Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pengemudi Bus di CV. Makmur Medan Tahun 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Defenisi Kelelahan
Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata

“kelelahan” digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua
yang menyebabkan penurunan kapasitas kerja dan ketahanan. Kondisi kelelahan
seharusnya dimanfaatkan seseorang untuk menghentikan sejenak pekerjaannya
dan beristirahat. Namun kenyataannya jika seseorang mengabaikan perasaan ini
dan memaksakan diri untuk terus bekerja maka perasaan lelah meningkat dan
berdampak buruk bagi kesehatan (Encyclopedia of Occupational Health and
Safety, 1983).

Istilah kelelahan selalu mengarah kepada kondisi melemahnya tenaga
untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya gejala. Secara
umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik
atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue (Budiono, 2003).
Menurut Tarwaka (2004) Kelelahan merupakan suatu mekanisme

perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi
pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral otak. Pada susunan
saraf terdapat sitem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat
parasimpatis).
Suma’mur (2009) dalam bukunya Hiegine Perusahaan dan Kesehatan
Kerja kelelahan menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi

semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan

Universitas Sumatera Utara

tubuh untuk bekerja. Demikian juga dengan hasil penelitian N.A Flick et.al (1985)
mengatakan bahwa kelelahan biasanya muncul akibat kelebihan beban tekanan
dari suatu pekerjaan.
2.2

Jenis-Jenis Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan

tubuh, Kelelahan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

1.

Berdasarkan proses dalam otot.
Menurut A.M Sugeng Budiono (2003) Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu

kelelahan otot dan kelelahan umum.
a. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui
fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang
ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga semakin
rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan
sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam
melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya.
b. Kelelahan Umum (General Fatigue)
Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa.
Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala
kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun
psikis, segala terasa berat dan merasa mengantuk.


Universitas Sumatera Utara

2.

Berdasarkan waktu terjadinya.
Menurut Grandjean (2000) terdapat 2 jenis kelelahan berdasarkan waktu

terjadinya yaitu kelelahan aku, dan kelelahan kronis.
a. Kelelahan Akut.
Kelelahan akut terjadi terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau
seluruh tubuh secara berlebihan.
b. Kelelahan Kronis.
Biasanya terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan
dan bahkan kadang-kadang telah terjadi pada sebelum memeulai suatu pekerjaan.
2.3

Mekanisme Terjadi Kelelahan
Kelelahan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat

kesadaran yaitu korteks serebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik

yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem
penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan
manusia beraksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur.
Menurut Nurmianto (2003) proses terjadinya kelelahan karena adanya
pembebanan otot secara statis sehingga aliran darah ke otot berkurang yang
mengakibatkan asam laktat terakumulasi. Di samping itu juga dikarenakan
pembebanan otot yang tidak merata pada sejumlah jaringan tertentu.
Jika dalam jangka waktu yang panjang seseorang terus menerus harus
melakukan gerak yang sama maka sirkulasi darah menjadi terganggu, dan orang
tersebut menjadi cepat lelah. Hal ini juga dikemukan oleh Suma’mur (2009)
bahwa pekerja yang telah mulai mengalami perasaan lelah dan tetap ia paksakan

Universitas Sumatera Utara

untuk terus bekerja, maka kelelahan akan semakin bertambah dan kondisi lelah
demikian sangat menggangu kelancaran pekerjaan dan juga berefek buruk kepada
pekerja yang bersangkutan.
2.4

Penyebab Kelelahan

Penyebab kelelahan umumnya disebabkan oleh beban kerja baik berupa

beban kerja internal maupun eksternal. Beban kerja internal biasanya berasal dari
dalam tubuh itu sendiri berupa faktor somatis (umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,
kondisi kesehatan, status gizi) dan faktor psikis (motivasi, kepuasan kerja,
keinginan, dll). Sedangkan beban kerja eksternal berupa (waktu kerja, istirahat,
kerja gilir, kerja malam). Dan lingkungan kerja (fisika, kimia, biologi, ergonomi,
dan psikologis).
Dalam buku yang berjudul Fitting the Task to the Human di analogikan
bahwa kondisi kelelahan di industri seperti air di dalam tangki. Dan faktor-faktor
penyebab seperti intensitas dan durasi kerja fisik dan mental, lingkungan, ritme
circadian, masalah fisik, penyakit dan nutrisi sebagai tambahan air yang mengisi
tangki. Sementara itu pemulihan adalah sebagai aliran air yang keluar dari tangki
yang dapat mengurasi rasa kelelahan.
Kroemer (2000) juga menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya
kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara/mempertahankan
kesehatan dan efesiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan
(cancel out the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam,

tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan

penyegaran.

Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor penyebab kelelahan digambarkan seperti pada gambar 2.1

Intensitas dan kerja fisik

Problem fisik

Kenyerian dan kondisi

Lingkungan

tubuh

Nutrisi

Circadian rhythm


Tingkat
Penyembuhan

kelelahan

Gambar 2.1 Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan Penyegaran
(Kroemer & Grandjean 2000)

Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja
dinamis. pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan
maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan
tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga
otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika
pembebanan berlangsung sepanjang hari.

Universitas Sumatera Utara

2.5

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan pada pengemudi

Beberapa teori tentang kelelahan menjelaskan bahwa kelelahan terjadi

disebabkan oleh faktor individu, yaitu :
1.

Umur
Subjek yang berusia lebih muda mempunyai kekuatan fisik dan cadangan

tenaga lebih besar daripada yang berusia tua. Akan tetapi pada subjek yang lebih
tua akan lebih mudah melalui hambatan. Menurut Smith et al (2005) bahwa
pengemudi yang berusia muda sering kali tetap memaksakan berkendara dalam
kondisi beresiko terjadi kecelakaan. Hal ini diprediksi pada masa ketika
pengemudi sudah merasa mengantuk dan pada saat sudah merasa lelah dengan
melihat ritme circadian.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kota Parepare menyatakan
bahwa meningkatnya usia seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan
bertambah, khusunya gangguan saluran pernafasan pada tenaga kerja, pengemudi
yang usianya dalam kategori tua berpengaruh dengan psikomotornya dan beresiko
kelelahan pada saat bekerja (Muhammad, 2014).
2.


Durasi Mengemudi
Peraturan mengenai waktu kerja pada mengemudi yang diterapkan di

negara-negara Eropa, bahwa pengemudi diperbolehkan bekerja hingga 60 jam
dalam satu minggu, akan tetapi selama periode 4 bulan diharuskan ada satu
minggu kerja dengan jumlah kerja 48 jam dalam satu minggu. Dalam satu hari
kerja, durasi maksimal mengemudi tidak boleh melebihi dari 9 jam dan jumlah
jam kerja. Selama dua minggu berturut-turut jumlah maksimum jam kerja

Universitas Sumatera Utara

pengemudi yakni 90 jam. Jumlah waktu istirahat setidaknya 11 jam dalam satu
hari. Jumlah tersebut dapat berkurang hingga 9 jam dalam satu hari dan dilakukan
3 kali dalam satu minggu dengan kompensasi, namun tidak boleh dilakukan dalam
satu minggu penuh (Beaulieu, 2005).
Selain itu Beaulieu, menyebutkan peraturan yang diterapkan di New
Zealand, pengemudi dianjurkan untuk tidak mengemudi lebih dari 5 ½ jam nonstop dan harus melakukan istirahat selama 1 ½ jam setelah mengemudi.
Pengemudi tidak diperbolehkan mengemudi selama 11 jam dalam satu hari kerja.
Konvensi ILO No.153 tahun 1979 mengenai waktu kerja dan periode waktu

istirahat pada sektor transportasi, memiliki beberapa ketentuan dalam mengatur
waktu kerja didalam sektor transportasi, diantaranya:
a.

Setiap pengemudi harus melakukan istirahat, setelah mengemudi selama 4
jam atau setelah 5 jam mengemudi secara berturut-turut.

b.

Jumlah durasi maksimal mengemudi dalam satu hari kerja tidak boleh
melebihi dari 9 jam.

c.

Total maksimum waktu mengemudi dalam satu minggu tidak boleh lebih
dari 48 jam.

d.

Waktu untuk melakukan istirahat secara keseluruhan dalam satu hari harus

tidak boleh kurang dari 8 jam berturut-turut.

3.

Kondisi Fisik (Kesehatan)
Faktor tenaga kerja seperti kondisi kesehatan mempengaruhi tingkat

kelelahan yang terjadi pada pekerja. Tingkat kelelahan terbagi menjadi 2, yaitu

Universitas Sumatera Utara

tingkat kesehatan fisik dan tingkat kesehatan psikologis atau mental. Kesehatan
mental ataupun psikologis juga mempengaruhi kelelahan kerja.
Kurangnya waktu istirahat bukanlah satu-satunya faktor dalam gangguan
tidur. Penggunaan alkohol mempunyai efek mengantuk, tetapi alkohol yang
dikonsumsi dalam waktu satu jam pada periode waktu tidur muncul untuk
menggangu pada paruh kedua periode tidur.
Faktor yang paling banyak menyebabkan kelelahan adalah kurang tidur,
kualitas tidur yang buruk termasuk jam internal tubuh. Disamping faktor-faktor
umum ini, perpanjangan waktu mengemudi (time-on-task), terutama jika
pengemudi tidak mengambil waktu istirahat yang cukup. Pada kelompok
pengemudi tertentu, seperti pengemudi professional, faktor ini sering memainkan
peranan yang penting sehubungan dengan jadwal kerja yang panjang atau tidak
beraturan (Russeng, 2009).
4.

Waktu Istirahat
Lamanya seseorang bekerja sehari-hari secara baik, pada umumnya 6-8

jam dan sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan
masyarakat, istirahat, tidur dan lainnya. Jam kerja seseorang yang baik dalam
seminggu adalah 40 jam, memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan
tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi bahkan bisa terlihat adanya
penurunan produktivitas serta kecendrungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit,
dan kecelakaan.
Dalam hal lamanya waktu kerja melebihi ketentuan yang telah ditetapkan
(8 jam perhari atau 40 jam perminggu), maka perlu adanya pengaturan mengenai

Universitas Sumatera Utara

waktu-waktu istirahat khusus agar kemampuan kerja dan jasmani tetap dapat
dipertahankan dalam batas-batas toleransi. Pemberian waktu istirahat tersebut
dimaksudkan untuk:
a.

Mencegah terjadinya kelelahan yang berakibat kepada penurunan
kemampuan fisik dan mental serta kehilangan efisiensi kerja

b.

Memberi kesempatan tubuh untuk melakukan pemulihan atau penyegaran

c.

Memberi kesempatan waktu untuk melakukan kontak sosial
Secara fisiologis istirahat sangat diperlukan untuk mempertahankan

kapasitas kerja. Terdapat 4 jenis istirahat, yaitu:
1.

Istirahat secara spontan, istirahat pendek setelah melakukan beban kerja

2.

Istirahat curian, terjadi jika beban kerja tidak dapat diimbangi oleh
kemampuan kerja

3.

Istirahat karena adanya kaitan dengan proses kerja, terjadi tergantung dari
bekerjanya mesin, peralatan, dan sumber-sumber kerja

4.

Istirahat yang ditentukan adalah istirahat yang telah ditentukan berdasrkan
undang-undang, seperti istirahat paling sedikit 30 menit setelah 4 jam
bekerja berturut-turut.
Menurut Suma’mur (2009) produktivitas mulai menurun setelah empat

jam kerja terus menerus (apapun jenis pekerjaannya) yang disebabkan oleh
menurunnya kadar gula dalam darah. Itulah sebabnya istirahat sangat diperlukan
minimal setengah jam setelah empat jam bekerja terus menerus agar pekerja
memperoleh kesempatan untuk makan dan menambah energi yang diperlukan
tubuh untuk bekerja.

Universitas Sumatera Utara

5.

Status Gizi/IMT
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi

seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh,
perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk
bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya perkerjaan (Suma’mur,
2009).
Pengukuran status gizi secara langsung dengan metode antropometri
antara lain dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks ini dipakai untuk menilai
berat badan ideal atau normal. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang
dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting karena selain
mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja.
Status gizi bisa dihitung salah satunya dengan menghitung Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan rumus:
IMT
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18
tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan
olahragawan. Disamping itu pula, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus
(penyakit) lainnya seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.
Di Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman
klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Dan pada akhirnya
diambil kesimpulan mengenai ambang batas untuk IMT di Indonesia seperti pada
Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori
Kekurangan berat badan
Normal
Berat badan berlebih
Praobes/beresiko
Obesitas 1
Obesitas 2
(Sumber : Gibson, RS 2005)

IMT