas keseahtan yang merekomendasikan
perubahan perilaku dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
Model kepercayaan kesehatan memperkirakan perilaku sebagai hasil
keyakinan/kepercayaan yang merupakan persepsi individu terhadap:
1. Susceptibility to illness (Kepercayaan tetang kerentanan terhadap penyakit)
Merupakan persepsi seseorang tentang resiko terkena penyakit.
2. The severity of the illness (Kepercayaan tentang keparahan penyakit)
Persepsi seseorang tentang tingkat keparahan suatu penyakit akibat
perilaku tertentu.
3. The cost involved in carrying out the behaviour (Pengorbanan yang
dikeluarkan untuk berubah perilakunya)
Pengerbonan yang dikeluarkan tidak hanya finansial tapi juga hal-hal yang
bersifat psikologis seperti khawatir, malu, rasa sakit, dll.
4. The benefits involved in carrying out the behavior (Persepsi tentang
manfaat yang dirasakan jika berubah perilakunya)
Seseorang tidak akan menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan
kepadanya kecuali bila ia yakin bahwa tindakan tersebut dapat mengurangi
ancaman penyakit atau menguntungkan.
5. Cues to action (Isyarat terhadap tindakan)
Mempengaruhi seseorang dalam mendapatkan pengertian yang benar
tentang kerentanan, kegawatan, dan kerugian dari tindakan pencegahan
dan pengobatan yang dilakukan, bisa berasal dari faktor internal dan
eksternal.
6. Cues to action: Internal and External

23
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Manfaat model kepercayaan kesehatan ini digunakan untuk untuk
meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Model kepercayaan kesehatan
merupakan model kognitif yang berarti bahwa khususnya proses kognitif
dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Menurut model kepercayaan kesehatan
kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara
langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman
yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian.
Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada
ketidakkebalan yang merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat
mengembangkan masalah kesehatan menurut kondisi mereka. Keseriusan yang
dirasakan orang-orang yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyakit
tersebut apabila mereka mengembangkan masalah kesehatan mereka atau
membiarkan penyakitnya tidak ditangani.
Penilain kedua yang dibuat adalah antara keuntungan dan kerugian dari
perilaku dalam usakan untuk memutuskan tindakan pencegahan atau tidak yang
berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai ancaman,seperti check up
untuk pemeriksaan awal dan imunisasi
Penilaian ketiga yaitu petunjuk berperilaku sehat. Hal ini berupa bebagai
informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan. Contohnya media
massa, promosi kesehatan dan nasihat orang lain atau teman (Maulana, 2009).

2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu orientasi sederhana terhadap hal yang
akan diteliti. Kerangka tersebut merumuskan suatu model terperinci dari masalah
yang ada beserta pemecahannya. Dalam pengertian ini, kerangka pemikirannya
adalah sebagai berikut:
Strategi Komunikasi
YTI
1. Perumusan
strategi dan
Implementasi
strategi
2. Evaluasi akhir

Komunikasi Kesehatann

Tingkat Kesadaran
masyarakat kota
Medan terhadap
Thalasemia dan
Skrining test

24
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Masyarakat Batak Toba Di Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang (1954-1990)

1 145 88

Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

3 83 104

PROSES KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MASYARAKAT PENDATANG DENGAN MASYARAKAT LOKAL DI KABUPATEN SUBANG (Studi Pada Masyarakat Pendatang Desa Pusakaratu Kecamatan Pusakanagara Kabupaten Subang)

8 55 15

Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Sunda Dalam Asimilasi dengan Masyarakat Setempat di Desa Babussalam Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara

0 20 103

Wisata Berbasis Masyarakat Studi Kasus Desa Simonis Kabupaten Labuhanbatu Utara

1 11 112

Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Sunda Dalam Asimilasi dengan Masyarakat Setempat di Desa Babussalam Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara

0 0 14

Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Sunda Dalam Asimilasi dengan Masyarakat Setempat di Desa Babussalam Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara

0 0 1

Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Sunda Dalam Asimilasi dengan Masyarakat Setempat di Desa Babussalam Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara

0 0 8

Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Sunda Dalam Asimilasi dengan Masyarakat Setempat di Desa Babussalam Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara

0 0 3

BAB II KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM MENINGKATKAN KERUKUNAN A. Komunikasi Antarbudaya 1. Pengertian Komunikasi Antarbudaya - KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM MENINGKATKAN KERUKUNAN MASYARAKAT ISLAM PADA APARATUR KECAMATAN BEKRI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH - Raden

0 1 32