T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Minum Minuman Beralkohol Dikalangan Mahasiswa Halmahera Utara di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga T1 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku
2.1.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme

(makhluk

hidup)

yang

bersangkutan.

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

2.1.2 Bentuk Perilaku
Notoatmojo

(2007)

mengemukakan

bahwa,

perilaku dibedakan menjadi 2 dilihat dari respon
stimulus, yaitu:
A. Perilaku Aktif (Overt Behavior)
Respon seseorang teradap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon itu
sudah dapat dilihat oleh orang lain dan sudah
berbentuk berupa tindakan atau praktek (practice).

9

B. Perilaku Pasif (Covert Behavior)

Respon ini masih
persepsi,

pengetahuan

dalam bentuk perhatian,
atau

kesadaran

saja,

sehingga perilaku jenis ini belum terlihat secara
jelas oleh orang lain.
Notoatmojo (2007) juga membagi 3 kelompok
bentuk operasional dari perilaku, antara lain :
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan (cognitiv)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang
terjadi dari proses sensoris khususnya mata dan
telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku terbuka (over behavior)
(Sunaryo, 2004).
2. Perilaku dalam bentuk sikap (affective)
Sikap adalah tanggapan batin terhadap
keadaan atau rangsangan dari luar. Dalam hal
ini lingkungan berpengaruh dalam terciptanya
perilaku. Lingkungan terdiri dari lingkungan alam
dan lingkungan sosial. Lingkungan alam adalah
lingkungan yang besifat fisik, lingkungan ini akan
membentuk perilaku individu sesuai dengan sifat
dan keadaan lingkungan tersebut, sedangkan
10

lingkungan

Sosial adalah

lingkungan


yang

bersifat non fisik, namun lingkungan ini sangat
berpengaruh terhadap pembentukan perilaku.
3. Perilaku dalam bentuk Tindakan (Psycomotor)
Suatu sikap otomatis terwujud dalam suatu
tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan
sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan, antar lain adalah fasilitas
dan faktor dukungan (support).
2.1.3

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Riyanto dan Budiman (2013) mengemukakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
adalah sebagai berikut:
a.

Pendidikan

Pendidikan

adalah

suatu

usaha

untuk

meningkatkan kepribadian dan kemampuan di
dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun
nonformal),

berlangsung

seumur

hidup.


Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan
juga usaha mendewasakan manusia melalui
11

upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan
mempengaruhi
pendidikan

proses

seseorang,

belajar,

makin

tinggi

makin


mudah

untuk

menerima informasi.
b.

Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologi,
maupun

sosial.

Lingkungan

berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke

dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap in
c.

Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengatahuan untuk
memperolah kebenaran pengatahuan dengan
cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dan
bekerja

yang

dikembangkan

memberikan


pengetahuan dan keterampilan profesional, serta
pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan

12

kemampuan

mengambil

keputusan yang merupakan manifestasi dan
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah

nyata dalam bidang

kerjanya.
d.

Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang.

Semakin

bertambah

usia

akan

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya

sehingga

pengetahuan

yang


diperolehnya semakin membaik.

2.2

Minuman Keras
2.2.1 Pengertian Minuman Keras
Minuman keras atau alkohol merupakan
suatu senyawa afilatis etil alkohol dan tergolong
kelompok alkohol, sehingga lebih dikenal dengan
alkohol

saja.

Dalam

Peraturan

Menteri

Perdagangan RI Nomor : 15/M-DAG/PER/3/2006,
pasal 1

menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan minuman keras adalah minuman yang
mengandung etanol yang diproses dari bahan
hasil pertanian yang mengandung karbohidrat
dengan

cara fermentasi dan

13

destilasi atau

fermentasi

tanpa

destilasi,

dengan

cara

memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak,
menambahkan bahan lain atau tidak, maupun
dengan cara mencampurkan konsentrant dengan
etanol atau dengan cara pengenceran minuman
mengandung etanol.
Alkohol
senyawa

adalah

hidrokarbon

nama
dengan

umum

untuk

rumus umum

CnH(2n+1)OH, tetapi alkohol yang terdapat pada
minuman keras adalah etil-alkohol atau etanol
dengan rumus kimia C2H5OH (Joewana, 2004).
Sifat fisik etanol adalah bening, tidak berwarna,
mudah menguap, dan dapat larut dalam air
(Suryatin, 2004). Kemudian etanol juga adalah
senyawa yang terdapat dalam minuman keras
dan merupakan bahan psikoaktif utama dalam
minuman beralkohol (WHO, 2013).
Minuman keras yang mengandung alkohol
dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu
(Nugroho, dkk 2008):

14

a.

Minuman

keras

golongan

A

mengandung etanol 1-5% terdapat pada bir dan
minuman anggur.
b.

Minuman

keras

golongan

B

mengandung etanol 5-20% terdapat pada sherry,
port, dan muscatel.
c.

Minuman

keras

golongan

C

mengandung etanol 20-50% terdapat pada wizky,
rum, gin, vodka, dan brandy.

2.2.2

Faktor-faktor Penyebab Penggunaan Minuman
Beralkohol
Penyebab penggunaan minuman beralkohol
dapat

bermacam-macam.

Secara

biologis,

metabolisme sel orang yang bergantung pada
alkohol telah beradaptasi dengan adanya alkohol
didalam

darah

ketergantungan

atau

sehingga

mengakibatkan

kecanduan

akan

alkohol.

Sedangkan dari sudut pandang psikologis, penyebab
penggunaan

minuman

ketidakbahagiaan

hidup,

adalah

karena

ketidakmampuan

menghadapi dan mengatasi tekanan hidup dan
adanya

kepribadian

15

alkohol

yaitu

seseorang

cenderung lari ke alkohol ketika menghadapi situasi
hidup yang sulit (Supratiknya, 1995).
Videbeck (2008), menyebutkan empat faktor
penyebab perilaku konsumsi minuman berakohol,
yaitu:

1. Faktor Biologi (genetik)
Menurut Jeff (dalam Videbeck, 2008),
anak-anak dari orang tua alkoholik berisiko
mengalami alkoholisme daripada nonalkoholik.
Studi

adopsi

menunjukan

bahwa

angka

alkoholisme pada anak laki-laki dari ayah
biologis yang mengalami alkoholisme lebih tinggi
daripada anak laki-laki dari ayah

biologis

nonalkoholisme.
2. Faktor sosial dan lingkungan
Kehidupan sosial, perilaku teman sebaya
serta

biaya

berakohol

dan

ketersediaan

mempengaruh

minuman berakohol.
3. Faktor psikologis

16

minuman

pengguanaan

Menurut
2008),

alkohol

Schuckit

(dalam

Videbeck,

dapat

digunakan

sebagai

mekanisme koping atau cara mengurangi stres
dan

ketegangan,

meningkatkan

perasaan

tenang dan untuk mengurangi derita psikologis.

4. Faktor budaya
Institute on alcohol abuse and alcoholism
(2000), menyatakan bahwa sikap terhadap
penggunaan alkohol bervariasi pada budaya
yang berbeda. Budaya mengkonsumsi minuman
beralkohol dapat berpengaruh pada jumlah
alkohol yang dikonsumsi. Sebagian masyarakat
di Indonesia memiliki budaya mengkonsumsi
minuman beralkohol
negara lainnya.

yang berbeda dengan

Ini disebabkan

karena di

beberapa tempat di Indonesia sudah menjadi
kebiasaan

dalam

mengkonsumsi

alkohol

sehingga alkohol yang dikonsumsi lebih banyak
dibandingakan dengan budaya di negara lain.
Selanjutnya variasi ditemukan dalam struktur
17

dan tingkat aktivitas enzim diantara orang Asia,
Amerika-Afrika, dan orang kulit putih. Reaksi
Flushing atau kemerahan pada wajah dan leher
terkait dengan varian gen pada enzim yang
terlibat dalam metabolism alkohol lebih tinggi
pada

keturunan

orang-orang

asia

(dalam

Videbeck, 2008).

2.2.3 Dampak Penggunaan Minuman Beralkohol
Secara medis, mengkonsumsi alkohol dalam
ukuran yang cukup dan dalam waktu tertentu akan
membuat tubuh segar dan jantung menjadi sehat
(Gunarsa, 2004). Hal ini karena alkohol terutama
anggur merah memiliki resveratrol, antioksidan, dan
bioflavonoid serta polifenol yang memiliki fungsi
melebarkan arteri dan mengurangi peradangan.
Jadi, mengkonsumsi alkohol bukanlah masalah
karena dalam jumlah kecil alkohol dapat memberikan
pengaruh yang baik bagi kesehatan. Penggunaan
minuman

beralkohol

menjadi

bermasalah

jika

dikonsumsi dalam jumlah yang banyak karena akan
menimbulkan efek yang negatif. Efek yang negatif
18

alkohol sangat tergantung pada dosis alkohol yang
dikonsumsi (Nugroho, dkk 2008).
2.2.4 Pencegahan Penyalahgunaan Minuman Keras
Menurut Irianto (2008), pencegahan terhadap
penyalahgunaan alkohol harus dilakukan pada faktorfaktor yang menjadi penyebab penggunaan alkohol.
Pencegahan dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung agar seseorang atau sekelompok
masyarakat

merubah

keyakinan,

sikap

dan

perilakunya sehingga tidak mengkonsumsi alkohol
yang berlebihan lagi.
Upaya menghentikan penyalahgunaan alkohol
tidaklah mudah. Hal ini karena ketergantungan yang
ditimbulkan sangat kuat. Meskipun demikian, harus
dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan dan
membantu remaja yang telah terjerumus dalam
penyalahgunaan alkohol. Ada tiga tingkat pencegahan
penyalahgunaan zat adiktif khususnya alkohol, yaitu
sebagai berikut (Irianto, 2008):
a. Pencegahan primer
Pencegahan

primer

adalah

upaya

pencegahan agar orang sehat tidak terlibat
19

penyalahgunaan alkohol. Pencegahan ini biasa
dilakukan dalam bentuk pendidikan, penyebaran
informasi

mengenai

bahaya

alkohol,

dan

pendekatan melalui keluarga. Di dalam keluarga,
orang tua harus memberikan contoh yang baik.
Orang

tua

yang

mengkonsumsi

baik

hendaknya

alkohol

dan

berhenti

membuang

persediaan minuman beralkohol. Kepada anak
remaja,

dianjurkan

untuk

mengembangkan

kemampuan menolak penyalahgunaan alkohol.
Jika ada teman yang mengajak atau membujuk
mengkonsumsi alkohol, remaja berhak untuk
menolak. Selain itu, remaja juga dianjurkan untuk
bergaul dengan orang-orang yang tidak suka
mengkonsumsi alkohol dan mengikuti kegiatan
yang sehat dan kreatif di masyarakat.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan

sekunder

adalah

upaya

pencegahan pada saat penggunaan alkohol
sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan
(terapi). Tahapan ini meliputi:
1. Tahapan penerimaan awal (initial intake)

20

Tahapan ini dilakukan antara satu sampai
tiga hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan
mental.
2. Tahapan

detoksifikasi dan

terapi komplikasi

medik.
Tahapan ini dilakukan antara satu sampai
tiga minggu

untuk melakukan

ketergantungan bahan-bahan

pengurangan

adiktif (alkohol)

secara bertahap.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah upaya untuk
merehabilitasi para pengguna alkohol dan dalam
proses penyembuhan.
Pencegahan

terhadap

penggunaan

minuman beralkohol harus dilakukan, terutama
pada remaja karena jika tidak di cegah dan
konsumsi

alkohol

terus

dilakukan

akan

menyebabkan kecanduan dan ketika seseorang
telah kecanduan, penanganannya akan lebih sulit.
Hal ini karena menurut Iry (2009), ketergantungan
terhadap alkohol menyebabkan pikiran, perasaan,

21

dan kehendak orang tersebut selalu ingin untuk
mengkonsumsi alkohol.
2.3

Mahasiswa
2.3.1 Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang
dalam proses menimbah ilmu ataupun belajar dan
terdaftar sedang manjalani pendidikan pada salah
satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari
akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas (Hartaji, 2012).
Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dapat
didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut
ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun
swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan
perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat
intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir
dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan
bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat
yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa,
yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.
Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap
perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun.
22

Tahap ini dapat digologkan pada masa remaja akhir
sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi
perkembangan,

tugas perkembangan pada usia

mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup
(Yusuf, 2012).

23

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24