MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH YANG MENARIK (1)
MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH YANG MENARIK
Oleh
Fransiska Susi Susanti
A. Pendahuluan
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas pendidik, peserta didik,
tujuaan, materi,metode, bahan ajar, media, dan evaluasi. Komponen tersebut adalah satu
kesatuaan yang tidak dapat dipisahkan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Komponen pembelajaran yang paling pertama dan utama pendidik. Pendidik memulai
kegiatan belajar mengajar dengan mempersiapkan segala keperluaan yang berhubungan
dengan pembelajaran seperti, memilih model, metode, dan media pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik. Selain memilih model,metode dan media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik seorang pendidik juga harus
memahami bahan pelajaran yang akan disampaikan serta melakukan evaluasi terhadap
hasil belajar.
Pendidik yang dimaksud adalah guru. Guru sebagai seorang pendidik,
pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan
suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenagkan, menarik,
memberi ruang kepada siswa untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam
mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuaannya.
Dari komponen yang ada masih banyak persoalan yang ditemukan dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran sejarah. Persoalan tersebut seputar model, metode,
bahan ajar dan penggunaan media. Subakti mengkritik bahwa guru masih menggunakan
paradigma konvensional, yaitu paradigma „guru menjelaskan – murid
mendengarkan‟.1
Metode pembelajaran sejarah semacam ini telah menjadikan pelajaran sejarah
membosankan. Kebosanan peserta didik terhadap pembelajaran sejarah dapat dilihat ketika
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dimana, banyak peserta didik yang sibuk
Disampaikan pada Seminar Mahasiswa Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Sanata
Dharma pada tanggal 20 Mei 2017.
Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sanata Dharma
Yohanes Rasul Subakti, “Paradigma Pembelajaraan Sejarah
Berbasis
Konstruktivisme” pada jurnal Historie Vitae Vol. 24, No. 1, April 2010. (Yogyakarta:
Pendidikan Sejarah USD, 2010), p. 38-39
1
dengan kegiatan lain. Misalnya mengerjakan tugas mata pelajaran lain, tidur di dalam
kelas, tidak mencatat penjelasan guru ataupun mengangu teman yang lain. Di samping itu,
metode pembelajaran yang kaku, akan berakibat buruk untuk jangka waktu yang panjang
dan berpotensi memunculkan generasi yang mengalami “amnesia (lupa atau melupakan
sejarah” bangsa sendiri.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah tidak hanya mengenai
metode yang digunakan oleh guru, akan tetapi juga bahan ajar juga. Selama ini bahan ajar
yang disajikan dalam berbagai buku sumber yang digunakan baik pegangan guru maupun
peserta didik hanya bersifat monoton dan kurang menarik. Sederhanannya bahan ajar
sejarah yang ada hanya disajikan dalam bentuk narasi atau cerita sejarah dan tidak
menampilkan unsur sebab akibat dari sebuah peristiwa yang terjadi.
Sejarah merupakan mata pelajaran yang khusus, karena materi yang dibahas adalah
peristiwa yang terjadi di masa lalu dan sekarang sudah hilang. Secara akademik, pelajaran
sejarah bertanggungjawab untuk mendidik para siswa agar mampu memahami dan
menjelaskan berbagai fenomena historis yang dikaji.2 Selain itu, pelajaran sejarah juga
bertugas untuk menanamkan dan mengembangkan kesadaran sejarah dalam diri para
siswanya.3 Oleh karena itu, guru dalam menyajikan materi pelajaran sejarah dituntut untuk
dapat menarik dan mampu menyentuh kehidupan sehari-hari peserta didik seorang guru
harus menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat menjadi solusi untuk
membantu guru dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan materi yang akan dibahas. Selama ini sebagian
orang masih berasumsi bahwa guru masih menggunakan media yang konvensional. Media
konvensional yang dimaksud yaitu guru hanya menggunakan Power Poin dalam mengajar.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tentang Standar
Proses menunjukan pentingnya fungsi dan kedudukan media dalam pembelajaran. Dalam
membuat Perencanaan Pembelajaran media menjadi sangat penting dalam menyampaikan
pesan kepada peserta didik. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Standar Proses dibahas mengenai prinsip pembelajaran salah satunya ialah pemanfaatan
Hieronymus Purwanta, “Membangun Kriteria Rekonstruksi Sejarah” pada jurnal
Arah Reformasi Indonesia No. 34 edisi Februari 2007. (Yogyakarta: LPPM USD, 2007), p.
23-24.
2
Hieronymus Purwanta, “Hakekat Pendidikan Sejarah” pada jurnal Historia Vitae
Vol. 24, No. 1, edisi bulan April 2010. (Yogyakarta, Pendidikan Sejarah USD), p. 35.
3
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran.
Sekarang ini, pembelajaran di sekolah mulai disesuaikan dengan perkembangan
teknologi informasi tersebut. Dengan kemajuaan teknologi, perkembangan pendidikan
disekolah semakin lama semakin mengalami perubahan dan mendorong berbagai usaha
perubahan. Kemajuaan dan peranan teknologi yang sudah sedemikiaan menonjol, sehingga
penggunaan alat-alat, perlengkapan pendidikan, media pendidikan dan pengajaran di
sekolah-sekolah mulai disesuaikan dengan kemajuan. Di era yang serba modern ini guru
seharusnya bisa menggunakan media pembalajaran yang menarik dan mengajak siswa
untuk membuat media pembelajaran. Oleh karena itu tulisan ini fokus pada Penggunaan
Media Pembelajaran Sejarah yang Menarik.
B. Media Pembelajaran
Sesuatu dapat dikatakan sebagai media pendidikan atau pembelajaran apabila
media tersebut digunakan untuk menyalurkan atau menyampaikan pesan dengan tujuantujuan pendidikan dan pembelajaran. Santoso S. Hamidjojo mendeskripsikan media adalah
semua bentuk perantara yang dipakai orang untuk menyebar ide, sehingga ide atau gagasan
yang dikemukakan tersebut bisa sampai pada penerima. Tentang media pembelajaran
tersebut, Latuheru mengatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang
penggunaanya diintegrasikan dengan tujuaan dan isi pengajaran.4
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk
menyampaiakan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara
pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Berdasarkan pengertian tersebut media pembelajaran
dapat diartikan sebagai alat yang digunakan oleh seorang pengajar dalam rangka
menyampaikan pesan, ide, gagasan, informasi kepada pembelajar (peserta didik). Dalam
hal ini seorang guru dapat menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran.
Seorang guru harus berusaha agar materi pengajaran yang disampaikan/disajikan
harus mampu diserap/dimengerti dengan mudah oleh anak didik. Untuk memudahkan anak
didik menerima materi pengajaran tersebut perlu diusahakan agar anak didk dapat
4
John D. Latuheru. 1998. Media Pembelajaran: Dalam proses belajar-mengajar
masa kini. (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Oyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan,
1998), p. 13.
menggunakan sebanyak mungkin alat indera yang dimiliki. Makin banyak alat indera yang
digunakan untuk mempelajari sesuatu, makin mudah di ingat apa yang dipelajari. Ada
pribahasa asing yang berbunyi: I Hear, I forget, I See, I Remember, I do, I Understand/I
Know. Artinya bila saya dengar, saya lupa, bila saya lihat, saya ingat, bila saya melakukan,
saya mengerti.5 Makna dari pribahasa tersebut bagi masalah-masalah pendidikan
khususnya dalam PMB, ialah bila anak didik menerima penajaran yang disajikan oleh guru
hanya dengan cara ceramah semata sulit bagi mereka untuk mengingat. Akan tetapi apabila
materi tersebut ditambah dengan memperlihatkan gambar, foto, sketsa atau grafik maka
akan lebih mudah materi tersebut di mengerti. Tentang kemmapuan manusia memperoleh
ilmu pengetahuan dengan menggunakan alat indera yang dimilikinya Edgar Dale
menjelaskan melalui kerucut pengalaman.
1.
Pengalaman langsung, pada tahap ini anak didik perlu berhubungan langsung dengan
keadaan dan kejadiaan yang sebenarnya. Dengan demikian mereka boleh melihat
5
Ibid., p. 16
sendiri, meraba/memegang, mengalami sendiri apa yang sedang mereka hadapi, dan
yang terutama agar mereka dapat mampu memecahkan masalah sendiri.
2.
Pengalaman melalui benda tiruan, pada tahap ini kejadian atau peristiwa atau benda
yang sebenarnya sulit diperoleh atau terlalu besar untuk dibawa ke dalam kelas maka
dapat dibuat benda tiruan yang rupanya sama.
3.
Pengalaman melalui dramatisasi, pada tahap ini materi pengajaran disajikan dalam
bentuk drama. Dalam penyajian ini perlu diperhatikan mulai dari pakaian, mimi suara
dan lain-lain.
4.
Pengalaman melalui demonstrasi, dalam hal ini materi pengajaran yang disajikan pada
tahap ini perlu di demonstrasika.
5.
Pengalaman melalui karyawisata, dalam hal tertentu pengalaman yang diperoleh anak
didik melalui karyawisata ini sangat berarti. Peserta didik dapat mencatat,
mengadakan obsevasi, Tanya jawab dan membuat laporan.
6.
Pengalaman melalui pameran, peserta didik dapat memperlihatkan dan memamerkan
kemampuan serta kemajuan mereka secara individu, kelas maupun sekolah.
7.
Pengalaman melalui televisi, televisi dalam program pendidikan masa kini merupakan
suatu medium yang baik, karena menarik minat anak didik, dimana mereka dapat
memperoleh informasi yang otentik dari sebuah peristiwa.
8.
Pengalaman melalui gambar hidup. Anak didik dapat memperoleh pengalaman
melalui penyajian materi pengajaran yang menggunakan gambar hidup atau film.
9.
Pengalaman melalui gambar. Anak didik juga dapat memperoleh pengalaman belajar
bila suatu materi pengajaran disajikan dengan memvisualisasikan benda-benda yang
berdimensi dua, misalnya lukisan, sketsa, karikatur.
10. Pengalaman melalui lambang visual, misalnya dalam suatu penyajian materi
pengajaraan, guru menggunakan grafik, poster, peta, diagram.
11. Pengalaman melalui lambang kata, pada tahap ini anak didik sudah mampu
memperoleh pengalaman belajar, atau sudah mampu memperoleh pengetahuan hanya
melalui lambing kata, yang diperoleh dengan membaca buku, majalah, Koran dan
lain-lain.6
Fungsi media pembelajaran sebagai berikut:
1.
Sumber belajar
6
Ibid., p. 20
Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat
“sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai,
peghubung. Sumber belajar tersbut dapat dipahami sebagai segala macam sumber
yang ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan memudahkan terjadinya proses
belajar.
2.
Fungsi Semantik
Fungsi semantik adalah kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata
(simbol verbal) yang maknanya dapat dipahami oleh peserta didik.
3.
Fungsi Manipulatif
Fungsi manifulatif ini didasarkan pada ciri-ciri umum yang dimilikinya. Berdasarkan
karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuaan, yakni mengatasi batasbatas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi. Fungsi manipulatif dapat
membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks, misalnya dengan
memanfatkan diagram, peta, grafis, dan lain-lain.
4.
Fungsi Psikologis
Terdiri dari:
a. Fungsi Atensi, Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatiaan siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
b. Fungsi afektif, media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambing visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa.
c. Fungsi kognitif, siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan
memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objekobjek yang dihadapi, baik berupa orang, benda, kejadian atau peristiwa. Objek
tersebut dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau
lambang.7
Jenis-jenis media sebagai berikut;
1. Media Cetak
7
Cecep Kustandi,dkk. Media Pembalajaran: Manual dan Digital. (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), p. 22
Media cetak adalah jenis media yang paling banyak digunakan dalam proses
belajar. Jenis media ini memiliki bentuk yang sangat bervariasi, mulai dari buku,
brosur, leaflet, jurnal dan majalah ilmiah. Buku adalah media yang bersifat fleksibel
dan biaya pengandaannya relative lebih murah jika dibandingkan dengan pengandaan
media lain. Pada umunnya media ini digunakan sebagai informasi utama atau bahkan
suplemen informasi terhadap penggunaan media lain.
2. Media pameran
Jenis media yang memiliki bentuk dua atau tiga dimensi. Informasi yang dapat
dipemerankan dalam media ini berupa benda-benda sesungguhnya atau benda
reproduksi atau tiruan dari benda-benda asli. Media yang dapat diklasifikasikan ke
dalam jenis media pameran yaitu poster, grafis, realia, dan model.
a. Realia, benda nyata yang dapat dihadirkan diruangan untuk keperluaan proses
pembelajaran. Pengajar dapat menggunakan realia untuk menjelaskan konsep
bentuk dan mekanisme kerja suatu sistem, misalnya peralatan laboratorium.
b. Model, benda tiruan yang digunakan untuk mempresentasikan realitas. Model
mesin atau benda tertentu dapat digunakan untuk mengantikan mesin riel.
3. Media yang diproyeksikan
Media yang diproyeksikan juga memiliki bentuk fisik yang bervariasi, yaitu
slide suara dan film strip.
4. Video dan VCD
Gambar bergerak yang disertai dengan unsur suara, dapat ditayangkan melalui
media video dan VCD (video compact disk). Video memiliki beberapa features yang
sangat bermanfaat untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu feature
tersebut adalah slow motion dimana gerakan obyek atau peristiwa tertentu yang
berlangsung sangat cepat dapat diperlambat agar mudah dipelajari.
5. Komputer
Pemanfaatan
komputer
untuk
pendidikan
yang
dikenal,
dinamakan
pembelajaran dengan bantuaan komputer, dikembangkan dalam beberapa format,
antara lain drills and practice, tutorial, simulasi, permainan, dan discovery. Komputer
dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan dan melakukan kegiatan
laboratorium atau stimulasi. Hal ini karena tersedianya animasi grafik, warna, dan
musik dalam komputer.
6. Multimedia
Saat ini yang menjadi trend dalam dunia pendidikan sehubungan dengan
pemanfaatan media, adalah dengan menggunakan berbagai media (multimedia).
Disebut multimedia, karena media ini merupakan kombinasi dari berbagai media yang
sudah disebutkan sebelumnya, yaitu menggunakan audio, video, grafis, dan lainnya.
Media internet yang merajalela, sejatinya telah memberikan pengaruh positif dalam
pelaksanaan pembelajaran, di antaranya dengan adanya program e-learning, education dan lain-lain.
C. Media pembelajaran sejarah yang menarik
Media dan pembelajaran merupakan dua unsur yang sangat erat kaitannya
dalam dunia pendidikan terlebih bagi mereka yang mengenyam pendidikan di kotakota
besar. Media pembelajaran sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran dapat membantu
pendidik mencapai tujuan pembelajaran. Pengunaan media dalam proses belajar dapat
meningkatkan efektifitas pembelajaran.
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan jenis-jenis media pembelajaran
yang sering digunakan khususnya guru dalam mengajar. Akan tetapi pertanyaanya
apakah media yang digunakan oleh guru tersebut sudah tepat dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Agar dapat sampai kepada sasaran, maka perlu ditentukan sejumlah
kriteria terlebih dahulu.
Kriteria tersebut antara lain. Tujuan, media yang dipilih hendaknya menunjang
tujuan pengajaran yang telah dirumuskan karena tujuan adalah kriteira yang paling
pokok. Sebagai contoh, apabila tujuan pengajaran agar siswa dapat menunjuk suatu
tempat kejadian peristiwa, maka media peta adalah yang paling tepat. Ketepatgunaan,
jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari suatu benda,
maka media gambar, bagan slide dapat digunakan. Sedangkan kalau yang ingin
dipelajari adalah aspek-aspek yang menyangkut gerak, maka media film atau video
lebih tepat. Keadaan siswa , sebuah program media boleh jadi cocok untuk tujuan
tertentu. Tetapi jika kerumitannya serta kosakatanya jauh diatas kemampuan siswa
kita, maka media tersebut tidak dapat dipilih. Ketersediaan, seringkali media yang kita
nilai tepat untuk mencapai tujuan pengajaran, misalnya film, ternyata di sekolah media
tersebut tidak ada. Sedangkan untuk memproduksi sendiri adalah jauh dari mungkin.
Dalam keadan semacam ini kita bisa menggunakan slide. Mutu teknis, andai kita
merencanakan menggunakan slide tentang candi, namun slide yang kita buat
gambarnya tidak bagus maka media tersebut tidak dapat digunakan. Biaya , biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan dan untuk mendapatkan (membuat) dan untuk
menggunakanya, hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil yang ingin dicapi.
Jika tujuan yang hendak dicapai sekedar mengenal para pahlawan revolusi, maka
media foto sudah cukup tidak perlu kita mengajak siswa melihat film G.30S/PKI.8
Dari kriteria tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
sejarah yang menarik adalah media yang digunakan pada ketepatan materi sejarah yang
ingin disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai. Dalam hal ini kondisi
sekolah tentu menjadi pertimbangan (sarana dan prasarana serta letak geografis
sekolah). Misalnya bagi anak-anak yang sekolah dikota besar dan memiliki sarana dan
prasarana yang memadai tentu dapat menggunakan media Televisi ataupun belajar
sejara langsung dengan mengunjungi tempat bersejarah dan itu membuat pelajaran
sejarah menjadi menari. Akan tetapi hal ini menjadi berbeda ketika sekolah berada
ditempat yang terpencil atau jauh dari pusat kota yang minim sarana dan prasarana.
Dari uraian tersebut diatas tentang media pembelajaran sejarah tentu berpengaruh
terhadap pencapaian yang diperoleh oleh peserta didik baik dari minat, motivasi,
maupun prestasi. Penggunaan media yang menarik tentu secara garis besar dapat
meningkatkan minat dan motivasi serta prestasi belajar siswa.
D. Penutup
Belajar sejarah harus sampai pada tahap “Melakukan dan kita akan Mengerti”
tidak hanya mendengarkan kemudian melupakan atau melihat tetapi hanya mengingat.
Menurut Edgar Dale dengan kerucut pengalaman mengemukakan bahwa pengalaman
belajar seseorang, 75% diperoleh melalui i (Padi, 2010)ndra pengelihatan, 13%
melalui indra pendengaran. Hal ini juga berlaku dalam pembelajaran sejarah melalui
media pembelajaran yang digunakan serta pengalaman langsung peserta didik dengan
menggunakan indra pengelihatannya sejarah akan menjadi bermakna.
A.A. Padi, „Mengaktifkan Pengajaran Sejarah Melalui Media‟ pada jurnal Historia
Vitae Vol. 24, No. 2, edisi bulan Oktober 2010. (Yogyakarta, Pendidikan Sejarah USD), p.
136.
8
DAFTAR PUSTAKA
Kustandi, Cecep, dkk. 2011. Media Pembalajaran: manual dan digital. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Latuheru, John D., 1998. Media Pembelajaran (Dalam proses belajar-mengajar masa
kini. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Padi, A.A., 2010, „Mengaktifkan Pengajaran Sejarah Melalui Media‟ pada jurnal Historia
Vitae Vol. 24, No. 2, edisi bulan Oktober 2010. Yogyakarta, Pendidikan Sejarah
USD.
Purwanta, Hieronymus, 2007, Me ba gu Kriteria Reko struksi “ejarah pada jur al
Arah Reformasi Indonesia No. 34 edisi Februari 2007. Yogyakarta: LPPM USD.
Purwanta, Hieronymus, 2010 Hakekat Pe didika “ejarah pada jur al Historia Vitae
Vol. 24, No. 1, edisi bulan April 2010. Yogyakarta, Pendidikan Sejarah USD.
Subakti, Yohanes Rasul, 2010, “Paradigma Pembelajaraan Sejarah
Berbasis
Konstruktivisme” pada jurnal Historie Vitae Vol. 24, No. 1, April 2010.
Yogyakarta: Pendidikan Sejarah USD.
Oleh
Fransiska Susi Susanti
A. Pendahuluan
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas pendidik, peserta didik,
tujuaan, materi,metode, bahan ajar, media, dan evaluasi. Komponen tersebut adalah satu
kesatuaan yang tidak dapat dipisahkan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Komponen pembelajaran yang paling pertama dan utama pendidik. Pendidik memulai
kegiatan belajar mengajar dengan mempersiapkan segala keperluaan yang berhubungan
dengan pembelajaran seperti, memilih model, metode, dan media pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik. Selain memilih model,metode dan media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik seorang pendidik juga harus
memahami bahan pelajaran yang akan disampaikan serta melakukan evaluasi terhadap
hasil belajar.
Pendidik yang dimaksud adalah guru. Guru sebagai seorang pendidik,
pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan
suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenagkan, menarik,
memberi ruang kepada siswa untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam
mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuaannya.
Dari komponen yang ada masih banyak persoalan yang ditemukan dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran sejarah. Persoalan tersebut seputar model, metode,
bahan ajar dan penggunaan media. Subakti mengkritik bahwa guru masih menggunakan
paradigma konvensional, yaitu paradigma „guru menjelaskan – murid
mendengarkan‟.1
Metode pembelajaran sejarah semacam ini telah menjadikan pelajaran sejarah
membosankan. Kebosanan peserta didik terhadap pembelajaran sejarah dapat dilihat ketika
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dimana, banyak peserta didik yang sibuk
Disampaikan pada Seminar Mahasiswa Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Sanata
Dharma pada tanggal 20 Mei 2017.
Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sanata Dharma
Yohanes Rasul Subakti, “Paradigma Pembelajaraan Sejarah
Berbasis
Konstruktivisme” pada jurnal Historie Vitae Vol. 24, No. 1, April 2010. (Yogyakarta:
Pendidikan Sejarah USD, 2010), p. 38-39
1
dengan kegiatan lain. Misalnya mengerjakan tugas mata pelajaran lain, tidur di dalam
kelas, tidak mencatat penjelasan guru ataupun mengangu teman yang lain. Di samping itu,
metode pembelajaran yang kaku, akan berakibat buruk untuk jangka waktu yang panjang
dan berpotensi memunculkan generasi yang mengalami “amnesia (lupa atau melupakan
sejarah” bangsa sendiri.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah tidak hanya mengenai
metode yang digunakan oleh guru, akan tetapi juga bahan ajar juga. Selama ini bahan ajar
yang disajikan dalam berbagai buku sumber yang digunakan baik pegangan guru maupun
peserta didik hanya bersifat monoton dan kurang menarik. Sederhanannya bahan ajar
sejarah yang ada hanya disajikan dalam bentuk narasi atau cerita sejarah dan tidak
menampilkan unsur sebab akibat dari sebuah peristiwa yang terjadi.
Sejarah merupakan mata pelajaran yang khusus, karena materi yang dibahas adalah
peristiwa yang terjadi di masa lalu dan sekarang sudah hilang. Secara akademik, pelajaran
sejarah bertanggungjawab untuk mendidik para siswa agar mampu memahami dan
menjelaskan berbagai fenomena historis yang dikaji.2 Selain itu, pelajaran sejarah juga
bertugas untuk menanamkan dan mengembangkan kesadaran sejarah dalam diri para
siswanya.3 Oleh karena itu, guru dalam menyajikan materi pelajaran sejarah dituntut untuk
dapat menarik dan mampu menyentuh kehidupan sehari-hari peserta didik seorang guru
harus menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat menjadi solusi untuk
membantu guru dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan materi yang akan dibahas. Selama ini sebagian
orang masih berasumsi bahwa guru masih menggunakan media yang konvensional. Media
konvensional yang dimaksud yaitu guru hanya menggunakan Power Poin dalam mengajar.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tentang Standar
Proses menunjukan pentingnya fungsi dan kedudukan media dalam pembelajaran. Dalam
membuat Perencanaan Pembelajaran media menjadi sangat penting dalam menyampaikan
pesan kepada peserta didik. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Standar Proses dibahas mengenai prinsip pembelajaran salah satunya ialah pemanfaatan
Hieronymus Purwanta, “Membangun Kriteria Rekonstruksi Sejarah” pada jurnal
Arah Reformasi Indonesia No. 34 edisi Februari 2007. (Yogyakarta: LPPM USD, 2007), p.
23-24.
2
Hieronymus Purwanta, “Hakekat Pendidikan Sejarah” pada jurnal Historia Vitae
Vol. 24, No. 1, edisi bulan April 2010. (Yogyakarta, Pendidikan Sejarah USD), p. 35.
3
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran.
Sekarang ini, pembelajaran di sekolah mulai disesuaikan dengan perkembangan
teknologi informasi tersebut. Dengan kemajuaan teknologi, perkembangan pendidikan
disekolah semakin lama semakin mengalami perubahan dan mendorong berbagai usaha
perubahan. Kemajuaan dan peranan teknologi yang sudah sedemikiaan menonjol, sehingga
penggunaan alat-alat, perlengkapan pendidikan, media pendidikan dan pengajaran di
sekolah-sekolah mulai disesuaikan dengan kemajuan. Di era yang serba modern ini guru
seharusnya bisa menggunakan media pembalajaran yang menarik dan mengajak siswa
untuk membuat media pembelajaran. Oleh karena itu tulisan ini fokus pada Penggunaan
Media Pembelajaran Sejarah yang Menarik.
B. Media Pembelajaran
Sesuatu dapat dikatakan sebagai media pendidikan atau pembelajaran apabila
media tersebut digunakan untuk menyalurkan atau menyampaikan pesan dengan tujuantujuan pendidikan dan pembelajaran. Santoso S. Hamidjojo mendeskripsikan media adalah
semua bentuk perantara yang dipakai orang untuk menyebar ide, sehingga ide atau gagasan
yang dikemukakan tersebut bisa sampai pada penerima. Tentang media pembelajaran
tersebut, Latuheru mengatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang
penggunaanya diintegrasikan dengan tujuaan dan isi pengajaran.4
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk
menyampaiakan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara
pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Berdasarkan pengertian tersebut media pembelajaran
dapat diartikan sebagai alat yang digunakan oleh seorang pengajar dalam rangka
menyampaikan pesan, ide, gagasan, informasi kepada pembelajar (peserta didik). Dalam
hal ini seorang guru dapat menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran.
Seorang guru harus berusaha agar materi pengajaran yang disampaikan/disajikan
harus mampu diserap/dimengerti dengan mudah oleh anak didik. Untuk memudahkan anak
didik menerima materi pengajaran tersebut perlu diusahakan agar anak didk dapat
4
John D. Latuheru. 1998. Media Pembelajaran: Dalam proses belajar-mengajar
masa kini. (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Oyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan,
1998), p. 13.
menggunakan sebanyak mungkin alat indera yang dimiliki. Makin banyak alat indera yang
digunakan untuk mempelajari sesuatu, makin mudah di ingat apa yang dipelajari. Ada
pribahasa asing yang berbunyi: I Hear, I forget, I See, I Remember, I do, I Understand/I
Know. Artinya bila saya dengar, saya lupa, bila saya lihat, saya ingat, bila saya melakukan,
saya mengerti.5 Makna dari pribahasa tersebut bagi masalah-masalah pendidikan
khususnya dalam PMB, ialah bila anak didik menerima penajaran yang disajikan oleh guru
hanya dengan cara ceramah semata sulit bagi mereka untuk mengingat. Akan tetapi apabila
materi tersebut ditambah dengan memperlihatkan gambar, foto, sketsa atau grafik maka
akan lebih mudah materi tersebut di mengerti. Tentang kemmapuan manusia memperoleh
ilmu pengetahuan dengan menggunakan alat indera yang dimilikinya Edgar Dale
menjelaskan melalui kerucut pengalaman.
1.
Pengalaman langsung, pada tahap ini anak didik perlu berhubungan langsung dengan
keadaan dan kejadiaan yang sebenarnya. Dengan demikian mereka boleh melihat
5
Ibid., p. 16
sendiri, meraba/memegang, mengalami sendiri apa yang sedang mereka hadapi, dan
yang terutama agar mereka dapat mampu memecahkan masalah sendiri.
2.
Pengalaman melalui benda tiruan, pada tahap ini kejadian atau peristiwa atau benda
yang sebenarnya sulit diperoleh atau terlalu besar untuk dibawa ke dalam kelas maka
dapat dibuat benda tiruan yang rupanya sama.
3.
Pengalaman melalui dramatisasi, pada tahap ini materi pengajaran disajikan dalam
bentuk drama. Dalam penyajian ini perlu diperhatikan mulai dari pakaian, mimi suara
dan lain-lain.
4.
Pengalaman melalui demonstrasi, dalam hal ini materi pengajaran yang disajikan pada
tahap ini perlu di demonstrasika.
5.
Pengalaman melalui karyawisata, dalam hal tertentu pengalaman yang diperoleh anak
didik melalui karyawisata ini sangat berarti. Peserta didik dapat mencatat,
mengadakan obsevasi, Tanya jawab dan membuat laporan.
6.
Pengalaman melalui pameran, peserta didik dapat memperlihatkan dan memamerkan
kemampuan serta kemajuan mereka secara individu, kelas maupun sekolah.
7.
Pengalaman melalui televisi, televisi dalam program pendidikan masa kini merupakan
suatu medium yang baik, karena menarik minat anak didik, dimana mereka dapat
memperoleh informasi yang otentik dari sebuah peristiwa.
8.
Pengalaman melalui gambar hidup. Anak didik dapat memperoleh pengalaman
melalui penyajian materi pengajaran yang menggunakan gambar hidup atau film.
9.
Pengalaman melalui gambar. Anak didik juga dapat memperoleh pengalaman belajar
bila suatu materi pengajaran disajikan dengan memvisualisasikan benda-benda yang
berdimensi dua, misalnya lukisan, sketsa, karikatur.
10. Pengalaman melalui lambang visual, misalnya dalam suatu penyajian materi
pengajaraan, guru menggunakan grafik, poster, peta, diagram.
11. Pengalaman melalui lambang kata, pada tahap ini anak didik sudah mampu
memperoleh pengalaman belajar, atau sudah mampu memperoleh pengetahuan hanya
melalui lambing kata, yang diperoleh dengan membaca buku, majalah, Koran dan
lain-lain.6
Fungsi media pembelajaran sebagai berikut:
1.
Sumber belajar
6
Ibid., p. 20
Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat
“sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai,
peghubung. Sumber belajar tersbut dapat dipahami sebagai segala macam sumber
yang ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan memudahkan terjadinya proses
belajar.
2.
Fungsi Semantik
Fungsi semantik adalah kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata
(simbol verbal) yang maknanya dapat dipahami oleh peserta didik.
3.
Fungsi Manipulatif
Fungsi manifulatif ini didasarkan pada ciri-ciri umum yang dimilikinya. Berdasarkan
karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuaan, yakni mengatasi batasbatas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi. Fungsi manipulatif dapat
membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks, misalnya dengan
memanfatkan diagram, peta, grafis, dan lain-lain.
4.
Fungsi Psikologis
Terdiri dari:
a. Fungsi Atensi, Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatiaan siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
b. Fungsi afektif, media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambing visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa.
c. Fungsi kognitif, siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan
memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objekobjek yang dihadapi, baik berupa orang, benda, kejadian atau peristiwa. Objek
tersebut dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau
lambang.7
Jenis-jenis media sebagai berikut;
1. Media Cetak
7
Cecep Kustandi,dkk. Media Pembalajaran: Manual dan Digital. (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), p. 22
Media cetak adalah jenis media yang paling banyak digunakan dalam proses
belajar. Jenis media ini memiliki bentuk yang sangat bervariasi, mulai dari buku,
brosur, leaflet, jurnal dan majalah ilmiah. Buku adalah media yang bersifat fleksibel
dan biaya pengandaannya relative lebih murah jika dibandingkan dengan pengandaan
media lain. Pada umunnya media ini digunakan sebagai informasi utama atau bahkan
suplemen informasi terhadap penggunaan media lain.
2. Media pameran
Jenis media yang memiliki bentuk dua atau tiga dimensi. Informasi yang dapat
dipemerankan dalam media ini berupa benda-benda sesungguhnya atau benda
reproduksi atau tiruan dari benda-benda asli. Media yang dapat diklasifikasikan ke
dalam jenis media pameran yaitu poster, grafis, realia, dan model.
a. Realia, benda nyata yang dapat dihadirkan diruangan untuk keperluaan proses
pembelajaran. Pengajar dapat menggunakan realia untuk menjelaskan konsep
bentuk dan mekanisme kerja suatu sistem, misalnya peralatan laboratorium.
b. Model, benda tiruan yang digunakan untuk mempresentasikan realitas. Model
mesin atau benda tertentu dapat digunakan untuk mengantikan mesin riel.
3. Media yang diproyeksikan
Media yang diproyeksikan juga memiliki bentuk fisik yang bervariasi, yaitu
slide suara dan film strip.
4. Video dan VCD
Gambar bergerak yang disertai dengan unsur suara, dapat ditayangkan melalui
media video dan VCD (video compact disk). Video memiliki beberapa features yang
sangat bermanfaat untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu feature
tersebut adalah slow motion dimana gerakan obyek atau peristiwa tertentu yang
berlangsung sangat cepat dapat diperlambat agar mudah dipelajari.
5. Komputer
Pemanfaatan
komputer
untuk
pendidikan
yang
dikenal,
dinamakan
pembelajaran dengan bantuaan komputer, dikembangkan dalam beberapa format,
antara lain drills and practice, tutorial, simulasi, permainan, dan discovery. Komputer
dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan dan melakukan kegiatan
laboratorium atau stimulasi. Hal ini karena tersedianya animasi grafik, warna, dan
musik dalam komputer.
6. Multimedia
Saat ini yang menjadi trend dalam dunia pendidikan sehubungan dengan
pemanfaatan media, adalah dengan menggunakan berbagai media (multimedia).
Disebut multimedia, karena media ini merupakan kombinasi dari berbagai media yang
sudah disebutkan sebelumnya, yaitu menggunakan audio, video, grafis, dan lainnya.
Media internet yang merajalela, sejatinya telah memberikan pengaruh positif dalam
pelaksanaan pembelajaran, di antaranya dengan adanya program e-learning, education dan lain-lain.
C. Media pembelajaran sejarah yang menarik
Media dan pembelajaran merupakan dua unsur yang sangat erat kaitannya
dalam dunia pendidikan terlebih bagi mereka yang mengenyam pendidikan di kotakota
besar. Media pembelajaran sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran dapat membantu
pendidik mencapai tujuan pembelajaran. Pengunaan media dalam proses belajar dapat
meningkatkan efektifitas pembelajaran.
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan jenis-jenis media pembelajaran
yang sering digunakan khususnya guru dalam mengajar. Akan tetapi pertanyaanya
apakah media yang digunakan oleh guru tersebut sudah tepat dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Agar dapat sampai kepada sasaran, maka perlu ditentukan sejumlah
kriteria terlebih dahulu.
Kriteria tersebut antara lain. Tujuan, media yang dipilih hendaknya menunjang
tujuan pengajaran yang telah dirumuskan karena tujuan adalah kriteira yang paling
pokok. Sebagai contoh, apabila tujuan pengajaran agar siswa dapat menunjuk suatu
tempat kejadian peristiwa, maka media peta adalah yang paling tepat. Ketepatgunaan,
jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari suatu benda,
maka media gambar, bagan slide dapat digunakan. Sedangkan kalau yang ingin
dipelajari adalah aspek-aspek yang menyangkut gerak, maka media film atau video
lebih tepat. Keadaan siswa , sebuah program media boleh jadi cocok untuk tujuan
tertentu. Tetapi jika kerumitannya serta kosakatanya jauh diatas kemampuan siswa
kita, maka media tersebut tidak dapat dipilih. Ketersediaan, seringkali media yang kita
nilai tepat untuk mencapai tujuan pengajaran, misalnya film, ternyata di sekolah media
tersebut tidak ada. Sedangkan untuk memproduksi sendiri adalah jauh dari mungkin.
Dalam keadan semacam ini kita bisa menggunakan slide. Mutu teknis, andai kita
merencanakan menggunakan slide tentang candi, namun slide yang kita buat
gambarnya tidak bagus maka media tersebut tidak dapat digunakan. Biaya , biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan dan untuk mendapatkan (membuat) dan untuk
menggunakanya, hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil yang ingin dicapi.
Jika tujuan yang hendak dicapai sekedar mengenal para pahlawan revolusi, maka
media foto sudah cukup tidak perlu kita mengajak siswa melihat film G.30S/PKI.8
Dari kriteria tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
sejarah yang menarik adalah media yang digunakan pada ketepatan materi sejarah yang
ingin disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai. Dalam hal ini kondisi
sekolah tentu menjadi pertimbangan (sarana dan prasarana serta letak geografis
sekolah). Misalnya bagi anak-anak yang sekolah dikota besar dan memiliki sarana dan
prasarana yang memadai tentu dapat menggunakan media Televisi ataupun belajar
sejara langsung dengan mengunjungi tempat bersejarah dan itu membuat pelajaran
sejarah menjadi menari. Akan tetapi hal ini menjadi berbeda ketika sekolah berada
ditempat yang terpencil atau jauh dari pusat kota yang minim sarana dan prasarana.
Dari uraian tersebut diatas tentang media pembelajaran sejarah tentu berpengaruh
terhadap pencapaian yang diperoleh oleh peserta didik baik dari minat, motivasi,
maupun prestasi. Penggunaan media yang menarik tentu secara garis besar dapat
meningkatkan minat dan motivasi serta prestasi belajar siswa.
D. Penutup
Belajar sejarah harus sampai pada tahap “Melakukan dan kita akan Mengerti”
tidak hanya mendengarkan kemudian melupakan atau melihat tetapi hanya mengingat.
Menurut Edgar Dale dengan kerucut pengalaman mengemukakan bahwa pengalaman
belajar seseorang, 75% diperoleh melalui i (Padi, 2010)ndra pengelihatan, 13%
melalui indra pendengaran. Hal ini juga berlaku dalam pembelajaran sejarah melalui
media pembelajaran yang digunakan serta pengalaman langsung peserta didik dengan
menggunakan indra pengelihatannya sejarah akan menjadi bermakna.
A.A. Padi, „Mengaktifkan Pengajaran Sejarah Melalui Media‟ pada jurnal Historia
Vitae Vol. 24, No. 2, edisi bulan Oktober 2010. (Yogyakarta, Pendidikan Sejarah USD), p.
136.
8
DAFTAR PUSTAKA
Kustandi, Cecep, dkk. 2011. Media Pembalajaran: manual dan digital. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Latuheru, John D., 1998. Media Pembelajaran (Dalam proses belajar-mengajar masa
kini. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Padi, A.A., 2010, „Mengaktifkan Pengajaran Sejarah Melalui Media‟ pada jurnal Historia
Vitae Vol. 24, No. 2, edisi bulan Oktober 2010. Yogyakarta, Pendidikan Sejarah
USD.
Purwanta, Hieronymus, 2007, Me ba gu Kriteria Reko struksi “ejarah pada jur al
Arah Reformasi Indonesia No. 34 edisi Februari 2007. Yogyakarta: LPPM USD.
Purwanta, Hieronymus, 2010 Hakekat Pe didika “ejarah pada jur al Historia Vitae
Vol. 24, No. 1, edisi bulan April 2010. Yogyakarta, Pendidikan Sejarah USD.
Subakti, Yohanes Rasul, 2010, “Paradigma Pembelajaraan Sejarah
Berbasis
Konstruktivisme” pada jurnal Historie Vitae Vol. 24, No. 1, April 2010.
Yogyakarta: Pendidikan Sejarah USD.