LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA Stabili

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI
FISIKA
PERCOBAAN 4 : STABILITA

Disusun oleh,
Kelompok 5
Ashry Nurrachmah

31113007

Ina Lisnawati

31113021

Irfan Maulana

31113023

Novia Hergiani

31113035


Tia Sulistiani

31113049

PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2015
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk suatu sediaan obat yang dibuat utamanya dalam skala besar, yang melalui
waktu penyimpanan yang panjang, diharapkan suatu ruang waktu daya tahan selama kurang
lebih 5tahun. Sedian obat sebaiknya berjumlah 3 tahun dalam kasus yang kurang baik. Obat
yang dibuat secara reseptur, sebaiknya menunjukkan suatu stabilitas untuk sekurangkurangnya beberapa bulan. Akan tetapi untuk preparat yang terakhir disusun dengan suatu
pembatasan dari waktu penyimpanan.
Sifat khas kualitas yang penting adalah kandungan bahan aktif, keadaan galeniknya,
termasuk sifat yang dapat terlihat secara sensorik, sifat mikrobiologis dan toksikologisnya
dan aktivitasnya secara terapeutik. Skala perubahan yang diizinkan ditetapkan untuk obat

yang terdaftar dalam farmakope. Untuk barang jadi obat dan obat yang tidak terdaftar
berlaku keteranganyang telah dibuat dalam peraturan yang baik. Kestabilan suatu zat
merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi.
Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam
jumlah yang besar dan memerlukan waktu yanglama untuk sampai ke tangan pasien yang
membutuhkan.
Penyebab ketidakstabilan sediaan obat ada dua watak, pertama kali adalah labilitas
dari bahan obat dan bahan pembantu sendiri. Yang terakhir dihasilkan dari bahan kimia dan
kimia fisika, untuk lainnya adalah faktor luar seperti suhu, kelembapan, udara, dan cahaya,
menginduksi atau mempercepat reaksi yang berkurang nilainya.
Faktor-faktor yang telah disebutkan menjadi efektif dalam skala tinggi adalah
bergantung dari jenis galenik dari sediaandalam obat padat, seperti serbuk, bubuk, dan
tablet. Penjelasan di atas menjelaskan kepada kita bahwa betapa pentingnya kita mengetahui
pada keadaan yang bagaimana suatu obat tersebut aman dan dapat bertahan lama, sehingga
obat tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa menurunkan khasiat obat
tersebut.

B. Tujuan Percobaan
1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat.
2. Menentukan energi aktivitas dari reaksi penguraian suatu zat.

3. Menentukan usia simpan suatu zat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia.
Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan
( Connors,et al.,1986).
Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu paro suatu obat
dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya obat atau
kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya,
kelembaban dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme
degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau
perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi
(Moechtar, 1989).
Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama adalah labilitas
dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masing-masing bahan dan
sifat kimia fisika dari masing-masing bahan. Yang kedua adalah faktor-faktor luar, seperti
suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang mampu menginduksi atau mempercepat reaksi
degradasi bahan. Skala kualitas yang penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat

adalah kandungan bahan aktif, keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara
sensorik, secara miktobiologis, toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri. Skala
perubahan yang diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope.
Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional ditolerir suatu penurunan
sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya (Voight, R., 1994).
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi penguraian
dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau basa (OH-) dengan
menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak
mempengaruhi hasil dari reaksi. (Ansel, 1989).
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat
formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya biasanya diproduksi
dalam jumlah yang besar dan juga memrlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan
pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat

mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik
sehingga dapat membahaykan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana
kestabilan obat tersebut optimum. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan tersendiri dengan bahan – bahan dari
formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk menentukan suatu stabilitas kimia

dan farmasi serta mempersatukannya sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk
sediaan. (Ansel, 1989)
Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwapasien menerima dosis
obat yang diresepkan dan bukan hasilditemukan degradasi efek terapi aktif. farmasi
diproduksibertanggung jawab untuk memastikan ia merupakan produk yangstabil yang
dipasarkan dalam batas-batas tanggal kedaluwarsa.apoteker komunitas memerlukan
pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas bahwa ia benar dapat
menyimpan obat-obatan, pemilihan wadah yang tepat untukmengeluarkan obat tersebut,
mengantisipasi interaksi ketikapencampuran beberapa bahan obat, persiapan, dan
menginformasikan kepada pasien setiap perubahan yang mungkinterjadi setelah obat telah
diberikan (Parrot, 1978).
Dalam mempertimbangkan stabilitas kimia farmasi yaitu untukmengetahui urutan
reaksi, yang diperoleh secara eksperimentaldengan mengukur laju reaksi sebagai fungsi dari
konsentrasi obatmerendahkan. Urutan keseluruhan reaksi adalah jumlah darieksponen
istilah konsentrasi tingkat ekspresi. Urutan sehubungandengan tiap reaktan itu eksponen
dari istilah konsentrasi individu dalam tingkat ekspresi (Parrot,1978).
Solusi tingkat reaksi biasanya dinyatakan dalam satuanperubahan konsentrasi per
periode waktu. Misalnya, mol per literper jam, dan laju reaksi kimia yang terjadi dalam
larutan biasanyasebanding dengan konsentrasi spesies reaksi (Martin, 1971).
Reaksi orde nol di mana tingkat adalah independen darikonsentrasi reaktan. Laju

reaksi ditentukan oleh faktor lain, sepertipenyerapan cahaya dalam reaksi fotokimia atau
tingkat difusidalam reaksi permukaan tertentu (Parrot, 1978).
Dimana K adalah konstanta laju orde nol, yang memilikidimensi konsentrasi dibagi
oleh misalnya waktu mol per liter per jam.Persamaan diferensial di atas pada hasil
integrasiC = -Kot + Co
Dimana C adalah konsentrasi awal Orde Reaksi satu.
Reaksi orde pertama adalah satu di mana laju reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi zat bereaksi. matematis, halini dapat dinyatakan sebagai (Parrot, 1978)

Log C = Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat dilakukan dengan
cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis digunakan
dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalampenentuan kestabilan suatu
zat dengan cara kinetika kimia adalah(Anonim, 2010) :
a. Kecepatan reaksi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
c. Tingkat reaksi dan cara penentuannya
Konstanta K yang ada dalam hukum laju yang digabung dengan reaksi elementer,
disebut konstanta laju spesifik untukreaksi itu. Setiap perubahan dalam kondisi reaksi
sepertitemperatur, pelarut atau sedikit perubahan dari suatu komponenyang terlibat dalam
reaksi akan menyebabkan hukum laju reaksimempunyai harga yang berbeda untuk konstanta

laju spesifik. Secara eksperimen, suatu perubahan konstanta laju spesifik berhubungan
terhadap perubahan dalam kemiringan garis yangdiberikan oleh persamaan laju. Variasi
dalam konstanta spesifik merupakan kebermaknaan yang fisik yang penting, karena
perubahan dalam konstanta ini menggambarkan suatu perubahanpada tingkat molekul
sebagai akibat variasi dalam kondisi reaksi (Martin,1983) .

B. URAIAN BAHAN
1. Parasetamol
Nama resmi

: Acetaminophen

Sinonim

: Paracetamol

Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul

: 151,16


Pemerian

: Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa pahit, berbau, serbuk
kristal dengan sedikit rasa pahit.

Kelarutan

: Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95 %)P, dalam 13
bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan alkalihidroksida.

Inkompatibilitas : Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah dilaporkan oleh karena
itu parasetamol dihubungkan dengan permukaan dari nilon dan rayon.

Farmakodinamik : Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh
dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral. Efek anti
inflamasinya sangat lemah.
Farmakokinetik : Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.

Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan
masa paruh plasma antara 1-3 jam.
2. Natrium Hidroksida ( FI ed.III,412 )Nama resmi

: NATRII HYDROXYDUM-

Sinonim

: Natrium hidroksida-

RM/BM

: NaOH / 40-

Pemerian

: Bentuk batang, butiran, massa hablur / keping, kering, keras, rapuh
dan

menunjukkan susunan hablur


: putih, mudah

meleleh

basah.Sangat alkalis dankorosif. Segera menyerap karbondioksida
Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan etanol(95%)

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik-

Kegunaan

: Larutan Standar Sekunder

3. Air suling (FI III : 96)
Nama resmi

: Aqua Destilatta
Nama lain
: Air suling / aquadest
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
: Carian jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai
rasa.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: sebagai pelarut.
4. Sirup parasetamol (Panadol anak)
Mengandung paracetamol 120 mg/5 ml

C. Prinsip Percobaan
Penentuan stabilitas obat Paracetamol menggunakan metode kurva kalibrasi untuk
penentuan umur simpan larutan Paracetamol dan menggunakan instrumen spektrofotometer
pada berbagai suhu yaitu 40O Cdan 75OC

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum kelarutan ini berlangsung pada hari Senin-Jumat tanggal 9-13 Maret 2015 di
Laboratorium Farmakologi Farmasi STIKes BTH Tasikmlaya.
B. ALAT DAN BAHAN
a. Alat

: Labu takar 100 ml

batang pengaduk

Labu takar 50 ml

Sendok Tanduk

Labu takar 10 ml

Vial

Spektrofotometer

Oven

Kuvet

Mikropipet

Gelas kimia 100 ml

Botol Semprot

Timbangan
b. Bahan

: Parasetamol
Sirup Parasetamol
Aquadest
Larutan NaOH 0,1 N
Kertas Timbang

C. PROSEDUR KERJA
a. penyiapan larutan uji
1.

100 mg paracetamol

larutkan dalam 50 ml NaOH
hingga 100 ml

Dari larutan 1000 ppm di pipet

1,2,3,4, dan 5 ml masukan ke
Labu ukur, sampai membentuk
10.50 Ppm

tambah air

b. penentuan panjang gelombang maksimal
Tentukan panjang gelombang max
paracetamol dengan menggunakan larutan
paracetamol40 ppm pada panjang gelombang 200-300 nm

c. Pembuatan kurva kalibrasi
Konsentras (ppm) (x)

Absorban (y)

10
20
30
40
50

d. Penetapan kadar sirup paracetamol
e.

+
Parasetamol 1 mol

larutan NaOH sampai 10 ml

ambil 1 ml

BAB IV

tambah air hingga 50 ml

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pengamatan
a. Hasil Pengamatan
 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penetuan panjang gelombang maksimal menggunakan larutan standar 30 ppm. Dan


didapatkan λ max = 251.0 nm.
Pembuatan kurva kalibrasi dihasilkan data sebagi berikut :
Sampe
l
No.
1
2
3
4
5

Konsentrasi (ppm) (x)

Absorban (y)

10 ppm
20 ppm
30 ppm
40 ppm
50 ppm

0,558
1,157
1,798
2,270
2,552

Dibuat persamaan regresi linier :

Object 3

Didapat persamaan : y = 0.05101x + 0.1367
R² = 0.9804



Pengukuran Umur Simpan Sirup Paracetamol (dilakukan duplo)
Hari Ke
0
1

Absorban (y)
Suhu 40oC
1,888
2,027
1,834

Suhu 75oC
1,888
2,027
1,922

1,799
1,755

2

0,562
0,638
0,906
1,066

3
4



1,856
1,723
1,635
0,557
0,587
0,962
1,016

Penentuan Kadar Sirup Paracetamol

y = 0.05101x + 0.1367
R² = 0.9804
Konsentrasi (x) dari hari ke 0-4
 Hari ke - 0
Kelompok 1 dan kelompok 6
Suhu 40oC dan Suhu 75oC
Y
= bx + a
1,888 = 0,05101x + 0,1367
1,888 – 0,1367 = 0,05101 x
1,7513
= 0,05101 x
1,7513
x=
0,05105
x = 34,3324 ppm



Y
= bx + a
2,027 = 0,05101x + 0,1367
2,027 – 0,1367= 0,05101x1,7513
1,8903
= 0,05101x
1,8903
x=
0,05101
x=¿ 37,0574 ppm

= 34332,4 mg/1000ml

= 37057,4 mg/1000ml

= 34,3324 mg/ml

= 37,0574 mg/ml

Hari ke -1
Kelompok 2
Suhu 40o C
Y
= bx + a
1,834 = 0,05101x + 0,1367
1,834 – 0,1367 = 0,05101 x

Suhu 75o C
Y
= bx + a
1,922 = 0,05101x + 0,1367
1,922 – 0,1367= 0,05101x1,7513

1,6973
= 0,05101 x
1,6973
x=
0,05105
x = 33,2803 ppm

1,7853
= 0,05101x
1,7853
x=
0,05101
x=¿ 35,0058ppm

= 33280,3 mg/1000ml

= 35005,8 mg/1000ml

= 33,2803 mg/ml

= 35,0058 mg/ml





Kelompok 7
Suhu 40o C
Y
= bx + a
1,799 = 0,05101x + 0,1367
1,799 – 0,1367 = 0,05101 x

Suhu 75o C
Y
= bx + a
1,856 = 0,05101x + 0,1367
1,856 – 0,1367= 0,05101x1,7513

1,6623
= 0,05101 x
1,6623
x=
0,05105
x = 32,5877279 ppm

1,7193
= 0,05101x
1,7193
x=
0,05101
x=¿ 33,70515585 ppm

= 32587,7279 mg/1000ml

= 33705,15585 mg/1000ml

= 32,5877279 mg/ml

= 33,70515585 mg/ml

Hari ke -2
Kelompok 3
Suhu 40o C
Y
= bx + a
1,755 = 0,05101x + 0,1367
1,755 – 0,1367 = 0,05101 x

Suhu 75o C
Y
= bx + a
1,723 = 0,05101x + 0,1367
1,723 – 0,1367= 0,05101x1,7513

1,6183
= 0,05101 x
1,6183
x=
0,05105
x = 31,7313 ppm

1,5863
= 0,05101x
1,5863
x=
0,05101
x=¿ 31,1039 ppm

= 31731,3 mg/1000ml

= 31103,9mg/1000ml

= 31,7313 mg/ml

= 31,1039mg/ml

Kelompok 8
Suhu 40o C
Y
= bx + a
= 0,05101x + 0,1367
1,666 – 0,1367 = 0,05101 x
1,6623 = 0,05101 x
1,5293
x=
0,05105
x = 29,96079 ppm

Suhu 75o C
Y
= bx + a
1,635 = 0,05101x + 0,1367
1,635 – 0,1367= 0,05101x
1,4983
= 0,05101x
1,4983
x=
0,05101
x=¿ 29,37267 ppm

= 29960,79 mg/1000ml

= 29372,67 mg/1000ml

= 29,96079 mg/ml

= 29,37267 mg/ml

Hari ke -3
Kelompok 4
Suhu 40o C
Y
= bx + a

Suhu 75o C
Y
= bx + a

0,562 = 0,05101x + 0,1367
0,562 – 0,1367 = 0,05101 x

0,557 = 0,05101x + 0,1367
0,557 – 0,1367= 0,05101x1,7513

0,4253
= 0,05101 x
0,4253
x=
0,05105
x = 8,33758 ppm

0,4203
= 0,05101x
0,4203
x=
0,05101
x=¿ 8,23956 ppm

= 8337,58 mg/1000ml

= 8239,56 mg/1000ml

= 8,33758 mg/ml

= 8,23956 mg/ml

Kelompok 9
Suhu 40o C
Y
= bx + a
0,638 = 0,05101x + 0,1367
0,638 – 0,1367 = 0,05101 x
0,5013
= 0,05101 x
0,5013
x=
0,05105
x = 9,819784 ppm



Suhu 75o C
Y
= bx + a
0,587 = 0,05101x + 0,1367
0,587 – 0,1367= 0,05101x1,7513
0,4503
= 0,05101x
0,4503
x=
0,05101
x = 8,82768 ppm

= 9819,784 mg/1000ml

= 8827,68 mg/1000ml

= 9,819784 mg/ml

= 8,82768 mg/ml

Hari ke -4
Kelompok 5
Suhu 40o C
Y
= bx + a
0,906 = 0,05101x + 0,1367
0,906 – 0,1367 = 0,05101 x

Suhu 75o C
Y
= bx + a
0,962 = 0,05101x + 0,1367
0,962 – 0,1367= 0,05101x1,7513

0,7693
= 0,05101 x
0,7693
x=
0,05105
x = 15,08135 ppm

0,8253
= 0,05101x
0,8253
x=
0,05101
x=¿ 16,6496 ppm

= 15081,35 mg/1000ml

= 16649,6 mg/1000ml

= 15,08135 mg/ml

= 16,6496 mg/ml

Kelompok 10
Suhu 40o C
Y
= bx + a
1,066 = 0,05101x + 0,1367
1,066 – 0,1367 = 0,05101 x

Suhu 75o C
Y
= bx + a
1,016 = 0,05101x + 0,1367
1,016 – 0,1367= 0,05101x1,7513

0,9293

0,8793

= 0,05101 x

= 0,05101x

x=

0,9293
0,05105

x

= 18,21799 ppm

x=

0,8793
0,05101
x=¿ 17,2377 ppm

= 18217,99 mg/1000ml

= 17237,7 mg/1000ml

= 18,21799 mg/ml

= 17,2377 mg/ml

Data hasil rata rata kadar paracetamol dari hari ke 0-4
Har
i

Suhu 40°C
C

Suhu 75°C
C

C

C

ke34,3324
37,0574
33,2803
32,5877279
31,7313
29,96079
8,33758
9,819784
15,081356
18,21799

0
1
2
Data ini
tidak
digunakan
karena tidak
memenuhi
syarat



3
4

35,6949
32,934
30,846045
9,078682
16,6496

34,3324
37,0574
35,0058
33,70515585
31,1039
29,37267
8,23956
8,82768
16,17918
17,2377

35,6949
34,353
30,238285
8,53362
16,70844

Penentuan Shelf Life Obat Paracetamol
1. Penentuan orde reaksi penguraian obat tersebut
 Suhu 40°C



t
C
0
35,6949
1
32,934
2
30,846045
Suhu 75°C

Log C
1,55260617
1,517644481
1,489199488

1/C
0,028015206
0,030363757
0,032419067

t
0
1
2

Log C
1,55260617
1,535964669
1,480557156

1/C
0,028015206
0,029109539
0,033070658

C
35,6949
34,353
30,238285

Dicari lineraritas masing masing orde, kemudian dipilih nilai R yang mendekati 1

Konsenterasi (c)

Orde nol Suhu 40°C
38
36
34 f(x) = - 2.42x + 35.58
R² = 0.99
32
30
28
0 0.5 1 1.5 2 2.5

y
Linear (y)

waktu (t)

konsentrasi (c)

Orde satu Suhu 40°C
1.6
1.55

f(x) = - 0.03x + 1.55
1.5 R² = 1

1.45
0

0.5

1

1.5

2

Linear ()

2.5

waktu (t)

konsentrasi (c)

Orde dua Suhu 40°C
0.03
0.03
f(x) = 0x + 0.03
0.03 R² = 1
0.03
0.03
0.02
0 0.5 1 1.5
waktu (t)

Linear ()
2

2.5

konsentrasi (c)

Orde nol Suhu 75°C
40
35 f(x) = - 2.73x + 36.16
R² = 0.92
30
25
0

0.5

1

1.5

c
Linear (c)

2

2.5

waktu (t)

konsentrasi (c)

Orde satu Suhu 75°C
1.6
1.55

f(x) = - 0.04x + 1.56
1.5 R² = 0.91

1.45
1.4
0

Linear ()
0.5

1

1.5

2

2.5

waktu (t)

konsentrasi (c)

Orde dua Suhu 75°C
0.04
f(x) = 0x + 0.03
0.03 R² = 0.9
0.03
0

0.5

1

1.5

waktu (t)

Linear ()
2

2.5

Jadi, orde reaksi untuk syrup paracetamol berada pada orde nol
2. Penentuan harga K pada suhu 40°C dan 75°C
Orde nol : Ct = Co – Kt
Ct = – Kt + Co  y = - bx +a
Suhu 40°C : y = -2,4244x + 35,583
Suhu 75°C : y = -2,7283x + 36,157
Berarti nilai:
K ( 40°C ) = 2,4244
K ( 75°C ) = 2,7283
3. Grafik antara log K terhadap 1/T
T
40°C
75°C

1/T (x)
0,003194888
0,002873563

Log K (y)
0,384604275
0,435892123

Hubungan 1/T dengan Log K
0.46

log K

0.44
0.42
0.4

f(x) = - 159.61x + 0.89
R² = 1
Linear ()

0.38
0.36
0.34
0

0

0

0

0

0

0

1/T

4. Penentuan harga K pada suhu kamar (25°C)
y = -159.61x + 0.8946
1
) + 0,8946
y = -159,61 (
273+ 25
y = -159,61 (0,003355704698) + 0,8946

0

0

y = -0,535604026 + 0,8946
y = 0,358995973
log K (25°C) = 0,358995973
K (25°C) = 2,28557761
5. Penentuan waktu kadaluarsa (sesuai orde yang telah ditentukan) dengan
Co=100% dan Ct = 90 %.
Karena berada pada Orde nol ,
Ct = Co – Kt
0,9 Co = Co – Kt
0,1Co
t=
k 25
0,1 ( 35,6949 )
t=
2,28557761
3,56949
t=
2, 28557761
t = 1,561745261 hari
Jadi waktu kadaluarsa obat tersebut adalah 1,561745261 hari

B. Pembahasan
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan
karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan,
kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang baik dan menghindari efek
toksik. Salah satu aktivitas yang paling penting dalam kerja preformulasi adalah evaluasi
kestabilan fisika dan kimia dari zat obat murni. Adalah perlu bahwa pengkajian awal ini
dihubungkan dengan menggunakan sampel obat dengan kemurnian yang diketahui
Kestabilan suatu zat merupakan factor yang harus diperhatikan yaitu pembuatan
sediaan farmasi. Oleh karena itu hasil dari pembuatan sediaan farmasi itu khususnya obat
dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil uaraian itu bersifat toksik sehingga
sangat atau dapat membahayakan pada konsumen. Energi aktivasi (Ea) yaitu kemampuan
suatu sediaan untuk dapat mengalami penguraian zat. Energi aktivasi (Ea) harus ditentukan
dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan membandingkan
dua harga konstanta penguraian zat pada temperatur atau suhu yang berbeda sehingga dapat
ditentukkan energi aktivasinya t1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu
waktu dimana suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya
yang sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi
setengahnya. t 90

adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu

diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat
fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya
temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme. Beberapa
faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel, pH,
kelarutan, dan bahan tambahan kimia.
Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu zat merupakan
faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini
penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam

jumlah

yang

besar

dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis
yang diterima pasien berkurang. Adakalanya hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga
membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi
kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga
kestabilan obat terjaga.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan yaitu Syrup Parasetamol. Variasi suhu
yang digunakan dalam percobaan yaitu 40oC, 75oC, dimana maksud dari dilakukannya
variasi suhu tersebut yaitu agar diketahui pada suhu berapa suatu sediaan secara optimum
dapat stabil dan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap kecepatan reaksi suatu
obat. Variasi waktu yang digunakan dalam percobaan yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4 hari dimana
maksud dilakukannya variasi waktu tersebut yaitu untuk mengetahui dimana pada setiap
waktu, kestabilan suatu atau obat makin berkurang atau batas kadaluarsa obat semakin
cepat.
Sebelum menentukan kadar dari sirup parasetamol, terlebih dahulu dilakukan
pembuatan kurva kalibrasi untuk memperoleh persamaan regresi linier yang nantinya
digunakan untuk perhitungan kadar paracetamol. Adapun persamaan yang didapat adalah
y = 0.05101x + 0.1367 dengan R² = 0.9804, pembuatan kurva kalibrasi tersebut sudah
mendekati benar karena nilai linearitasnya hampir mendekati satu. Kemudiaan dilakukan
pengukuran panjang gelombang maksimum, digunakan larutan paracetamol 30 ppm dan
didapat nilai λ max sebesar 251 nm.
Setelah didapat data tersebut, kemudian dilakukan penentuan kadar dari sirup
Paracetamol. Percobaan ini dilakukan duplo. Pada percobaan ini sirup parasetamol di
masukkan hasil saringan sirup ke dalam vial sebanyak 5 ml. Kemudian vial-vial tersebut
masukkan ke dalam oven pada suhu 40oC dan 75oC. Pada hari ke 1, 2, 3 dan 4 diambil 1 vial
dan di ukur absorbannya pada spektrofotometer. Mekanisme kerja spektrofotometer yaitu

sinar dari sumber sinar adalah sinar polikromatis maka dilewatkan terlebih dahulu melalui
monokromator, kemudian sinar monokromatis dilewatkan melalui kuvet yang berisi contoh
maka akan menghasilkan sinar yang ditransmisikan dan diterima oleh detektor untuk diubah
menjadi energi listrik yang kekuatannya dapat diamati oleh alat pembaca (satuan yang
dihasilkan adalah absorban atau transmitan). Data atau hasil absorban tersebut dimasukkan
kedalam persamaan nilai linearitas yang didapat dari hasil kurva kalibrasi, sehingga
didapatkan kadar dari sirup paracetamol dari hari ke-0 sampai hari ke-4.
Setelah didapat data menegenai kadar paracetamol dari hari ke-0 sampai hari ke-4,
kemudian menentukan shelf life obat atau waktu kadaluarsa obat. Adapun langkah
langkahnya yaitu :
-

Menentukan orde reaksi. Orde reaksi yang dihasilkan adalah Orde nol, karena
nilai linieratas yang mendekati satu berada pada orde nol

-

Menentukan harga K pada suhu 40oC dan suhu 75oC. Harga K(40oC) = 2,4244
dan K (75oC) = 2,7283

-

Menentukan grafik hubungan antara 1/T dengan Log K. Adapun persamaan yang
diperoleh adalah y = -159.61x + 0.8946

-

Menentukan harga K pada suhu kamar (25oC) . Harga K (25oC) = 2,28557761

-

Menentukan waktu kadaluarsa obat. Setelah dihitung dengan menggunakan
rumus orde nol, didapat hasil yaitu 1,561745261 hari

Dari hasil data tersebut dapa dilihat bahwa data tersebut jauh sekali dari etiket pada
sirup paracetamol yang digunakan. Di etiket, kandungan paracetamol pada sirup adalah 120
mg/ 5ml atau 24 mg/ml. sedangkan hasil yang didapat adalah jauh sekali, sehingga waktu
kadaluarsa obat yang dihasilkan sangat tidak sesuai. Hal tersebut disebabkan karena data
yang diambil hanya sampai dua hari, dan juga disebabkan karena beberapa faktor. Adapun
faktor yang mempengaruhi kesalahan dalam percobaan ini yaitu :
a. Kesalahan dalam membuat larutan uji
b. Kekurangtelitian praktikan pada saat mengamati lamanya penyimpanan
c. Kesalahan pada saat pengukuran dengan alat.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika
dan kimia.
2. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya temperatur yang tidak
sesuai, cahaya, kelembaban,oksigen dan mikroorganisme.
3. Nilai λ max yang diperoleh adalah 251 nm
4. Waktu kadaluarsa obat sirup Paracetamol adalah 1,56 hari
5. Hasil percobaan dengan data yang tertera pada etiket obat tidak sesuai. Hal tersebut
disebabkan karena beberapa faktor.
B. Saran
Sebaiknya selama praktikum, praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howart C . 1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta : Universitas
Indonesia.
Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid III.Edisi III. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,.
Anief, M . 2003 . Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik . Yogyakarta : UGM-Press.
R. Voight . 1994 . Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima . Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Roth, Hermann, J . 1988 . Analisis Farmasi . Yogyakarta : UGM-Press
Parrot, Eugene L. 1968. Pharmaceutical Technology . Penerbit Burgess Publishing Company
Iowa.
Ansel C. Howard.1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Martin, Alfred . 1990 . Farmasi Fisika Edisi I . Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Agoes, G. 2006. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB
Jones, D. 2008. FASTtrack: Pharmaceutics – Dosage Form and Design. London:
Pharmaceutical Press.
Kurniawan, D. W. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Langley, C. 2008. FASTtrack: Pharmaceutical Compounding and Dispensing. London:
Pharmaceutical Press.
Perrie, Y. 2010. FASTtrack: Pharmaceutics - Drug Delivery and Targeting. London:
Pharmaceutical Press.
Genaro, R.A., 1990. Rhemingtons Pharmaceutical Science. 18th ed. USA : Mack Printing
Company, Easton, Pennsylvania , 267.