T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Gaya Kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dalam Program Talkshow Mata Najwa Episode Pejabat Kekinian

TRANSKRIP WAWANCARA MATA NAJWA
Eps. “PEJABAT KEKINIAN”
Rabu, 9 Maret 2016
OPENING
Selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab, tuan rumah Mata Najwa.
Menjadi pejabat hari ini memang mesti menyesuaikan diri dan kondisi.
Piawai memanfaatkan media sosial sebagai alat paling actual agar sosok dapat terus dijual.
Tapi kerja sebenar-benarnya butuh pembuktian, menghasilkan karya nyata tak sekedar duduk
manis di belakang meja.
Jika pemimpin mau menyerap aspirasi, tentu rakyat juga yang akan mengapresiasi.
Karena menjadi gaul saja tidak mencukupi, kepemimpinan harus tahan banting dan uji.
Inilah Mata Najwa, PEJABAT KEKINIAN.

SEGMEN 1
Najwa Shihab : Pemirsa, ia adalah Walikota paling eksis di media sosial seperti Twitter,
Facebook dan juga Instagram. Followers Twitter-nya 1,3 juta. Ia juga memanfaatkan media

sosial untuk berkomunikasi dengan warga.
--- VT --3 tahun Ridwan Kamil menjadi Walikota Bandung, Jawa Barat. Sejumlah ruang interaksi publik
hadir di tengah kota. Emil sapaan akrab Ridwan Kamil memoles taman-taman tematik.
Banyaknya ruang untuk interaksi publik membuat indeks kebahagiaan Kota Bandung naik ke

70,6 di akhir tahun 2015. Emil mengklaim warga Bandung menjadi warga yang bahagia. Emil
berupaya transparan. Sejak 11 Desember 2015, Bandung punya portal data Bandung berisi
informasi pemerintahan dan administrasi kota. Tapi sudah beberapa bulan, portal ini masih
minim informasi. Meski begitu, upaya transparan ini mengeret peringkat prestasi ke urutan ketiga dari sebelumnya ke-tujuh belas di Jawa Barat. Rapor juga bagus untuk pelayanan publik, dan
kerja birokrasi menjadi urutan pertama nasional dari sebelumnya urutan ratusan di 2013. Di sisa
masa jabatan 2 tahun lagi, kang Emil masih dihadapkan pada beberapa problem klasik kota
Bandung, terutama kemacetan dan banjir.

--Najwa Shihab : Telah hadir di studio Mata Najwa, Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Selamat
malam, Kang Emil. Terima kasih sudah hadir di Mata Najwa.
Ridwan Kamil : Selamat malam, mbak Nana.
Najwa Shihab : Pejabat Kekinian, itu topik Mata Najwa malam ini. Dan saya mengundang Anda,
kang Emil. Bicara soal kekinian, yang jelas yang paling kini. Yang paling banyak dibahas orang
adalah ketika minggu lalu kang Emil konferensi pers, memutuskan tidak akan maju bertarung di
Pilkada DKI. Seberapa sulit sesungguhnya, jujur malam ini, setelah seminggu lewat, kang Emil
sampai di keputusan itu?
Ridwan Kamil : Betul. Ya saya gak bisa memutuskan hal-hal besar dengan secepat kilat, ya.
Saya harus berhitung, saya harus bertanya dan saya harus menghormati aspirasi. Jadi waktu
digadang-gadang menjadi calon Gubernur DKI, undangan banyak sekali, dari warga-warga
Jakarta, organisasi kemasyarakatan dan tokoh-tokohnya, Pak Presiden, Pak Prabowo, Ketua

DPR, MPR, DPD yang menunjukkan antusiasme nasional itu luar biasa.
Najwa Shihab : Membuat ge-er , kang?
Ridwan Kamil : Ge-er ada. Tapi ge-er nya juga kalkulatif ya, karena hasil survey yang masuk ke
saya itu ‘kan saya di bawah Pak Ahok dan gak terlalu susah untuk ngejar. Karena saya ‘kan
belum buat pengumuman lah ya. Dulu waktu saya di Bandung, itu mulainya hanya 6% tapi
dengan teknik macam-macam, kreativitas macam-macam berakhir 45%. Jadi saya tidak khawatir
urusan itu. Hanya pr dan masalah terbesar itu waktu saya bertanya ke warga Bandung, nah
hampir 90% hasilnya menyatakan warga Bandung tidak rela saya pergi sebelum menyelesaikan
masa jabatan.
Najwa Shihab : Jadi pertimbangan utama itu?
Ridwan Kamil : Iya. Puncaknya, saya berdiskusi dengan keluarga. Bagaimanapun saya manusia
berkeluarga yang jatuh bangun saya ada juga dukungan dari mereka, terutama ibu saya dan
sebagainya. Dan kesimpulannya sama, saya ini baru memulai jadi jabatan yang melayani publik
bukan periode kedua. Periode pertama pun belum selesai, baru 2,5 tahun. Ya kalau 2,5 tahun
tiba-tiba loncat lagi ke tempat lain, saya punya track record pejabat yang tidak selesai. Beda
halnya kalau sudah 1 periode sudah banyak janji-janji yang dipenuhi. Tapi ‘kan ini baru periode

pertama. Kesimpulannya, saya melakukan keputusan akal sehat. Akal sehat saya mengatakan
seperti itu.
Najwa Shihab : Tapi kang Emil, saya ingat, saya menonton konferensi pers kang Emil ketika itu.

Dan ada kalimat yang membuat saya bertanya-tanya, khususnya kalimat ini. Kita dengarkan
cuplikan ketika kang Emil konferensi pers soal keputusannya tidak maju di Jakarta, berikut ini.
--- Cuplikan konferesi pers Ridwan Kamil --Ridwan Kamil : Saya maju ke Jakarta, tapi tidak sekarang. Alias saya tidak akan maju menjadi
calon Gubernur DKI di 2017. Pertimbangan besar saya hanya satu, tugas saya belum selesai di
periode pertama.
--Najwa Shihab : Kalimat awal, “maju di Jakarta tapi tidak sekarang.” Itu artinya kapan? Itu
artinya menunggu apa? Berarti sekarang lagi mengumpulkan bekal politik?
Ridwan Kamil : Saya dulu sebelum jadi Walikota Bandung, saya itu Arsitek. 80% proyek saya di
Jakarta. Saya dulu itu Penasihat Gubernur, dari zaman Pak Fauzi Bowo untuk bidang arsitektur.
Jadi semua bangunan-bangunan besar yang masuk ke Jakarta diperiksa oleh saya dan tim. Saya
tuh hafal Jakarta. Saya punya karyawan Tukang Ojek dulu sebelum ada Gojek. Itu menunjukkan
bahwa sebenarnya saya hafal Jakarta. Tapi poinnya itu. Kalau pertanyaan tadi…
Najwa Shihab : Tidak sekarang itu maksudnya menunggu tahun 2017?
Ridwan Kamil : Artinya, kalau tugas saya di Bandung sudah selesai, kesempatan itu datang lagi
pasti dengan mudah saya ambil keputusan iya. Karena Jakarta dan Bandung ini problemnya
sama. Mirip-miriplah.
Najwa Shihab : Dengan skala yang berbeda?
Ridwan Kamil : Ya, dengan skala yang berbeda. Kami (Bandung) penduduknya 2,4 juta, Jakarta
mungkin lebih di atas 9 juta. Cuma 60% warga Bandung itu di bawah 40 tahun usianya, bedanya
itu. Maka dominasinya belum menikah alias jomblo, ya faktual itu.

Najwa Shihab : Karenanya, Walikota Bandung merangkap jadi Bapak Jomblo Nasional karena
itu?
Ridwan Kamil : Ya, karena itu.

Najwa Shihab : Kang Emil, tapi saya ingin tanya ambisi politik untuk jabatan publik yang lebih
tinggi itu Anda miliki?
Ridwan Kamil : Jadi gini, alasan pertama saya jadi Walikota Bandung itu 80% karena saya kesal.
Saya dulu Arsitek, saya kerjain proyek di Cina, di Timur-Tengah, jadi Penasihat Walikota sanasini, eh kota sendiri berantakan. Jadi motivasinya itu. Bahwa nanti setelah saya menunjukkan
kinerja ada karir terbuka, naik ke atas atau balik lagi jadi Arsitek bukan sesuatu hal yang
menakutkan.
Najwa Shihab : Tapi berarti jawabannya iya? Mungkin saja ada ambisi politik lebih selain
menjadi Walikota?
Ridwan Kamil : Jawabannya betul nanti menjelang akhir, baru saya bisa melihat peta itu
serealistis apa.
Najwa Shihab : Baik. Kalau bicara politik, Anda Kang Emil merasa kedekatan politik dengan
partai politik mana ya, Kang? Apakah dengan Gerindra yang waktu itu mengusung? Atau dengan
PKS?
Ridwan Kamil : Secara komunikasi, karena di Bandung waktu itu saya diusung Gerindra-PKS,
tentunya dua partai ini yang paling intens. Tapi karena saya ini Dosen ITB yang sedang cuti dari
jabatan, maka saya tidak boleh menjadi anggota partai kecuali keluar dari PNS. Maka sekarang

saya belum anggota partai. Tetapi kalau dari komunikasi, sudah sewajarnya karena dua partai ini
yang mendukung saya di Bandung.
Najwa Shihab : Karena kemudian menarik ketika Wakil Ketua Umum Gerindra misalnya
membicarakan karir politik Ridwan Kamil. Saya bacakan, katanya alternatifnya ada 2 setelah ini,
karir politik Anda Kang Emil, apakah menjadi Gubernur Jawa Barat atau justru menghadapi
Pilpres 2019 mendampingi Prabowo Soebiyanto.
Ridwan Kamil : Ya spekulasi orang ‘kan macam-macam ya? 2017 saja tidak terlalu saya
fokuskan, 2018 masih jauh, apalagi 2019?
Najwa Shihab : Yang bicara Wakil Ketua Umum Partai.
Ridwan Kamil : Betul. Tapi kalau nanti takdirnya ada menjelang 2019, ya saya akan berhitung.
Kalau lebih banyak manfaatnya dan memungkinkan kenapa tidak. Kalaupun nggak, nggak saya
terlalu pikirin. Kalau terlalu ambisius, negatifnya pada saat nggak dapet suka kecewa. Sakitnya
‘kan tuh di sini.

Najwa Shihab : Kalau sekarang belum terlalu kepengen. Tapi Kang Emil, pilihan-pilihan itu
menjadi sesuatu yang Anda bayangkan?
Ridwan Kamil : Pilihan itu semua saya hitung sekarang. Lanjut Walikota Bandung positifnya
gimana negatifnya gimana. Jika lanjut Gubernur Jawa Barat, jika 2019 tiba-tiba ada takdir Tuhan
yang melamar saya, itu sedang saya hitung. Tapi tidak saya jadikan ambisius, karena saya ini
pakai filosofi air aja ngalir nanti ketemu bentuknya. Nanti jadi cangkir, jadi kotak, jadi apa,

menjelang akhir-akhir.
Najwa Shihab : Tapi mau kalau diajak jadi Wapresnya Pak Prabowo?
Ridwan Kamil : Kenapa tidak? Tidak menutup kemungkinan.
Najwa Shihab : Kalau Wapresnya Pak Jokowi?
Ridwan Kamil : Kenapa tidak juga?
Najwa Shihab : Mau yang mana?
Ridwan Kamil : Nunggu menjelang-menjelang aja.
Najwa Shihab : Gak mau jawab. Setelah pariwara, kita akan kembali sama Kang Ridwan Kamil,
Pejabat Kekinian.

SEGMEN 2
Najwa Shihab : Terima kasih, Anda terus di Mata Najwa. Saya masih bersama Walikota
Bandung, Ridwan Kamil. Kang Emil 2,5 tahun jadi Walikota, apa yang menurut Anda paling
menantang selama Anda menduduki posisi ini setelah sebelumnya tidak ada pengalaman di
birokrasi sama sekali?
Ridwan Kamil : Adalah mereformasi birokrasi. Karena saya Arsitek, jadi kalau urusan fisik tata
kota itu keseharian saya. Makanya quick clean saya, project yang skala pendek. Kalo soal lampu
taman itu bukan hal yang susah, tapi yang susah itu merubah birokrasi. Saya lakukan dua hal.
Pertama merubah gaya pimpinan. Yang saya lakukan yang namanya “imadia mangun karso”
artinya kepemimpinan di tengah (leadership in the middle) saya banyak turun 50 % dilapangan,

mengajak birokrasi berubah, melelahkan tapi alhamdulilah hasilnya memuaskan. Yang kedua
saya lakukan adalah going digital, mengunci melawan korupsi dengan online. Misalnya perijinan
online. Sehingga tidak ada lagi warga bertemu dengan petugas, ada ratusan going digital,

alhamdulilah 2013 saya menjabat, ranking kinerja birokrasi kita ratusan diatas 200 dari 500 kota,
Desember kemarin kita ranking satu, satu-satunya kota yang nilainya 80 adalah kota Bandung.
Ini menyemangati saya bahwa perubahan bisa, bahwa yang dulunya pesimis bisa menjadi
sesuatu yang berprestasi. Setelah 17 tahun ga dapat adipura kan kayak nunggu jodoh, setiap
lebaran ga datang – datang, setelah 17 tahun kangennya seperti apa, nah tiba-tiba selama 2 tahun
kami rubah. Warga Bandung sekarang saya rubah pola pikirnya. Kalau ada sampah pasti
dipungut, makanya kami ada gerakan pungut sampah setiap Senin, Rabu, Jumat, peraturan
denda-denda saya tegakkan, infrastruktur saya naikkan dan seterusnya. Saya mengayom 1500
tukang gorong-gorong baru dan tukang sampah baru, kemudian saya sebarkan ke kelurahankelurahan dengan konsep desentralisasi. 17 tahun

alhamdulilah targetnya tahun ini dapat

adipura, Tuhan menakdirkan tahun lalu dapat adipura. Jadi poinnya mereformasi di Indonesia
butuh pemimpin yang ada di lapangan. Butuh pemimpin yang ada ditengah-tengah pasukan.
Najwa Shihab : itu yang anda temukan ya ?
Ridwan Kamil : itu kuncinya.

Najwa Shihab : dan itu anda terapkan..
Najwa Shihab : Kang Emil, ada yang menarik yang juga kekinian dari kota Bandung, adalah
ketika anda membuat pengumuman mengajak orang – orang menjadi Walikota. Kita lihat
informasinya berikut ini.
(pemutaran cuplikan video pengumuman mengajak orang menjadi Walikota)

Najwa Shihab : ok cita-citanya apa Kang Emil ? apa maksud dan tujuan cita-citanya mencari
teman untuk menemani sehari-hari?
Ridwan Kamil : nilai paling hebat orang Indonesia, khususnya orang Bandung adalah kolaborasi
semangat ingin berbagi. Waktu KAA tahun lalu saya minta relawan 3000 yang daftar 15000. Jadi
saya sedang memanen nilai-nilai pancasila orang-orang Bandung yaitu berbagi untuk
kepentingan kotanya. Tapi kan jaman canggih ga bisa hanya pengumuman lewat surat, saya
bikin kayak Facebook. Jadi masuk akunnya daftar dulu tiap hari posting ide. Nanti ide yang
paling keren kan untuk kota Bandung, karena ga semua ide harus dari Walikota. Ide juga bisa
dari warga.
Najwa Shihab : banyak yang ikut ?

Ridwan Kamil : lebih dari 300an ide. Jadi malam ini nanti kita pilih. Kita pilih dua 1 di malam
ini dan satunya sekitar tanggal 15 nanti.
Najwa Shihab : bisa di pilih malam ini, bisa dipilih di Mata Najwa. Ok jadi yang terpilih ini akan

menjadi Walikota sehari?
Ridwan Kamil : Jadi dia akan nemanin saya
Najwa Shihab : jadi ajudan dong maksudnya?
Ridwan Kamil : Nggak maksudnya ikutan berdiskusi ikut ngambil keputusan.
Najwa Shihab : ok tapi bukan di suruh- suruh kan ?
Ridwan Kamil : semua boleh berbagi kecuali istri ga boleh.
Najwa Shihab : ok, kan udah ngasih ide nih, tugasnya apa nih sebagai Walikota sehari?
Ridwan Kamil : nah ini artinya dia akan mengeksekusi gagasannya itu. Saya sedang melatih
warga, your city is your responsibility. Kota mu tanggung jawab kamu bukan tanggung jawab
pemerintah. Yang merubah dunia ini ada 4. Yang pertama pemerintah dengan political power,
pebisnis dengan capital power , civil society dengan social power, yang keempat media dengan
information power. Jadi sekarang saya sedang melatih civil society supaya bertanggung jawab,

punya masalah kasih gagasan dong jagan diam.
Najwa Shihab : jadi cuman sehari nih nemenin Kang Emil?
Ridwan Kamil : ya kalo 2 hari kasian dianya juga
Najwa Shihab : sehari digaji nggak ?
Ridwan Kamil : saya kan punya uang operasional, nanti saya tanya ke dia butuh duit nggak?
Najwa Shihab : jadi boleh ya saya minta diumumkan dong?
Ridwan Kamil : boleh, oleh tim juri saya sudah pilih satu

(pengumuman pEmilihan warga yang akan menemani Ridwan Kamil sebagai Walikota sehari)

Najwa Shihab : Kang Emil ini keaktifan anda di media sosial apakah lewat Twitter, Facebook,
lewat Instagram ketika kemarin mengumumkan jadi atau tidaknya ikut DKI juga anda umumkan

lewat berbagai media sosial. Kita ada cuplikan berbagai aktifitas Ridwan Kamil di media sosial,
berikut ini.
(pemutaran cuplikan video)

Najwa Shihab : dari mulai ngomongin jomblo, ngomongin macam-macam, itu chanel-chanelnya
dibagi seperti apa, apa ada yang khusus Instagram atau apa?
Ridwan Kamil : semua saya pegang sendiri, karena sebelum saya jadi Walikota saya sudah
terbiasa multi-tasking, kerjaan beres, media sosial juga beres. Jadi Walikota juga sama, ada
waktu kosong saya bisa media sosial, di jalan tol juga saya bisa.
Najwa Shihab : Kang Emil kenapa menjelaskan ini? Apa karena banyak yang protes kok
kayaknya ngetweet melulu gitu ?
Ridwan Kamil : nah saya ingin ngasih tau ya bahwa kalo pejabat banyak aktif di media sosial
bukan berarti produktifitasnya rendah, atau pejabat yang tidak punya media sosial
produktifitasnya lebih tinggi. Ukurannya nanti di akhir tahun serapan anggarannya berapa,
ukuran kinerja birokrasi, jadi dua-duanya bisa dilakukan. Saya ingin membuktikan kalo duaduanya itu bisa dilakukan bersamaan.

Najwa Shihab : jadi anda memanfaatkannya untuk apa saja?
Ridwan Kamil : saya mengkhususkannya untuk good news, jadi saya gak akan galau-galau yang
lebay gitu ya. Jadi intinya saya selalu positif news. Dan yang menarik temuannya satu, contoh ya
kalau saya posting serius yang komen dikit. Ni contohnya kalau saya posting “hei warga
Bandung tahun ini kita menang adipura” yang komen cuman 500 tapi kalau saya posting “hei
jomblo-jomblo marilah kita menikah sebelum terlambat”, yang komen 5000. Jadi kesimpulan
saya pesan serius harus dibungkus dengan tata bahasa tata bahasa yang santai dan humoris, itu
ciri orang Indonesia.
Najwa Shihab : tapi anda merasakan betul manfaat menggunakan media sosial paling tidak untuk
berkomunikasi menampung aspirasi ?
Ridwan Kamil : oh banyak sekali, komplain warga sekarang bisa ditampung di media sosial.
Sekarang Bandung adalah salah satu kota pertama yang dinas-dinasnya harus punya Twitter .
Sebelum dinasnya menggunakan Twitter , itu komplainnya ke saya ribuan. Sekarang sudah
terdistribusi dengan baik. Setiap komplain ada media sosialnya jadi saya bisa cek kalau
keefektifan ini menunjukan kalau berinovasi memanage kota atau negara ini dengan komunikasi
yang interaktif itu jauh lebih efektif. Mending punya pejabat yang mudah dihubungi atau pejabat
yang susah dikontak atau dihubungi
Najwa Shihab : dan anda mudah dihubungi lewat jalur – jalur yang tadi?

Ridwan Kamil : modal jempol aja.
Najwa Shihab : berikut kita lihat apa tanggapan warga tentang sosok Ridwan Kamil, atau Kang
Emil, kita lihat cuplikannya.
(pemutaran video cuplikan )

SEGMEN 3
Najwa Shihab : pemirsa mari kita ke Jawa Tengah. Ada Gubernur yang kerap menyita perhatian
dengan gayanya yang dekat dengan warga. Media sosial ia jadikan salah satu sarana.
(cuplikan video tentang Ganjar Pranowo saat melakukan sidak pada beberapa instansi di Jawa
Tengah, serta keterlibatannya di tengah masyarakat Jawa Tengah).
Najwa Shihab : Pemirsa telah hadir di studio Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah. Selamat
malam Mas Ganjar, terimakasih sudah bergabung di Mata Najwa. Bagaimana kabarnya mas,
Sehat – sehat ?
Ganjar Pranowo : selamat malam mba Nana, Alhamdulilah sehat.
Najwa Shihab : tadi pagi sempat melihat kemeriahan gerhana secara langsung, atau di televisi ?
Ganjar Pranowo : sempat melihat di pondok pesantren Assallam di Solo, pagi ngintip dulu
disana, pagi bareng-bareng jam 6, ramai, anak-anak pada ngeliat semua.
Najwa Shihab : terus habis itu ?
Ganjar Pranowo : habis itu naik sepeda dari solo ke Tawang Mangu.
Najwa Shihab : berapa jauh itu mas ?
Ganjar Pranowo : 60 kilo ada
Najwa Shihab : sudah biasa ya mas ?
Ganjar Pranowo : oh biasa itu, dulu di Bandung sama Kang Emil ya kan, itu kurang lebih 20 kilo
ya ?
Ridwan Kamil : iya , kurang lebih 20 kilo.
Najwa Shihab : itu siapa yang bonceng ?
Ganjar Pranowo : ga ada kok, sendiri – sendiri .

Najwa Shihab : oh masing – masing sendiri ? kirain ada yang bonceng. Tapi yang jelas ini
menarik. Pejabat Kekinian. Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil. Ganjar Pranowo dengan sejak awal
selalu aktif di media sosial, tapi saya ingin bahas, terakhir bertemu di balai kota kan ?
Ridwan Kamil : Iya betul, bertiga sama pak Ahok.
Najwa Shihab : ini ada cuplikan, dimana terakhir kali Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo dan pak
Ahok bertemu.
Ridwan Kamil : dan kami bertiga bersahabat.
Najwa Shihab : sudah ada kode – kode bersahabat. Berikut kita lihat cuplikannya
(cuplikan video pertemuan Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo dan Ahok)

Najwa Shihab : saling mendukung, tidak ada unsur kompetisi sama sekali ? saya membayangkan
pemimpin daerah itu saling mendukung tapi harus ada kompetisi sama sekali kalau daerah saya
itu harus lebih baik, saya harus lebih menonjol, saya harus lebih merakyat, Mas Ganjar ?
Ganjar Pranowo : iya lah, kita ngobrol sebelumnya ya, tapi rahasia ya.
Najwa Shihab : apa yang rahasia? Saya mau tau yang rahasia.
Ganjar Pranowo : Nggak, masa rahasia diomongin ? jadi di dalam, kita sebelumnya bicara, share
apa yang sebelumnya menjadi pengalaman masing – masing. Ya pengalaman Bandung sebagai
kota, pengalaman Jakarta yang istilah saya Jakarta itu bukan Gubernur ya, tapi Walikota besar.
Gubernur enggak, jadi Walikota tapi besar.
Najwa Shihab : ini kayaknya merendahkan posisi Gubernur Jakarta.
Ganjar Pranowo : tidak dong, kan dia khusus undang – undangnya. Tidak merendahkan justru
meninggikan.
Najwa Shihab : ini kalo politisi yang ngomongnya gitu.
Ganjar Pranowo : nggak, ini kan Walikota besar, jadi meninggikan dan membesarkan. Kalau
saya kan nggak. Kang Emil berapa penduduk ?
Ridwan Kamil : 2, 6 jutalah.
Ganjar Pranowo :2,6 juta, luar biasa. Kalau pak Ahok berapa ?
Ridwan Kamil : diatas 10
Ganjar Pranowo : Diatas 10, luar biasa
Najwa Shihab : Kalau Jawa Tengah ?

Ganjar Pranowo : cuman 35 juta
Najwa Shihab : 35 juta, hahaha, ini saya membacanya, ini berarti masalah Jawa Tengah
dibandingkan dengan masalah Kota Bandung atau dibandingkan dengan Jakarta, itu lebih besar
masalah yang dihadapi Ganjar Pranowo, itu kan maksudnya?
Ganjar Pranowo : kan kelihatan rambut saya sampai ubanan ginikan ? ini ada teman – teman dari
Jawa Tengah juga melihat. Kita mikir setiap hari ada persoalan, uban tumbuh 13, satu selesai
tumbuh 13. Tapi kita belajar dari teman- teman yang punya nilai kompetisi untuk memperbaiki
republik itu kan baik kan. Kita melihat pengalaman teman – teman dan kemudian kita berbagi.
Itu sebelum kita bertiga diluar kan kita ngobrolin soal itu .
Najwa Shihab : soal itu ? jadi Rahasianya itu ? tapi yang tadi menarik di awal ketika kang Emil
bilang, apapun yang di sampaikan di media sosial, itu semua kutiplabel.
Ridwan Kamil : ya fenomena ini terjadi setahunanlah. Jadi dulu ngasi informasi ada press
release, ada press conferrence, wawancara di radio, di koran. Sekarang kita ngetweet atau

posting di Facebook dikutip juga sebagai berita. Nah fenomena baru ini kami sebagai pejabat
publik kami berhati-hati, makanya seiap ngasi tweet, itu pasti akan dikutip. Jadi dengan
kesadaran, kita tau konsekuensi.
Najwa Shihab : tapi itu berarti jaminan bahwa apa yang keluar di media sosial yang dipegang
oleh Ganjar Pranowo, akunnya Ridwan Kamil, itu memang murni ?
Ridwan Kamil : betul.
Ganjar Pranowo : Maksudnya Gimana Mba Nana?
Najwa Shihab : maksudnya bukan titipkan di ajudan atau siapa misalnya?
Ganjar Pranowo : Gak lah, ajudan saya ga bisa pakai Twitter .
Najwa Shihab : hahah, malah lebih canggih Gubernurnya ya.
Ganjar Pranowo : oh iya dong, kalau kita gak lebih canggih kita gak kepilih ya ?
Najwa Shihab : tapi saya orangnya butuh pembuktian, bahwa itu bukan admin, tapi itu betulbetul jempol sendiri. Inikan lagi live di Mata Najwa, jadi saya mau bukti dong live tweet di Mata
Najwa Boleh nggak ?
Ganjar Pranowo : ehh nantang ini
Najwa Shihab : Benar ya, sambil sekalian selfie

Ridwan Kamil : oke, terus dikirim ?
Najwa Shihab : iya nanti dikirim ke akun Mata Najwa, jadi ada interaksi, jadi pemirsa Mata
Najwa juga melihat dan mention dari foto selfie ini, apasih yang kira-kira ada saling
mendukungnya atau ada unsur kompetisinya. Bagaimana ?
Ganjar Pranowo : oke tapi ini background nya dimana nih
Najwa Shihab : oke bisa disini aja Mas Ganjar.
(Adegan selfie)

Najwa Shihab : oke sudah selesai, jadi tolong di tweet ke akun Mata Najwa, jadi siapapun yang
menyaksikan Mata Najwa malam hari ini silahkan langsung ke akun Twitter Mata Najwa
sehingga dapat menilai dengan apa yang terlintas di dalam benak anda tentang kedua pejabat ini,
akan ada hadiah khusus dari Mata Najwa, kita break, kita kembali sesaat lagi.

SEGMEN 4
Najwa Shihab : pemirsa kita kembali ke Mata Najwa, masih dengan tema Pejabat Kekinian,
disini saya ditemani dua orang pemimpin, ada Kang Emil Walikota Bandung, dan juga ada
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Najwa Shihab : Mas Ganjar, Pejabat Kekinian. Apa hal atau isu kekinian yang menurut anda
perlu diketahui orang tentang provinsi yang anda pimpin sekarang, Jawa Tengah?
Ganjar Pranowo : kalau kita melihat, kemarin sampai hari ini saya masih kecapekan karena
banyak investor masuk ke Jawa Tengah, karena Jawa Tengah mungkin menjadi alternatif tempat
yang bagus. Masyarakatnya oke. Biasanya tiap tahun ada demo buruh tapi tahun ini alhamdulilah
gak ada. Teman – teman buruh di Jawa Tengah bilang “ Mas Ganjar saya kasi kado ya, soalnya
tahun ini untuk pertama kali kita gak demo” begitu katanya. Yang kedua wisata ya. Wisata di
tiap kabupaten – kota rata-rata punya potensi. Ada Karimun Jawa, ada Dieng, Borobudur gak
perlu diomongin lagi kali ya, terus kemudian Sangiran yang sekarang lagi kita tata. Kebetulan
kita kerja sama dengan Kementrian, dan ini yang mau coba kita dorong. Jadi masyarakat banyak
tanya ke saya via Twitter itu, infrasrtuktur dan angka kemiskinan di tiap kabupaten – kota dan
kita masih punya 15 yang warnanya merah, sedangkan kabupaten – kota kita ada 35. Ini yang
menjadi pr besar saya untuk menekan dan mengurangi ini.

Najwa Shihab : Mas pr besar itu tantangan. Kalo kita kaitkan dengan bagaimana gaya memimpin
Ganjar Pranowo apakah di media sosial, apa di keseharian, seberapa jauh anda dikenal atau
terkenal itu membantu anda dalam menjalankan tugas-tugas ini?
Ganjar Pranowo : dikenal atau tidak saya rasa itu bukan urusan ya. Kalau kemudian dalam
konteks bekerja ya, saya meminta kepada SKPD saya, walaupun ini memang barang baru tapi
biasanya birokrasi itu lebih kepada memakai baju safari, kemana- mana cacat karena gak bisa
buka pintu sendiri, selalu minta dibukain, terus kalau datang di sambut rombongan, orang datang
berbondong – bondong. Kalau saya nggak, saya bilang saya nggak mau dianterin, saya bilang
saya mau sendiri. Nah ternyata ini merubah sikap, merubah perilaku, terus kemudian mereka
mulai mengikuti gaya saya. Ketika mereka mengikuti gaya saya, harapan saya mereka lebih
dekat dengan masyarakat dan mereka harus terlibat dengan segala persoalannya. Nah repotnya
nanti kalu kita sudah berhubungan dengan kawan – kawan di kabupaten – kota. Kalau sudah
begitu saya harus mau untuk membuka komunikasi, membuka ruang, membuka waktu untuk
menyampaikan kepada mereka dan kita menunggu jawabannya. Supaya seluruh persoalan hari
ini, misalnya Walikotannya Kang Emil, maka lapornya langsung Ke Kang Emil. Itu ada
masyarakat yang bilang, lah pak saya mau ketemu Bupati, takut sama satpol PP, mau lewat
medsos Bupatinya gaptek, lah paling gampang ketemu Gubernur.
Najwa Shihab : karena itulah, mengapa ketika waktu melantik Bupati, pesan anda seperti itu,
seluruh Bupati harus punya akun media sosial?
Ganjar Pranowo : oh nggaklah gak harus
Najwa Shihab : oh jadi nggak harus ya ?
Ganjar Pranowo : ya kan waktu itu kan saya bilang saya menghimbau.
Najwa Shihab : Kenapa tidak diwajibkan saja ?
Ganjar Pranowo : begini, kita mengharuskan tapi juga jangan sampai menyiksa. Kadang –
kadang mereka bisa berinovasi, punya gaya komunikasi yang berbeda.
Najwa Shihab : tapi apa iya pesan anda secara spesifik seperti itu ?
Ganjar Pranowo : Spesifik memang saya bilang hari ini eranya udah digital, eranya udah virtual
dan orang tidak perlu bertemu langsung. Kalo anda ingin membawa amanah ini ketika terpilih,
anda buka jalur komunikasi seluas-luasnnya. Kalo bisa media sosial ya gunakan, bisanya kalo
sms ya lumayan, tapi tolong nomor hpnya dilempar ke publik, kemudian membuat dialog yang

kemudian bisa membuka ruang komunikasi lebih banyak kepada masyarakat. Boleh pake radio,
boleh pake televisi, terserah yang anda mau.
Najwa Shihab : termasuk mempublikasikan kegiatan di Youtube ya Mas Ganjar. Salah satunya
yang menarik adalah ketika humas Jateng mengunggah video di Youtube, yang ini tentang
Ganjar Pranowo.
Ganjar Pranowo : yang mana itu, ngeri nggak ?
Najwa Shihab : hahaha Yang ini, kita saksikan bersama
(cuplikan video Ganjar Pranowo menolong korban kecelakaan lalulintas)

Najwa Shihab : Mas Ganjar, itu belum lama ini kan ? belum lama ini dan sempat heboh ketika
kecelakaan, dan anda kebetulan ada di jalanan, dan kemudian anda yang teriak- teriak agar
ditolong. Jadi apapun yang melibatkan anda, termasuk terlibat menolong orang yang kecelakaan,
anda upload ke media sosial?
Ganjar Pranowo : Gak lah , gak tau tuh yang masukin siapa?
Najwa Shihab : Yang memasukan Humas Pemprov Provinsi Jateng
Ganjar Pranowo : ya barangkali.
Najwa Shihab : tapi keterbukaan sampai segitunya ?
Ganjar Pranowo : gak lah, gak selalu. Kadang – kadang, nanti terlalu genit ya jika semua hal
dimasukkan, saya juga gak mau. Cuman waktu itu memang ada teman-teman media yang
kumpul komplit, terus kemudian pada saat saya lewat ada kecelakaan, sudah magap-magap gitu,
ga ada yang nolongin, cuman teriak-teriak, saya buka jendela mobil, saya da da da da gitu, saya
tanya apa itu? Ada kecelakaan pak, tolong dulu – tolong dulu pak, gitu. Terus saya lihat kok gak
ada yang nolong, jadi saya berhenti. Saya gak sadar aja kalo ada yang merekam itu. Saya baru
tau kalo ada itu.
Najwa Shihab : Baru tau ya ?
Ganjar Pranowo : iya, gara- gara Mata Najwa ini
Najwa Shihab : walah haha. Kita break dulu, setelah headline news kita akan kembali dengan
Pejabat Kekinian, dan juga saya punya dua panelis di Mata Najwa kita akan diskusi lagi, jangan
kemana-mana, tetap di Mata Najwa Pejabat Kekinian.

SEGMEN 5
(Video cuplikan tanggapan warga atas kinerja Ganjar Pranowo)

Najwa Shihab : terimakasih, anda terus di Mata Najwa, malam ini saya bersama dua pejabat dan
Pejabat Kekinian itu topik Mata Najwa malam hari ini ada Kang Emil dan Juga Mas Ganjar
Pranowo. Saya akan perkenalkan dua orang teman saya malam hari ini yang saya ingin minta
komentar mereka tentang dua sosok pejabat ini. Ada direktur eksekutif CSAF mas Philip Timoti,
selamat malam terimakasih sudah hadir di Mata Najwa dan kemudian ada direktur Komunikasi
Indonesia Indikator, Rustika Herlambang, Mba Tika. Selamat malam, terimakasih sudah hadir di
Mata Najwa.
Najwa Shihab : saya mau ke Mba Tika dulu. Pejabat Kekinian. Apa sih yang kekinian dari kedua
Pejabat Kekinian kita ini ?
Tika Herlambang : Ya Pejabat Kekinian. Pertama, Mas Ridwan Kamil dan Mas Ganjar memiliki
satu fenomena yang cukup menarik. Yang kedua, keduanya adalah orang yang sangat sadar
dengan media, berikutnya keduanya bisa menggunakan media sebagai sarana untuk
berpartisipasi atau mengajak partisipasi masyarakat. Yang ketiga Mas Ganjar dan pak Ridwan
Kamil itu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik di depan publik.
Najwa Shihab : Pemimpin sadar media itu penting nggak mba Tika ? ini dua-duanya sangat sadar
media ?
Tika Herlambang : Betul, sangat sadar media dan jangkauan pemberitaannya tidak hanya di
wilayah mereka tapi sudah be on the region, jadi kalau mereka mau naik pangkat atau naik
tingkat, nah mereka sudah punya potensi disitu.
Najwa Shihab : jadi misalnya Kang Emil tidak hanya ngetop di Bandung Jawa Barat,tapi juga di
luar. Mas Ganjar juga seperti itu.
Tika Herlambang : Demikian juga. Jadi keduannya memiliki jangkauan persebaran berita
sehingga daerah – daerah lain suka mengutip atau mengintip apa yang dilakukan oleh Ridwan
Kamil, apa yang dilakukan Mas Ganjar, menirunya atau membicarakannya di daerah sana,
begitu. Dan satu hal lagi yang paling menarik dari keduanya adalah kalau dalam istilah teman
saya Iwan Sugema namanya media genik. Itu kalau ada di media tu selalu amazing itu ga tau
kenapa gitu. Nah itu yang menyebabkan kalau kita berbicara soal Mas Emil atau Mas Ganjar

pemberitaan negatifnya kecil dibandingkan dengan pemberitaan lainnya, itu dia media genik
kalau menurut saya.
Najwa Shihab : tapi secara politik kan itu bisa serba salah kan. Pejabat kalau dianggap terlalu
media genik bisa dianggap wah pencitraaan, bisa dianggap jagonya pencitraan. Jadi bisa serba

salah kemudian bisa juga bagaimana yang ini memang kerja, yang ini memang kepentingan
media. Bagaimana kalo menurut Mas Philip?
Philip Timoti : ah kalau saya lihat sebenarnya begini, pada akhirnya kinerja yang menentukan,
tadi Kang Emil udah bilang. Tapi yang menarik sebetulnya, tadi mereka bilang mau bekerja
sama tapi media sosial itu sebetulnya membuat mereka ini berkompetisi. Karena rakyatnya
membandingkan. Orang di sekitar Surabaya pasti membandingkan. Kok kota saya nggak seperti
kotanya Ibu Risma, misalnya seperti itu. Atau kota Jakarta misalnya melihat Kang Emil ramah
tamah, tapi orang Bandung melihat Kang Emil kurang keras, misalnya dibandingin dengan Pak
Ahok. Pada akhirnya melalui media sosial sebenarnya mereka saling berkompetisi. Dan menurut
saya yang penting, kedepan ini pimpinan kita akan datang dari daerah-daerah. Pak Jokowi sudah
memulai, kemudian sekarang kita punya banyak pemimpin daerah yang bagus-bagus sehingga
kira-kira 5-10 tahun lagi kalo Pilpres kita sudah punya banyak calon –calon dari Walikota,
Gubernur dari daerah karena sekarang eranya itu era pelayanan publik, jadi orientasinya udah
pelayanan publik, bukan lagi urusan politik yang tinggi. Orang mau liat apakah hari ini jauh
lebih baik atau tidak, dan dua orang ini saya pikir mudah-mudahan atau kapan dapat bertarung
di level yang lebih tinggi.
Najwa Shihab : satu pertanyaan lagi untuk mas Philip. Tadi di awal disebutkan bahwa saling
mendukung. Tapi anda membaca tidak, adanya unsur persaingan diantara pemimpin-pemimpin
ini?
Phiplip Timoti : ada dong, mereka pasti berkompetisi kok. Karena politisi itu tujuannya kalau
karir ya, pasti ingin menjadi Presiden, nggak ada poitisi yang bilang “ah saya karirnya cukup
segini aja, atau sampai di sini aja” yang jelas mau jadi Presiden. Tapi itu baik ya bukan hal yang
buruk. Yang jelas mereka harus membutikan di daerah masing – masing. Tadi Kang Emil juga
saya kira dah bilang kalu takdirnya harus ke sana ya pasti akan maju dan itu di buka, gak malumalu kayak yang lain.
Najwa Shihab : Kang Emil gak malu-malu ya ?

Philip Timoti : Kalau Mas Ganjar mungkin bisa ditanya sekarang.
Ganjar Pranowo : Malu dong , masih malu
Ridwan Kamil : kalo dia malu – maluin
Najwa Shihab : tapi sangat sah dan sangat wajar kalau punya ambisi politk lebih ?
Philip Timoti : kalo misalnya yang bertarung orang-orang baik, yang untung kan rakyat seperti
kita kan. Karena kita akan memilih dari antara yang baik – baik.
Najwa Shihab : kita akan break setelah pariwara, tetaplah di Mata Najwa.

SEGMEN 6
Najwa Shihab : terimakasih anda masih di Mata Najwa. Tadi sebelum headline news, kita udah
selfie bareng-bareng, sudah di tweet di akun Mata Najwa. Udah banyak yang retweet ya kang ?

Ridwan Kamil : 4200an retweet
Najwa Shihab : ini bukti bahwa memang eksisnya maksimal sekali ya Kang ?
Ridwan Kamil : 4200an retweet dan 4300 like.
Ada beberapa kita bisa tunjukan ga apa komentar orang – orang soal yang tadi.
(cuplikan komentar orang tentang foto selfie )

Najwa Shihab : emang orang – orang Indonesia kalau di kasih sesuatu kayak gini cepat banget
kreatifnya ya mas Ganjar ?
Ganjar Pranowo : oh iya. Jadi fenomena-fenomena yang muncul itu. Ternyata partisipasi
masyarakat terhadap apa yang keluar di media, khususnya media sosial kan gratis ya, dan itu
sangat tinggi sekali antusiasmenya. Maka kemudian kalau kita menggunakan itu sebagai pejabat
publik, itu kita bisa merespon sebuah peristiwa dengan kejujuran, kecuali haters. Tapi kalo
seperti ini artinya dari yang istilahnya jadul kemudian bergeser ke era digital, masyarakat sudah
dengan ikhlas untuk ikut begitu.
Najwa Shihab : ada beberapa kutipan bagaimana Ganjar Pranowo menggunakan media sosial
Twitter , kita lihat berikut ini
(cuplikan video)

Najwa Shihab : dari apa yang anda lakukan ini, apa hal yang paling efektif, atau bukti yang
paling efektif ketika anda menggunakan media sosial ini, dalam menangani persoalan-persoalan
publik lewat saluran – saluran seperti ini?
Ganjar Pranowo : Oh banyak. Kalo kasus yang terjadi saya pernah copot orang karena di Samsat
dia minta duit sama masyarakat dan ada yang lapor dan masyarakatnya pintar kemudian lapor
“pak ini kami dimintain duit” kalo memang kamu dimintain duit coba fotoin orangnnya.
Kemudian difotokan tapi mungkin fotonya dari bawah, kemudian saya terima fotonya. Saya
kontak pimpinannya kemudian pimpinannya bilang “ ya siap pak “ kemudian di copot orangnya.
Lalu ibu-ibu katanya diusir dari rumah anaknya, dia tidur di pos ronda, tidak lebih dari dua jam
sudah diambil terus ke resos. Ada orang yang kena kanker di tangannya segede bola gak diambil,
saya telpon sama Bupatinya dan sangat menyebalkan karena Bupatinya bilang, “siap pak, mohon
petunjuk” ,lah hari gini kok mohon petunjuk.
Najwa Shihab : Bupati mana tuh Mas kalau boleh tau
Ganjar Pranowo : ada deh, mau tau aja.
Najwa Shihab : sebut dong kalau menyebalkan
Ganjar Pranowo : jangan-jangan, kan kasian. Jadi lanjutnya saya jemput, saya bawa kerumah
sakit dan minta untuk diselesaikan. Jadi banyak masalah dapat terselesaikan, termasuk tadi
komplain-komplain jalan rusak, pungutan disekolah, banyak laporan BPJS, PLN knapa listrik
saya mati, PDAM dan lain-lain.
Najwa Shihab : hal – hal keseharian yang di tangani ?
Ganjar Pranowo : rakyat itu permasalahannya yang keseharian, kecuali yang elite
Najwa Shihab : kecuali elite ya. Dan rata – rata yang mengadu ke Walikota, Gubernur, memang
orang –orang yang membutuhkan jawaban keseharian secara real. Kita kasih tepuk tangan untuk
Ganjar Pranowo. Saya minta komentar Kang Emil sekarang, apa yang paling real nih ?
Ridwan Kamil : ya banyak, tadi ada nenek-nenek ketabrak angkot, terus ditolong oleh warga,
tapi warga kayaknya bingung mau gimana. Dia foto terus dia mention saya. Dalam hitungan
menit karena kebetulan langsung saya buka. Saya telpon dinsos, saya telpon camatnya, itu dalam
hitungan setengah jam, nenek-nenek itu udah dibawa kerumah sakit kemudian ditolong. Karena
dinsos saya udah melek Twitter , dia fotoin waktu nenek-neneknya udah diurus oleh rumah sakit.
Jadi itu dalam hitungan setengah jam udah bisa diatasi. Nah di Bandung itu sekarang saya udah

lebih rileks, karena semua dinas saya udah melek media sosial, dan saya bikin budaya baru kalo
kerja harus pake foto, before and after .
Najwa Shihab : oke. Kang Emil itu kemaren sempat ada yang heboh kan yang melibatkan kang
Emil dengan pemkot Surabaya. Sempat ada yang heboh, yang ramai di media sosial, kita lihat
berikut ini
(cuplikan video)

Najwa Shihab : katanya telalu baper, bawa- bawa perasaan saat berurusan dengan pemkot
Surabaya. Oke saya akan minta apa tanggapan kang Emil, tapi setelah yang satu ini, tetaplah di
Mata Najwa, Pejabat Kekinian.
Najwa Shihab : Pejabat Kekinian, kang Emil betul kemaren itu terlalu baper, bawa perasaaan ?
Ridwan Kamil : gini ya dalam perspektif kita ya, menyelesaikan masalah itu bisa multi platform.
Bisa via telpon, via fax surat menyurat, bisa juga dengan media sosial. Kan tadi udah banyak
disampaikan, kita banyak menyelesaikan masalah dengan secuil, satu paragraph, selesai urusan.
Najwa Shihab : atau jangan –jangan menciptakan masalah baru dan yang kemaren itu malah
masalah baru ?
Ridwan Kamil : kalau masalah baru, itu persepsi. Jadi ada pihak –pihak yang tidak terbiasa
melihat cara penyampaian komunikasi, penyampaian solusi dengan cara seperti ini, jadi saya
terima. Tapi ternyata persepsinya berbeda, di forum ini saya minta maaf, karena bonek – viking
ini bersaudara, tetap harus dipertahankan.
Najwa Shihab : oke, jadi ini hanya kesalahpahaman ?
Ridwan Kamil : iya betul, tapi tidak mengurangi faktanya.
Najwa Shihab : mba Tika saya tau lembaga anda punya semacam rapot begitu. Bagaimana rapot
dua Pejabat Kekinian kita ini kalau kita liat dari segi penggunaan media sosial dan
kemanfaatannya untuk publik, jadi tidak hanya sebatas untuk eksis tapi untuk publik.
Tika Herlambang : ok ya, jadi kalau kita mau tau juara ngetweet diantara mas Ganjar dan Kang
Emil, yang menang adalah mas Ganjar, karena dalam satu bulan, bulan Februari yang 29 hari
saja mas Ganjar melakukan lebih dari 2000 postingan Twitter .
Najwa Shihab : wow 2000 tweet ya.

Tika Herlambang : iya 2000 tweet, tapi untuk respon terhadap postingan lebih banyak didapatkan
Ridwan Kamil dengan 118.000 lebih respon dalam sebulan. Dari setiap postingan, 21%
postingan Ganjar Pranowo tentang pilkada DKI Jakarta, dan untuk hal yang sama diungguli oleh
Ridwan Kamil dengan 64,3%. Dilihat dari jenis kelamin para perespon, postingan Ridwan Kamil
direspon oleh 56% dan 44% perempuan sedangkan Ganjar Pranowo direspon oleh 61% laki-laki
dan 39% perempuan
Ganjar Pranowo : tapi ini ga ada hubungan sama LGBT ya
Tika Herlambang : Dilihat dari usia para perespon, postingan Ridwan banyak di respon oleh
pengguna Twitter dengan usia 26-35 tahun.
Najwa Shihab : Oke mba Tika waktunya sudah selesai, nanti kalu untuk lebih detailnya saya bisa
mempertemukan bersama mas Ganjar dan Kang Emil untuk hasil lebih lanjut.

CLOSING
Najwa Shihab : Kang Emil trimakasih sudah hadir di Mata Najwa, Mas Ganjar trimakasih sudah
mau hadir, dan terimakasih paling besar adalah untuk anda yang sudah menyaksikan Mata Najwa
malam hari ini. Saya Najwa Shihab undur diri, selamat malam dan sampai jumpa.

CATATAN NAJWA
Pejabat masa kini harus siap menghadapi kritik dan cercaan sana sini.
Karena arus informasi mengalir dengan kencang, interaksi pun menjadi lebih gampang.
Apalagi sekarang zamannya digital, kurang lengkap jika tidak eksis di media sosial.
Kerja dan hasil karya cepat disosialisasikan, kritik dan keluhan dapat langsung disampaikan.
Persoalan riil bisa langsung ditanggapi, birokrasi dipaksa sigap memberi solusi.
Pejabat lebih mudah dijangkau rakyat seakan-akan nyaris tanpa sekat.
Tak salah juga menjadi terkenal, jika diimbangi dengan kerja yang total.
Kini tinggal mengutamakan realisasi, membuktikan semua janji dan kerja tanpa basa basi.
Itulah pemimpin yang akan mendatangkan kemaslahatan, tidak sekadar pamer gaya kekinian.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65