psikologi sosial sebagai ilmu pembentuk

PSIKOLOGI SOSIAL PEMBENTUK
ILMU KEWARGANEGARAAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Ilmu Kewarganegaraan
yang dibina oleh Bapak Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si

Oleh:
HKn Offering A 2015
Ahmad Fikri Isna Wildi P.

150711605738

Arini Zulfaida

150711601153

Diana Eka Mei Novitasari

150711603140


Indria Desy Puspitarini

150711602795

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
Oktober 2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
penyusun untuk dapat menyelesaikan makalah dengan judul Psikologi Sosial Pembentuk
Ilmu Kewarganegaraan. Tujuan penyusunan makalah ialah untuk melengkapi tugas mata
kuliah Ilmu Kewarganegaraan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun telah mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberi bantuan dan tidak sempat penyusun sebutkan satu per satu.
Penyusun berharap dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan
bagi para pembaca. Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 23 Oktober 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................

i

DAFTAR ISI.........................................................................................................

ii

BAB I

BAB II


BAB III

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................

1

1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................

1

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikologi Sosial .....................................................

2


2.2 Objek dan Metode Psikologi Sosial ........................................

3

2.3 Psikologi Sosial Pembentuk Ilmu Kewarganegaraan .............

6

2.4 Hal Yang Diberikan Psikologi Sosial Untuk Ilmu
Kewarganegaraan...........................................................................

7

PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................

8

3.2 Saran ........................................................................................


8

3.2 Daftar Pustaka .........................................................................

8

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan
sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
perasaan, dan keinginan manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan
lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan
dalam suatu masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan
saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses
interaksi sosial. Interaksi social terbentuk karena dipengaruhi oleh tindakan social, kontak
social, dan komunikasi social.
Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari
masyarakatnya. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial, hubungan satu dengan yang

lain warga-warga suatu masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun
dengan kelompok-kelompok dan antar kelompok manusia itu sendiri, mewujudkan segi
dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat.
Psikologi sosial adalam merupakan cabang ilmu dari psikologi yang baru muncul dan
intensif dipelajari pada tahun 1930. Secara sederhana objek material dari psikologi sosial
adalah fakta - fakta, gejala - gejala serta kejadian - kejadian dalam kehidupan sosial manusia.
Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai psikologi sosial beserta komponenkomponennya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Psikologi Sosial?
2. Bagaimana Objek dan Metode Psikologi Sosial?
3. Bagaimana Kedudukan Psikologi Sosial Pembentuk Ilmu Kewarganegaraan?
4. Hal Apa yang diberikan Psikologi Sosial untuk Ilmu Kewarganegaraan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun maksud penulisan dalam makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas
pemenuhan syarat dari mata kuliah Ilmu Kewarganegaraaan. Dalam melakukan penulisan
makalah ini, hal yang menjadi tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
Secara umum, penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi kami
dan pembaca tentang Psikologi Sosial Pembentuk Ilmu Kewarganegaraan. Secara khusus,
penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian, objek dan metode psikologi
sosial, kedudukan psikologi sosial pembentuk ilmu kewarganegaraan serta hal yang diberikan

psikologi sosial untuk ilmu kewarganegaraan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikologi Sosial
“Psikologi” berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos”
yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya
ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya.
Seperti halnya dengan psikologi, maka psikologi sosial merupakan juga suatu ilmu
pengetahuan baru, dan merupakan cabang dan ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya.
Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan
situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok, situasi massa dan sebagainnya; termasuk di
dalamnya interaksi antar orang dan hasil kebudayaannya.
Beberapa definisi Psikologi Sosial menurut Para tokoh sebagai berikut:
·
Sherif dan Muzfer (1956)
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pengalaman dan
tingkah laku individu manusia dalam hubungannya dengan situasi stimulus sosial
(rangsangan sosial).

Stimulus sosial atau rangsangan sosial yang dimaksud di sini bukan hanya orangorang lain yang mengadakan interaksi sosial dengan si pelaku, melainkan dapat berupa
benda-benda dan hal-hal lain yang bernilai sosial dan mempengaruhi perilaku orang secara
sosial pula. Misalnya, sebuah masjid, walaupun hanya berupa bangunan biasa, mempunyai
nilai sosial tertentu sehingga orang selalu membuka sepatu atau sandalnya jika akan
memasukinya. Masjid tergolong stimulus sosial.
·
Krech, Cructhfield dan Ballachey (1968)
Psikologi Sosial adalah ilmu tentang peristiwa perilaku hubungan interpersonal
(antarpribadi). Dalam definisi ini tidak terlalu dipentingakan muatan masa lalu (dalam bentuk
nilai-nilai dan sebagainya) dalam suatu situasi sosial dan juga tidak dipentingkan bagaiman
pengaruhnya interaksi masa kini tersebut untuk masa depan yang akan datang. Inti dari
definisi ini adalah untuk menerangkan dan untuk mengerti suatu hubungan interpersonal.
·
Watson, 1996
Psikologi sosial adalah ilmu tentang interkasi manusia. Definisi ini merujuk ke
interaksi sosial yang terjadi antarmanusia pada saat tertentu saja. Masa lalu atau masa lampau
tidak termasuk dalam definisi ini, demikian pula hal-hal yang bersifat non-manusia.
·
Dewey dan Huber, 1966
Psikologi sosial adalah studi tentang manusia individual ketika ia berinteraksi,

biasanya secara simbolik, dengan lingkungannya. Yang dimaksud dengan simbol dalam
interaksi simbolik adalah lambang-lambang yang biasa digunakan oleh manusia untuk sling
berinteraksi, seperti kata-kata, huruf-huruf, tanda lalu lintas, tanda pangkat, busana, dan
sebagainya.
·
Sarlito Wirawan, setelah menyimpulkan beberapa defenisi psikologi sosial
membedakan tiga wilayah studi psikologi sosial sebagai berikut:

1) Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya studi tentang persepsi,
motivasi, proses belajar, atribusi (sifat). Walaupun topik-topik ini bukan monopoli dari
psikologi sosial, namun psikologi sosial tidak dapat menghindar dari studi tentang topiktopik ini.
2) Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan
sebagainya.
3) Studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi, hubungan
kekuasaan, otoriter, konformitas (keselarasan), kerjasama, persaingan, peran dan
sebagainya.
Lebih lanjut dia mendefenisikan psikologi sosial sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial (social
psychology is the scientific study of individual behavior as a function of social stimuli; Shaw
& Coztanzo).

2.2 Objek dan Metode Psikologi Sosial
A. Objek Psikologi Sosial
Objek psikologi adalah manusia dan kegiatan-kegiatannya, sedangkan objek psikologi
sosial adalah kegiatan-kegiatan sosial atau gejala-gejala sosial. Manusia adalah makhluk yang
tertinggi ciptaan Tuhan, dan hanya manusialah yang mempunyai resiko kecerdasan dan
kemauan. Baik psikologi maupun ilmu-ilmu sosial lainnya berpendapat bahwa manusia itu
dapat dipandang sebagai:
a. Makhluk individu
b. Makhluk sosial dan
c. Makluk ber-ke-Tuhanan
B. Metode Psikologi Sosial
Metode-metode yang dipakai dalam psiokologi sosial pada dasarnya sama dengan
metode-metode psikologi. Metode-metode tersebut antara lain :
a. Metode Eksperimen
Metode ini pertama kali dipakai oleh Wilhem Wundt. Beberapa syarat yang harus
dipenuhi, dalam materi ini yaitu :
- Kita harus dapat menentukan waktu terjadinya gejala yang ingin kita selidiki.
- Kita harus dapat mengikuti berlangsungnya gejala yang ingin kita selidiki, dan harus
mengamatinya dengan perhatian yang khusus.
- Tiap-tiap pengamatan / observasi harus dapat kita ulangi dalam keadaan yang sama.

- Kita harus dapat mengubah-ubah dengan sengaja syarat-syarat keadaan eksperimen.
Metode eksperimen ini dimaksudkan untuk menyelidiki suatu gejala dengan
perhatian yang khusus, sehingga dapat memperoleh keterangan yang lebih mendalam
tentang gejala tersebut. Metode test dalam penyelidikan psikologis sebenarnya
termasuk eksperimen ini.
b. Metode Survey
Metode ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan keterangan mengenai
kelompok tertentu yang ingin diselidiki. Dalam pelaksanaan, biasanya dengan

menggunakan wawancara, observasi atau angket sebagai alat untuk mengumpulkan
keterangan-keterangannya.
Di dalam survey si penyelidik menggunakan sample yaitu sebuah kelompok kecil
yang dianggap representatif daripada kelompok besar yang ingin diselidikinya. Dalam
sample ini kemudian diselidiki dengan teliti dan cermat tentang hal-hal yang ingin
diketahui. Apabila cara-cara memilih sample ini memenuhi syarat, maka hasilnya akan
dianggap sama dengan seluruh populasi yang ingin diketahui.
c. Metode Observasi
Yaitu suatu cara untuk mengumpulkan keterangan-keterangan yang diinginkan
dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung. Menurut Pauline V.Young,
observasi diartikan: observation is a systematic and deliberate study throught the eyes
of spontaneous accurrences at they accur. The purpose of observation is to percive the
nature and extent of significant interlated element with coplex social phenomena
culture patters or human conduct.
Observasi merupakan suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis, dan
dengan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata) terhadap
kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. Ini berarti
bahwa observasu tidak dapat digunakan terhadap kejadian-kejadian yang sudah awet.
Adapun macam-macam jenis observasi ialah :
1) Observasi yang berpartisipasi (participant observation).
Dalam observasi bentuk ini observer turut mengambil bagian di dalam
perikehidupan atau situasi dari orang-orang yang diobservasinya. Pada umumnya
bentuk ini digunakan untuk mengadakan penyelidikan yang bersifat eksploratif, dan
biasanya untuk satuan atau unit-unit sosial yang besar. Tetapi ini tidak berarti bahwa
untuk satuan-satuan sosial yang kecil pun orang dapat menggunakan bentuk ini.
2) Observasi non-partisipasi (non-participant observation).
Observasi ini merupakan kebalikan dari yang berpartisipasi. Dalam observasi
ini observer tidak ikut ambil bagian secara langsung di dalam situasi kehidupan yang
diobservasinya. Misalnya: Kalau kita mengadakan penyeidikan sebuah desa, maka
kita datang di desa itu dan menyelidikinya, kemudian kembali lagi. Keesokan
harinya kita datang lagi ke tempat penyelidikan, dan kemudian juga kembali lagi.
Begitulah seterusnya. Pokoknya kita tidak ikut dalam kehidupan di desa itu.
3) Quasi Partisipasi
Yaitu apabila dalam observasi, seolah-olah observasi turut berpartisipasi. Jadi
sebenarnya hanya pura-pura saja turut ambil bagi dalam situasi kehidupan observes.
d. Metode Diagnostik-psikis
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan keterangan-keterangan empiris
mengenai objek-objek penelitian psikologi sosial. Untuk memperoleh keterangan
mengenai pendapat-pendapat orang, cukup dengan menggunakan daftar pertanyaan

(angket) yang harus dijawab dengan sejujur-jujurnya. Tetapi untuk memperoleh
keterangan yang lebih mendalam mengenai sikap perasaan dan kecenderungan pribadi
seseorang, diperlukan alat-alat yang lebih halus daripada sebuah daftar pertanyaan.
Untuk keperluan ini maka digunakan “skala sikap” (attitudescales), yaitu skala yang
memerlukan percobaan-percobaan yang khas atau pengecekan lebih dulu terhadap
sikap-sikap orang, sehingga ukuran tersebut sesuai dengan kenyataan.
e. Metode Sosiometri
Metode ini ditemukan dan dikembangkan oleh Moreno dan dimaksudkan untuk
meneliti intra-group-relations, atau saling hubungan antara anggota kelompok di dalam
suatu kelompok. Terlaksananya dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
berhubungan dengan relasi seseorang dan orang lain yang tergabung dalam suatu
kelompok, misalnya bagaimana ia menentukan kawan, bagaimana ia memilih teman,
syarat-syarat apa yang digunakan untuk menentukan pemilihan teman. Dari jawabanjawaban itulah dapat dibuat sosiogram, yakni yang menggambarkan bagaimana arah
saling hubungan antara kelompk-kelompok itu.

2.3 Kedudukan Psikologi Sosial Pembentuk Ilmu Kewarganegaraan
Menurut Bonner (1953) perkembangan psikologi sosial tidak terlepas dari pengaruh
ilmu-ilmu lain. Sebagai ilmu tentang perilaku, psikologi sosial terkait dengan ilmu
kewarganegaraan, karena bagaimanapun juga negara juga memiliki masyarakat atau
penduduk, yangmana perilaku ditentukan oleh sikap dan tindakan. Selanjutnya, perilaku
sosial berarti juga penyesuaian diri pada lingkungan sosial. Kegagalan atau kelainan dalam
penyesuaian dari menjadi persoalan psikologik tersendiri. Ilmu lain yang berpengaruh pada
psikologi sosial adalah sosiologi dan antropologi. Sosiologi terkait dengan perilaku hubungan
antarindividu atau antara individu dan kelompok atau antar kelompok (interaksionisme)
dalam perilaku sosial di suatu negara. Sebaliknya, antropologi berpengaruh karena perilaku
sosial itu selamanya terjadi di dalam suprastruktur budaya tertentu yang terjadi pada sebuah
negara.
Walaupun demikian, psikologi sosial dan psikologi pada umumnya jelas berbeda dari
ilmu-ilmu lain yang mempengaruhinya itu. Psikologi adalah ilmu yang subjektif, ilmu
kewarganegaraan adalah ilmu yang objektif. Psikologi disebut sebagai ilmu yang subjektif
karena mempelajari pengindraan (sensation) dan persepsi manusia sehingga manusia
dianggap sebagai subjek atau pelaku; bukan objeknya. Psikologi mempelajari nilai-nilai yang
berkembang dari persepsi subjek, sementara ilmu kewarganegaraan mempelajari fakta yang
diperoleh dari pengetahuan terapanuntuk masyarakat.
Menurut Bonner (1953) psikologi sosial mempelajari perilaku individu yang bermakna
dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsangan sosialnya. Sebaliknya, psikologi umum
mempelajari apa saja, terlepas dari makna sosialnya. Psikologi umum lebih banyak

dilaksanakan di ruangan eksperimen (laboratorium) dengan menggunakan metode
eksperimen.
Psikologi sosial berbeda dengan sosiologi dalam hal fokus studinya. Psikologi sosial
memusatkan penelitiannya pada perilaku individu, sosiologi tidak memperhatikan individu.
Yang menjadi perhatian sosiologi adalah sistem dan struktur sosial yang dapat berubah atau
konstan tanpa tergantung pada individu-individu.
Dalam ilmu psikologi sosial, perlu dibedakan antara ilmu dan terapannya. Krech &
Crutchfield (1962), mengatakan bahwa ilmu dapat menjadi pengetahuan terapan tetapi ilmu
itu sendiri tidak harus terkait dengan terapan. Ilmu dapat berkembang terus terlepas dari
terapannya. Jika harus selalu terkait dengan terapannya, ilmu justru akan terhambat
perkembangannya.

2.4 Hal Yang Diberikan Psikologi Sosial Untuk Ilmu Kewarganegaraan
Adapun perihal yang telah diberikan psikologi sosial kepada Ilmu Kewarganegaraan
ialah cara pandang memposisikan berbagai faktor psikologi sosial dan memusatkannya pada
perilaku individu, kebutuhan individu dan individu tersebut berkumpul menjadi bermacam
macam-macam individu dan menjadi sebuah tatanan masyarakat (sosial), pada posisi ini
individu menginginkan terwujud tercapainya kebutuhan, dari tatanan masyarakat maka
lahirlah kebudayaaan. Ilmu kewarganegaraan hadir karena pada konsepnya merupakan
cabang ilmu politik hak dan kewajiban, menjelaskan bahwa dalam bernegara penduduknya
(warga negara) memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda sesuai dengan posisi dan
porsinya. Saya contohkan misalnya hak dan kewajiban seorang presiden dengan hak dan
kewajiban seorang ibu rumah tangga berbeda, karena merekamimiliki tugas yang sangat
berbeda presiden sebagai presiden menjadi pemimpin bagi negaranya (kepala negara) dan
seorang ibu rumah tangga memilikikewajiban untuk mengurusi kondisi rumah tangganya.
Tugas Ilmu Kewarganegaraan hadir dengan tujuan melibatkan warganegaranya dalam proses
pemerintahan. Posisi Ilmu kewarganegaraanitu seagai ilmu pengetahuan terapan bagi
masyarakat, dan psikologi sosial menjelaskan mengenai kepribadian bermasyarakat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikologi sosial merupakan suatu ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang
kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi
kelompok, situasi massa dan sebagainnya; termasuk di dalamnya interaksi antar orang dan
hasil kebudayaannya.
Objek Psikologi adalah manusia dan kegiatan-kegiatannya, sedangkan objek psikologi
sosial adalah kegiatan-kegiatan sosial atau gejala-gejala sosial.
Metode Psikologi Sosial ada 5 yaitu Metode Eksperimen, Observasi, Survey,
Diagnostik-psikis, Sosiometri.
Kedudukan Psikologi Sosial dengan ilmu lain-lainnya
adalah bahwa psikologi mempelajari perilaku secara “molar” (perilaku penyesuaian diri
secara menyeluruh), sedangkan untuk ilmu yang lainnya, mereka menekankan pada
pengertian psikologi secara umum.
3.2 Saran
Psikologi sosial hendaknya dapat berjalan seimbang dengan jalannya penerapan Ilmu
Kewarganegaraan, sehingga dalam bernegara timbullah rasa aman, saling percaya,
mengayomi, adil, dan nilai-nilai kebaikan yang lain. Interaksi yang baik dalam kehidupan
bersosial adalah faktor yang amat penting untuk menjalin kehidupan bernegara.
3.2 Daftar Pustaka
H. Abu, Ahmad. 2009. Psikologi sosial. Jakarta : Rineka Cipta.
Dr. W. A. Gerungan. 2004. Psikologi Sosial (edisi ketiga). Bandung: PT Refika Aditama
Bandung.
Sarlito, Wirawan Sarwono. 2002. Psikologi Sosial (Individu dan Teori-Teori Psikologi
Sosial). Jakarta: Balai Pustaka