Wisata Berbasis Masyarakat Studi Kasus Desa Simonis Kabupaten Labuhanbatu Utara

(1)

Wawancara “Wisata Berbasis Masyarakat Studi Kasus Desa Simonis”

Dengan ini saya meminta kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner ini. Adapun ini merupakan kebutuhan pengumpulan data untuk menyelesaikan tugas skripsi dan mata kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan2 di Jurusan Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Peneliti : Wika Candra Kasih

Pokok Pembahasan : Potensi Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Pengembangan Sumber Daya Potensial Desa Tujuan wawancara : Menemukan gambaran pemikiran dan daya

dukung masyarakat desa untuk terlibat dalam perencanaan pengembangan desa menjadi daerah tujuan wisata

DATA RESPONDEN

Nama : ... Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur : 18-25 tahun 26-40 tahun 41-55 tahun >55 tahun Pendidikan : SD/Sederajat SMP/Sederajat

SMA/Sederajat Diploma/Sederajat S1

Pekerjaan : Petani/Pekebun Tukang Berdagang Tidak Bekerja Lain-lain

(Mohon Sebutkan : ... ) Sebagai Petani/Pekebun : Kelapa Sawit Karet

Lainnya

(Sebutkan : ... ) Status Kepemilikan Lahan : Milik Pribadi Milik Orang Lain 1.Apakah anda menginginkan desa tempat tinggal anda sebagai tujuan wisata?

a. Ya, saya ingin desa ini sebagai tujuan wisata

b. Saya tidak menginginkan desa ini sebagai tujuan wisata

2. Apakah anda berkenan untuk terlibat dalam meningkatkan pariwisata di desa ini?

a. Bersedia b. Tidak Bersedia

3. Apa motivasi anda ikut berpartisipasi dalam meningkatkan pariwisata di desa ini?

a. Apabila potensi daerah desa dikembangkan

b. Apabila pengembangan pariwisata tersebut meningkatkan pemasukan keluarga

c. Apabila tingkat ekonomi masyarakat lokal menjadi lebih berkembang dari sebelumnya


(2)

b. Program yang memberi keuntungan untuk saya dan masyarakat desa

5. Apakah anda menginginkan pertanian/perkebunan sebagai sumber mata pencaharian anda untuk kedepannya?

a. ya, sebab pertanian/perkebunan memberikan penghasilan yang menjanjikan untuk kedepannya.

b. tidak, sebab penghasilan yang diperoleh tidak mencukupi

6. Apa yang anda yakini bila desa anda dijadikan sebagai tujuan wisata?

a. produk lokal dari desa akan banyak dijual kepada pengunjung yang datang b. terbukanya peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal.

7. Apakah anda siap dengan perubahan yang akan terjadi untuk keadaan lingkungan dan sosial budaya di desa ini?

a. Tidak masalah sebatas perubahan yang terjadi secara fisik untuk lingkungan tempat tinggal

b. Setuju apabila terjadi perbaikan dalam bentuk apapun.

8. Apakah anda bersedia apabila ada pihak lain dari luar untuk memahami dan meneliti tentang daerah tempat tinggal anda sekarang?

a. Saya siap menerima pihak lain b. Saya tidak bersedia ada pihak lain

9. bagaimana pendapat anda bila desa anda dikembangkan dengan menerapkan program pelestarian lingkunga?

a. Mendukung

b. Tidak paham mengenai program pelestarian lingkungan

10. Apakah pendapatan di desa ini cukup untuk anda memenuhi seluruh kebutuhan hidup?

a. Ya, cukup b. Tidak cukup


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W., Astuti, D. W. & Syarifudin, D. (2015). Contribution of Community-Based Development Toward Environment Improvement As an Effort of Poverty Alleviation. Journal of Procedia – Social and Behavioral Sciences, 179, 250-257.

Damanik J. & Weber H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata, Dari Teori Keaplikasi. Yogyakatra: Pusat Studi Pariwisata UGM dan Andi

Daim, M. S., Bakri, A. F., Kamarudin, H. & Zakaria, S. A. (2012). Being Neighbor to A National Park: Are We Ready for Community Participation?. Journal of Procedia Social and Behavioral Sciences, 36, pp. 214;219.

Devarani, L. & Basu, D. (2009). Participatory Wetland Management in Loktak Lake: A Road to Sustainable Development. Journal of Crop and Weed, 5(1), 178-190

Diniz, S. R., Falleiro, S. P. & Barros, M. M. D. (2014). A Study of The Gendered Perception of Tourism in Coastal Goa, India. Journal of Researchers World – Journal Of Arts, Science &Commerce, 5(4), 160-171

Fandeli, C. & Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: UI-PRESS


(4)

Ismail, W. A. W. & Said, I. (2015). Integrating the Community in Urban Design and Planning of Public Spaces: A review in Malaysian Cities. Journal of Procedia Social and Behavioral Sciences, 168, pp. 363.

Muljadi, A.J. 2010. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Rajawali Pres Marpaung. H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta Marpaung, H. & Bahar, H. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta M. O. Y. Beny. 2015. Suatu Kajian Ilmiah Mengenai Strategi Komunikasi Di

Suatu Kampung. Medan: Program Studi Magister Teknik Arsitektur USU Pendit, N.S. 2003. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT.

Pradnya Paramita

Prabhakaran, S., Nair, V. & Ramachandran, S. (2014). Community Participation in Rural Tourism: Towards A Conceptual Framework. Journal of Procedia Social and Behavioral Sciences, 144, 290–295.

Ross, G.F. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Said, H. M. (2011). Promoting Community Based Tourism In Bajau Laut Community In Kampung Pulau Gaya, Sabah. Ersiti Tun Abdul Razak E-Journal, 7(2), 46-57.

Sinulingga.S.2012. Metode Penelitian. Medan: USU Press

Spillane, J. 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Wahab, Salah. (1975). Tourism Management (hal.55). London: Tourism International Press


(5)

Warpani, S. P. & Warpani, I. P. 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB

Wester, M. (2009) Cause and Consequences of Crises: How Perception Can Influence Communication. Journal of Article In Journal Of Contingencies And Crisis Management, 17(2), 118 -125.

WTO (1993) Sustainable Tourism Development: A Guide for Local Planners, Madrid: World Tourism Planners

Yoeti,Oka.A.1985.Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandunng:Angkasa

Yoeti,Oka.A.1995.Tour Travel Management.Jakarta:PT Pradnya Paramita Yoeti,Oka.A.1996. Anatomi Pariwisata. Bandung: Angkasa

Yoeti,Oka.A.2005.Perencanaan Strategi Pemasaran, Derah Tujuan Wisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita

Website : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Labuhanbatu_Utara. Website : http://labuhanbatuutarakab.go.id

Website : http://mengakubackpacker.blogspot.co.id Website : http://gunung leuser.or.id


(6)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif, hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan Sinulingga (2012), bahwa tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk mendeskripsikan secara faktual dan akurat fakta serta yang terjadi dalam penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan yaitu terkait sumber daya potensial yang terdapat di Desa Simonis serta gambaran pemikiran masyarakat untuk terlibat dalam upaya pengembangan pariwisata di desa. Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dimana data yang akan dikumpulkan bersifat kualitatif.

Penelitian ini juga dikatagorikan sebagai penelitian survei, dimana data-data yang diperlukan akan dikumpulkan melalui wawancara dengan pihak pemerintahan kabupaten yang memiliki wewenang dan tanggungjawab dalam pembangunan daerah, pihak pemerintahan desa yang berwenang, tokoh masyarakat, dan masyarakat desa setempat juga melakukan observasi langsung pada kawasan kajian.

3.2 Data Penelitian

Adapun dalam melakukan identifikasi terhadap gambaran pemikiran masyarakat dalam upaya pengembangan desa menjadi tujuan wisata, serta menemukan sumber daya potensial desa, data yang akan dikumpulkan adalah :


(7)

1. Objek daya tarik potensial yang terdapat di Desa Simonis.

2. Gambaran pemikiran masyarakat terhadap upaya pengembangan pariwisata di desa.

Kemudian untuk memperoleh data terkait gambaran pemikiran masyarakat dalam upaya pengembangan objek daya tarik potensial yang terdapat di Desa Simonis, maka peneliti akan mengajukan pertanyaan kepada responden yang terpilih, yaitu:

1. Mengetahui status responden seperti, umur, jenis kelamin, latar belakang budaya, pendidikan dan pekerjaan.

2. Mengetahui bagaimana persepsi dan partisipasi responden terhadap rencana pengembangan objek daya tarik potensial yang ada di Desa Simonis untuk menjadi tujuan wisata.

3.3 Populasi / Sampel Penelitian

Populasi merupakan batasan dari objek yang akan diteliti, mempunyai karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang tidak menggunakan semua data untuk diambil melainkan hanya perwakilan dari populasi, serta alasan penggunaan sampel untuk mempelajari karakteristik adalah agar mengefisiensi waktu, biaya dan teknis yang dilakukan dalam penelitian (Sinulingga, 2012). Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Simonis. Berdasar data BPS (2013) diketahui bahwa jumlah total penduduk Desa Simonis adalah sebanyak 2338 jiwa. Sedangkan untuk sampel pada penelitian ini, berpedoman berdasarkan penelitian sejenis yang dilakukan penelitian terdahulu (Said, 2011) sampel penelitian ini adalah


(8)

stakeholder dan masyarakat desa setempat. Adapun metode yang digunakan dalam pengambilan sampel yang akan menjadi responden yaitu menggunakan metode Purposive Sampling. Selain itu, dalam penentuan karakteristik responden, peneliti menentukan batasan yang akan menjadi responden yaitu: masyarakat yang termasuk dalam kategori dewasa, dan mempertimbangkan masyarakat yang mengetahui keadaan desa, memiliki gambaran pemikiran mengenai desa tempat tinggalnya, mampu menggambarkan dan memahami potensi desa untuk kemajuan seluruh masyarakat desa. Sedangkan untuk jumlah sampel yang diambil untuk menjadi responden yaitu 30 responden berdasarkan penentuan ukuran sampel rule of thum Roscoe, 1975 (Sinulingga, 2012), maka peneliti mengambil sampel sebanyak 30 orang yang terdiri dari masyarakat desa dan stakeholder.

3.4 Metoda Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Dalam pengumpulan data peneliti akan melakukan studi literature, wawancara, serta observasi langsung pada kawasan kajian.

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis sumber data, yaitu: berupa data kualitatif yaitu wawancara dan observasi langsung pada kawasan kajian. Peneliti akan secara langsung datang pada kawasan kajian untuk melakukan observasi, disamping itu juga peneliti akan melakukan wawancara kepada stakeholder,pada lembaga tempat stakeholder tersebut bekerja.


(9)

3.4.2 Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder merupakan data yang bersumber dari observasi pustaka. Adapun yang menjadi referensi literatur untuk menetukan potensi-potensi desa yang dapat digali untuk dapat dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata dengan basis masyarakat, diambil dari buku-buku, serta jurnal atau karya ilmiah sejenis lainnya yang pernah diteliti mengenai pariwisata dengan basis partisipasi masyarakat.

Berikut pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk mengidentifikasi gambaran pemikiran masyarakat terkait rencana pengembangan pariwisata di desa dengan potensi sumber daya potensial desa sebagai tujuan wisata:

1. Apakah anda menginginkan desa tempat tinggal anda sebagai tujuan wisata? 2. Apakah anda berkenan untuk terlibat dalam meningkatkan pariwisata di desa

ini?

3. Apa motivasi anda ikut berpartisipasi dalam meningkatkan pariwisata di desa tempat anda tingal?

4. Program seperti apa yang membuat anda akan ikut berpartisipasi?

5. Apakah anda menginginkan pertanian/perkebunan sebagai sumber mata pencaharian anda untuk kedepannya?

6. Apa yang anda yakini bila desa anda dijadikan sebagai tujuan wisata?

7. Apakah anda siap dengan perubahan yang akan terjadi untuk keadaan lingkungan dan sosial budaya di desa ini?


(10)

8. Apakah anda bersedia apabila ada pihak lain dari luar untuk memahami dan meneliti tentang daerah tempat tinggal anda sekarang?

9. Bagaimana pendapat anda bila desa anda dikembangkan dengan menerapkan program pelestarian lingkungan?

10. Apakah pendapatan di desa ini cukup untuk anda memenuhi seluruh kebutuhan hidup?

3.5 Kawasan Penelitian

Dalam penentuan kawasan kajian, peneliti memperhatikan tiga unsur, yaitu adanya tempat, masyarakat dan kegiatan pada daerah tersebut. Adanya tempat, masyarakat, dan kegiatan yang dilakukan merupakan unsur yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan identifikasi sumber daya potensial desa Simonis yang dapat dikelola dan dikembangkan, serta keinginan masyarakat untuk terlibat apabila desa tempat mereka tinggal dijadikan tujuan wisata, serta pemahaman masyarakat mengenai keadaan fisik kawasan desa yang mereka tempati.

Kawasan kajian yang dipilih pada penelitian ini adalah Desa Simonis. Simonis merupakan desa yang terletak di Kecamatan Aek Natas, dengan luas wilayah 6.114 Ha2 dan jumlah penduduk 2338 jiwa berdasarkan data BPS 2012. Topologi Desa Simonis secara keseluruhan merupakan daerah yang berbukit. Salah satu perbukitan yang terkenal di Desa Simonis yaitu bukit Tor Simargolang. Selain berbukit, kawasan desa Simonis juga dilalui oleh dua sungai (aek), yaitu Aek Natas dan Aek Kuo. Hal tersebut menjadi dasar penamaan dari Kecamatan Aek Natas. Peneliti melakukan pengamatan terhadap tempat dan memperhatikan


(11)

potensi sumberdaya potensial desa tersebut. Masyarakat yang menghuni tempat tersebut memahami potensi sumber daya potensial desa. Secara fisik tempat tersebut memiliki potensi untuk direncanakan sebagai tujuan wisata meskipun memerlukan proses yang panjang. Unsur alamiah pada tempat tersebut, potensi untuk dirancang sebagai tujuan wisata. Kehidupan sebagai petani dan adanya beragam etnik merupakan suatu potensi penting untuk pengembangan pariwisata di Desa Simonis.

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Labuhanbatu Utara (Sumber: Google Image)


(12)

Gambaran kawasan Desa Simonis

Lokasi Kawasan Desa Simonis

Kantor kepala desa, Desa Simonis Gambar 3.2 Gambaran letak lokasi kawasan kajian (Sumber: Google Image & Dokumentasi pribadi tahun 2016)


(13)

Pemilihan kawasan kajian juga didasari oleh beberapa alasan, diantaranya : Desa Simonis merupakan salah satu desa binaan yang berada di Kecamatan Aek Natas. Sedangkan kecamatan Aek Natas pada tahun 2013 mendapat penghargaan sebagai Kecamatan Terbaik tingkat Provinsi Sumatera Utara, hal tersebut tentunya menjadi nilai positif yang menjadi peluang besar untuk terus mengembangkan potensi daerah yang dimiliki. Disamping itu juga, lokasi kawasan yang cukup familiar oleh peneliti.

3.6 Metoda Analisa Data

Untuk mengidentifikasi data-data yang telah diperoleh baik hasil wawancara, foto-foto hasil pengamatan pada kawasan kajian serta studi literatur yang berkaitan dengan objek penelitian, dilakukan analisis dengan mengklasifikasikan berdasarkan sifat-sifatnya. Sedangkan untuk analisis data verbal dikakukan dengan mencari esensinya, serta menggunakan teori sebagai alat landasan.

Kemudian, setelah peneliti melakukan analisis terhadap seluruh data yang diperoleh, maka ditarik suatu kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian terhadap konsep pengembangan pariwisata yang sesuai dengan sumber daya potensial yang ada serta gambaran pemikiran masyarakat desa Simonis.


(14)

3.7 Kerangka Penelitian

Gambar 3.3 Kerangka Penelitian (Sumber: Analisa Peneliti)

LATAR BELAKANG

Perencanaan dan pengembangan wisata sering kali tidak memperhatikan gambaran pemikiran masyarakat, sehingga pengembangan yang dilakukan tidak sesuai potensi pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat setempat. Dalam perencanaan pengembangan desa penting untuk mengkaji sumber daya potensial dan persepsi masyarakat setempat, guna menyesuaikan pengembangan objek daya tarik serta keinginan pasar yang potensial.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pengembangan pariwisata dengan potensi sumber daya potensial yang ada serta didukung dengan partisipasi masyarakat?

ANALISIS DATA  Potensi sumber daya alam &

sosial

 Persepsi/gambaran pemikiran

KESIMPULAN AKHIR JUDUL PENELITIAN

WISATA BERBASIS MASYARAKAT STUDI KASUS DESA SIMONIS KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

PENELITIAN


(15)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam pengembangan suatu tempat menjadi daerah tujuan wisata, penting untuk memahami potensi-potensi sumber daya yang terdapat di daerah tersebut. Dengan mengerti pentingnya lingkungan, hal tersebut akan memberikan pemahaman terhadap potensi-potensi yang dapat dikembangkan pada suatu daerah, untuk menjadi daerah tujuan wisata yang akan memberikan dampak positif pada perkembangan daerah tersebut (Marpaung, 2015). Dari hasil penelitian dan observasi yang dilakukan secara langsung pada kawasan kajian, peneliti membagi potensi yang ada pada Desa Simonis menjadi dua bagian yaitu: potensi sumber daya alam dan potensi sosial budaya masyarakat.

4.1.6 Analisa Objek Daya Tarik Potensial Desa

Hasil observasi yang dilakukan pada kawasan kajian, ditemukan beberapa sumber daya alam desa yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek daya tarik wisata, yaitu: sungai; air terjun; panorama pemandangan dan sektor pertanian, serta potensi sosial budaya masyarakat setempat. Menurut Marpaung (2002) bahwa adanya daya tarik wisata merupakan aktifitas dan fasilitas yang saling berhubungan, serta dapat menimbulkan minat pengunjung untuk datang pada suatu daerah tertentu, dan daya tarik yang belum dikembangkan hanya akan menjadi sumber daya potensial dan belum dapat dikatakan sebagai objek daya tarik wisata, sampai adanya upaya tertentu yang dilakukan untuk mengembangkan


(16)

daya tarik tersebut. Diperlukan adanya rencana dan upaya untuk pengembangan objek daya tarik yang ada, sehingga potensi yang ada dapat terkelola dengan lebih baik dan menjadi objek daya tarik wisata yang dilengkapi dengan aktifitas dan fasilitas yang saling berhubungan, yang akan menarik minat wisatawan untuk datang pada objek daya tarik yang telah direncanakan dan dikelola sesuai dengan strategi pengembangan yang ditentukan.

Masyarakat pada umumnya menginginkan adanya perkembangan pada desa tempat mereka tinggal. Dengan adanya rencana pengembangan desa untuk menjadi desa tujuan wisata, masyarakat menyambut baik rencana tersebut dan menyatakan keinginannya bila Desa Simonis dapat dijadikan sebagai tujuan wisata. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 30 orang responden, semua memberikan jawaban bahwa mereka ingin bila Desa Simonis dijadikan sebagai tujuan wisata (100%). Hal tersebut disimpulkan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan masyarakat Desa Simonis yang bermata pencaharian sebagai petani/pekebun. Seperti yang disampaikan oleh bapak Ramli Munthe salah seorang masyarakat desa Simonis yang sudah lama tinggal di desa tersebut. Beliau menyampaikan pendapatnya terkait pengembangan desa untuk menjadi desa tujuan wisata.

“ Saya setuju sekali kalau Simonis ini di kembangkan jadi desa wisata. Banyak sekali potensi yang belum tersentuh di kampung ini. Selain itu, masyarakat desa khususnya para ibu rumah tangga akan berpeluang untuk membuat produk-produk olahan rumahan seperti kripik dan jenis makanan lainya. Tidak hanya itu, bagi kaum anak muda dan bapak-bapak juga bisa turut andil membuat produk olahan seperti produk kerajinan dari bahan bambu dan rotan. Sebab, bahan baku rotan dan bambu banyak tersedia di desa ini ”.


(17)

Dalam pengertian modern pariwisata menurut E. Guyer F. (Yoeti, 1985) timbul karena kebutuhan dan keinginan yang beraneka ragam, termasuk menumbuhkan rasa cinta terhadap keindahan alam. Dengan besarnya keinginan masyarakat bila desa mereka dijadikan tujuan wisata, maka untuk rencana pengembangan Desa Simonis sebagai tujuan wisata sangat berpeluang untuk dilakukan. Sebab masyarakat sebagai salah satu penentu dalam kebijakan telah menyatakan keinginannya untuk menjadikan desa mereka sebagai tujuan wisata, serta sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap potensi keindahan alam desa tempat mereka tinggal.

Selain keinginan yang besar dari masyarakatnya untuk menjadikan desa mereka sebagai tujuan wisata, ketika ditanya prihal kesediannya untuk terlibat dalam upaya pengembangan pariwisata di desa. mayoritas masyarakat memberikan jawaban bersedia untuk terlibat dalam upaya pengembangan pariwisata di desa (90%). Masyarakat merupakan orang-orang yang memiliki pengaruh dalam penentu kebijakan untuk berkembangnya suatu daerah (Devani dan Basau, 2009). Dalam mengembangkan suatu perancangan, masyarakat akan turut berpartisipasi jika mereka diikutsertakan dalam proses perancangan. Partisipasi harus memberdayakan masyarakat sebagai penentu dalam tahapan-tahapan proyek, sekaligus membelajarkan masyarakat untuk memiliki tanggungjawab, komitmen dan hasil maupun resiko yang mungkin dicapai melalui proyek (Damanik dan Weber,2006). Sehingga, semakin banyak masyarakat yang bersedia untuk terlibat, maka peluang untuk mengembangkan desa menjadi tujuan wisata akan semakin terbuka. Seperti yang di sampaikan bapak Ahmad Syahri


(18)

salah seorang masyarakat desa Simonis yang memilki lahan perkebunan kelapa sawit dan juga merupakan tenaga pendidik pada sekolah swasta yang ada di desa, yaitu MTs Irsyadul Islamiyah Simonis. Selain menyatakan keinginannya bila Simonis dijadikan tujuan wisata, beliau juga bersedia untuk terlibat maupun dilibatkan dalam program yang dijalankan sebagai upaya pengembangan pariwisata di desa.

“ letak desa ini dapat dikatakan cukup strategis, baik dari lintasan masyarakat yang datang dari kota maupun dari desa tetangga. Dari itu, saya mendukung kalau desa ini dibangun, dan dibina untuk menjadi desa wisata, karena hal-hal yang mendukung untuk itu ada potensinya. Dan saya melihat di Simonis ini sangat agraris sekali, sangat berpotensi sekali untuk menanam palawija, holtikultura, tapi yg sekarang berkembang sawit dan karet, sehingga untuk menanam semacam kebun buah belum ada, tapi potensi untuk menanam itu ada lahannya, cuma sekarang tergantung dengan sumber daya manusianya, juga pemilik tanah yang kurang memadai untuk membudidayakan tanaman buah. Dan saya pribadi sangat setuju dan siap untuk terlibat bila memang desa ini mau dikembangkan menjadi desa wisata”.

Adapun masyarakat yang menyatakan tidak bersedia untuk terlibat (10%) hal tersebut di karenakan faktor usia, sehingga untuk terlibat secara langsung merasa tidak mampu. Namun meski demikian, untuk berpartisipasi dalam bentuk pemikiran dengan memberikan pendapat terkait rencana pengembangan desa menjadi tujuan wisata mereka menyatakan kesediaaanya.

Potensi sumber daya alam desa yang lebih mendominasi menjadikan konsep pengembangan pariwisata desa yang paling potensial untuk dikembangkan yaitu ekowisata, yang mengarah pada pengembangan wisata alam. Dengan pengembangan ekowisata yang mengarah pada potensi sumber daya alam desa, hal tersebut akan menarik keterlibatan masyarakat setempat untuk turut


(19)

berpartisipasi pada pengembangan daerah. Pariwisata menjadi sektor prioritas dalam pembangunan daerah-daerah di Indonesia. Pertumbuhan dan perkembangan pariwisata yang cukup signifikan, menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar bagi suatu negara (Wahab, 1975). Dengan demikian pembangunan daerah melalui pengembangan pariwisata akan memberikan dampak dan manfaat besar yang akan dirasakan oleh masyarakat setempat, yang akan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat juga daerah. Hal tersebut didukung dengan adanya potensi sumber daya alam yang terdapat di desa. Dari beberapa potensi objek daya tarik yang terdapat di desa, serta gambaran pemikiran masyarakat dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap persepsi masyarakat pada pengembangan pariwisata di Desa Simonis, maka peneliti kemudian melakukan analisa berdasarkan potensi objek daya tarik yang ada, untuk menemukan konsep pengembangan yang sesuai terhadap potensi pasar dan dapat diterima oleh masyarakat setempat.

4.1.1 Analisa Potensi Sungai

Desa Simonis dilalui dua sungai (aek) yang cukup besar bernama Aek Natas dan Aek Kuo. Aek Natas mengalir di sebelah utara sepanjang desa, dari Desa Poldung di sebelah barat dan mengalir ke timur melalui Kelurahan Bandar Durian di kawasan pusat kecamatan. Keberadaan sungai ini merupakan latar belakang dari nama Kecamatan Aek Natas. Sungai ini memiliki kekayaan ekosistem yang berlimpah, sehingga dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mencari ikan dan bahkan sebagai sarana tempat wisata. Air sungai yang digunakan masyarakat tidak hanya untuk mandi dan mencuci, tetapi


(20)

juga untuk keperluan masak dan air minum. Kondisi sungai Aek Natas seperti yang terlihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Gambaran kondisi sungai Aek Natas (Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)

Hasil tangkapan ikan yang diperoleh masyarakat dari sungai tidak hanya dimanfaatkan secara pribadi untuk dikonsumsi, namun juga dapat mereka jual. Masyarakat dalam menangkap ikan menggunakan cara tradisional yaitu dengan memancing, menjaring juga menembak. Teknik yang digunakan dalam mencari ikan merupakan cara yang aman, sehingga tidak merusak lingkungan maupun ekosistem sungai. Selain itu, sungai Aek Natas yang dibuka sebagai tempat wisata yang dikelola oleh masyarakat Desa Simonis, bekerjasama dengan lembaga desa setempat, sehingga keberadaan sungai Aek Natas menjadi sangat penting, tidak hanya bagi masyarakat Desa Simonis tetapi juga masyarakat desa lainnya yang juga dilalui oleh sungai Aek Natas. Dengan keindahan dan kekayaan ekosistem yang ada, sungai Aek Natas memiliki potensi sebagai objek daya tarik yang potensial untuk di kembangkan, seperti pendapat Pendit (2003) yang menyatakan


(21)

bahwa objek wisata yang menarik adalah sesuatu yang dihubungkan dengan keindahan alam, kebudayaan dan sejarah. Dengan potensi keindahan alam sekitar lokasi sungai Aek Natas, hal tersebut menjadi daya tarik yang dapat dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata.

Beberapa lokasi dari aliran sungai Aek Natas yang dibuka sebagai objek wisata yang terdapat di Desa Simonis diantaranya yaitu: wisata Pulau Biski, Pantai Aruan, Tambatan dan Sampuran. Pembukaan lokasi wisata Pulau Biski di prakarsai oleh pemuda desa setempat, yang bekerja sama dengan pihak pemerintahan desa, tokoh desa serta pemilik lahan. Kerjasama dari setiap pihak membentuk suatu dukungan dalam mengelola lokasi tersebut menjadi tempat wisata. Menurut penuturan bapak iwan yang merupakan salah seorang tokoh pelopor dibukanya objek wisata Pulau Biski bahwa:

“Pada awalnya saya berinisiatif membuka lokasi Pulau Biski sebagai objek wisata berawal dari keprihatinan saya. Banyak muda-mudi yang berasal dari desa Simonis maupun yang berasal dari desa tetangga, mengalami kecelakaan dijalan lintas sumatera saat libur perayaan hari-hari besar. Sehingga saya berinisiatif untuk membuka objek wisata di daerah sendiri agar muda-mudi desa tidak keluar kejalanan lintas sumatera. Selain itu dengan adanya objek wisata juga dapat memberikan peluang untuk masyarakat desa setempat berjualan pada lokasi wisata dan mendapat pemasukan”.

Kehadiran objek wisata di Desa Simonis menjadi referensi untuk berwisata di daerah sendiri, sehingga hal tersebut mengurangi resiko terjadinya kecelakaan mudi-mudi desa di jalanan lintas Sumatera pada saat libur hari-hari besar, dikarenakan tidak adanya tempat tujuan wisata yang dapat dipilih. Disamping itu juga kehadiran objek wisata dapat memberikan peluang usaha bagi masyarakat sekitar kawasan objek wisata. Perkembangan pariwisata harus


(22)

memiliki sesuatu yang dapat dinikmati bagi pengunjung yang datang, yang menjadikan daya tarik bagi orang-orang untuk mengunjungi suatu tempat, merupakan salah satu aspek pembentuk pariwisata (Yoeti, 1983). Upaya yang dilakukan masyarakat Desa Simonis untuk mengembangkan pariwisata yaitu dengan mengadakan perlombaan dan menyediakan hiburan serta fasilitas untuk menarik minat orang-orang berkunjung pada lokasi sungai Aek Natas yang di buka sebagai tempat wisata. Pada hari-hari libur di akhir pekan dan perayaan hari-hari besar seperti tahun baru, hari kemerdekaan RI, lebaran dan hari-hari besar lainnya, lokasi-lokasi wisata tersebut ramai dikunjungi oleh pengunjung yang datang tidak hanya dari masyarakat sekitar Desa Simonis tetapi juga pengunjung yang datang dari luar Kabupaten Labuhanbatu Utara (gambar 4.2).

Gambar 4.2 gambaran kondisi wisata Pulau Biski saat ramai dikunjungi (Sumber: Google Image)

Gambaran kondisi suasana lokasi Pulau Biski saat ramai dikunjungi masyarakat seperti yang terlihat pada gambar 4.2, menunjukkan besarnya minat masyarakat untuk datang berwisata bersama keluarga maupun teman ke lokasi objek wisata Pulau Biski. Hal tersebut menunjukkan potensi yang besar untuk di kembangkan menjadi objek wisata yang dikelola dan direncanakan secara tepat.


(23)

Namun potensi masyarakat untuk mengelola objek wisata Pulau Biski Tambatan dan Sampuran terkendala dengan persoalan kepemilikan lahan serta keterbatasan modal. Untuk lokasi yang digunakan sebagai area parkir dan jalan menuju ke Pulau Biski merupakan milik masyarakat, yaitu milik Bapak H. Suprianto dan Bapak H. Bani. Selain itu, keterbatasan modal juga menjadi salah satu permasalahan. Dalam pengembangan lokasi menjadi tempat wisata tentu membutuhkan modal untuk mengelola serta menata lokasi dengan baik. Pada lokasi Pulau Biski saat ini dijadikan sebagai area pengambilan batu. Adanya kegiatan tersebut, tentunya akan berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan. Pemilik lokasi cenderung lebih mementingkan untuk memperoleh keuntungan, sehingga tidak memperhatikan kemungkinan resiko dan kerusakan lingkungan yang akan terjadi. Padahal jika lokasi Pulau Biski dikelola untuk menjadi tempat wisata hal tersebut akan lebih memberikan manfaat yang besar, baik bagi pemilik lahan maupun masyarakat desa setempat, dan hasil yang diperoleh akan dapat dinikmati dalam jangka panjang, tanpa harus merusak kelestarian lingkungan maupun ekosistem sungai.

Dalam perencanaan dan pengembangan suatu kawasan menjadi tujuan ekowisata, harus berlandaskan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, agar pelaksanaan program dapat terus berjalan berkesinambungan dalam jangka panjang. Jika dilihat dari letak lokasi Pulau Biski, sangat strategis dan memiliki potensi yang besar untuk dikelola dan dikembangkan menjadi objek wisata (Gambar 4.3).


(24)

Gambar 4.3 Letak Lokasi Pulau Biski (Sumber: Google Image)

Lokasi Pulau Biski dari jalan lintas sumatera berjarak kurang lebih 11 km dan dapat di tempuh dengan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat dalam waktu lebih kurang 20 menit. Luas area Pulau Biski yang menjadi jalan dan lahan area parkir lebih kurang 5 hektar. Dengan potensi sumber daya alam yang ada, masyarakat seharusnya dapat diarahkan untuk mengembangkan lokasi Pulau Biski sebagai objek wisata, dengan pelaksanaan program ekowisata serta penerapan pariwisata berbasis masyarakat. Pelaksanaan konsep pariwisata berbasis masyarakat dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan terkait pelestarian lingkungan dan ekonomi. Community based tourism (wisata berbasis masyarakat) merupakan bentuk program yang dilakukan dengan adanya kontribusi aktif dari masyarakat desa setempat (Marpaung, 2015). Untuk menarik keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan dan mengelola lokasi Pulau Biski dapat dilakukan dengan perencanaan dan pembagian tugas yang jelas. Dibutuhkan pula suatu lembaga masyarakat yang dibentuk untuk mewadahi masyarakat dengan penerapan Forum Group Discussion (FGD) dalam menyampaikan saran serta pemikiran terkait rencana pengembangan pariwisata di


(25)

desa tempat mereka tinggal. Dengan demikian masyarakat akan memiliki rasa tanggung jawab serta komitmen untuk terlibat karena merasa memiliki peranan dalam program yang akan dijalankan.

Selain dari pada keinginan dan kesediaan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan desa menjadi desa tujuan wisata. penting untuk mengetahui motivasi dari masyarakat desa sehingga bersedia untuk turut berpartisipasi dalam peningkatan pariwisata di desa. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa masyarakat yang dipilih dan bermata pencaharian sebagai petani/pekebun, sebagian masyarakat ingin berpartisipasi untuk meningkatkan pariwisata di desa apabila pengembangan pariwisata tersebut dapat meningkatkan ekonomi masyarakat lokal menjadi lebih berkembang dari sebelumnya (63,3%). Mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani/pekebun, hal tersebut menjadikan masyarakat menggantungkan pendapatannya dari hasil panen kebun karet dan kelapa sawit yang mereka miliki, maupun kebun orang lain yang mereka kelola dengan sistem bagi hasil. Hal tersebut juga mendorong keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pengembangan pariwisata di desa apabila proyek tersebut dapat membuka peluang usaha bagi masyarakat desa setempat (30%). Dengan bertambahnya peluang usaha bagi masyarakat desa setempat, akan menambah pemasukan bagi pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat tidak lagi harus bergantung pada pendapatan dari hasil kebun karet dan kelapa sawit. Selain itu, 6,7% masyarakat menyatakan kesediaannya untuk terlibat dalam pengembangan pariwisata di desa apabila hal tersebut akan


(26)

meningkatkan potensi yang terdapat di Desa Simonis. Seperti yang dikatakan bapak Junaidi bahwa:

“antusias untuk terlibat dalam upaya pengembangan pariwisata desa, karena makin ada peluang untuk berusaha dan pekerjaan tambahan dan bisa membangkitkan perekonomian, karena kalau dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat belum mencukupi”.

Jika ditinjau sebagai bentuk industri, pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyedia lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta mendorong sektor-sektor produktif lainnya. (Pendit, 2003). Keberadaan pariwisata bagi masyarakat desa Simonis akan dapat membuka peluang usaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat, disamping itu juga akan mengembangkan potensi yang dimiliki desa. Hal tersebut yang menjadi pendorong atau motivasi masyarakatnya untuk terlibat dalam upaya pengembangan pariwisata di desa.

Keterlibatan masyarakat dapat dilakukan baik sebagai penentu kebijakan maupun pelaksana kegiatan yang dapat dibagi sesuai dengan peranan yang dibutuhkan. Masyarakat desa setempat dapat melakukan kerjasama, mengajak pemilik lahan bahwa dengan mengembangkan lokasi Pulau Biski untuk menjadi objek wisata dan dikelola secara bersama oleh masyarakat, hal tersebut akan memberikan keuntungan yang sangat besar sekaligus sebagai upaya untuk lebih mengembangkan desa tempat mereka tinggal melalui pengembangan pariwisata di desa yang memberikan keuntungan yang akan diterima dalam jangka panjang serta tetap menjaga ekosistem dan kelestarian alam yang ada.


(27)

Pengelolaan objek wisata yang langsung dilakukan masyarakat mendorong mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung perkembangan kawasan tersebut. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dan dapat menarik partisipasi masyarakat desa untuk turut terlibat dalam upaya pengembangan dan pengelolaan pariwisata di desa. Dan jika dalam pengembangan suatu kawasan dilakukan oleh masyarakat secara langsung, hal tersebut tentu akan banyak menarik partisipasi masyarakat desa setempat, serta mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan yang dapat mendukung keberlanjutan pariwisata di desa sebagai upaya pengembangan sumber daya potensial yang ada di desa untuk menjadi tujuan wisata. Potensi masyarakat yang memiliki motivasi untuk terlibat dalam pengembangan pariwisata di desa, hal tersebut tentunya harus diiringi dengan jalannya program yang dilaksanakan dalam upaya pengembangannya. Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan masyarakat Desa Simonis, diperoleh persepsi masyarakat terkait gambaran program yang diinginkan masyarakat sehingga akan turut berpartispasi dalam upaya pengembangan desa menjadi tujuan wisata. Mayoritas masyarakat menginginkan program yang dijalankan sebaiknya akan memberikan keuntungan bagi masyarakat (56,7%). Masyarakat berpendapat bahwa dengan penerapan grogram yang dapat memberikan keuntungan bagi mereka merupakan hal yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam pelaksanaan program pengembangan desa yang akan dijalankan.

Dalam pengembangan suatu daerah masyarakat akan bersedia untuk terlibat jika mereka diikut sertakan dalam proses perancangannya. Masyarakat


(28)

memiliki persepsi yang berbeda-beda terkait dampak pariwisata yang akan mereka rasakan. Persepsi masyarakat terkait program yang akan memberikan keuntungan bagi masyarakat akan menarik keinginan masyarakat untuk turut berpatisipasi. Selain itu, 33,3% masyarakat memberikan jawaban bahwa mereka menginginkan program yang dapat dirasakan secara nyata oleh mereka. Masyarakat berpendapat bahwa penerapan program yang dapat dirasakan secara nyata akan memberikan dampak tidak hanya untuk peningkatan ekonomi, tetapi juga akan memberikan dampak positif diluar dari aspek ekonomi, seperti perbaikan infrastruktur pada kawasan desa yang masih memerlukan perbaikan maupun pengadaan. Selain itu, dalam pelaksanaan program pengembangan suatu kawasan, masyarakat menginginkan program yang dapat dirasakan secara nyata, sehingga akan lebih mendorong masyarakat untuk terlibat langsung dalam program yang dijalankan. Selebihnya masyarakat menginginkan program yang mudah untuk dipahami (10%). Selain keuntungan yang akan diperoleh masyarakat serta keuntungan yang dapat dirasakan secara nyata sehingga masyarakat akan terdorong untuk terlibat dalam program pengembangan suatu kawasan, masyarakat akan berinisiatif terlibat pada suatu proyek pengembangan jika program yang dijalankan mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat menerima program yang dijalankan serta tidak menimbulkan kekhawatiran akan munculnya perbedaan pendapat terkait kerjasama yang akan disepakati. Seperti pendapat ibu Dahniar:

“ibu setuju sekali kalau desa Simonis ini di kembangkan jadi daerah tujuan wisata, karena akan banyak membuka peluang usaha untuk masyarakat. Dan kalau bisa untuk program pengembangannya harus melibatkan masyarakat, juga memberikan keuntungan untuk masyarakat yang bisa


(29)

dirasakan secara langsung. Selain itu, untuk program yang akan dibuat, sebaiknya harus mudah dipahami sehingga tidak akan menimbulkan perbedaan pendapat terhadap program yang akan dijalankan nantinya”. Suatu program pengembangan kawasan sebaiknya akan mampu untuk memperbaiki kehidupan dan masa depan masyarakat melalui pengembangan terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat. Dengan adanya program yang baik akan memberikan pengaruh terhadap kualitas lingkungan serta hunian masyarakat, hal tersebut juga akan tercermin pada kualitas hidup masyarakatnya (Asturi, Astuty & Syarifudin, 2014). Melihat gambaran pemikiran masyarakat terkait kriteria program yang sebaiknya diterapkan pada pengembangan desa Simonis yang dapat memberikan keuntungan bagi mereka, tentunya hal tersebut harus menjadi pertimbangan dalam penentuan program yang akan dijalankan, dengan pertimbangan perancangan konsep-konsep yang sesuai dengan keinginan serta kemampuan masyarakat. Dan dengan adanya program yang baik, hal tersebut tentu akan mendorong motivasi masyarakat untuk ikut terlibat. Dengan demikian, dalam rencana pengembangan desa menjadi tujuan wisata, untuk rancangan program yang dibuat harus memperhatikan keinginan dan harapan masyarakat agar memberikan keuntungan bagi masyarakat dan program yang dirancang dapat dijalankan serta diterima oleh masyaraka desa setempat.

Sebagai konsep pengembangan lokasi Pulau Biski berdasarkan hasil observasi pada kawasan kajian, studi literatur serta gambaran pemikiran masyarakat, dinilai dari respon masyarakat yang menyatakan keinginannya dan kesediaannya, serta motivasi untuk terlibat dalam pengembangan pariwisata di desa, maupun program yang di inginkan masyarakat, maka peneliti


(30)

menyimpulkan bahwa lokasi tersebut dapat dikembangkan dan ditata sebagai area objek wisata pemandian keluarga yang di lengkapi dengan area camping, atau outbond. Sebagai bentuk partisipasi maupun keterlibatan masyarakat dalam pengembangan lokasi Pulau Biski sebagai objek wisata, maka berikut contoh maupun bentuk partisipasi yang dapat dilakukan. Masyarakat yang merupakan kaum ibu, dapat turut berpartisipasi untuk membuat produk jajanan yang dapat dijual sebagai oleh-oleh yang dapat dibawa pulang bagi pengunjung yang datang. Produk olahan tersebut dapat berupa makanan yang berbahan ubi dan pisang yang banyak terdapat di Desa Simonis. Adapun bagi kaum bapak dapat berpartisipasi menata lokasi Pulau Biski yang dilakukan secara bergotong royong, baik itu untuk membenahi jalan untuk menuju lokasi maupun membuat pondok-pondok untuk tempat duduk pengunjung yang datang, bertindak sebagai penyedia penyewaan fasilitas seperti tikar, ban maupun pelampung, atau juga dapat berperan sebagai juru atur parkir bagi kendaraan pengunjung yang datang. Sedangkan bagi pemuda-pemudi desa dapat berperan sebagai pengawas bagi pengunjung yang melakukan kegiatan mandi-mandi di sungai, berjaga-jaga apa bila ada pengunjung yang tidak bisa berenang dan terseret arus sungai.

4.1.2 Analisa Potensi Gua, Mata Air, Dan Air Terjun

Selain dari potensi air sungai Aek Natas yang jernih dan keindahan alam sekitarnya, pada lokasi Pulau Biski, Tambatan dan Sampuran terdapat potensi lain yang dapat dikelola dan dikembangkan yaitu adanya gua-gua, dan mata air yang airnya keluar dari celah batu di lereng bekas pengambilan batu. Air yang keluar


(31)

dari lereng batu tersebut jernih dan bersih. Bahkan setelah dilakukan pengujian, dan dibandingkan dengan air galon yang dijual oleh depot air yang ada di desa, hasilnya lebih bersih dan aman untuk dikonsumsi (gambar 4.4).

Gambar 4.4 Letak lokasi serta kondisi gua dan mata air di Pulau Biski (Sumber: Google Image dan Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)

Saat ini sebagai pemanfaatan dari mata air, dibuat kolam-kolam penampungan air yang bersumber dari lereng batu bekas pengambilan batu, serta diisi dengan beberapa jenis ikan, seperti ikan nila, mas dan lele yang dijaga oleh salah seorang warga masyarakat Desa Simonis (gambar 4.5).

Gambar 4.5Kolam ikan yang berada di Pulau Biski (Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)


(32)

Upaya pemanfaatan sumber mata air tersebut dengan membuat kolam-kolam, merupakan bentuk upaya awal yang positif untuk mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada, sehingga dapat menjadi objek yang memiliki daya tarik yang akan menarik pengunjung datang ketempat tersebut. Hasil ternak ikan pada kolam-kolam yang ada di lokasi Pulau Biski, menjadi potensi tambahan untuk mendukung pengembangan kawasan Pulau Biski menjadi lokasi wisata yang direncanakan serta dikelola dengan tepat. Bagi pengunjung yang datang bersama keluarga dan ingin bersantai menikmati panorama keindahan alam wisata Pulau Biski serta menikmati segarnya air sungai Aek Natas, juga dapat memanggang ikan segar yang dapat langsung dipilih dari kolam, sehingga tidak perlu repot membawa banyak persiapan bekal dari rumah. Sumber daya alam yang potensial menjadi faktor penting untuk pengembangan suatu kawasan, disamping masyarakat bertindak sebagai pengelola dari potensi sumber daya yang ada agar terwujudnya konsep pariwisata yang berbasis masyarakat.

Keberadaan dari gua dan mata air yang ada dilokasi Pulau Biski menambah potensi serta daya tarik untuk dapat mengembangkan pariwisata di Desa Simonis. Perencanaan dan pengembangan desa menjadi tujuan wisata harus pula melihat bagaimana persepsi masyarakat desa terkait dampak yang mereka yakini akan terjadi apabila dijadikan sebagai tujuan wisata. dari hasil wawancara peneliti dengan responden disimpulkan bahwa 55% masyarakat meyakini bahwa dengan dijadikannya Simonis menjadi desa tujuan wisata, akan membuka peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa setempat. Sedangkan sebahagian masyarakat yang lain berpendapat bahwa dengan dijadikannya desa sebagai


(33)

tujuan wisata akan dapat membuka peluang untuk masyarakat menghasilkan produk yang dapat dijual kepada pengunjung yang datang (45%). Masyarakat memiliki perbedaan pendapat terkait dampak yang mereka yakini apabila pada lingkungan tempat mereka tinggal dikembangkan menjadi tujuan wisata. Seperti pendapat bapak Asrin Munthe bahwa:

“kalau Simonis dijadikan desa wisata, pastinya akan membuka peluang usaha untuk masyarakat, dan itu merupakan dampak yang positif untuk perkembangan desa”.

Pentingnya pandangan serta pemahaman menyeluruh masyarakat terhadap dampak pariwisata yang akan terjadi dalam perencanaan dan pengembangan suatu daerah untuk menjadi tujuan wisata (Said, 2011). Dari potensi yang telah diyakini oleh masyarakat apabila pada lingkungan tempat tinggal mereka dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata, hal tersebut dapat menjadi dasar dalam perencanaan dan program pengembangan desa Simonis.

Potensi pengembangan lokasi Pulau Biski dengan keberadaan gua dan mata air, menambah potensi untuk pengembangan lokasi Pulau Biski sebagai objek daya tarik wisata. Sebagai pengembangan lokasi Pulau Biski dapat dijadikan sebagai area camping atau perkemahan pada area sekitar lokasi gua dan mata air berada. Hal tersebut didukung dengan adanya Pramuka yang menjadi kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Desa Simonis sendiri terdapat beberapa sekolah diantaranya: SD, SMP dan MTs. Tidak hanya itu, hal tersebut juga akan menarik sekolah-sekolah yang berasal dari desa serta kecamatan lain untuk mengadakan kegiatan perkemahan pada lokasi Pulau Biski. Selain itu disetiap akhir pekan seperti hari sabtu dan minggu banyak siswa-siswi yang berasal dari


(34)

sekolah SMA, SMK, maupun MAN yang datang ke Pulau Biski untuk sekedar menikmati keindahan alam sekitarnya atau juga mandi-mandi di sungai, hal tersebut dapat menjadi potensi sebagai media promosi, dimana siswa-siswi tersebut yang aktif pada kegiatan ekstrakulikuler Pramuka di sekolah dapat melakukan kegiatan perkemahan pada area sekitar mata air dan gua yang berada di Pulau Biski. Banyak potensi dan peluang untuk dapat mengembangkan pariwisata di Desa Simonis, serta membutuhkan partisipasi dari masyarakat sekitar untuk terlibat langsung dalam pengelolaannya. Hal tersebut sekaligus sebagai upaya untuk memberdayakan sumber daya manusia yang ada di desa, serta menarik keterlibatan dan peran serta masyarakatnya dalam mengembangkan desa tempat mereka tinggal.

Potensi sumber daya alam lain terdapat pada lokasi wisata Sampuran, menyuguhkan keindahan panorama air terjun yang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas dan masih mayoritas masyarakat sekitar Desa Simonis yang mengetahui lokasi air terjun tersebut. Kondisi air terjun Sampuran masih asri, sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan konsep pengembangan yang tepat, agar tidak merusak kelestariannya. Jika potensi sumber daya yang ada dibiarkan namun tetap dikunjungi, hal tersebut akan berpotensi menimbulkan dampak kerusakan pada kelestarian sumber daya alam yang ada, sebab tidak mendapat perhatian.

Lokasi air terjun Sampuran berada pada aliran sungai Aek Natas, yang berasal dari puncak lerengan batu pada tepi sungai. Sehingga curahan air terjun langsung jatuh pada area tepi sungai Aek Natas (gambar 4.6)


(35)

Gambar 4.6 Kondisi & letak air terjun Sampuran

(Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)

Kemungkinan kerusakan yang akan terjadi bila suatu objek daya tarik terus di kunjungi namun tidak mendapat perhatian yaitu kelestarian sumber daya alam yang masih asri akan tercemar dengan sampah bungkus makanan yang dibawa oleh pengunjung yang datang. Pengunjung tidak akan merasa bersalah jika meninggalkan sampah karena merasa tidak ada yang melarang. Oleh sebab itu, untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya alam yang ada, harus ada upaya perencanaan pengembangan lokasi objek daya tarik air terjun Sampuran serta melibatkan masyarakat desa setempat, agar kesadaran masyarakat juga timbul untuk turut bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian sumber daya potensial yang ada di desa tempat mereka tinggal.

Sebagai bentuk partisipasi masyarakat pada pengembangannya yaitu dapat dilakukan dengan menarik keterlibatan mudi-mudi desa yang tergabung dalam


(36)

suatu ikatan remaja mesjid (IRMI) Desa Simonis, maka dapat dilibatkan dalam program pengembangan untuk secara langsung menjadi tim yang bertanggungjawab terhadap kebersihan dan kelestarian objek daya tarik air terjun Sampuran berada. Sehingga potensi yang ada dapat terus dikembangkan dengan lebih memperhatikan kelestarian objek daya tariknya.

Selain potensi air terjun Sampuran, ada juga air terjun yang berada di samping jembatan atau titi gantung yang membentang di atas sungai Aek Natas, dan terletak dekat dengan permukiman masyarakat dusun dua Desa Simonis, yang berjarak kurang lebih 150 meter dari permukiman warga (gambar 4.7).

Gambar 4.7 Letak air terjun dan titi gantung

(Sumber: Google image dan dokumentasi pribadi : Tahun 2016)

Keberadaan titi gantung tersebut menjadi sarana dan akses penting bagi masyarakat untuk menyeberangi sungai, yang menghubungkan Desa Simonis dengan Desa Perkebunan Halimbe, sehingga tidak harus jauh mutar melalui jembatan Bandar Durian. Meskipun hanya kendaraan roda dua yeng dapat melewati titi gantung tersebut, namun keberadaan titi gantung tersebut sangat membantu masyarakat. Jika masyarakat Desa Simonis yang akan menuju Desa


(37)

Perkebunan Halimbe dengan menggunakan kendaraan roda empat dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam, maka akan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit jika menggunakan kendaraan roda dua dengan melalui titi gantung. Perawatan jembatan selama ini menjadi perhatian masyarakat desa setempat, termasuk untuk perbaikan yang perlu dilakukan pada bagian jembatan yang rusak. Lebar titi gantung lebih kurang 1,5 meter. Kondisi jembatan dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8Kondisi dan aktivitas di titi gantung

(Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)

Keberadaan titi gantung yang memiliki fungsi sebagai akses yang menghubungkan dua desa, tentu perlu mendapat perhatian yang lebih, sehingga bila keberadaan titi gantung tersebut dikembangkan untuk menjadi salah satu objek daya tarik yang dapat dikunjungi oleh masyarakat luas, akan berdampak positif terhadap perawatan jembatan tersebut. Pengembangan lokasi titi gantung akan banyak menarik keterlibatan masyarakat Desa Simonis. Hal tersebut didukung dengan lokasi titi gantung yang berada dekat dengan permukiman masyarakat dusun dua Desa Simonis. Ditambah lagi dengan keberadaan air terjun


(38)

yang berada dekat di samping titi gantung, menambah keindahan panorama yang dapat dinikmati keindahan serta kesejukan airnya.

Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bila perencanaan pengembangan desa telah berjalan, maka masyarakat harus pula siap dengan perubahan yang akan terjadi terhadap keadaan lingkungan dan sosial budaya pada masyarakat. Dari hasil wawancara yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat tidak keberatan bila terjadi perubahan secara fisik terhadap lingkungan tempat mereka tinggal (60%). Adapun selain itu, masyarakat memberikan jawaban bahwa mereka setuju terhadap semua perubahan yang akan terjadi (40%). Masyarakat desa Simonis memahami bahwa dengan adanya perubahan yang akan terjadi pada lingkungan tempat tinggal mereka, hal tersebut akan menjadikan lingkungan tempat tinggal mereka tertata menjadi lebih baik. Seperti pendapat bapak Samuki Munthe bahwa:

“Dalam pengembangan desa Simonis untuk menjadi tujuan wisata seharusnya diiringi dengan perbaikan infrastruktur desa seperti jalan, untuk mendukung jalannya pariwisata, dengan kemudahan akses menuju ke lokasi wisata. Jadi, kalau pun ada perubahan yang akan terjadi hal tersebut tidak masalah asalkan tujuannya untuk pengembangan desa”. Pariwisata memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tiga aspek, yaitu: ekonomi, fisik dan social (Marpaung, 2002). Perubahan yang terjadi seharusnya dapat membangun masyarakat lokal dan mempertimbangkan dampak yang akan terjadi yang sesuai keinginan masyarakat, agar menghasilkan hal-hal positif dalam perencanaan program.


(39)

Jika dilihat dari potensi keberadaan titi gantung dan adanya air terjun yang menambah daya tarik, maka hal tersebut sangat potensial untuk dikembangkan sebagai objek daya tarik wisata. Sebagai pengembangan terhadap potensi titi gantung dan air terjun yang berada dekat dengan permukiman warga dusun 2 Desa Simonis, maka potensi untuk mengembangkan lokasi tersebut sebagai objek wisata dapat dilakukan menjadi objek wisata panorama sungai Aek Natas, dimana pengunjung yang datang dapat menikmati sungai Aek Natas dan panorama air terjun dari atas titi gantung. Selain itu, bagi para pengunjung yang memiliki kegemaran fotografi juga akan menjadi objek yang menarik dengan keberadaan titi gantung di dukung juga dengan adanya keindahan panorama air terjun. Tidak hanya itu, potensi lain untuk mengembangkan lokasi titi gantung yaitu sebagai objek wisata kuliner buah durian, hal tersebut didukung dengan telah ditanamnya pohon durian di area dekat titi gantung berada, dimana area tersebut merupakan perkebunan kelapa sawit milik warga masyarakat sekitar yang berada di belakang permukiman masyarakat. Potensi partisipasi masyarakat bila objek daya tarik titi gantung dikembangkan sebagai objek daya tarik wisata hal tersebut dapat dilakukan dengan menarik keterlibatan masyarakat setempat untuk secara bergotong royong mulai menata area titi gantung agar lebih menarik untuk di kunjungi, diantaranya masyarakat khususnya kaum bapak dan muda-mudi desa dapat membuat pondok-pondok pada tepi sungai Aek Natas sebagai tempat duduk pengunjung yang datang, dimana dari tempat tersebut dapat menikmati panorama alam sekitar sungai, juga menyediakan area parkir bagi kendaraan pengunjung. Sedangkan bagi kaum ibu, dapat turut berpartisipasi dengan membuat produk


(40)

jajanan yang dapat dijual sebagai oleh-oleh yang dapat dibawa pulang bagi pengunjung yang datang. Produk olahan tersebut dapat berupa makanan yang berbahan ubi dan pisang yang banyak terdapat di Desa Simonis. Bentuk partisipasi masyarakat tersebut merupakan penerapan pengembangan wisata yang berbasis masyarakat (Community based tourism), dimana masyarakat secara langsung mengelola potensi objek wisata dan mendapatkan hasilnya.

Dari potensi sungai, mata air dan gua yang berada pada tepi aliran sungai Aek Natas ada potensi tambahan yang sebenarnya juga memiliki daya tarik yaitu adanya lereng-lerang bekas pengambilan batu yang terdapat di sepanjang sungai Aek Natas (gambar 4.9).

Gambar 4.9 Lereng bekas pengambilan batu sepanjang sungai Aek Natas


(41)

Adanya daya tarik dari lereng bekas pengembilan batu juga merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi objek daya tarik wisata. Lokasi dari lereng pengambilan batu terletak si sepanjang aliran sungai Aek Natas dimulai dari lokasi Pulau Biski, Pantai Aruan, Tambatan dan Sampuran. Keberadaan dari lereng bekas pengambilan batu tersebut dapat menambah potensi untuk pengembangan wisata, dimana hal tersebut dapat menjadi penghubung dari beberapa potensi lokasi dari sungai Aek Natas yang telah dibuka sebagai objek wisata. Selain itu menjadi objek yang menarik bagi penggemar fotografi untuk berfoto bahkan juga sebagai lokasi bagi para calon pasangan pengantin untuk melakukan pengambilan gambar prewedding.

4.1.3 Analisa Potensi Panorama Pemandangan dan Bukit

Potensi sumber daya alam yang lain yang terdapat di Desa Simonis yaitu adanya panorama pemandangan batu Sinallung atau juga dikenal dengan bukit kembar yang keindahannya dapat dinikmati dari beberapa titik lokasi, salah satunya dari lokasi Tambatan. Bukit tersebut memiliki sejarah yang banyak dikenal oleh masyarakat Kecamatan Aek Natas Kabupaten Labuhanbatu Utara pada umumnya termasuk masyarakat Desa Simonis. Keindahan dan keunikan dari batu Sinallung serta adanya historis dari batu tersebut, sebenarnya sangat berpeluang untuk menjadi landmark bagi daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara. Hal itu didukung dengan letak dari batu Sinallung yang tidak berada dalam jajaran bukit barisan, dan terletak di tengah perkebunan karet PT. Socpindo, sehingga hal terebut menjadi suatu daya tarik yang juga dapat secara langsung dilihat saat


(42)

melintas dari jalan lintas Sumatera. Panorama keindahan bukit tersebut dapat dipandang dan dinikmati secara langsung dari Tambatan tanpa harus menggunakan teropong (gambar 4.10).

Gambar 4.10 Letak Batu Sinallung atau Bukit Kembar (Sumber: Google image dan dokumentasi pribadi : Tahun 2016)

Dalam perencanaan pengembangan suatu daerah untuk menjadi tujuan wisata juga memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk bekerja sama dalam proses dan tahapan pelaksanaannya. Mayoritas masyarakat sangat mendukung keberadaan pendatang apabila mereka mampu membangun desa Simonis menjadi tujuan wisata (83,3%). Keterbukaan masyarakat untuk menerima pendatang di desa, sebaiknya menjadi pertimbangan pihak perencana pengembangan pariwisata di desa, dalam menentukan metoda pelaksanaan pariwisata yang paling tepat untuk diterapkan. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju jika ada pendatang karena khawatir akan membawa dampak negatif terhadap desa mereka (16,7%). Perbedaan pendapat pada masyarakat merupakan


(43)

hal yang lumrah terjadi, namun hal tersebut berpotensi terhadap timbulnya tantangan pada pelaksanaan program. Dalam menghasilkan kebijakan yang dapat diterima seluruh pihak, membutuhkan keterlibatan dari berbagai disiplin ilmu yang terkait pada program pengembangan. Perencanaan, pengembangan, serta pemasaran suatu destinasi atau kawasan yang menjadi daerah tujuan wisata, yang mana kawasan tersebut dapat merupakan suatu provinsi, kabupaten, kecamatan bahkan suatu desa, memerlukan kerjasama yang erat dari pihak pemerintah, perencana fisik, arsitek, analisis finansial, dan investor, juga dapat membutuhkan pakar ekonomi, sosiologi, purbakala, dan banyak professional lainnya (Hadinoto, 1996). Dengan demikian, diperlukan pemahaman menyeluruh pada masyarakat terhadap hadirnya pendatang di desa lingkungan tempat mereka tinggal. Hal tersebut sebagai upaya agar masyarakat terbuka untuk menerima orang lain atau pendatang yang masuk kedesa mereka, juga siap untuk bekerjasama dalam upaya pengembangan Desa Simonis menjadi tujuan wisata.

Sebagai konsep perancangan pada objek daya tarik Batu Sinallung dapat dibuat cable car (kereta gantung) untuk menghubungkan kedua bukit tersebut, sehingga wisatawan dapat menikmati pemandangan dari atas kereta gantung. Konsep pengembangan wisata kereta gantung yang telah ada yaitu seperti kereta gantung yang ada di kota Rio De Janeiro, Brazil juga kereta gantung yang terdapat di Venezuela. Sebagai potensi pengembangan pada objek daya tarik batu Sinallung juga dapat menjadi objek pilihan wisata bagi yang menyukai kegiatan wisata yang memacu adrenalin seperti panjat tebing, sebab menurut cerita


(44)

masyarakat Labuhanbatu Utara bahwa selama ini belum ada yang mampu untuk mencapai puncak bukit kembar atau batu Sinallung tersebut.

Kota Rio De Janeiro, Brazil Venezuela. Gambar 4.11 Wisata kereta gantung yang telah ada (Sumber: http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/)

Bentuk partisipasi masyarakat terhadap pengembangan objek daya tarik batu Sinallung yaitu khususnya bagi para muda-mudi desa dapat berperan sebagai pemandu jalan bagi wisatawan yang tertarik untuk melakukan panjat tebing, hal tersebut sebagai pendayagunaan potensi sumber daya manusia yang ada, yang akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat, serta menjadikan masyarakat menjadi lebih aktif dan kreatif.

Selain panorama pemandangan Batu Sinallung ada juga bukit yang dikenal oleh masyarakat Desa Simonis pada umumnya sebagai bukit tertinggi yang ada di Desa Simonis, yaitu bukit Tor Simargolang, yang merupakan bagian dari jajaran bukit barisan. Dari puncak bukit Tor Simargolang dapat memandang seluruh Desa Simonis juga keindahan panorama Batu Sinallung. Tidak hanya itu, dari puncak bukit Tor Simargolang juga dapat melihat desa-desa sekitar seperti Desa Meranti Omas, Desa Sibito, Desa Perkebunan Halimbe, dan Desa Perkebunan Aek Pamingke.


(45)

Gambar 4.12 Letak Bukit Tor Simargolang

(Sumber: Google image dan dokumentasi pribadi : Tahun 2016)

Jarak bukit Tor Simargolang dengan jalan lintas Desa Simonis lebih kurang 500 meter. Dan untuk menuju ke lokasi dapat dicapai dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Bukit Tor Simargolang oleh masyarakat desa Simonis dijadikan sebagai lahan perkebunan karet dan kelapa sawit. yang status lahannya dimiliki oleh beberapa orang. Bukit Tor Simargolang sebagai bukit tertinggi di Desa Simonis, memiliki potensi untuk dikembangkan dan dikelola dengan lebih baik, tidak hanya menjadi lahan perkebunan saja bagi masyarakat, tetapi bila potensinya direncanakan dan dikelola sebagai objek wisata, tentu akan lebih menguntungkan bagi masyarakat serta akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang.

Kemudian terkait rencana pengembangan desa menjadi tujuan ekowisata yang mengarah pada wisata berbasis masyarakat, hal tersebut tentu memiliki kemungkinan dampak dan resiko akan rusaknya lingkungan, dan keanekaragaman


(46)

hayati. Maka dari itu, dalam pengembangan kawasan menjadi tujuan wisata penting bagi perencana pengembangan kawasan untuk memikirkan program-program pelestarian dapat terus menjaga kelestarian lingkungan desa. Jika dilihat dari respon masyarakat apabila program pelestarian lingkungan dilaksanakan di desa mereka, mayoritas masyarakat menyatakan siap mendukung (86,7%), sedangkan sebagian masyarakat tidak paham terhadap program pelestarian lingkungan (13,3%). Dengan demikian masyarakat perlu untuk diberi penerangan dan pengarahan untuk pengembangan ekowisata di desa mereka. Sehingga dengan demikian dukungan dan kesiapan masyarakat untuk menjalankan program pelestarian lingkungan semakin optimal. Hal tersebut seperti pendapat Bapak Rahmat Syahputra, bahwa:

“untuk pelaksanaan program pelestarian lingkungan di Desa Simonis saya rasa sangat cocok sekali, karna melihat potensi terbesar yang ada di desa ini ya potensi sumber daya alamnya, terutama dari sektor pertanian yang memang menjadi penghasilan utama mayoritas masyarakat desa ini”.

Jika disimpulkan secara keseluruhan, sebagian besar masyarakat mendukung adanya program pelestarian lingkungan di desa mereka. Dalam penerapan program pelestarian dengan cara pembudidayaan harus melibatkan masyarakat. Partisipasi masyarakat akan mendorong mereka untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Keterlibatan masyarakat yang berbasis pengetahuan lokal akan memberikan keuntungan pada program pelestarian lingkungan yang akan dijalankan. Dengan adanya keterlibatan masyarakat lokal akan memudahkan pihak lain untuk memperoleh informasi yang tidak diketahui dengan lebih cepat (Daim, Bakri, Kamarudin, & Zakaria, 2012). Keterlibatan


(47)

masyarakat lokal dalam program pelestraian lingkungan diharapkan akan dapat melibatkan masyarakat desa keseluruhan, sebab masyarakat yang akan menerima manfaat dari jalannya program pelestarian lingkungan tersebut.

Gambar 4.13 Panorama pemandangan dari puncak bukit Tor Simargolang (Sumber: Dokumentasi pribadi : Tahun 2016)

Saat ini, pada lokasi bukit Tor Simargolang sebagian mulai ditanami dengan pohon buah-buahan. Potensi bukit Torsimargolang dapat dirancang sebagai objek wisata menara pemandangan untuk memandang keindahan panorama alam Desa Simonis dan sekitarnya, juga untuk menikmati keindahan panorama saat matahari tenggelam maupun terbit yang di lengkapi dengan kebun buah. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Bapak Suhendro sebagai salah satu pemilik lahan dari lokasi Bukit Tor Simargolang:

“Dengan potensi yang dimiliki Bukit Tor Simargolang, sebagai bukit tertinggi di Desa Simonis, saya tertarik untuk mengembangkan lahan kebun karet saya untuk dijadikan kebun buah. Selain itu pada puncak bukit rencananya akan ditata untuk dijadikan lokasi memandang keindahan panorama alam sekitar Desa Simonis”.


(48)

Adanya gambaran pemikiran masyarakat untuk mengembangkan daya tarik yang ada di desa tempat mereka tinggal, merupakan potensi yang dapat mendukung pelaksanaan pengembangan wisata di desa. Di wilayah Indonesia sendiri untuk objek wisata menara pandang masing sedikit dan diantara yang sudah dikenal adalah menara pandang Tele yang berada di jalan Tele, Pangururan, dan menara pandang Siring yang berada di kota Banjarmasin (gambar 4.14)

Menara pandang Tele Menara pandang Siring Gambar 4.14 Objek wisata menara pandang (Sumber: Dokumentasi pribadi : Tahun 2016)

Sebagai upaya awal yang mulai dilakukan untuk menjadikan Desa Simonis menjadi daerah tujuan wisata yang berbasis masyarakat dengan arah pengembangan ekowisata, masyarakat desa setempat secara bersama-sama mulai mencanangkan program untuk menanam pohon buah-buahan. Hal tersebut merupakan langkah positif sebagai upaya untuk pengembangan desa sekaligus peningkatan pendapatan masyarakat. Adanya upaya yang dilakukan untuk pemanfaatan sumber daya alam yang ada, merupakan suatu potensi untuk dapat mengembangkan desa sebagai daerah tujuan wisata.


(49)

4.1.4 Potensi sektor pertanian

Salah satu hasil andalan dari Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah kelapa sawit dan karet, baik lahan yang dimiliki masyarakat maupun yang dimiliki perusahaan swasta dan BUMN. Kondisi topografi dan tanah yang mendukung untuk dijadikan lahan bertani atau berkebun, oleh masyarakat dikelola dan dimanfaatkan untuk menanam komoditi tanaman kelapa sawit dan karet (gambar 4.15).

Gambar 4.15 Potensi pertanian/perkebunan kelapa sawit dan karet (Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)

Namun selain kedua komoditi tersebut masyarakat juga menanam tanaman lain seperti kakao, kelapa dan pinang. Pengembangan wisata dari sektor pertanian memiliki peluang yang cukup besar, hal tersebut dilihat dari mayoritas masyarakat Desa Simonis yang bermata pencaharian sebagai petani/pekebun. Kegiatan setiap harinya sebagai petani/pekebun, masyarakat pergi kekebun karet miliknya maupun kebun orang lain yang dia kelola. Aktivitas yang dilakukan yaitu menyadap pohon karet untuk memperoleh hasil getah dari pohon karet atau juga disebut dengan lateks. Dalam menyadap karet, masyarakat menggunakan cara tradisional dengan perlengkapan yang dipakai secara manual atau tanpa menggunakan mesin. Namun, jika melihat kondisi sosial dan ekonomi masyarakat


(50)

desa saat ini, sebagian masyarakat mulai membuka kedai-kedai atau usaha yang lain, untuk menambah penghasilan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat merasa hasil yang di peroleh dari kebun karet dan kelapa sawit belum mencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sehingga, masyarakat mulai mencari alternatif usaha lain untuk dapat menambah pemasukan. Kendala lain yang dihadapi masyarakat yaitu: besarnya biaya perawatan yang diperlukan dalam pengelolaan kebun kelapa sawit dan karet, serta bibit dari tanaman karet dan kelapa sawit yang kurang baik, sehingga hasil yang diperoleh juga kurang baik dan jumlahnya sedikit. Disamping itu, tidak semua masyarakat desa Simonis memilki lahan sendiri dalam bertani. Sebagian hanya mengelola kebun milik masyarakat yang lain dengan sistem bagi hasil.

Desa simonis dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki dan sektor pertanian/perkebunan yang menjadi sektor andalan bagi pendapatan daerah memiliki potensi untuk mengembangkan ekowisata dengan pendekatan pengembangan wisata berbasis masyarakat. Peneliti kemudian mencari tahu bagaimana gambaran pemikiran masyarakat desa terhadap sektor pertanian/perkebunan yang menjadi andalan bagi pendapatan mereka untuk kedepannya, apakah masyarakat untuk kedepannya menginginkan untuk tetap menjalankan mata pencaharian sebagai petani/pekebun. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan responden disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat tetap menginginkan untuk mempertahankan sektor pertanian/perkebunan sebagai sumber mata pencaharian, sebab masyarakat merasa bahwa sektor pertanian dapat memberikan keuntungan dalam jangka panjang


(51)

(66,7%). Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor ekonomi masyarakat berpengaruh terhadap persepsi masyarakat untuk tetap mempertahankan sektor pertanian/perkebunan sebagai sumber mata pencaharian. Sehingga faktor-faktor budidaya dan tradisi yang menurut pendapat beberapa peneliti sebelumnya terkait persepsi masyarakat terhadap mata pencaharian yang mereka tekuni merupakan hal yang lebih penting dari pada pertimbangan ekonomi, hal tersebut tidak sama halnya pada penelitian ini. Masyarakat memilih untuk tetap mempertahankan sektor pertanian/perkebunan sebagai sumber mata pencaharian mereka sebab masyarakat merasa bahwa dengan tetap mengembangkan sektor pertanian/perkebunan akan memberikan hasil bagi masayarakat dalam jangka panjang. Adapun masyarakat yang tidak memilih untuk menjadikan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharaian (33,3%) hal tersebut dikarenakan kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga memilih untuk mencari tambahan pendapatan dari sektor lainnya, seperti berwisausaha, menjadi pegawai negeri sipil dan lainnya. Namun, meskipun demikian mereka tidak menjual lahan pertanian/perkebunan yang mereka miliki, tetapi memperkerjakan orang lain untuk mengelola lahan pertanian/perkebunan yang dimiliknya dengan sistem bagi hasil. Sektor pertanian/perkebunan merupakan salah satu potensi utama yang terdapat di desa Simonis, sehingga menjadi peluang untuk mengembangkan kawasan. Sebagai potensi yang terdapat di desa Simonis, sektor pertanian/perkebunan dapat menjadi ciri khas dari desa yang dapat dikelola. Namun, masyarakat sebagai penghuni kawasan tentunya harus memahami potensi dan ciri khas tersebut. Sebab suatu kawasan atau desa yang ingin dijadikan


(52)

sebagai daerah tujuan wisata harus memiliki ciri khas yang menjadi pembeda dengan desa lainnya. Sebab, hal tersebut juga akan menjadi motivasi para wisatawan untuk datang. Adanya suatu ciri khas pada suatu desa wisata akan menjadikan daerah tersebut berbeda dari desa yang lain, walaupun memiliki kesamaan potensi keindahan alam, manajemen wisata yang baik, atau juga fasilitas-fasilitas yang mendukung (Pesonen, Peters, & Komppula, 2011). Dari hasil wawancara, masyarakat desa Simonis menganggap bahwa sektor pertanian/perkebunan merupakan potensi yang mendominasi pada desa tempat mereka tinggal, dan hal tersebut jika dikembangkan untuk menjadi objek wisata dengan konsep pengembangan dari sektor pertanian/perkebunan kelapa sawit dan karet akan menjadi ciri khas yang akan membedakan dengan desa lainnya.

Jika dilihat dari potensi sumber daya alam yang ada, yaitu: sungai; air terjun; panorama pemandangan dan sektor pertanian. Pengembangan potensi sungai, air terjun, dan panorama pemandangan, hanya akan mampu menarik wisatawan lokal. Sebab, untuk pengembangannya menjadi destinasi wisata yang akan mampu menarik wisatawan mancanegara, akan membutuhkan upaya dan kerja keras serta membutuhkan modal yang tidak sedikit pula. Selain itu, akan memakan waktu yang panjang, juga akan bersaing dengan destinasi-destinasi lain yang sudah terlebih dahulu berkembang dan dikunjungi wisatawan mancanegara. Namun, untuk pengembangan ekowisata yang mengarah pada sektor pertanian sebagai objek wisata, hal tersebut masih memiliki peluang yang besar dan memungkinkan untuk menarik keterlibatan masyarakat desa sepenuhnya. Hal tersebut dilihat dari potensi masyarakatnya yang mayoritas bermata pencaharian


(53)

sebagai petani/pekebun. Dari data yang di peroleh peneliti pada hasil wawancara dan observasi ditemukan bahwa dari jumlah penduduk Desa Simonis yang berjumlah 2338 jiwa (BPS 2012), 85 % penduduknya memiliki kebun karet maupun kelapa sawit sendiri, sisanya tidak memiliki lahan sebab merupakan pendatang di Desa Simonis. Hal tersebut menunjukkan potensi yang cukup baik untuk mendukung pengembangan sektor pertanian sebagai destinasi wisata. Dalam perencanaan pengembangan suatu kawasan penting untuk melihat potensi utama yang terdapat pada kawasan, hal tersebut untuk memaksimalkan program pengembangan yang akan dijalankan.

Dan jika ditinjau dari segi pendapatan di Desa Simonis dinilai dari persepsi masyarakatnya, mayoritas masyarakat menyatakan bahwa pendapatan di desa mereka sudah cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup (60%). Namun sebahagian masyarakat menyatakan masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup (40%). Kedua pendapat tersebut hampir berbanding sama. Dengan demikian masih diperlukan adanya peningkatan untuk sumber pendapatan bagi masyarakat desa setempat. Seperti pendapat ibu Salmah bahwa:

“kalau dilihat sekilas dari segi pendapat masyarakat desa Simonis, bisa dibilang sudah mencukupi, itu di nilai dari adanya kendaraan yang dimiliki tiap-tiap keluarga, seperti sepeda motor. Tapi, itu tidak bisa menjadi tolak ukur kecukupan pendapatan masyarakat. Sebab, kalau dilihat dari kondisi rumah masyarakat desa Simonis, masih terlihat adanya kesenjangan sosial”.

Dengan kondisi demikian, agar perputaran uang dalam kegiatan ekowisata dapat berjalan dengan lancar, menguntungkan semua pihak dan dapat berjalan dengan baik, maka harus didukung dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak terkait dan masyarakat setempat (Jones, 2005). Aspek ekonomi dalam


(54)

pengembangan suatu kawasan merupakan motivasi bagi masyarakat. adanya tuntutan dan kebutuhan yang semakin meningkat menjadi salah satu alasan masyarakat bersedia untuk terlibat dalam program pengembangan tersebut.

Gambar 4.16 Kesenjangan sosial masyarakat terlihat pada bangunan rumah (Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)

Kemudian, untuk menemukan terkait dukungan dan adanya program dari pihak pemerintah kabupaten untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Peneliti melakukan wawancara kepada bapak Kharudinsyah selaku Bupati Labuhanbatu Utara, untuk menanyakan prihal tanggapan beliau untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan arah pengembangan ekowisata serta menerapkan program wisata yang berbasis masyarakat, berikut hasil wawancara peneliti dengan Bupati Labuhanbatu Utara:

“saya merasa bangga sebagai kepala daerah karena masih ada masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Utara yang berkeinginan untuk majunya wisata didaerah. Daerah kita memiliki potensi sungai yang cukup baik, seperti daerah pemandian yang ada di daerah simonies yang belum tergali. Dan selaku pihak pemerintah sangat mendukung karena untuk pengembangan sektor pertanian juga termasuk dalam visi dan misi untuk memajukan daerah. tetapi untuk saat ini, hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah untuk membangun dan membina pola pikir masyarakat terlebih dahulu. Sebab, pembangunan akan sia-sia bila tidak di barengi dengan pembentukan mental serta pola pikir masyarakat. dan nantinya hasil dari penelitian yang dilakukan dapat dilaporkan, apa yang pantas dibangun, serta bagaimana caranya, sehingga nantinya selaku pemerintah daerah dapat memanggil dinas pendidikan dan kebudayaan untuk kemudian mendengarkan prihal hasil temuan penelitian yang dilakukan”.


(55)

Adanya pernyataan dari bapak bupati selaku pemimpin daerah yang menyatakan dukungannya untuk pengembangan pariwisata Kabupaten Labuhanbatu Utara. Dan juga menyatakan kesiapanya untuk mengorbitkan objek wisata yang ada di daerah, sehingga akan lebih dikenal oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat Sumatera Utara. Dengan demikian, untuk memajukan pariwisata di Labuhanbatu Utara sangat berpotensi dilakukan upaya perencanaan dan pengembangan.

Gambar 4.17 Dokumentasi wawancara peneliti dengan responden (Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)

Dari hasil wawancara serta kajian pustaka yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan sebagai bentuk pengembangan wisata dari potensi sektor pertanian/perkebunan maka konsep perancangan yang dapat dilakukan yaitu dengan menjadikan sektor pertanian/perkebunan menjadi objek ekowisata yang berbasis pada peranan masyarakat, yang akan memberikan aspek pengalaman dan pendidikan bagi wisatawan yang datang. Sebagai contoh pengembangan ekowisata yang telah ada yaitu objek ekowisata Bali Pulina.


(56)

4.1.5 Potensi Sosial Budaya Masyarakat

Selain potensi sumber daya alam yang ada di Desa Simonis, terdapat pula potensi sosial budaya masyarakat yang sampai saat ini masih dipegang dan dijalankan oleh masyarakat desa setempat. Adapun yang tergolong dalam sosial budaya masyarakat termasuk didalamnya adat istiadat dan masakan khas. Dari hasil observasi langsung yang dilakukan pada kawasan kajian, peneliti menemukan bahwa ada beberapa adat istiadat yang sampai saat ini masih dijalankan oleh masyarakat desa setempat yaitu: Pabagas Boru (menikahkan anak perempuan); Masuk Rumah Baru dan Upah-Upah.

Potensi sosial budaya yang masih ada pada masyarakat Desa Simonis, tidak dapat menjadi suatu objek yang dapat dijual menjadi suatu daya tarik yang akan menarik wisatawan untuk datang. Sebab, tradisi yang berjalan juga telah banyak mengalami pergeseran dan perbedaan pada masa dulu dengan saat ini. Sehingga, pengembangan wisata yang paling tepat dan memiliki peluang yang besar yaitu untuk pengembangan sumber daya alam yang ada di Desa Simonis menjadi tujuan ekowisata dengan konsep pengembangan wisata berbasis masyarakat.

4.1.7 Potensi Pasar

Pada pengembangan pariwisata, hal penting yang harus diperhatikan yaitu melihat potensi pasar yang akan dituju. Sebagai target pada pengembangan ekowisata di Desa Simonis dengan arah pengembangan sektor pertanian sebagai objek wisata, target pencapaian yang dituju yaitu wisatawan mancanegara.


(1)

ABSTRACT

Tourism planning and development often do not pay attention to the description of the thoughts of the community, so that development is done does not match the potential of the market and the low level of participation of the local community. Identification of the potential of the existing resources, as well as an overview of the thinking of the community towards the planning and development of tourism efforts in the village of Simonis, to find the concept of development of tourism corresponding to market potential, as well as the development of appropriate regional mission North Labuhanbatu Regency Government i.e. encourage equitable participation and local development.This research uses qualitative descriptive method i.e. data obtained as the result of interviews and observations on the area of study also did a study of documents/literature by studying books and literature related to community-based tourism. Based on the results of research and analysis that with the potential of existing natural resources, village Simonis had a village to be developed into a tourist destination, with the direction of the development of the agricultural sector of the village be ecotourism, which refers to community-based tourism program, as well as the application of FGD in shaping the institutional society.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Batasan Masalah ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 4

1.6Kerangka Berpikir ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Pariwisata dan Dampaknya ... 6

2.2Daya Tarik Orang Berwisata... 8

2.3Rencana Pengembangan Wisata ... 11

2.4Pemanfaatan Desa Sebagai Tujuan Wisata ... 15

2.5Pariwisata Berbasis Masyarakat... 16

2.6Literatur Sejenis ... 18

2.6.1 Promoting Community Based Tourism In Bajau Laut


(3)

Said ... 18

2.6.2 Analisis Nilai Ekonomi dan Sosial Ekowisata Tangkahan oleh yessy mei nina simanjuntak 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1Jenis Penelitian ... 22

3.2Data Penelitian ... 22

3.3Populasi/Sampel Penelitian ... 23

3.4Metoda Pengumpulan Data ... 24

3.4.1 Data Primer ... 24

3.4.2 Data Sekunder ... 25

3.5Kawasan Penelitian ... 26

3.6Metode Analisa Data ... 29

3.7Kerangka Penelitian ... 30

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Analisa Objek Daya Tarik Potensial Desa ... 31

4.1.1 Analisa Potensi Sungai ... 35

4.1.2 Analisa Potensi Gua, Mata Air, dan Air Terjun ... 46

4.1.3 Analisa Potensi Panorama Pemandangan dan Bukit 57 4.1.4 Analisa Potensi Sektor Pertanian ... 65

4.1.5 Analisa Potensi Sosial Budaya Masyarakat ... 72

4.2 Potensi Pasar ... 72


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86 5.1 Kesimpulan ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... DAFTAR LAMPIRAN ...


(5)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


(6)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Diagram Kerangka Berpikir ... 5

2.1 Diagram Sistem Perencanaan Wisata ... 13

3.1 Peta Kabupaten Labuhanbatu Utara ... 27

3.2 Gambaran letak lokasi kawasan kajian ... 28

3.3 Kerangka Penelitian ... 30

4.1 Gambaran kondisi sungai Aek Natas ... 36

4.2 Gambaran kondisi wisata Pulo Biski saat ramai dikunjungi ... 38

4.3 Letak Lokasi Pulo Biski ... 40

4.4 Letak lokasi serta kondisi gua dan mata air di Pulo Biski ... 47

4.5 Kolam ikan yang berada di Pulo Biski ... 47

4.6 Kondisi & letak air terjun Sampuran ... 51

4.7 Letak air terjun dan titi Gantung ... 52

4.8 Kondisi dan aktivitas di titi gantung ... 53

4.9 Lereng bekas pengambilan batu sepanjang sungai Aek Natas ... 56

4.10 Letak Batu Sinallung atau Bukit Kembar ... 57

4.11 Wisata kereta gantung yang telah ada ... 59

4.12 Letak Bukit Tor Simargolang ... 60

4.13 Panorama Pemandangan dari puncak bukit Tor Simargolang .... 62

4.14 Objek wisata menara pandang ... 63

4.15 Potensi pertanian/perkebunan kelapa sawit dan karet ... 64

4.16 Kesenjangan sosial masyarakat terlihat pada bangunan rumah 69

4.17 Dokumentasi wawancara peneliti dengan responden ... 70

4.18 Kondisi wisata tangkahan dan aktivitas yang dilakukan ... 74

4.19 Visitor Center Tangkahan yang dibangun tahun 2006 ... 75

4.20 Wisata Bali Pulina... 76

4.21 Titik lokasi objek wisata dan area pelayanan ... 84