Pengaruh Disiplin Kerja dan Komunikasi Organisasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Disiplin Kerja

2.1.1. Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Kedisiplinan adalah kesadaran
dan kesediaan seseorang untuk menaati semua peraturan dan norma-norma yang
berlaku.
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, tanpa
dukungan karyawan yang baik, sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya.
Jadi kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai
tujuannya.
Menurut Hasibuan (2002:190) “ Kedisiplinan adalah fungsi operatif dari
Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting
karena semakin baik disiplin pegawai maka akan semakin tinggi prestasi kerja
yang dapat dicapai. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi pegawai untuk
mencapai hasil yang optimal”.


Menurut Handoko (2000:208) “ Disiplin adalah kegiatan manajemen yang
menjalankan standart-standart organisasional “.
Menurut Singodimedjo (2002:86) “Disiplin adalah sikap kesediaan dan
kerelaan seseorang untuk memahami dan mentaati norma-norma peraturan yang
berlaku disekitarnya”.

15
Universitas Sumatera Utara

Dalam kaitannya dengan pekerjaan, Nitisemito (2001:199) menyatakan
bahwa “Disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang
sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis”.
Menurut Siswanto (2006:287) “Disiplin kerja merupakan suatu sikap
menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang
berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup
menjalankannya dan tidak mengelak, menerima sanksi-sanksi apabila ia
melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”.
Disiplin pegawai yang baik akan mempercepat tujuan instansi, sedangkan
disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan penghambat pencapaian
tujuan instansi tersebut.

2.1.2. Jenis-Jenis Disiplin Kerja
Lebih lanjut Handoko (2000:208) ada dua tipe kegiatan kedisiplinan yaitu:
1. Disiplin Prepentif
Disiplin Prepentif adalah kegiatan yang dihasilkan untuk mendorong
para pegawai agar mengikuti berbagai standart atau aturan, sehingga
penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya
adalah untuk mendorong disiplin diri diantara para pegawai.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah kegiatan yang dihasilkan untuk pelanggaran
terhadap peraturan-peraturan dan mencoba untuk menghindari
pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Berupa hukuman yang disebut
dengan tindakan pendisiplinan. Biasanya peringatan atau skorsing.

16
Universitas Sumatera Utara

Menurut Handoko (2000:209) “ Tujuan Pendisiplinan adalah untuk
memperbaiki kegiatan diwaktu yang akan datang bukan untuk menghukum
kesalahan diwaktu yang lalu”.
Hukuman diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik

pegawai agar menaati semua peraturan instansi. Dengan keadilan dan ketegasan
sasaran pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa dibarengi hukuman
yang tegas bagi pelanggarnya bukan menjadi alat pendidik bagi pegawai.
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan
pegawai suatu organisasi menurut Hasibuan (2002:194) diantaranya adalah :
a. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut memperhatikan tingkat kedisiplinan pegawai.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta
cukup menantang bagi kemampuan pegawai.
b. Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
bawahannya.
c. Balas Jasa
Balas jasa ( gaji dan kesejahteraan ) ikut mempengaruhi kedisiplinan
pegawai karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan
pegawai terhadap instansi / pekerjaannya. Jika kecintaan pegawai semakin
baik terhadap pekerjaan, disiplin mereka akan semakin baik pula.


17
Universitas Sumatera Utara

d. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego
dan sikap manusia yang merasa dirinya penting dan minta diperlakukan
sama dengan manusia lainnya.
e. Pengawasan Melekat
Tindakan nyata dan efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai pada
suatu instansi.
f. Sanksi Hukum
Sanksi hukum berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut
untuk melanggar peraturan-peraturan instansi. Sikap dan perilaku
indisipliner pada pegawai akan berkurang.
g. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama pegawai
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu instansi.
2.1.4. Dimensi dan Indikator Disiplin Kerja
Menurut Sutrisno (2011:86) Disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan

kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang
berlaku disekitarnya. Maka dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi disiplin
kerja diantaranya adalah :
1. Absensi / Kehadiran
2. Ketaatan pada peraturan
3. Ketaatan pada standar kerja

18
Universitas Sumatera Utara

4. Tingkat kewaspadaan tinggi
5. Bekerja etis
Indikator-indikator disiplin kerja pegawai diantaranya adalah :
1. Tepat waktu
2. Tingkat kehadiran
3. Mengenakan seragam kantor
4. Memelihara sarana dan prasarana kantor
5. Bekerja sesuai prosedur
6. Bekerja sesuai standar
7. Ketelitian dalam bekerja

8. Berhati-hati dalam bekerja
9. Bersikap sopan
10. Saling menghargai
2.2.

Komunikasi

2.2.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja,
terutama dalam membentuk organisasi yang efektif dan efesien. Oleh karena itu,
hubungan

komunikasi

yang

terbuka

harus


diciptakan

dalam

suatu

organisasi.Menurut Purwanto (2006:3) “Komunikasi adalah suatu proses
pertukaran informasi antar individu melalui sistem yang biasa ( lazim ), baik
dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan”.
Menurut Canggra (2007:4) “ Komunikasi diartikan sebagai salah satu
aktifitas yang fundamental dalam kehidupan umat manusia yang dimana

19
Universitas Sumatera Utara

merupakan penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada
penerima baik secara lisan, tulisan maupun alat komunikasi”.
Menurut Wiryanto (2004:9)“ komunikasi adalah proses pemindahan
pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain “.
Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang

digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah,intonasi,titik putus vokal
dan sebagainya. Perpindahan efektif memerlukan tidak hanya transmisi data,
tetapi seseorang mengirimkan dan menerima berita sangat tergantung pada
keterampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain).
2.2.2. Bentuk Dasar Komunikasi
Pada dasarnya ada dua bentuk dasar komunikasi yang lazim digunakan
dalam dunia bisnis, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Masing-masing dapat
dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
2.2.2.1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal ( Verbal Communication ) merupakan salah satu
bentuk komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis untuk menyampaikan
pesan-pesan bisnis kepada pihak lain secara tertulis ( written ) maupun lisan (
oeral ). Bentuk komuniksasi verbal ini memiliki struktural yang teratur dan
terorganisasi dengan baik, sehingga tujuan penyampaian pesan-pesan bisnis dapat
tercapai dengan baik.
Dalam dunia bisnis, seseorang dapat saja mengeskpresikan pesanpesannya secara nonverbal. Namun, ekspresi secara nonverbal memiliki suatu
keterbatasan dalam mengkomunikasi suatu pesan kepada pihak lain.

20
Universitas Sumatera Utara


2.2.2.2. Komunikasi Nonverbal
Bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis adalah
komunikasi

nonverbal.

Menurut

teori

antropologi,

sebelum

manusia

menggunakan kata-kata, mereka telah menggunakan gerakan-gerakan tubuh,
bahasa tubuh sebagai alat untuk komunikasi dengan orang lain. Berikut ini adalah
beberapa contoh perilaku yang menunjukkan komuniksi nonverbal :

1.

Menggertakkan gigi untuk menunjukkan kemarahan

2.

Mengerutkan dahi untuk menunjukkan sedang berfikir keras

3.

Berpangku tangan untuk menunjukkan seseorang sedang melamun

4.

Menggelengkan kepala untuk menunjukkan sikap menolak atau
keheranan

5.

Menutup mulut dengan telapak tangan untuk menunjukkan suatu

kebohongan

6.

Telapak tangan yang terbuka menunjukkan kejujuran

7.

Dan lain sebagainya

Pendek kata, dalam komunikasi nonverbal orang mengambil suatu
kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa segan, benci, cinta,
rindu, maupun berbagai macam perasaan lainnya. Lagi pula secara mendasar,
komunikasi nonverbal cukup berbeda dengan komunikasi verbal. Pada umumnya
bentuk komunikasi nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur, sehingga
membuat komunikasi nonverbal sulit untuk dipelajari.

21
Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Unsur-Unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa
komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi jika seseorang yang menyampaikan
pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa
terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek.
Unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau
elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa
terciptanya komunikasi cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang
menambahkan umpan balik dan lingkungan selain ketiga unsur yang telah
disebutkan.
Aristoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica
menyebutkan bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang
mendukung, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang
mendengarkan. Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian besar komunikasi dinilai
tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau
retorika.
Dibawah ini merupakan unsur-unsur dari komunikasi :
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa
terdiri dari satu orang tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya

22
Universitas Sumatera Utara

partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, dan
komunikator.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah suatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan
caratatap muka atau melalui media komunikasi. Isi bisa berupa
pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Dalam bahasa
Inggris pesan biasanya diterjemahkan sengan kata messege, content, atau
information.
3. Media
Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat melalui saluran atau media, ada yang menilai bahwa media bisa
bermacam-macam bentuknya misalnya dalam komunikasi antarpribadi
panca indra dianggap sebagai media komunikasi.Selain indra manusia, ada
juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan
sebagai komunikasi antar pribadi.
Dalam

komunikasi

masa

media

adalah

alat

yang

dapat

menghubungkan antar sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana
setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam
komunikasi masa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan
media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku,
leaflet, brosur, stiker, bulletin, handout, poster, spanduk dan lain

23
Universitas Sumatera Utara

sebagainya. Sementara itu media elektronik antara lain radio, televisi, film,
video recording, computer, elektronik broad, audio caseatte dan
semacamnya.
Berkat

perkembangan

teknologi

komunikasi

khususnya

dibidang

komunikasi massa elektronik yang begitu cepat, media massa elektronik
semakin banyak bentuknya dan semakin mengaburkan btas-batas untuk
membedakan antara media komunikasi dan komunikasi antar pribadi.
Hal ini disebabkan karena semakin canggihnya media komunikasi itu
sendiri yang bisa dikombinasikan antara satu sama lainnya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara.
Penerima bisa disebut dengan berbagai macam istilah seperti
khalayak, sasaran, komunikan atau dalam bahasa Inggris disebut audience
atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan
penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak akan ada penerima
jika tidak ada sumber.
Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena
dia lah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak
diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai masalah yang sering
kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.
5. Pengaruh

24
Universitas Sumatera Utara

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh
ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Oleh
karena itu pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan atau penguatan
keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan.
6. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima.Akan tetapi umpan
balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meskin
pesan belum sampai kepada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang
mengalami perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk
penyampaian pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan.
Hal ini menjadi seperti tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial
budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.
Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi
sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana
tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos dan jalan
raya.

25
Universitas Sumatera Utara

Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan
politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya
kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan status sosial.
2.2.4. Dimensi dan Indikator Komunikasi
Menurut Wiryanto (2004:9) Komunikasi adalah proses pemindahan
pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain.
Maka dapat disimpulkan dimensi-dimensi komunikasi diantaranya adalah :
1. Keterbukaan
2. Empati
3. Sikap Positif
4. Kesetaraan
Indikator-indikator komunikasi diantaranya adalah :
1. Kejujuran berkomunikasi
2. Bertanggung jawab
3. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti
4. Terlibat aktif dan ekspresif
5. Fokus
6. Berbicara dengan jelas
7. Berbicara dengan spontan
8. Berbicara secara provisional
9. Bersikap positif
10. Menerima perbedaan pendapat

26
Universitas Sumatera Utara

2.3.

Prestasi Kerja

2.3.1. Pengertian Prestasi Kerja
Organisais adalah kumpulan orang yang memiliki kompetensi yang
berbeda-beda yang saling tergantung antara satu dengan lainnya, yang berusaha
mewujudkan kepentingan bersama mereka dengan memanfaatkan berbagai
sumber daya. Pada dasarnya tujuan yang ingin diwujudkan oleh organisasi adalah
mencapai keuntungan. Oleh karena itu diperlukan pegawai-pegawai yang
mempunyai prestasi yang tinggi.
Menurut sutrisno (2011:150) yang diterjemahkan oleh Bernardin dan
Russel mendefenisikan prestasi kerja sebagai berikut : “ Prestasi Kerja adalah
catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau
kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu”.
Menurut Mangkunegara (2002:23) : “Prestasi Kerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya”. Prestasi kerja adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dengan melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta
waktu (Hasibuan 2008:94). Sedangkan menurut Maier dalam As’ad (2001:63) “
Prestasi Kerja adalah kualitas, kauntitas, waktu yang dipakai, jabatan yang
dipegang, absensi, dan keselamatan dalam menjalankan pekerjaan.
Menurut Dharma (1985:21) “Prestasi kerja dibentuk oleh pengharapan
dimana setiap orang dalam suatu organisasi melaksanakan tugas sesuai dengan
yang diharapkan darinya. Bila seseorang bekerja dalam suatu organisasi, orang-

27
Universitas Sumatera Utara

orang lain bergantung padanya untuk melakukan hal-hal tertentu. Ketergantungan
ini terungkap baik secara formal maupun secara informal sebagai suatu
pengharapan”
2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah :
1. Kemampuan, perangai dan minat seorang.
2. Kejelasan dan penerima atas penjelasan peranan seorang pekerja.
3. Tingkat motivasi kerja.
Walaupun setiap faktor secara sendiri-sendiri juga mempunyai arti yang
penting, tetapi kombinasi ketiga tersebut sangat menentukan tingkat hasil tiap
pekerja, yang pada gilirannya membantu prestasi pegawai secara keseluruhan.
Sutrisno

(2011:151)

yang

diterjemahkan

oleh

Byar

dan

Rue

mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi prestasi kerja yakni faktor
individu dan lingkungan. Faktor-faktor individu yang dimaksud adalah :
1. Usaha yang menunjukkan sebuah sinergik fisik dan mental yang
digunakan dalam menyelenggarakan gerakan tugas.
2. Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk melakukan
tugas.
3. Role / task perfection, yaitu segala perilaku dan aktifitas yang dirasa
perlu oleh individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Adapun faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi kerja :
1. Kondisi Fisik
28
Universitas Sumatera Utara

2. Peralatan
3. Waktu
4. Material
5. Pendidikan
6. Supervisi
7. Desain Organisasi
8. Pelatihan
9. Keberuntungan
Faktor-faktor lingkungan ini tidak langsung menentukan prestasi kerja
seseorang, tetapi mempengaruhi faktor-faktor individu.
Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa perilaku seseorang baik itu
dalam organisasi atau instansi pemerintahan merupakan hasil dari interaksi
berbagai variabel yaitu individual dan situasional. Oleh karena itu perilaku
individu

dapat

diukur

berdasarkan

variabel-variabel

yang

berhubungan

dengannya. Namun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perilaku itu
sendiri, bukan variabel-variabel yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut.
Untuk mengukur perilaku itu sendiri atau sejauh mana individu
berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan organisasi / instansi, yaitu prestasi
kerja pada umumnya dikaitkan dengan pencapaian hasil dari standar kerja yang
telah ditetap.
Didalam penelitian ini pengukuran prestasi kerja diarahkan pada lima
aspek yang merupakan bidang prestasi kunci bagi perusahaan / instansi yang
bersangkutan.Bidang prestasi kunci tersebut adalah :

29
Universitas Sumatera Utara

1. Hasil Kerja
2. Pengetahuan Pekerjaan
3. Kecekatan Mental
4. Sikap
5. Disiplin Waktu dan Absensi
Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembahasan
masalah keberhasilan kerja atau prestasi kerja haruslah dilihat dari dua sudut
pandangan, yaitu :
1. Harus dilihat aspek-aspek yanng menyangkut kriteria pengukuran
keberhasilan kerja yang merupakan sasaran akhir dari suatu
pelaksanaan pekerjaan.
2. Perilaku dari individu itu sendiri dalam usaha untuk mencapai
keberhasilan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Menurut Tika (2005:121) mendefenisikan kinerja pegawai sebagai hasilhasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam
periode waktu tertentu. Adapun yang menjadi dimensi pada kinerja pegawai yaitu
perilaku yang harus dilakukan oleh para pegawai sebagai perwujudan dari tugas
dan beban kerja yang diberikan perusahaan kepada pegawai, antara lain :
a. Kuantitas kerja adalah banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan
olehpegawai, maka dapat diketahui tingkat kompetensi, ketepatan waktu,
dan target pegawai tersebut dalam melakukan pekerjaannya.

30
Universitas Sumatera Utara

b. Kualitas kerja menunjukkan sejauh mana kemampuan seorang pegawai
dalam memberi hasil yang optimal yang dapat diraih dari ketepatan kerja,
ketelitian kerja dan kerapian pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai.
2.3.3. Arti Penting dan Tujuan Penilaian Prestasi Kerja
Dalam sebuah instansi, para pegawai, Kepala Dinas dan sebagainya juga
dilakukan penilaian namun dalam hal ini penilaian diarahkan kepada prestasi
kerja. Sehingga fokus penilaiannya adalah sejauh mana seorang pegawai dan
Kepala Dinas tersebut telah melaksanakan pekerjaannya. Apakah pegawai
tersebut sudah bekerja sesuai dengan yang diharapkan oleh instansi atau belum ?.
Penilaian prestasi merupakan sebuah proses formal untuk melakukan
peninjauan kembali dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik. Proses
penilaian prestasi ditujukan untuk memahami prestasi kerja seseorang. Tujuan ini
memerlukan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan yang saling berkaitan.
Kegiatan-kegiatan itu terdiri dari identifikasi, observasi, pengukuran, dan
pengembangan hasil kerja pegawai dalam sebuah instansi
Tahap identifikasi merupakan tahap awal dari proses yang terdiri atas
penentuan unsur-unsur yang akan diamati. Kegiatan ini diawali dengan
melakukan analisis pekerjaan agar dapat mengenali unsur-unsur Yang akan dinilai
dan dapat mengembangkan skala penilaian.
2.3.4. Hubungan Disiplin Dengan Prestasi Kerja
Disiplin pegawai memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal
dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan prestasi kerja para pegawai.
Disiplin kerja para pegawai sangat penting.

31
Universitas Sumatera Utara

Disiplin kerja merupakan hal yang harus ditanamkan dalam diri tiap
pegawai, karena hal ini akan menyangkut tanggung jawab moral pegawai itu
pada tugas kewajiban. Seperti juga suatu tingkat laku yang bisa dibentuk
melalui suatu kebiasaan. Selain itu, disiplin kerja dapat ditingkatkan apabila
terdapat kondisi kerja yang dapat merangsang pegawai untuk berdisiplin.
Disiplin adalah sikap kesedian dan kerelaan seseorang untuk mematuhi
dan menaati segala norma peraturan yang berlaku dalam sebuah instansi.
Disiplin pegawai yang baik akan mempercepat pencapaian tujuan instansi,
sedangkan

disiplin

yang

merosot

akan

menjadi

penghalang

dan

memperlambat pencapaian tujuan instansi tersebut.
Disiplin kerja atau kebiasaan-kebiasaan baik yang harus ditanamkan dalam
diri pegawai sebaiknya bukan atas dasar paksaan semata, tetapi harus lebih
didasarkan atas kesadaran dari dalam diri pegawai tersebut
Disiplin menunjukkan kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri
pegawai terhadap peraturan dan ketepatan instansi. Dengan demikian bila
peraturan atau ketepatan yang ada dalam instansi itu diabaikan atau sering
dilanggar maka pegawai mempunyai disiplin kearah yang buruk. Sebaliknya
bila pegawai tunduk pada ketetapan instansi, menggambarkan adanya kondisi
disiplin yang baik. Dalam arti yang lebih sempit dan lebih banyak dipakai
disiplin berarti tindakan yang diambil dengan penyeliaan untuk mengoreksi
perilaku dan sikap yang salah pada sebagian pegawai.
Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja
pegawai dalam suatu instansi sangat dipengaruhi oleh disiplin pegawai.

32
Universitas Sumatera Utara

Apabila diantara pegawai sudah tidak menghiraukan kedisiplinan kerja, maka
dapat dipastikan prestasi kerjanya akan menurun. Padahal untuk mendapatkan
prestasi kerja yang memuaskan sengat diperlukan kedisiplinan dari para
pegawai.
2.4.

Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No

1

2

3

Peneliti
(Tahun)

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

Anwar Prabu Effect of Work Discipline, The results of this study show them that
Mangkunegara Work Motivation and Job Work Discipline has positive effect on
Satisfaction on Employee Organizational
Commitment.
Work
(2015)
Organizational
Commitment
in
the
Company (Case Study in
PT. Dada Indonesia)

Motivation has positive effect on
Organizational
Commitment.
Job
satisfaction has positive influence on
Organizational
Commitment.
Work
discipline, work motivation and job
satisfaction has positive influence on
Organizational Commitment

Misra
Mahriyanti
Pulungan
(2015)

Pengaruh Disiplin Kerja,
Motivasi dan Kepuasan
Kerja Terhadap Prestasi
Kerja Pegawai Dinas
Pendapatan
Daerah
Provinsi Sumatera Utara

Hasil penelitian ini meunjukkan
menunjukkan bahwa disiplin kerja,
motivasi, dan kepuasan kerja secara
bersama-sama
atau
simultan
mempengaruhi prestasi kerja pegawai
secara signifikan. Motivasi dan
kepuasan kerja berpengaruh secara
parsial terhadap prestasi kerja,
sedangkan disiplin kerja tidak
berpengaruh secara parsial terhadap
prestasi
kerja
pegawai
dinas
pendapatan provinsi Sumatera Utara

Brigita Ria
Tumilaar
(2015)

The Effect Of Diciplines,
Leadership,
And
Motivation On Employee
Performance At BPJS
KETENAGAKERJAAN
SULUT

Analysis result demonstrates that
discipline, leadership, and motivation
simultaneously affect towards employee
performance, discipline and leadership
partially affects employee performance,
while motivation partially doesn’t affect
employee performance. The company is
expected to pay attention to what the
needs and wishes of the employees in
terms of supporting the achievement of
good performance

33
Universitas Sumatera Utara

No
4

5

6

7

8

2.5.

Peneliti
(Tahun)
Dhesty Kasim,
A.L.
Rantetampang
, Happy
Lumbantobing
(2015)

Pirtahap
Sitanggang
(2014)

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

Relationship of
Work
Discipline,
Leadership,
Training, and Motivation to
Performance of Employees
Administration Abepura
Hospital Papua 2015

The results of this study were: 1)
There is a disciplinary effect on the
performance of the administrative
staff in hospitals Abepura with p =
0.031. 2) There is a leadership
influence on the performance of the
administrative staff in hospitals
Abepura with p = 0.000
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa disiplin kerja dan lingkungan
kerja secara serempak maupun parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap prestasi kerja, dan secara
parsial yang berpengaruh paling
dominan adalah lingkungan kerja.
Disiplin kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi kerja.
Lingkungan kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap prestasi kerja
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel secara parsial
berpengaruh secara positif dan tidak
signifikan terhadap prestasi kerja
karyawan pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Cab. Medan Putri Hijau
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa adanya pengaruh yang
positifdan
signifikan
variabel
Komunikasi (X) terhadap Semangat
Kerja Karyawan (Y) PT Telkom
Regional I Bidang Customer Care
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel bebas mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat.

Pengaruh Disiplin Kerja
dan Lingkungan Kerja
Terhadap Prestasi Kerja
Pegawai Pada Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah
Kabupaten Samosir.

Eva Flora
Pengaruh Disiplin Kerja
Ginting (2010) Terhadap Prestasi Kerja
Pada PT. Bank Rakyat
Indonesia
(persero)
cabang Medan Putri
Hijau
Dimas Prayogi Pengaruh
Komunikasi
(2010)
Terhadap
Semangat
Kerja Karyawan PT
Telkom
Regional
I
Sumatra bidang customer
Care Medan
Elita
Pengaruh
Komunikasi
(2008)
Terhadap
Kinerja
Pegawai Pada Dinas
Pengairan
Provinsi
Sumatera Utara

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan

teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan

34
Universitas Sumatera Utara

tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipostesis
(Jurusan Akuntansi, 2004:13).
Dalam penelitian ini, variabel-variabel independen (X) yang ditentukan
oleh peneliti yang dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu prstasi kerja (Y)
adalah disiplin kerja dan komunikasi. Disiplin kerja ialah sikap kesediaan dan
kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang
berlaku disekitarnya (Sutrisno 2011:86). Disiplin kerja merupakan salah satu
variabel independen yang pernah diteliti pengaruhnya terhadap prestasi kerja.
A.

Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja
Disiplin kerja merupakan salah satu komponen yang turut menentukan

baik buruknya kinerja seseorang. Pegawai yang disiplin dalam bekerja akan
cenderung untuk melakukan segala aktivitasnya sesuai dengan tata aturan, standar
maupun tugas dan tanggung jawab yang menjadi kewajibannya. Kepatuhan
terhadap peraturan maupun standar kerja yang telah ditetapkan oleh manajemen
merupakan jaminan keberhasilan pencapaian tujuan, oleh individu dalam
organisasi yang bersangkutan yang pada gilirannya akan mempengaruhi prestasi
kerja organisasi tersebut. Contoh yang sederhana dalam hal ini adalah jika seorang
pegawai sering datang terlambat maka secara otomatis hal tersebut akan
merugikan dinas dimana ia bekerja. Kerugian yang nyata diantaranya adalah :
1. Berkurangnya jam kerja bagi pegawai yang bersangkutan sehingga
kemungkinan target kerja molor atau tidak tercapainya target kerja yang
ditetapkan pada waktu tersebut sangat besar.

35
Universitas Sumatera Utara

2. Pengaruh negatif kepada pegawai lainnya terutama jika perilaku
indisipliner tersebut dibiarkan berlarut-larut oleh pimpinan atau atasan
langsung di dinas tersebut.
3. Munculnya sikap malas dan acuh tak acuh jika sikap “pembiaran” oleh
pimpinan berkelanjutan.
Menurut Malayu (2003:193) Disiplin Kerja adalah “Kesadaran dan
kesediaan seseorang mentaati semua peraturan-peraturan dan norma-norma sosial
yang berlaku”. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati
semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, seseorang
akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas
paksaan. Sedangkan, kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan
seseorang yang sesuai dengan peraturan organisasi, baik yang tertulis maupun
tidak tertulis. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh organisasi adalah dengan
menanamkan jiwa disiplin mulai dari pimpinan dengan tujuan memberikan contoh
kepada bawahan, dengan demikian suatu prestasi kerja pegawai dan organisasi
tersebut dapat meningkat.
Undjila (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh kedisiplinan
pegawai terhadap prestasi kerja pada kantor perwakilan badan kependudukan dan
keluarga berencana nasional (BKKBN) provinsi Gorontalo. Dan hasilnya adalah
bahwa terdapat pengaruh signifikan kedisiplinan pegawai terhadap prestasi kerja.
Ini dapat dibuktikan dengan perhitungan statistik, nilai koefisien determinasi
sebesar 0,968 atau 96,8% dari Kedisiplinan Pegawai terhadap Prestasi Kerja.
Sementara sisanya 0,032 atau 3,2%b dipengaruhi oleh variabel lain yang yang

36
Universitas Sumatera Utara

tidak diteliti pada penelitian ini. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung
untuk variabel yang mempengaruhi yaitu kedisiplinan sebesar 41,584 dengan
Pvalue = 0,000. Dengan menggunakan batas signifikan α = 0,05 didapat ttabel (
95 : 60-2) sebesar 1,67. Dari hasil tersebut maka kriteria pengujian yaitu thitung
atau Pvalue < α yang artinya H0 ditolak H1 diterima. Dengan demikian hipotesis
uji t variabel kedisiplinan berpengaruh secara positif signifikan dan dapat diterima
arah koefisien regresi positif artinya kedisiplinan pegawai memiliki pengaruh
signifikan secara parsial terhadap prestasi kerja pada kantor BKKBN Provinsi
Gorontalo.
B. Pengaruh Komunikasi Terhadap Prestasi Kerja
Peningkatkan prestasi kerja pegawai dilakukan dengan berbagai upaya,
salah satunya adalah melalui usaha-usaha komunikasi baik dalam bentuk
komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horisontal, maupun
komunikasi diagonal. Berkaitan dengan itu organisasi diharapkan dapat
menciptakan kondisi komunikasi yang baik yang dapat dimengerti oleh seluruh
pegawai

yang

akan

mendukung

peningkatan

prestasi

kerja,

sekaligus

meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Komunikasi yang efektif merupakan hal
penting dalam organisasi. Komunikasi dapat disampaikan dari atasan ke pegawai
atau dari pegawai ke atasan, juga antar pegawai guna menyampaikan ide atau
berita baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi dua arah antara atasan dan
pegawai menjadikan pegawai tersebut merasa diperhatikan dan diikutsertakan
untuk bertanggungjawab atas suksesnya suatu organisasi serta membantu dalam
peningkatan prestasi kerja pegawai.

37
Universitas Sumatera Utara

Ardiansyah (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh komunikasi
terhadap kinerja karyawan dengan dimediasi oleh kepuasan kerja pada PT. Setia
Kawan Makmur Sejahtera Tulungagung. Hasil penelitian menunjukan bahwa
komunikasi terhadap kepuasan kerja, komunikasi terhadap kinerja, kepuasan kerja
terhadap kinerja, dan Peran mediasi kepuasan kerja terhadap komunikasi dan
kinerja karyawan mempunyai pengaruh positif dan signifikan.
Ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pegawai dalam
meningkatkan prestasi kerjanya, diantaranya yaitu komunikasi dan disiplin
kerja.Dari beberapa penjelasan diatas maka kerangka konseptual dari penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Disiplin Kerja
(�� )

Prestasi Kerja
(Y)

Komunikasi
(X2)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.6Hipotesis
Rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

38
Universitas Sumatera Utara

pada teori yang relevan, belum berdasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang
diperoleh dari pengumpulan data.
Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis yang dapat ditarik
yaitu :
1. Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi
kerja
2. Komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja
3. Disiplin Kerja dan Komunikasi bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan prestasi kerja.

39
Universitas Sumatera Utara