Penganut Agama Hindu Di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung Kabupaten Karo (Tahun 1985-2000)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sebelum masuknya pengaruh Agama Hindu masyarakat di Desa Tanjung Pulo
masih menganut Animisme. Setelah masuknya pengaruh Agama Hindu kepada
masyarakat di Desa Tanjung Pulo, menyebabkan Animisme yang dianut masyarakat
mengalami perubahan menjadi Agama Pemena. Setelah masuknya Agama Hindu ke
Tanjung Pulo, masyarakat Desa Tanjung Pulo menggunakan upacara keagamaan
yang memiliki persamaan dengan budaya Agama Hindu di India. Salah satu
persamaannya adalah kremasi atau pembakaran mayat untuk mendapatkan abu
jenasah dan masyarakat di Desa Tanjung Pulo telah menyembah Dewa di dalam
kepercayaan Agama Hindu yaitu Dewa Siwa. Pada tahun 1985 Agama Pemena telah
disahkan menjadi Agama Hindu, dan penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo
telah resmi diakui menjadi Agama yang resmi karena bukan lagi disebut dengan
Agama Pemena.
Penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo mengalami penurunan jumlah
penganutnya. Sebelum masuknya kristenisasi dan pengaruh pemberontakan komunis
penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo merupakan Agama yang dominan.
Namun akibat dari faktor tersebut penganut Agama Hindu mengalami penurunan
yang sangat banyak. Dibangunnya Pura pada tahun 1985 di Desa Tanjung Pulo

sempat memberi harapan untuk penganut Agama Hindu yang tersisa untuk

Universitas Sumatera Utara

berkembang, namun pembangunan Pura yang diberi nama Pura Sekula Serasi tidak
mampu meningkatkan jumlah penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo.
Masyarakat di Desa Tanjung Pulo mulai meninggalkan Agama Hindu akibat persepsi
negatif dari masyarakat yang belum mengetahui latar belakang Agama Hindu di Desa
Tanjung Pulo.
Penganut adalah individu yang mengikuti sebuah kepercayaan dan menjadi
sebuah Komunitas yang saling membantu antara sesama. Komunitas adalah suatu
kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah yang nyata dan berintraksi
menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh suatu rasa identitas komunitas 1.
Komunitas dapat bertahan, berkembang ataupun menurun secara kuantitas. Pemicu
munculnya penurunan komunitas disebabkan oleh suatu sistem yang tidak lagi
dianggap menarik, menguntungkan atau tidak sesuai lagi dengan pola pikir
masyarakat pada umumnya, tidak sesuai dengan adat istiadat dan lahirnya komunitas
baru yang lebih diterima karena sesuai dengan kondisi yang sedang berlangsung,
yang mengakibatkan komunitas sebelumnya ditinggalkan. Komunitas bisa juga
dijelaskan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan,

umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. 2 Sejarah adalah kisah atau
cerita yang terjadi pada masa lampau yang memiliki bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Keberadaan Agama Hindu adalah salah satu
sejarah yang perlu untuk diketahui karena merupakan agama pertama yang masuk ke

1

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:F.a.Aksara Baru, 1985, hal. 148.
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas, diakses tanggal 12 Juni 2016.

2

Universitas Sumatera Utara

Indonesia. Sebelum masuknya Hindu masyarakat di Nusantara masih menganut
animisme dan dinamisme. 3 Masuknya Agama Hindu ke Nusantara dibawa oleh
Bangsa India.Mereka masuk ke Indonesia melalui jalur laut dan melakukan
perdagangan karena Indonesia memiliki letak geografis yang strategis dan sumber
alam yang bernilai dalam perdagangan.Bersamaan dengan kegiatan tersebut mereka
menyebarkan Agama Hindu kepada masyarakat di nusantara.

Kedatangan orang India ke kawasan Asia Tenggara membawa serta agama dan
kebudayaan Hindu, bermula sekitar awal tarikh Masehi. Kebudayaan Hindu
berkembang dan mempengaruhi hampir semua bangsa di dunia. Ketika itu India dan
Cina adalah dua kekuatan besar di Asia yang telah memiliki peradaban yang kokoh
dan sudah berkembang sejak ribuan tahun sebelumnya. Kebudayaan intelektual
Agama Hindu mempengaruhi kawasan Asia Tenggara yang sangat jauh tertinggal.
Sedemikian kuatnya dominasi politik dan kebudayaan tersebut 4.Pengaruh kedua
bangsa besar India dan Cina, negeri-negeri di Asia Tenggara makin berkembang dan
mampu mencapai tingkat yang lebih tinggi
Etnis Tamil di Indonesia berasal dari India bagian selatan. Kelompok suku
bangsa Tamil ini banyak terdapat di Sumatera Utara seperti Pematang Siantar, Lubuk
Pakam, Langkat, Binjai dan Medan. Banyak dari mereka yang didatangkan pada
zaman kolonial Belanda untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan yang
3

Animisme adalah sebuah kepercayaan terhadap roh nenek moyang(leluhur) sedangkan
dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda benda yang dianggap sakral dan memiliki kekuatan
gaib.
4
J.Fachruddin Daulay “Bandar Barus dalam catatan sejarah” .Medan :Buletin Historisme,.

Departemen Sejarah Fakultas Sastra USU, No. 21, pp. 28-36,2009.

Universitas Sumatera Utara

dibangun di daerah tersebut. Kelompok bangsa Tamil kemudian berkembang secara
turun temurun hingga sekarang di Indonesia. 5
Kuil Agama Hindu yang tertua di Sumatera Utara terletak di Kampung Madras,
“Sri Mhariaman”, didirikan pada tahun 1884. Ketika itu sudah banyak kuli orang
Tamil bekerja di perkebunan-perkebunan di sekitar Medan. Sedangkan Kuil Agama
Sikh di samping Candi Tamil di Kampung Madras didirikan oleh “Gurdhuara Sahib”.
Pendetanya yang pertama ialah Bhai Surain Singh Ji.
Kedatangan orang India selatan(Tamil) 6 ke Sumatera Utara tidak lepas dari
hubungan erat yang pernah terjadi antara Kerajaan Cola, Kolutungga I dengan
kerajaan Sriwijaya. Dimana Kerajaan Cola menguasai wilayah Tamil di India selatan.
Hal ini menyebabkan banyak Etnis Tamil yang menetap di Barus, dimana pada waktu
itu Barus dibawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Pada saat itu kerajaan Cola
memiliki hubungan erat dengan Kerajaan kerajaan yang ada di Nusantara. Begitu
juga dengan Kerajaan Sriwijaya dan cukup berpengaruh dalam bidang politik,
ekonomi dan kebudayaan. Hal ini telah diteliti oleh Prof. Nilakantisastri, guru besar
dari Universitas Madras pada tahun 1932 bahwa pada tahun 1080 M di Lobu Tua tak

jauh dari sungai Singkil ada pemukiman pedagang dari India Selatan. 7
Keterangan batu bertulis Lobu Tua sangatlah penting artinya karena merupakan
bukti yang menunjukkan bahwa masyarakat Tamil dalam kegiatan perdagangannya
5

Ayu Sri Mahasti, 2016, “Pangguni Uttiram(Suatu Ritual Hindu-Tamil di Kuil Shri
Thendayanudabani, Kota Lubuk Pakam, Sumatera Utara ,”Skripsi, Medan: belum diterbitkan,2012,
Hal: 1.
6
Tamil adalah etnis dari India selatan yang mayoritas memeluk Agama Hindu.
7
http://id.googleweblight.com/?lite_url kompasiana.com, diakses tanggal 11 juli 2016

Universitas Sumatera Utara

sudah tiba di Sumatera, bahkan sudah ada perkampungan mereka di Barus. Di antara
para pedagang terdapat juga seniman yang memahat batu bertulis tersebut. Dengan
demikian, selain orang-orang Tamil yang menetap di Barus, yang tercatat sebagai
pedagang India, maka pedagang asing lain yang sudah mengunjungi langsung Barus
ialah saudagar-saudagar asal Timur Tengah (abad ke-10). 8

Setelah Etnis Tamil di Barus mulai dimasuki bangsa Arab dan Timur tengah
pada abad ke-10 dan proses Islamisasi di Barus, maka banyak dari mereka yang
kemudian pergi ke daerah pedalaman Etnis Batak dan hilangnya hubungan Etnis
Tamil dengan tanah leluhurnya, begitu juga dengan Kerajaan Panei di Padang Lawas
maka berkembanglah unsur-unsur budaya Hindu kepada masyarakat Batak. Di
antaranya adalah Aksara Karo, pengetahuan astrologi, sejumlah kata-kata Sansekerta,
pertanian irigasi, termasuk beberapa alat pertanian, pertenunan dan kesenian,
permainan catur, beberapa konsep dan praktek keagamaan, sebagian Marga
Sembiring, upacara kurban dalam hubungan pertanian, organisasi masyarakat dalam
klen-klen berkaitan dengan totemisme. Totemisme adalah istilah menunjuk pada suatu
kepercayaan atau agama yang hidup pada suatu komunitas atau organisasi yang
mempercayai adanya daya atau sifat Ilahi yang dikandung sebuah benda atau
mahkluk hidup selain manusia 9. Adat perkawinan eksogami yaitu istilah Antropologi
prinsip perkawinan yang mengharuskan orang mencari jodoh di luar lingkungan

8

J.Fachruddin Daulay. Loc. Cit

9


Hassan Shadily, Ensklopedia Indonesia Jilid 6(SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, hal.
3604, 1980.

Universitas Sumatera Utara

sosialnya seperti di luar lingkungan kerabat, golongan sosial, dan lingkungan
pemukiman 10, dan lain-lain. Perkataan marga (klen) sendiri dalam istilah bahasa
Batak berasal dari bahasa Sansekerta, “Varga”.
Jadi dapat disimpulkan penyebaran Hindu di Sumatera Utara dimulai dari
daerah Barus. Hal ini terjadi akibat hubungan diplomatis Kerajaan Cola dengan
Kerajaan Sriwijaya pada waktu itu. Sebagai bukti sewaktu batu bertulis Lobu Tua
dibuat di India terdapat berbagai perkumpulan dagang orang-orang Tamil. Salah
satunya yang menetap di Barus ialah perkumpulan bernama “Mupakat 500”.
Perkumpulan dagang ini sangat kuat organisasinya dan berdiri sendiri serta tidak
tunduk secara politis kepada seseorang Raja mana pun, sehingga mereka diterima
dengan tangan terbuka di negeri-negeri yang dikunjunginya. Perkumpulan dagang ini
mempunyai pasukan tentara bayaran sendiri yang bertugas menjaga barang-barang
terutama sewaktu transit dari satu tempat ke tempat lain. 11
Sejarah kedatangan Hindu pertama kalinya ke Barus merupakan cikal bakal

perkembangan Hindu ke daerah lainnya di Sumatera utara. Sesuai dengan judul
penelitian penulis maka dijelaskan juga proses perkembangan Agama Hindu ke
Tanah Karo dimana Kebudayaan Hindu yang dibawa oleh orang India Selatan ke
Tanah Karo memiliki peninggalan budaya seperti Sejarah Marga Sembiring yaitu
Sembiring Brahmana, Colia, Meliala, Pandia, Muham dimana marga marga ini
identik dengan Bahasa India. Brahmana (Kasta), dan Colia (Cola), Pandia (Pandyth),
10
11

http://kbbi.web.id/eksogami, diakses tanggal 13 juli 2016
J Fachruddin Daulay, Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara

Muham (Mouham). Begitu juga tulisan aksara Karo dan kata kata seperti Nggara,
Tula, Cukra dudu dan lain lain merupakan pengaruh dari kebudayaan Etnis tamil
Hindu.Sebelum Agama Hindu ada pada etnis Karo, etnis Karo sudah menggunakan
sesajen pada kegiatan religi tradisionalnya. Karena pada saat itu, etnis Karo masih
menganut Agama Perbegu atau Pemena. Jenis sesajen yang digunakan berupa bunga,
air, buah-buahan, (jeruk, apel dan lain-lain), makanan, hewan berupa ayam yang

dipersembahkan kepada Tuhan, roh nenek moyang, dan mahluk halus. 12
Tentang adanya pengaruh Hindu ke Tanah Karo disamping bukti tentang
ditemukanya Pura di Sembahe, Bangun Purba, dan Sarinembah, juga terlihat dari
upacara yang berhubungan dengan roh atau tendi (dalam bahasa karo) 13. Umpamanya
dalam upacara Persilihi dan Erpangir ku Lau 14
Salah satu bukti lain peninggalan kebudayaan Hindu di masyarakat karo adalah
“Erlige-lige” yaitu suatu upacara penguburan yang menarik jenazah di atas lige-lige
yaitu suatu bangunan tinggi yang ditarik ratusan orang. Upacara ini sangat mirip
dengan upacara yang ada pada Agama Hindu, yang hingga kini masih dilakukan di
Bali. Erlige lige ini terakhir dilakukan di Medan pada tahun 1960. Upacara
Pakuwaluh (membakar dan menghanyutkan abu jenazah) yang dilakukan di sungai
Lau Biang dengan dimasukkan dalam sebuah guci diatas perahu dengan panjang
sekitar satu meter. Hal ini dilakukan di Lau Biang karena dalam tafsiran masyarakat
12

Noprianta A, Tarigan,Sesajen: (StudiDeskripsi Mengenai makna Sesajen pada Penganut Agama
Hindu Etnis Karo di Desa Lau Rakit, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara), Skripsi, Medan: belum diterbitkan. Hal: 12. 2011.
13
Sarjani Tarigan,Dinamika Orang Karo, Budaya dan Modernisasi. Medan: Balai Adat Budaya

Karo Indonesia, 2008, hal. 34.
14
Sempa Sitepu, dkk, Pilar Budaya Karo, Medan: Belum diterbitkan, hal. 166, 171,1996.

Universitas Sumatera Utara

dahulu, sungai Lau Biang yang perpanjanganya adalah Sungai Wampu di Langkat
mengalir ke Selat Malaka dan dari sana dengan tuntunan roh-roh akan mengalir ke
Samudra Hindia dan selanjutnya akan sampai di Sungai Gangga di India. Bukan itu
saja, banyak tradisi di Karo yang sama dengan kebiasaan masyarakat di India Selatan
misalnya Etnis Karo dahulu selalu melakukan doa di malam bulan purnama serta
menyanyikan mangmang/tabas (mantra/doa). Dahulu wanita di Karo juga suka
membuat titik merah di keningnya seperti halnya yang dilakukan wanita di India. 15
Asal kata Hindu berasal dari kata Sungai Shindu yang mengalir di India dan
Pakistan. Bangsa asing yang datang ke daerah itu menyebutkannya sungai Hindu.
Lalu Suku Bangsa Arya yang mendiami lembah sungai Hindu, menyebutkan tempat
itu kediamaan orang Hindu. Orang asinglah yang kemudian menyebutkan Hindu
untuk nama bangsa dan agama di India, sedangkan rakyat di desa pada umumnya
tidak mengetahui Hindu. Agamaya hanya diketahui Agama Dharma dan Thirta. 16
Kedatangan Hindu ke Tanah Karo dibawa pertama kali oleh Bahgawan Bergu

yang berasal dari India selatan. Setelah Bahgawan Bergu menyelesaikan
pelayanannya di Tanah Karo, perkembangan Agama Hindu di Tanah karo kemudian
dilanjutkan oleh Lemba Ginting. Pada masa Lemba Ginting ajaran Hindu lebih
disesuaikan dengan tradisi dan Budaya Karo. Sedangkan di Desa Tanjung Pulo
sendiri Pura Hindu yang pertama dibangun adalah Pura “Sekula Serasi” yang
dibangun pada tahun 1984. Pada tahun 1984 masyarakat yang ada di desa Tanjung
15

http://id.googleweblight.com/?lite_url blogspot.com, diakses tanggal 18 september 2015
Sarjani Tarigan.Kepercayaan Orang Karo Tempoe Doeloe,Medan:Balai Adat Budaya Karo
Indonesia,hal, 24, 2011.
16

Universitas Sumatera Utara

Pulo masih banyak memeluk Agama Hindu. Sedangkan menurunnya pemeluk agama
Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung dimulai pada tahun 1990. Hal ini
terjadi karena para leluhur yang sudah meninggal yang gigih dalam mengembangkan
Agama Hindu, tidak diikuti dengan generasi berikutnya. Salah satu faktor penyebab
penurunan Hindu akibat perkembangan Agama Kristen di wilayah Tanah Karo. Di
dalam Agama Hindu ada istilah Kalapatra yang artinya di daerah mana Hindu berada
maka Hindu itu mengikuti budaya, daerah tersebut baik berupa bahasa, ritual dan
sembah sembahan. Di desa Tanjung Pulo sendiri Agama Hindu mengalami
perkembangan yang pesat pada tahun 1970-1985. Hal ini terjadi karena Pandita yang
dipilih adalah masyarakat yang dianggap memiliki kemampuan baik, tanpa terkecuali
pria dan wanita maupun kaum muda Desa. Hal ini mengakibatkan masyarakat yang
belum beragama tertarik dan memeluk Agama Hindu.
Sampai saat ini penganut Agama Hindu yang ada di Desa Tanjung Pulo masih
ada lima kepala keluarga dan Pandetanya adalah Katar Kacaribu.Terdapat Pura yang
bernama Pura Sekula Serasi. Tanah tempat dibangunnya Pura Sekula Serasi ini
adalah milik Alm. Nikep Singarimbun Beliau dahulu sebagai koordinator Parisada
Hindu Kecamatan Payung sebelum berganti menjadi Kecamatan Tiganderket
sekarang. 17
Persatuan Agama Hindu di Tanah Karo berpusat di Kabanjahe yaitu Parisada
Hindu Darma Karo. Terdapat koordinator di setiap kecamatan yang mengawasi desa.
17

Wawancara dengan Katar Kacaribu (Pendeta Agama Hindu) di Desa Tanjung Mbelang
kecamatan Tiganderket rabu 18 november 2015.

Universitas Sumatera Utara

Pihak yang mengawasi dan mengayomi Agama Hindu adalah Parisada Desa.
Penganut Hindu di Desa Tanjung Pulo dahulu banyak belajar ke Pura Agung yang
berada di jalan Polonia Medan yaitu Pura Raksabuana Pendeta dari Pura Agung
tersebut melayani ke Desa Tanjung Pulo yaitu Pak Dewa. Dia datang ketika pura
didirikan padatahun 1984. Pada masa pelayanan Pak Dewa masyarakat Hindu di Desa
Tanjung Pulo pernah dibawa ke Pura Agung untuk melakukan penataran dan
mempelajari ajaran Agama Hindu lebih mendalam. Hasil dari penataran tersebut
terjadi regenerasi Pandita atau Guru Hindu dari Karo yang sudah memiliki
kemampuan yang baik tentang Agama Hindu.
Pendeta Hindu yang pernah berada di Desa Tanjung Pulo:
1.Pendeta Las Melas Sinulingga berasal dari Desa Bintang Meriah
2.Pendeta Kajam Ginting berasal dari Desa Kidupen
3.Pendeta Rem Ginting berasal dari Desa Durin rugun
4.Pendeta Ngajar Bana Sinuraya berasal dari Desa Sigenderang Juhar
Penulis tertarik melakukan penelitian tentang “ Penganut Agama Hindu di
Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung Kabupaten Karo (1985-2000)” karena
Agama Hindu mengalami akulturasi dengan Budaya karo khususnya di Desa Tanjung
Pulo Kecamatan Payung, bisa dilihat dari adanya komunitas Hindu di Desa Tanjung
Pulo. Agama Hindu di Desa ini tetap bertahan meskipun pada tahun 1965 kristenisasi
semakin mrningkat di Tanah Karo. Selain di Tanjung Pulo ada juga wilayah di
Tanah Karo yang memiliki hubungan dengan Hindu seperti di Desa Pintu Besi,

Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Lau Rakit, Kabupateen Deliserdang, Desa Bintang Meriah Kecamatan
Kutabuluh Simole,di Desa Rumah Pil Pil Sibolangit.
Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo pernah sangat berkembang sehingga
penulis tertarik mencari informasi tentang hal tersebut.Tahun penelitian yang dipilih
oleh penulis sendiri pada tahun 1985-2000. Hal ini karena pada tahun 1985 dibangun
Pura Sekula Serasi di Desa Tanjung Pulo dan merupakan tempat ibadah pertama di
Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung. Pada tahun 1985 masyarakat Tanjung Pulo
masih banyak menganut Hindu.Penganut Agama Hindu di desa ini mampu bertahan
walaupun terjadi proses peningkatan kristenisasi di Tanah Karo pada waktu itu.
Mereka juga membangun sebuah Pura Sekula Serasi bergaya Bali. Ada juga pemeluk
Hindu dari Bali yang ikut membangun Pura tersebut. Eksistensi inilah yang
menjadikan penelitian ini menarik untuk dikaji. Pada tahun 1985 banyak juga
penganut Hindu di Desa Tanjung Pulo dan sekitarnya belajar ke Parisada Hindu di
kota Medan yang terletak di jalan Polonia tepatnya di Pura Raksabuana.
Penulis membatasi pada tahun 2000 karena pada tahun ini terakhir, dilakukan
tradisi Hindu seperti upacara besar keagamaan Hindu, upacara kematian, dan tradisi
Hindu lainnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Pulo, Kecamatan
Payung. Saat itu hanya tersisa lima kepala Keluarga dan tetap bertahan menjalankan
aturan Agama Hindu itu sendiri.
Pada tahun 1965-1966 proses Kristenisasi di Tanah Karo mengalami
perkembangan yang sangat pesat dimana banyak pembabtisan massal sebagai dampak
dari peristiwa G 30 S. Sebelum tahun 1965 Etnis Karo mayoritas menganut Agama

Universitas Sumatera Utara

Pemena dan Hindu. Dampak peristiwa G 30 S tahun 1965, masyarakat yang
beragama Hindu khususnya di Tanah Karo mulai meninggalkan Agama Hindu dan
memeluk Agama Kristen. Hal ini karena masyarakat kuatir dianggap sebagai atheis.
Pada waktu itu di Indonesia Komunis dianggap orang yang tidak beragama dan
Agama Hindu di Tanah Karo pada waktu itu tidak diakui oleh pemerintah. Akan
tetapi di Desa Tanjung Pulo sendiri Agama Hindu masih bertahan dan sampai
sekarang terdapat lima kepala keluarga pemeluk Agama Hindu. Inilah salah satu
alasan kenapa penulis tertarik menelitinya.

Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ilmiah sering dikatakan bahwa merumuskan masalah dengan
baik merupakan hal yang paling penting 18. Setelah dijelaskan latar belakang
penelitian di atas,

maka dapat diproleh sebuah permasalahanyang akan dibahas

dalam penelitian ini.
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana latar belakang masuknya Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo
Kecamatan Payung Kabupaten Karo?
2. Bagaimana perkembangan Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung
Kabupaten Karo (tahun 1985-2000)?
3. Bagaimana keberadaan penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan
Payung Kabupaten Karo tahun 2000?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Peristiwa yang telah berlalu tidak dapat dipertunjukkan kembali, tetapi dapat
direkonstruksi berdasarkan realita yang ada. Rekonstruksi itu diharapkan dapat
memberikan renungan bagi kehidupan manusia yang menjadi cerminan dari masa
lampau, pelajaran di masa kini dan menjadi patokan di masa depan.

18

P.Manurung Metode Penelitian. Jakarta: Halaman Moeka Publishing, 2012, hal. 28.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan penelitian:
1.

Mengetahui latar belakang masuknya Agama Hindu di Desa Tanjung
Pulo Kecamatan Payung Kabupaten Karo.

2.

Mengetahui perkembangan Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo
Kecamatan Payung Kabupaten Karo (tahun 1985-2000).

3.

Mengetahui keberadaan penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo
Kecamtan Payung Kabupaten Karo (tahun 2000).

Manfaat penelitian:
1. Manfaat Teoritis: Diharapkan dengan adanya tulisan ini dapat menambah
ilmu dan wawasan penulis dan untuk kepentingan penelitian lanjutan.
2. Manfaat praktis:Manfaat bagi masyarakat untuk menambah informasi dan
mengetahui akan sejarah Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo dan
mengetahui keberadaan Agama Hindu tersebut.

1.4 Tinjauan Pustaka
Penulis menggunakan beberapa buku karya ilmiah untuk membantu penulis
dalam menyelesaikan penelitian. Berkaitan dengan kajian yang dilakukan, buku yang
digunakan sebagai bahan pustaka dalam penelitian ini dan mampu mencari kerangka
teoritis yaitu ;
Sarjani Tarigan dalam “Dinamika Orang Karo, Budaya, dan Modernisasi
(2008)” menjelaskan pengaruh Agama Hindu terhadap Masyarakat Karo. Buku ini

Universitas Sumatera Utara

membantu peneliti mengenai adanya pengaruh budaya Hindu terhadap etnis Karo dan
bagaimana dahulu tradisi Agama Hindu di masyarakat Karo.
Sempa Sitepu,dkk dalam“Pilar Budaya Karo(1996)” menjelaskan beberapa
upacara upacara tradisional Karo yang memiliki persamaan dengan kebudayaan
Hindu, misalnya persilihi, erpangir kulau. Buku ini menjelaskan bahwa berbagai
jenis tradisi budaya Karo memiliki akulturasi dengan budaya Etnis Tamil Hindu dan
adanya pengaruh dari Etnis tersebut baik di dalam sejarah dan religi yang dianut oleh
Etnis Karo. Buku ini membantu penulis untuk mengenali seperti apa kebudayaan
Etnis Karo dahulu.
Koentjaraningrat dalam “Pengantar Ilmu Antropologi (1985)” menjelaskan
Komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah
yang nyata, dan berintraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh suatu
rasa identitas komunitas. Peneliti menggunakan buku ini untuk mengetahui
pengertian dan bentuk komunitas.
Tengku Lukman Sinar dalam “Sejarah Medan Tempoe Doeloe (1996)”
menjelaskan kedatangan Bangsa India memperkenalkan kebudayaan dan Agama
Hindu ke wilayah pesisir kiri dan kanan Selat Malaka, begitu juga tulisan Bangsa
India yang disebut aksara ‘’ Pallawa” (Wenggi) dan bahasa Sanskerta. Membantu
penulis menambah informasi kedatangan Bangsa India ke Nusantara dan
pengaruhnya. Di dalam buku ini juga diterangkan bagaimana budaya Hindu adalah
salah satu budaya yang memperkenalkan zaman Prasejarah ke zaman sejarah, dan
membawakan bahasa sanskerta ke Nusantara.

Universitas Sumatera Utara

Noprianta A Tarigan dalam“ Sesajen (Studi Deskripsi Mengenai Makna
Sesajen Pada Penganut Agama Hindu di Desa Lau Rakit, Kecamatan STM
Hilir, Kabupaten Deliserdang, Propinsi Sumatera Utara) (2011), menjelaskan
bagaimana tradisi ritual agama Hindu dan seperti apa teknik ibadah yang dilakukan
Agama Hindu yang bercampur dengan kebudayaan masyarakat Karo. Buku ini
membantu penulis untuk mengetahui bahwa di Hindu ada istilah Kalapatra yaitu
dimana Hindu berada maka Dia akan mengikuti budaya daerah tersebut.
E.P Ginting dalam “Religi Karo” (1999) menjelaskan bagaimana sejarah
kepercayaan masyarakat Karo pada zaman dahulu sebelum masuknya Zending ke
Tanah Karo. Buku ini Membantu penulis mengetahui bagaimana kepercayaan
sebenarnya masyarakat Karo sebelum masuknya Zending. Selain itu juga untuk
mengetahui proses kristenisasi dimana pada masa ini banyak Etnis Karo
meninggalkan Agama Hindu.

1.5 Metode Penelitian
Metode sejarah merupakan sebuah cara yang bertujuan untuk memastikan dan
menganalisis serta mengungkapkan fakta-fakta mengenai masa lampau. Sistematika
dalam sebuah penulisan mengenai penelitian yang akan dilaksanakan terangkum di
dalam sebuah metode penelitian sejarah yang membantu setiap penelitian dalam
tujuan untuk merekonstruksi ataupun melakukan reka ulang terhadap kejadiankejadian ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

Universitas Sumatera Utara

Seorang peneliti, dalam melakukan penelitian di lapangan terlebih dahulu
mengadakan sejumlah pengamatan untuk membuktikan akan anggapan-anggapan
dasar yang berdsarkan pada kenyataan yang ada di lokasi penelitian. Di dalam metode
penelitian sejarah, ada beberapa teknik ataupun langkah-langkah yang telah dilakukan
oleh penulis. Adapun langkah-langkah yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
1.

Heuristik atau pengumpulan sumber yang sesuai dan mendukung dalam
penelitian.

Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan
(libraryresearch) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan
dilakukan dengan mengumpulkan buku yang berkaitan dengan topik penelitian.
Sumber tertulis tersebut diproleh dari Toko Buku Abdi Karya, Kantor Moderamen
GBKP (Gereja Batak Karo Protestan), Perpustakaan Universitas Sumatera Utara,
Perpustakaan daerah Karo, Kantor Kementrian Agama Kabupaten Karo, Skripsi
Noprianta A Tarigan, sesajen “(Studi Deskripsi Mengenai Makna Sesajen pada
Penganut Agama Hindu Etnis Karo di Desa Lau Rakit, Kecamatan STM Hilir,
Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara)”, Museum GBKP di Retreat
Center Sukamakmur.Penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan wawancara
terhadap informan yaitu pemeluk Hindu Desa Tanjung Pulo, Pendeta Hindu Desa
Tanjung Pulo dan masyarakat Desa Tanjung Pulo serta pegawai instansi Departemen
Agama Kabupaten Karo.

Universitas Sumatera Utara

2.

Kritik Sumber
Data yang terkumpul pada kegiatan heuristik kemudian disaring dan diseleksi

guna mengetahui asli atau tidaknya sumber tersebut. Kritik sumber ini terbagi atas
dua yaitu kritik ekstern yang dilakukan untuk menguji sumber guna mengetahui
keaslian bahan dan tulisan dalam sumber tertulis. Kemudian kritik intern yang
dilakukan untuk menilai isi sumber yang dikehendaki untuk mendapatkan fakta
yang kredibel.
3.

Interpretasi
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup

memadai, dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan
antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap
objektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subjektif, Rekonstruksi peristiwa
sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.
4.

Historiografi
Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan

fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan
sejarah yang ilmiah.

Universitas Sumatera Utara