Penelitian Perbedaan Kondisi Periodontal pada penderita Hipertensi dan Non Penderita Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit periodontal
Penyakit periodontal adalah inflamasi kronis yang terjadi pada jaringan lunak
dan jaringan keras yang mendukung gigi di dalam soket.2 Ada dua tipe penyakit
periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah
bentuk penyakit periodontal ringan yang ditandai dengan gingiva berwarna merah,
bengkak, dan mudah berdarah.2,3,10 Gingivitis yang tidak dirawat akan berkembang
menjadi periodontitis sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan ligamen
periodontal dan tulang alveolar.3,11
Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak dental.11 Menurut (World
Health Organization) WHO pada tahun 1978, plak dental dapat didefinisikan sebagai
hasil dari kolonisasi dan pertumbuhan mikroorganisme di permukaan gigi yang terdiri
dari berbagai macam spesies mikroba dan bahan lainnya yang terdapat dalam matriks
ekstra selular. Plak dental adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang
menempel pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut
seperti restorasi lepasan dan cekat.12
Selain plak dental sebagai penyebab utama penyakit periodontal, ada beberapa
faktor yang menjadi faktor risiko penyakit periodontal. Faktor ini dapat berada di
dalam mulut atau sebagai faktor sistemik terhadap host. Secara umum faktor risiko
penyakit periodontal adalah kebersihan rongga mulut, merokok, penyakit sistemik,
umur, obesitas, dan jenis kelamin. 8
Penyakit periodontal mempunyai ciri-ciri klinis yaitu inflamasi pada gingiva
yang ditandai dengan perdarahan pada saat probing, kehilangan perlekatan ≥ 3mm
dan kedalaman poket ≥ 4mm minimal pada dua gigi.10
2.1.1 Poket
Secara umum poket diartikan sebagai sulkus gingiva yang bertambah
kedalamannya secara patologis. Bertambahnya kedalaman sulkus gingiva dapat
Universitas Sumatera Utara
5
disebabkan oleh:
(1) bergeraknya tepi gingiva ke arah koronal akibat adanya
pertambahan besar gingiva;
(2) bergeraknya perlekatan epitel penyatu ke arah
apikal; atau (3) kombinasi antara keduanya. Poket dapat diklasifikasikan atas: (1)
Poket gingiva, yaitu pembesaran gingiva tanpa terjadi kerusakan jaringan periodontal.
Kedalaman poket tergantung pada pembesaran gingiva. (2) Poket periodontal, yaitu
poket yang terjadi akibat kerusakan jaringan pendukung periodontal sehingga dapat
menyebabkan kehilangan gigi. Berdasarkan lokasi dasar poket dapat diklasifikasikan
atas: (1) poket supraboni, yaitu tipe poket periodontal dimana dasar sakunya berada
koronal dari tulang alveolar dan (2) poket infraboni, yaitu tipe poket dimana dasar
sakunya berada apikal dari level tulang alveolar yang berbatasan, dengan kata lain
dinding lateral poket berada antara permukaan gigi dengan tulang alveolar (Gambar
1).13 Kedalaman poket diukur dari jarak margin gingiva ke dasar poket14. Pada
keadaan normal kedalaman poket adalah 1-3 mm, bila kedalaman poket sudah 4 mm
atau lebih menandakan adanya keadaan patologis.15
Gambar 1. Jenis-jenis poket. (A) Poket gingiva, belum ada
kerusakan pada jaringan periodontal pendukung. (B)
Poket supraboni, dasar poket berada koronal dari level
tulang alveolar. (C) Poket infraboni, dasar poket berada
apikal dari level tulang alveolar13
2.1.2 Kehilangan Perlekatan
Kehilangan perlekatan adalah jarak dari cemento enamel jungtional (CEJ) ke
dasar poket. Penyebab kehilangan perlekatan dapat dibagi atas diinduksi plak dan
Universitas Sumatera Utara
6
tidak diinduksi plak. Kehilangan perlekatan juga dikaitkan dengan adanya kebiasaan
buruk seperti merokok, teknik menyikat gigi yang salah, dan penyebab iatrogenik
lainnya.16 Kehilangan perlekatan pada penderita periodontitis mempunyai ciri-ciri
antara lain: (1) Perpindahan posisi epitel jungsional ke arah akar gigi, (2) rusaknya
serat gingiva, (3) rusaknya serat ligamen periodontal, dan (4) kehilangan dukungan
tulang alveolar di sekitar gigi.17 Keparahan kehilangan perlekatan dapat diukur dan
dikategorikan (Tabel 1).33
Tabel 1. Kriteria Kehilangan Perlekatan33
Kriteria kehilangan level perlekatan
Skor
Kehilangan perlekatan ringan
1-2 mm
Kehilangan perlekatan sedang
3-4 mm
Kehilangan perlekatan parah
˃ 5 mm
2.1.3 Perdarahan saat Probing
Dua tanda inflamasi gingiva yang merupakan awal terjadinya gingivitis adalah
peningkatan cairan sulkular dan perdarahan gingiva pada saat probing. Perdarahan
pada saat probing mudah dideteksi secara klinis oleh sebab itu dapat digunakan untuk
diagnosis dini dan pencegahan berkembangnya penyakit gingivitis. Perdarahan pada
saat probing merupakan tanda awal yang terjadi pada penyakit gingiva dibandingkan
dengan terjadinya perubahan warna ataupun tanda klinis lainnya pada gingiva.
Perdarahan pada saat probing secara luas telah digunakan oleh klinisi dan ahli
epidemiologi untuk mengukur prevalensi dan perkembangan penyakit gingiva,
mengukur kebutuhan perawatan, dan memotivasi pasien untuk melakukan kontrol
higiene oral di rumah.18
Universitas Sumatera Utara
7
(a)
(b)
Gambar 2. Perdarahan saat probing (a) Probing pada gingiva yang mengalami oedematus
akibat gingivitis, (b) terjadinya perdarahan setelah dilakukan probing.18
2.2 Faktor Risiko Penyakit Periodontal
Selain plak dental yang merupakan penyebab utama penyakit periodontal, ada
beberapa faktor lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal
antara lain:
a. Kebersihan Rongga Mulut
Beberapa ahli menyatakan penyakit periodontal berhubungan dengan
kebersihan rongga mulut yang buruk. Loe dkk melaporkan pada individu yang
mempunyai kondisi gingiva yang sehat akan segera terkena gingivitis bila tidak
melakukan pembersihan rongga mulut dua sampai tiga minggu. Hal ini menunjukkan
pentingnya menjaga kebersihan rongga mulut untuk mencegah terjadinya penyakit
periodontal.19
b. Merokok
Universitas Sumatera Utara
8
Merokok sebagai faktor risiko penyakit periodontal karena mempermudah
penumpukan kalkulus akibat adanya stein tembakau yang menyebabkan kekasaran
pada permukaan gigi, selain itu adanya panas dari asap rokok akan meningkatkan
kerusakan perlekatan periodontal. Oleh karena itu, seorang perokok mempunyai
risiko 2-7 kali lebih besar menderita penyakit periodontal dibandingkan dengan non
perokok.19
c. Penyakit Sistemik
Secara umum penyakit sistemik tidak dapat memulai timbulnya penyakit
periodontal, tetapi dapat mempercepat perkembangan dan memperhebat kerusakan
periodontal yang ditimbulkan. Pada penderita diabetes melitus lebih rentan terkena
penyakit periodontal terutama pada penderita diabetes melitus tidak terkontrol. Hal
ini disebabkan terjadinya penebalan membran basal, perubahan biokimia, perubahan
mikrobiologis, perubahan imunologis, dan perubahan berkaitan dengan kolagen.11,19
d. Umur
Banyak penelitian menunjukkan bahwa keparahan penyakit periodontal akan
meningkat seiring dengan pertambahan usia. Kehilangan perlekatan pada usia 18-24
sekitar 1,2 mm akan meningkat hingga 3,6 mm pada usia 75-80 tahun.11
e. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin masih diragukan, ada yang menyebutkan bahwa kondisi
periodontal pada laki-laki lebih parah daripada perempuan dan sebaliknya. Secara
umum kondisi periodontal pada laki-laki lebih tinggi tingkat keparahannya
dibandingkan dengan perempuan.11
f. Obesitas
Para ahli meneliti adanya keterkaitan obesitas dan peningkatan prevalensi
penyakit periodontal sehingga obesitas juga dinyatakan sebagai faktor risiko. Saito
dkk melakukan penelitian pada 241 orang dewasa Jepang dan menemukan adanya
hubungan yang erat antara obesitas dan peningkatan risiko penderita periodontitis.11
g. Stres
Universitas Sumatera Utara
9
Meningkatnya bukti yang menyatakan bahwa stres juga berpengaruh terhadap
terjadinya periodontitis kronis dan perkembangan penyakit tersebut akibat adanya
mekanisme dari efek stres terhadap sistem imun tubuh.19
2.3 Hipertensi
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah
peningkatan abnormal tekanan darah, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan
darah diastolik. Pada keadaan normal, tekanan darah sistolik (saat jantung
memompakan darah) kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik (saat
jantung istirahat) kurang dari 80 mmHg.20 Hipertensi dengan peningkatan tekanan
sistolik tanpa disertai peningkatan diastolik lebih sering pada lansia, sedangkan
hipertensi peningkatan tekanan diastolik tanpa disertai peningkatan tekanan sistolik
lebih sering terdapat pada dewasa muda.21 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan menunjukkan bahwa
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 26,5 persen dari total penduduk berusia
≥18 tahun.22 Perhimpunan Hipertensi Indonesia (PERHI) membuat batasan yang
disebut hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik di atas 85 mmHg. Tekanan darah disebut optimal bila
berada pada kisaran 120 mmHg/70 mmHg.20
2.3.1 Patogenesis Hipertensi
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang mendorong
timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah:23
1. Faktor risiko seperti diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetik
2. Sistem saraf simpatis yaitu tonus simpatis dan variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos, dan
interstisium juga memberikan kontributor akhir
Universitas Sumatera Utara
10
4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin
dan aldosteron
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan
darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan
perifer (Gambar 3).
Universitas Sumatera Utara
11
Asupan
garam
berlebih
Jumlah
nefron
berkurang
Retensi
natrium
ginjal
Aktivitas
berlebih saraf
simpatis
Penurunan
permukaan
filtrasi
Volume Cairan
Perubahan
genetis
Stress
Renin
angiotensin
berlebih
Perubahan
membran sel
Obesitas
Bahan-bahan
yang berasal
dari endotel
Hiperinsullnemia
Kontriksi vena
preload
Kontraktilitas
Konstriksi
fungsional
Hipertrofi
struktural
TEKANAN DARAH = CURAH JANTUNG X TAHANAN PERIFER
Hipertensi = Peningkatan CJ dan / atau Peningkatan TP
Osteoregulasi
Gambar 3. Faktor-faktor yang berpengaruh pada tekanan darah23
2.3.2 Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi atas 2 golongan yaitu:23 (1) Hipertensi
primer atau esensial yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. (2)
Hipertensi sekunder atau non esensial yaitu hipertensi yang sudah diketahui
penyebabnya. Berbagai klasifikasi tekanan darah digunakan diseluruh dunia salah
satunya klasifikasi tekanan darah oleh Joint National Committee 7 (JNC 7) (Tabel 2).
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah pada usia dewasa 18 tahun ke atas menurut JNC
724
Klasifikasi tekanan
Tekanan Darah Sistolik Tekanan darah Diastolik
darah
(mmHg)
(mmHg)
Normal
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit periodontal
Penyakit periodontal adalah inflamasi kronis yang terjadi pada jaringan lunak
dan jaringan keras yang mendukung gigi di dalam soket.2 Ada dua tipe penyakit
periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah
bentuk penyakit periodontal ringan yang ditandai dengan gingiva berwarna merah,
bengkak, dan mudah berdarah.2,3,10 Gingivitis yang tidak dirawat akan berkembang
menjadi periodontitis sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan ligamen
periodontal dan tulang alveolar.3,11
Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak dental.11 Menurut (World
Health Organization) WHO pada tahun 1978, plak dental dapat didefinisikan sebagai
hasil dari kolonisasi dan pertumbuhan mikroorganisme di permukaan gigi yang terdiri
dari berbagai macam spesies mikroba dan bahan lainnya yang terdapat dalam matriks
ekstra selular. Plak dental adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang
menempel pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut
seperti restorasi lepasan dan cekat.12
Selain plak dental sebagai penyebab utama penyakit periodontal, ada beberapa
faktor yang menjadi faktor risiko penyakit periodontal. Faktor ini dapat berada di
dalam mulut atau sebagai faktor sistemik terhadap host. Secara umum faktor risiko
penyakit periodontal adalah kebersihan rongga mulut, merokok, penyakit sistemik,
umur, obesitas, dan jenis kelamin. 8
Penyakit periodontal mempunyai ciri-ciri klinis yaitu inflamasi pada gingiva
yang ditandai dengan perdarahan pada saat probing, kehilangan perlekatan ≥ 3mm
dan kedalaman poket ≥ 4mm minimal pada dua gigi.10
2.1.1 Poket
Secara umum poket diartikan sebagai sulkus gingiva yang bertambah
kedalamannya secara patologis. Bertambahnya kedalaman sulkus gingiva dapat
Universitas Sumatera Utara
5
disebabkan oleh:
(1) bergeraknya tepi gingiva ke arah koronal akibat adanya
pertambahan besar gingiva;
(2) bergeraknya perlekatan epitel penyatu ke arah
apikal; atau (3) kombinasi antara keduanya. Poket dapat diklasifikasikan atas: (1)
Poket gingiva, yaitu pembesaran gingiva tanpa terjadi kerusakan jaringan periodontal.
Kedalaman poket tergantung pada pembesaran gingiva. (2) Poket periodontal, yaitu
poket yang terjadi akibat kerusakan jaringan pendukung periodontal sehingga dapat
menyebabkan kehilangan gigi. Berdasarkan lokasi dasar poket dapat diklasifikasikan
atas: (1) poket supraboni, yaitu tipe poket periodontal dimana dasar sakunya berada
koronal dari tulang alveolar dan (2) poket infraboni, yaitu tipe poket dimana dasar
sakunya berada apikal dari level tulang alveolar yang berbatasan, dengan kata lain
dinding lateral poket berada antara permukaan gigi dengan tulang alveolar (Gambar
1).13 Kedalaman poket diukur dari jarak margin gingiva ke dasar poket14. Pada
keadaan normal kedalaman poket adalah 1-3 mm, bila kedalaman poket sudah 4 mm
atau lebih menandakan adanya keadaan patologis.15
Gambar 1. Jenis-jenis poket. (A) Poket gingiva, belum ada
kerusakan pada jaringan periodontal pendukung. (B)
Poket supraboni, dasar poket berada koronal dari level
tulang alveolar. (C) Poket infraboni, dasar poket berada
apikal dari level tulang alveolar13
2.1.2 Kehilangan Perlekatan
Kehilangan perlekatan adalah jarak dari cemento enamel jungtional (CEJ) ke
dasar poket. Penyebab kehilangan perlekatan dapat dibagi atas diinduksi plak dan
Universitas Sumatera Utara
6
tidak diinduksi plak. Kehilangan perlekatan juga dikaitkan dengan adanya kebiasaan
buruk seperti merokok, teknik menyikat gigi yang salah, dan penyebab iatrogenik
lainnya.16 Kehilangan perlekatan pada penderita periodontitis mempunyai ciri-ciri
antara lain: (1) Perpindahan posisi epitel jungsional ke arah akar gigi, (2) rusaknya
serat gingiva, (3) rusaknya serat ligamen periodontal, dan (4) kehilangan dukungan
tulang alveolar di sekitar gigi.17 Keparahan kehilangan perlekatan dapat diukur dan
dikategorikan (Tabel 1).33
Tabel 1. Kriteria Kehilangan Perlekatan33
Kriteria kehilangan level perlekatan
Skor
Kehilangan perlekatan ringan
1-2 mm
Kehilangan perlekatan sedang
3-4 mm
Kehilangan perlekatan parah
˃ 5 mm
2.1.3 Perdarahan saat Probing
Dua tanda inflamasi gingiva yang merupakan awal terjadinya gingivitis adalah
peningkatan cairan sulkular dan perdarahan gingiva pada saat probing. Perdarahan
pada saat probing mudah dideteksi secara klinis oleh sebab itu dapat digunakan untuk
diagnosis dini dan pencegahan berkembangnya penyakit gingivitis. Perdarahan pada
saat probing merupakan tanda awal yang terjadi pada penyakit gingiva dibandingkan
dengan terjadinya perubahan warna ataupun tanda klinis lainnya pada gingiva.
Perdarahan pada saat probing secara luas telah digunakan oleh klinisi dan ahli
epidemiologi untuk mengukur prevalensi dan perkembangan penyakit gingiva,
mengukur kebutuhan perawatan, dan memotivasi pasien untuk melakukan kontrol
higiene oral di rumah.18
Universitas Sumatera Utara
7
(a)
(b)
Gambar 2. Perdarahan saat probing (a) Probing pada gingiva yang mengalami oedematus
akibat gingivitis, (b) terjadinya perdarahan setelah dilakukan probing.18
2.2 Faktor Risiko Penyakit Periodontal
Selain plak dental yang merupakan penyebab utama penyakit periodontal, ada
beberapa faktor lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal
antara lain:
a. Kebersihan Rongga Mulut
Beberapa ahli menyatakan penyakit periodontal berhubungan dengan
kebersihan rongga mulut yang buruk. Loe dkk melaporkan pada individu yang
mempunyai kondisi gingiva yang sehat akan segera terkena gingivitis bila tidak
melakukan pembersihan rongga mulut dua sampai tiga minggu. Hal ini menunjukkan
pentingnya menjaga kebersihan rongga mulut untuk mencegah terjadinya penyakit
periodontal.19
b. Merokok
Universitas Sumatera Utara
8
Merokok sebagai faktor risiko penyakit periodontal karena mempermudah
penumpukan kalkulus akibat adanya stein tembakau yang menyebabkan kekasaran
pada permukaan gigi, selain itu adanya panas dari asap rokok akan meningkatkan
kerusakan perlekatan periodontal. Oleh karena itu, seorang perokok mempunyai
risiko 2-7 kali lebih besar menderita penyakit periodontal dibandingkan dengan non
perokok.19
c. Penyakit Sistemik
Secara umum penyakit sistemik tidak dapat memulai timbulnya penyakit
periodontal, tetapi dapat mempercepat perkembangan dan memperhebat kerusakan
periodontal yang ditimbulkan. Pada penderita diabetes melitus lebih rentan terkena
penyakit periodontal terutama pada penderita diabetes melitus tidak terkontrol. Hal
ini disebabkan terjadinya penebalan membran basal, perubahan biokimia, perubahan
mikrobiologis, perubahan imunologis, dan perubahan berkaitan dengan kolagen.11,19
d. Umur
Banyak penelitian menunjukkan bahwa keparahan penyakit periodontal akan
meningkat seiring dengan pertambahan usia. Kehilangan perlekatan pada usia 18-24
sekitar 1,2 mm akan meningkat hingga 3,6 mm pada usia 75-80 tahun.11
e. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin masih diragukan, ada yang menyebutkan bahwa kondisi
periodontal pada laki-laki lebih parah daripada perempuan dan sebaliknya. Secara
umum kondisi periodontal pada laki-laki lebih tinggi tingkat keparahannya
dibandingkan dengan perempuan.11
f. Obesitas
Para ahli meneliti adanya keterkaitan obesitas dan peningkatan prevalensi
penyakit periodontal sehingga obesitas juga dinyatakan sebagai faktor risiko. Saito
dkk melakukan penelitian pada 241 orang dewasa Jepang dan menemukan adanya
hubungan yang erat antara obesitas dan peningkatan risiko penderita periodontitis.11
g. Stres
Universitas Sumatera Utara
9
Meningkatnya bukti yang menyatakan bahwa stres juga berpengaruh terhadap
terjadinya periodontitis kronis dan perkembangan penyakit tersebut akibat adanya
mekanisme dari efek stres terhadap sistem imun tubuh.19
2.3 Hipertensi
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah
peningkatan abnormal tekanan darah, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan
darah diastolik. Pada keadaan normal, tekanan darah sistolik (saat jantung
memompakan darah) kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik (saat
jantung istirahat) kurang dari 80 mmHg.20 Hipertensi dengan peningkatan tekanan
sistolik tanpa disertai peningkatan diastolik lebih sering pada lansia, sedangkan
hipertensi peningkatan tekanan diastolik tanpa disertai peningkatan tekanan sistolik
lebih sering terdapat pada dewasa muda.21 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan menunjukkan bahwa
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 26,5 persen dari total penduduk berusia
≥18 tahun.22 Perhimpunan Hipertensi Indonesia (PERHI) membuat batasan yang
disebut hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik di atas 85 mmHg. Tekanan darah disebut optimal bila
berada pada kisaran 120 mmHg/70 mmHg.20
2.3.1 Patogenesis Hipertensi
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang mendorong
timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah:23
1. Faktor risiko seperti diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetik
2. Sistem saraf simpatis yaitu tonus simpatis dan variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos, dan
interstisium juga memberikan kontributor akhir
Universitas Sumatera Utara
10
4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin
dan aldosteron
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan
darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan
perifer (Gambar 3).
Universitas Sumatera Utara
11
Asupan
garam
berlebih
Jumlah
nefron
berkurang
Retensi
natrium
ginjal
Aktivitas
berlebih saraf
simpatis
Penurunan
permukaan
filtrasi
Volume Cairan
Perubahan
genetis
Stress
Renin
angiotensin
berlebih
Perubahan
membran sel
Obesitas
Bahan-bahan
yang berasal
dari endotel
Hiperinsullnemia
Kontriksi vena
preload
Kontraktilitas
Konstriksi
fungsional
Hipertrofi
struktural
TEKANAN DARAH = CURAH JANTUNG X TAHANAN PERIFER
Hipertensi = Peningkatan CJ dan / atau Peningkatan TP
Osteoregulasi
Gambar 3. Faktor-faktor yang berpengaruh pada tekanan darah23
2.3.2 Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi atas 2 golongan yaitu:23 (1) Hipertensi
primer atau esensial yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. (2)
Hipertensi sekunder atau non esensial yaitu hipertensi yang sudah diketahui
penyebabnya. Berbagai klasifikasi tekanan darah digunakan diseluruh dunia salah
satunya klasifikasi tekanan darah oleh Joint National Committee 7 (JNC 7) (Tabel 2).
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah pada usia dewasa 18 tahun ke atas menurut JNC
724
Klasifikasi tekanan
Tekanan Darah Sistolik Tekanan darah Diastolik
darah
(mmHg)
(mmHg)
Normal