Perbedaan Kondisi Periodontal Pada Penderita Jantung Koroner Dengan Non Penderita Jantung Koroner Di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

PERBEDAAN KONDISI PERIODONTAL PADA

PENDERITA JANTUNG KORONER DENGAN

NON PENDERITA JANTUNG KORONER

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

NABEILLA OCTVINDHA NIM: 080900096

Pembimbing:

1. Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp.Perio NIP. 19790514 200502 2 001

2. Armia Syahputra, drg NIP. 19830814 200912 1 004

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2013

Nabeilla Octvindha

Penelitian Perbedaan Kondisi Periodontal pada Penderita Jantung Koroner dengan Non Penderita Jantung Koroner di RSUP H. Adam Malik Medan

Xi+57 halaman

Penyakit periodontal dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya bakteremiayaitu masuknya bakteri patogen ke aliran darah. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, terdapat penyakit periodontal yang parah hingga kehilangan gigi terjadi pada 15-20% orang dewasa di dunia. Data yang diperoleh dari survey kesehatan rumah tangga, 60% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut, dan salah satunya adalah penyakit periodontal sekitar 87,84%. Infeksi yang terjadi pada jaringan periodontal dapat berpotensi menjadi infeksi sistemik, salah satunya penyakit jantung koroner. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2008, sekitar 17,3 juta orang diperkirakan meninggal dikarenakan penyakit jantung, mewakili30% kematian di seluruh dunia. Dari jumlah kematian tersebut, diperkirakan sekitar 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

Penelitian ini dilakukan secara analitik observasional dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional, dimana subjek dan subjek kontrol hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan variabel – variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi. Sampel penelitian ini diambil dari semua penderita jantung koroner, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengunjungi Unit Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan selama periode penelitian. Sedangkan, kelompok subjek kontrol non penderita jantung koroner merupakan masyarakat yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung koroner, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengunjungi Unit Gigi dan MulutRSUP H. Adam Malik Medan selama periode penelitian.Total subjek penelitian yang diperiksa berjumlah 96 orang yang terdiri atas 56 orang penderita jantung koroner dan 40 orang non penderita jantung koroner, namun


(3)

subjek penelitian dari kelompok penderita jantung koroner yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 42 orang, sehingga total data subjek penelitian yang dapat diolah dan dianalisis adalah 82 orang. Pemeriksaan rongga mulut menggunakan prob, kaca mulut, dan sonde.

Kondisi periodontal pada penderita jantung koroner berbeda dengan non penderita jantung koroner. Hasil penelitian ini menunjukkan kedalaman saku dan kehilangan perlekatan yang parah pada penderita jantung koroner lebih tinggi dibandingkan dengan non penderita jantung koroner. Hal ini dikarenakan tingkat kebersihan rongga mulut yang buruk lebih terlihat pada penderita jantung koroner.

Terdapatnya perbedaan kondisi periodontal pada penderita jantung koroner dan non penderita jantung koroner. Pada penderita jantung koroner kemungkinan dapat diperparah dengan adanya penyakit periodontal yang dialami pasien tersebut, sehingga harus dilaksanakan program mencegah dan menjaga kesehatan rongga mulut pasien. Dalam hal ini, kerjasama antara Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan Departemen Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat membantu.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 28 Januari 2013

Pembimbing: Tanda tangan

1. Pitu Wulandari, drg, S. Psi, Sp, Perio ... NIP: 19790514 200502 2 001

2. Armia Syahputra, drg ... NIP: 19830814 200912 1 004


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 28 Januari 2013

TIM PENGUJI

KETUA: Tanda tangan

1. Pitu Wulandari, drg, S. Psi, Sp, Perio ...

ANGGOTA: Tanda tangan

1. Armia Syahputra, drg ...

2. Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp. Perio ...

Mengetahui: KETUA DEPARTEMEN

Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D NIP. 19540210 198303 1 002


(6)

KATAPENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan sehingga skripsi ini dapat selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Herman,SH dan Rotimah,SPd yang senantiasa mendoakan dan mendukung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik serta saudara – saudara penulis Aidhyl dan Musnal yang telah memberi dukungan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini penulis juga mendapat bimbingan, motivasi serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg, C. Ort, Ph. D, Sp. Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. M. Zulkarnain, drg, M. Kes selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Irmansyah, drg, Ph. D selaku Ketua Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Rasinta Tarigan Sp.K (K), drg selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Pitu Wulandari, drg, S. Psi, Sp. Perio selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, arahan, motivasi, nasihat dan semangat selama penyusunan skripsi ini.

6. Armia Syahputra, drg selaku dosen pembimbing kedua yang telah membantu serta memberikan bimbingan, arahan, motivasi, nasihat dan semangat selama penyusunan skripsi ini.


(7)

7. Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp. Perio sebagai tim penguji skripsi bersama-sama dengan Pitu Wulandari, drg, S. Psi, Sp. Perio dan Armia, drg.

8. Bapak Surya Dharma dan Ibu Maya selaku staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah mencurahkan waktu dan tenaga di dalam memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

9. Dr. Azwan Hakmi Lubis, Sp. A, M. Kes selaku Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan.

10.Drs. Palas Tarigan, Apt sebagai Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan dan seluruh staf di Bagian Instalasi Penelitian dan Pengembangan.

11.dr. Zulfahmi, dr. Elfrida dan dr. Bless selaku dokter yang bertugas di Unit Kardiologi Rawat Jalan RSUP H. Adam Malik beserta seluruh staf perawat yang turut membantu di dalam proses penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.

12.Welly, drg, Sp. BM selaku Kepala SMF Gigi dan Mulut serta seluruh dokter gigi dan perawat di SMF Gigi dan Mulut yang turut membantu di dalam proses penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.

13.Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Periodonsia.

14.Ratna, Indah, Melisa, Kiki, Winda, Lina, Maryati, Ira dan seluruh teman-teman angkatan 2008 lainnya yang telah memberikan bantuan, doa dan dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatuyang telah saling mendukung, membantu, memotivasi dan senantiasa memberikan semangat serta masukan kepada penulis.

15.Tuty, Ayum, Silvia selaku teman seperjuangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi di Departemen Periodonsia dan adik – adik angkatan 2009 lainnya yang tidak dapat disebut satu per satu.

Akhirnya penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi, khususnya di Departemen Periodonsia.


(8)

Medan, 23 Januari 2013 Penulis

(Nabeilla Octvindha) NIM: 080600096


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.4Hipotesis Penelitian ... 3

1.5Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Periodontal ... 4

2.2 Faktor risiko penyakit periodontal ... 5

2.3 Patogenesis Penyakit Periodontal ... 6

2.3.1 Poket Periodontal ... 7

2.3.2 Kehilangan Perlekatan Klinis ... 8

2.4 Jantung Sebagai Organ Vital ... 9

2.5 Fungsi Jantung ... 10

2.6 Penyakit Jantung Koroner ... 12

2.7 Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner ... 12

2.8 Diagnosis Penyakit Jantung Koroner ... 13


(10)

2.10 Hubungan Penyakit Periodontal Dengan PJK ... 16

2.11 Mekanisme Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kedua Penyakit ... 18

2.12 Respon Imunologis ... 18

2.13 Profil RSUP H. Adam Malik Medan ... 19

2.13.1 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik Medan ... 20

2.13.2 Kedudukan RSUP H. Adam Malik Medan ... 20

2.13.3 Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik ... 20

2.14 Departemen Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan... 21

2.15 Poliklinik Gigi dan Mulut RSUP H.Adam Malik Medan ... 22

2.16 Kerangka Teori ... 23

2.17 Kerangka Konsep ... 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 28

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 29

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.7 Pengolahan dan Analisa Data... 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografi Subjek Penelitian ... 35

4.2 Data Riwayat Medis Subjek Penelitian ... 38

4.3 Riwayat Dental Subjek Penelitian ... 39

4.4 Kedalaman Poket dan Kehilangan Perlekatan ... 42

4.5 Uji Normalitas ... 43

4.5.1 Kedalaman Poket ... 44

4.5.2 Kehilangan Perlekatan ... 45

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 46

5.2 Hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan Kedalaman Saku ... 48

5.3 Hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan Kehilangan Perlekatan Periodontal ... 49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 50


(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria kedalaman poket ... 7

2. Kriteria kehilangan perlekatan ... 8

3. Distribusi data demografi penderita jantung koroner dan

non penderita jantung koroner ... 35

4. Distribusi lama menderita penyakit jantung koroner dan

tindakan intervensi pada penderita jantung koroner ... 38

5. Distribusi riwayat medis penderita jantung koroner dan

non penderita jantung koroner ... 39

6. Distribusi data kegiatan menyikat gigi pada penderita jantung

koroner dan non penderita jantung koroner ... 40 7. Distribusi riwayat dental pada penderita jantung koroner dan

non penderita jantung koroner ... 42 8. Distribusi kedalaman poket dan kehilangan perlekatan ... 43 9. Uji normalitas kedalaman poket dan kehilangan perlekatan ... 44 10. Nilai rerata kedalaman poket pada kelompok penderita jantung

dan non penderita jantung koroner ... 44 11. Nilai rerata kehilangan perlekatan pada kelompok penderita


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Sirkulasi Jantung ... 11

2. Tahap awal terjadinya aterosklerosis ... 12

3. Terbentuknya plak fibrosa dan ulserasi... 12

4. Angiografi Koroner ... 14

5. Plak pada dinding arteri ... 16

6. Gambar rongga mulut penderita jantung koroner ... 17


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar penjelasan subjek penelitian 2. Lembar persetujuan subjek penelitian 3. Kuesioner penelitian

4. Anggaran penelitian 5 Personalia

6. Jadwal Kegiatan 7. Surat izin penelitian 8. Persetujuan komisi etik 9 Surat selesai penelitian 10. Data Penelitian


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit periodontal merupakan hasil dari mekanisme yang komplek antara infeksi bakteri kronik dan respon inflamasi host, yang selanjutnya menyebabkan destruksi yang ireversibel pada jaringan pendukung gigi, dan akhirnya akan menyebabkan kehilangan gigi. Karakteristik dari penyakit periodontal adalah pembentukan poket patologis pada jaringan periodonsium. Infeksi periodontal dapat berpotensi menjadi infeksi sistemik.1 Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, terdapat penyakit periodontal parah hingga kehilangan gigi yang terjadi pada 15-20% orang dewasa (35-44 tahun) di dunia.2

Penyakit periodontal dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya bakteremia yaitu masuknya bakteri gram negatif yang merupakan bakteri patogen dominan pada penderita periodontitis ke aliran darah.3,4Penelitian yang dilakukan Arbes dkk pada tahun 1999 memperlihatkan bahwa individu dengan penyakit periodontal yang parah mempunyai risiko tiga kali lipat lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung koroner dibandingkan dengan individu yang tanpa penyakit periodontal. Kelompok yang sama juga melaporkan bahwa risiko penyakit jantung koroner meningkat dengan kehilangan tulang alveolar yang lebih banyak. Terjadinya serangan jantung dapat meningkat pada penderita yang mengalami kehilangan perlekatan 3milimeter atau lebih.5

Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2008, sekitar 17,3 juta orang diperkirakan meninggal dikarenakan penyakit jantung, mewakili30% kematian di seluruh dunia. Dari jumlah kematian tersebut, diperkirakan sekitar 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung koroner.6

Penyakit jantung koroner terjadi karena menyempitnya pembuluh darah yang mengalirkan darah dan oksigen ke jantung. Penyempitan pembuluh darah biasanya


(16)

disebabkan oleh kondisi yang terjadi ketika lemak dan zat-zat lainnya membentuk plak pada dinding pembuluh darah arteri yang disebut dengan aterosklerosis. Hal ini dikarenakan sempitnya diameter pembuluh darah arteri, aliran darah dan oksigen ke jantung menjadi lambat bahkan dapat terhenti.7

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner adalah kebiasaan merokok, hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia, stres, obesitas, gaya hidup, dan kebersihan rongga mulut yang buruk. Kondisi rongga mulut yang buruk dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal seperti periodontitis. Data terbaru menunjukkan bahwa kesehatan rongga mulut yang buruk, terutama penyakit periodontal menambah risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Dimana adanya bakteri patogen, antigen, endotoksin, dan sitokin inflamasi periodontitis memberikan kontribusi untuk proses aterosklerosis.8,9

Berdasarkan uraiantersebut, peneliti tertarik melakukan penelitianini untuk melihat perbedaan kondisiperiodontal pada penderita jantung koroner dengan non penderita penyakit jantung koroner.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagimana perbedaan kondisi periodontal pada penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner di RSUP H. Adam Malik Medan?

b. Apakah penderita jantung koroner memiliki kedalaman poket dan kehilangan level perlekatan yang lebih parah dibandingkan dengan non penderita jantung koroner?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui perbedaan kondisi periodontal pada penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner di RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Membandingkan kondisi periodontal penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner.


(17)

1.4 Hipotesis Penelitian

a. Ada perbedaan kondisi periodontal pada penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner di RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Kondisi periodontal pada penderita jantung koroner lebih buruk dibandingkan dengan non penderita jantung koroner.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang telah diperoleh.

2. Bagi dokter gigi, dapat mengetahui adanya perbedaan kondisiperiodontal pada penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner di RSUP H. Adam Malik Medan, sehingga dapat menerapkan pelaksanaan prosedur yang tepat dan menjalin kerjasama dengan dokter umum/dokter spesialis untuk menangani masalah pada pasien tersebut.

3.Untuk dokter umum dan dokter spesialis, dapat digunakan sebagai kontribusi dalam membuat perencanaan tindakan pencegahan dan perawatan yang lebih baik bagi penderita penyakit jantung koroner yang disertai penyakit periodontal dan menjalin kerjasama dengan dokter gigi/dokter gigi spesialis untuk menangani masalah pada pasien tersebut.

4.Bagi masyarakat umum, dapat mengetahui perbedaan kondisiperiodontal pada penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner di RSUP H. Adam Malik Medan, sehingga mereka dapat lebih mengerti usaha yang dilakukan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang sesuai dengan penyakit yang dideritanya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Periodontal

Rongga mulut menjadi jendela untuk melihat gambaran kesehatantubuh. Lesi oral merupakan salah satu indikator perkembangan penyakit. Respon terhadap infeksi merupakan hal yang penting dalam menentukan tingkat dan keparahan penyakit periodontal. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang merusak jaringan pendukung gigi, disebabkan oleh mikroorganisme tertentu sehingga menyebabkan kerusakan progresif dari ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket periodontal, resesi gingiva atau keduanya.10

Secara garis besar penyakit periodontal dapat dibedakan atas gingivitis dan periodontitis. Perbedaannya gingivitis terjadi pada jaringan gingiva dan bersifat reversibel, sedangkan pada periodontitis kerusakan tidak hanya pada jaringan gingiva saja tetapi juga pada ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar serta bersifat ireversibel. Karakteristik dari periodontitis yaitu adanya migrasi epitel penyatu ke arah apikal dengan disertai kehilangan tulang alveolar. Penyakit periodontal merupakan suatu penyakit infeksi yang serius karena apabila tidak dilakukan perawatan, maka dapat menyebabkan kehilangan gigi.11

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI pada tahun 2001 penyakit gigi dan mulut di Indonesia sebesar 60% penduduk, sehingga menempatkan penyakit gigi dan mulut pada posisi tertinggi diantara penyakit yang dikeluhkan masyarakat.12 Selanjutnya, menurut hasil penelitian yang dilakukan pada penduduk di dua kecamatan Kota Medan pada tahun 2004 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit periodontal yaitu sekitar 96,85% penduduk.13

Besarnya prevalensi, insidensi, keparahan dan perkembangan suatu penyakit termasuk penyakit periodontal dipengaruhi oleh faktor risiko.


(19)

2.2 Faktor Risiko Penyakit Periodontal

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal adalah:13,14

a. Higiene oral

Beberapa peneliti menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan dengan kondisi oral higiene yang buruk. Loe dkk melaporkan bahwa pada individu yang sehat dapat mengalami gingivitis apabila tidak melakukan pembersihan rongga mulut selama dua sampai tiga minggu. Peradangan akan hilang dalam waktu satu minggu bila dilakukan pemeliharaan kebersihan rongga mulut. Hal ini menunjukkan pentingnya kontrol plak agar tidak terjadinya kerusakan jaringan periodonsium.

b. Kebiasaan buruk

Rata – rata higiene oral pada orang yang mempunyai kebiasaan buruk merokok lebih jelek daripada yang tidak merokok. Seorang perokok mempunyai risiko menderita periodontitis dua sampai tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Panas yang dihasilkan dari asap rokok akan meningkatkan kerusakan perlekatan periodontal dan terjadinya penumpukan plak sehingga terbentuknya kalkulus.

Kebiasaan menyikat gigi yang salah dapat menyebabkan terkelupasnya epitel gingiva, pembentukan vesikel, atau eritema yang difus. Perubahan akut ini sering terjadi pada waktu pemakaian sikat gigi yang baru. Trauma yang disebabkan oleh penggunaan sikat gigi yang salah dapat menyebabkan resesi gingiva disertai tersingkapnya akar gigi, dan biasanya tepi gingiva sedikit menggembung.

Pemakaian tusuk gigi yang sering dapat menyebabkan terbukanya ruang interproksimal yang dapat menyebabkan terjadinya penumpukan plak dan debris serta perubahan inflamatoris.

c.Penyakit Sistemik

Penyakit sistemik seperti penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi terutama pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Meningkatnya kerentanan penderita DM terhadap inflamasi disebabkan oleh terjadinya defisiensi fungsi lekosit polimorfonukleus (LPN) berupa terganggunya khemotaksis, atau terganggunya


(20)

kemampuan perlekatan ke bakteri. Peningkatan level glukosa bisa menyebabkan berkurangnya produksi kolagen. Disamping itu, terjadi pula peningkatan aktifitas kolagenase pada gingiva. Melakukan skeling pada penderita diabetes tanpa tindakan profilaksis dapat menyebabkan terjadinya abses periodontal.

d. Usia

Tingkat keparahan penyakit periodontal yang direfleksikan dalam bentuk kehilangan perlekatan yang diukur dengan millimeter, meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Rata – rata kehilangan perlekatan pada kelompok usia 18 – 24 tahun adalah 1,2 mm, kemudian meningkat sampai mencapai 3,6 mm pada kelompok usia 75 sampai dengan lebih dari 80 tahun.

e. Jenis Kelamin

Secara umum tingkat keparahan penyakit periodontal lebih tinggi pada laki – laki dibandingkan dengan perempuan. Data yang diperoleh dari survey National Institute of Dental Research menunjukkan bahwa level kehilangan perlekatan pada laki – laki adalah sekitar 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.

Demikian dengan kedalaman poket sebesar atau lebih dari 4,0 mm lebih tinggi pada laki – laki yaitu 11,5 % dibandingkan dengan perempuan sekitar 9,8 %. Kehilangan perlekatan sebanyak 2,5 mm lebih tinggi terjadinya pada laki – laki yaitu 30,9 % dibandingkan dengan perempuan sekitar 25 %.

2.3 Patogenesis Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal berawal dari inflamasi yang terjadi pada gingiva dan bersifat reversibel. Hal ini terjadi diakibatkan oleh terakumulasinya mikroorganisme yang berada pada plak dental. Plak dental dalam jumlah yang sedikit biasanya dapat ditolerir oleh individu yang sehat tanpa menimbulkan penyakit periodontal. Keadaan yang sehat tersebut dapat berubah dan menimbulkan suatu penyakit apabila jumlah bakteri plak meningkat secara signifikan dan virulensinya melewati daya ambang individu, serta menurunnya mekanisme pertahanan tubuh penjamu. Plak dental memproduksi beberapa faktor yang dapat merangsang reaksi imun dan inflamasi. Penjamu maupun bakteri yang berada dalam plak dental melepaskan enzim proteolitik yang dapat merusak jaringan.


(21)

Komponen dari dinding sel bakteri gram negatif maupun gram positif yaitu peptidoglikan dapat mempengaruhi berbagai respon penjamu serta mampu menstimulasi terjadinya resorpsi tulang dan makrofag untuk menghasilkan prostaglandin dan kolagenase. Respon tersebut mampu memperparah kondisi jaringan periodontal yang pada mulanya berupa gingivitis, dan akan berubah menjadi periodontitis.15

Periodontitis mempunyai karakteristik yaitu terbentuknya poket periodontal dan kehilangan level perlekatan klinis.

2.3.1 Poket Periodontal

Poket periodontal terbentuk karena bergesernya perlekatan epitel penyatu kearah apikal, dengan atau tanpa bergeraknya tepi gingiva ke arah koronal. Poket periodontal dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dasar poketnya atas: (1) poket supraboni, yaitu tipe poket periodontal dimana dasar poket berada lebih koronal daripada tulang alveolar; (2) poket infraboni, yaitu tipe poket periodontal dimana dasar poket berada lebih ke apikal dari level tulang alveolar.16

Berdasarkan permukaan gigi yang terlibat, poket periodontal dibedakan atas: (1) poket simpel, dimana poket hanya melibatkan satu sisi atau permukaan dari gigi; (2) poket compound dimana poket melibatkan lebih dari satu sisi atau permukaan dari gigi; dan (3) poket kompleks, dimana poket melingkar dari dasar poket ke arah muaranya dengan melibatkan beberapa sisi atau permukaan dan dasar poket dengan muara poket berada pada sisi atau permukaan yang berlainan. Poket yang terbentuk dapat menyebabkan kehilangan perlekatan dan tersingkapnya permukaan akar gigi.16

Kedalaman poket adalah jarak yang diukur dari batas gingiva bebas ke dasar poket. Pengukuran dilakukan dengan mengambil rata-rata kedalaman poket dari setiap gigi dan dimasukkan ke dalam kriteria kedalaman poket sesuai dengan tabel 1.


(22)

Tabel 1. Kriteria Kedalaman Poket

Kriteria Kedalaman Poket Skor

Ringan Sedang Berat

1-3 mm 4-5 mm ≥ 5 mm

Untuk mengukur kedalaman poket digunakan prob periodontal. Cara probing untuk pemeriksaan poket adalah dengan menyelipkan prob dengan tekanan ringan ke dalam poket sedapat mungkin sejajar dengan poros panjang gigi dengan tetap menjaga prob berkontak dengan permukaan gigi sampai dirasakan ada tahanan. Bila terasa ada tahanan, kedalaman poket yang terukur dapat dibaca pada kalibrasi prob berapa milimeter yang masuk ke dalam poket.

Probing dilakukan pada enam gigi Ramfjord yaitu 21, 24, 36, 41, 44, dan 16. Probing dilakukan mulai dari interproksimal distal dan mesial gigi pada permukaan vestibular yang dicatat sebagai poket mesial, kemudian dilanjutkan pada sebelah interproksimal distal dan mesial pada permukaan oral dicatat sebagai poket distal, setelah itu dilakukan pada bagian tengah gigi pada permukaan vestibular dan oral yang dicatat sebagai poket bukal. Kedalaman poket yang diambil adalah poket yang paling dalam.15

2.3.2 Kehilangan Perlekatan Klinis

Level perlekatan klinis adalah jarak yang diukur dari batas sementum enamel ke dasar poket. Cara pengukuran level perlekatan adalah tergantung pada level krista gingiva bebas :

a. apabila krista gingiva bebas (KGB) setentang dengan batas sementum enamel (BSE), maka level perlekatan adalah sama dengan kedalaman poket.

b. apabila BSE tersingkap karena KGB migrasi ke apikal, maka perlekatan didapat dengan mengukur jarak dari dasar poket ke BSE.


(23)

c. apabila KGB berada koronal dari BSE, maka pertama-tama diukur adalah kedalaman poket. Besarnya level perlekatan adalah kedalaman poket dikurangi dengan jarak dari KGB ke BSE.

Pengukuran terhadap kehilangan level perlekatan dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata dari setiap gigi dan dimasukkan ke dalam kriteria kehilangan level perlekatan klinis sesuai dengan tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Kehilangan Level Perlekatan Klinis

Kriteria kehilangan level perlekatan klinis

Skor

Kehilangan perlekatan ringan Kehilangan perlekatan sedang Kehilangan perlekatan parah

1 – 2 mm 3 – 4 mm ≥ 5 mm

Sulkus gingiva mengandung plak dental sampai sebanyak 200 mg yang terdiri dari sejumlah mikroorganisme yang dapat secara langsung menyerang jaringan periodontal. Oleh karena rusaknya susunan epitel dalam poket periodontal, maka dapat menciptakan suatu kesempatan untuk terjadinya translokasi langsung bakteri dan bakteremia. Lipopolisakarida yang dihasilkan oleh plak dental dapat menembus gingiva dan menimbulkan suatu respon antibodi spesifik-lipopolisakarida yang bersifat sistemik, yang salah satunya adalah penyakit jantung.16

2.4 Jantung Sebagai Organ Vital

Jantung merupakan organ vital pemompa darah yang berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya berada di atas dan puncaknya berada dibawah. Jantung berfungsi untuk mengatur peredaran darah melalui seluruh tubuh.17

Jantung normal dibungkus oleh perikardium yang terletak pada mediastinum medialis dan sebagian tertutup oleh jaringan paru. Jantung berada di atas diafragma, miring sedikit ke kiri dan apeks kordis berada di paling depan rongga dada.Ukuran dan berat jantung tergantung pada umur, jenis kelamin, tinggi badan, lemak epikardium dan nutrisi seseorang.Jantung mempunyai ukuran sekitar sebesar kepalan tangan orang


(24)

dewasa. Jantung dewasa beratnya antara 220 sampai 260 gram. Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua, yaitu sisi kiri dan sisi kanan. Setiap bagian sisinya dibagi lagi dalam dua ruang yaitu atrium dan ventrikel.17,18Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh sulkus koronarius yang mengelilingi jantung. Pada jantung bagian sebelah kiri sebelah terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel, dan pada bagian sisi kanan juga terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel.Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tebal yang disebut perikardium, terdiri dari dua lapisan yaitu perikardium viseral dan perikardium parietal. Diantara dua lapisan tersebut terdapat cairan serus yang sifatnya sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan yang terjadi akibat gerakan pemompaan jantung. Pada individu yang normal jumlah cairan perikardium adalah sekitar 10-29 ml.17-19

Jantung terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar (epikardium) yang tersusun dari sel-sel mesotel, lapisan tengah merupakan lapisan otot yang disebut miokardium, sedangkan lapisan terdalam adalah lapisan endotel yang terdiri dari jaringan ikat tipis dimana lapisan dibawahnya disebut dengan endokardium.19

2.5 Fungsi Jantung

Jantung dibagi menjadi pompa sisi kanan dan sisi kiri, yang mengalirkan darah vena ke sirkulasi paru, dan darah bersih ke peredaran darah sistemik. Pembagian ini mempermudah konseptualisasi urutan aliran darah secara anatomi yaitu vena kava menuju ke, atrium kanan, ventrikel kanan, arteria pulmonalis, paru, vena pulmonalis, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteria, arteriola, kapiler, venula, vena, lalu kembali lagi ke vena kava.Atrium kanan berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah. Darah yang berasal dari pembuluh vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena kava superior, vena kava inferior, dan sinus koronarius. Sekitar 75% aliran darah balik vena ke dalam atrium kanan akan mengalir secara pasif ke dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. Dua puluh lima persen sisanya akan mengisi ventrikel selama kontraksi atrium.19,20

Ventrikel kanan berfungsi untukmenghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonalis. Sirkulasi paru merupakan


(25)

sistem aliran darah bertekanan rendah, dengan resistensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah dari ventrikel kanan, dibandingkan tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap aliran darah dari ventrikel kiri. Beban kerja ventrikel kanan jauh lebih ringan dibandingkan dengan ventrikel kiri, sehingga tebal dinding ventrikel kanan hanya sepertiga dari tebal dinding ventrikel kiri.18

Atrium kiri menerima darah teroksigenasi dari paru-paru melalui keempat vena pulmonalis. Darah mengalir dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri melalui katup mitralis.Atrium kiri memiliki dinding yang tipis dan bertekanan rendah.Ventrikel kiri mempunyai otot-otot yang tebal dengan bentuk yang menyerupai lingkaran sehingga mempermudah pembentukan tekanan tinggi selama ventrikel berkontraksi. Pada saat berkontraksi, tekanan ventrikel kiri meningkat sekitar lima kali lebih tinggi daripada tekanan ventrikel kanan. Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup besar untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik, dan mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer.18-20


(26)

2.6 Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara-negara berkembang. Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat adanya penyempitan pembuluh darah yang disebabkan adanya trombus dan plak ateromatosa yang memicu terjadinya aterosklerosis. Lesi awal dari aterosklerosis adalah garis-garis lemak, yang dapat berlanjut ke plak fibrosa, kemudian mencapai lesi yang terkomplikasi oleh ulserasi, perdarahan, kalsifikasi dan trombosis. Trombosis koronaria dapat menyebabkan infark miokardium.18-20

Gambar 2.Awal terjadinya aterosklerosis.

lemak awalnya terdiri dari lipid sarat monosit dan makrofag (Sel busa) bersama-samadengan T-limfosit.Kemudian, mereka bergabung denganmening-katkan jumlah sel otot polos, beberapa diantaranya juga mengandung lipid.20

2.7 Klasifikasi Penyakit Jantung

Jenis-jenis penyakit jantung terdiri dari:17-21 a. Penyakit jantung iskemik

Iskemik miokard terjadi sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah tersebut dikarenakan oleh trombus-trombus plak ateromatosa pada lumen pembuluh darah.

Gambar 3.Terbentuknya plak fibrosa pada aterosklerosis.Terjadi ulserasi pada jaringan ikat tipis dapat me-nyebabkan pendarahan pada pem-buluh darah.20


(27)

b.Infark miokard akut

Infark miokard akut ditandai dengan kerusakan sel yang menyebabkan nekrosis atau kematian otot jantung dan terbentuknya trombus-trombus pada arteri.Terjadinya trombus disebabkan oleh rupturnya plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan trombus oleh trombosit.

c. Angina pektoris

Nyeri yang dihasilkan dari penurunan perfusi miokard tanpa terjadinya nekrosis otot. Hal tersebut diakibatkan dari tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dan kemampuan pembuluh darah yang menyediakan oksigen yang cukup untuk kontraksi otot jantung.

d. Gagal jantung

Ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian darah ke jantung yang tinggi, atau keduanya.

2.8Diagnosis Penyakit Jantung Koroner

Diagnosis penyakit jantung ini dapat dibuat dengan mengumpulkan data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa penyakit jantung koroner adalah angiografi koroner.

Angiografi koroner atau yang disebut dengan kateterisasi merupakan suatu prosedur yang akurat untuk memeriksa pembuluh darah arteri jantung menggunakan kamera khusus dengan melihat apakah pembuluh darah mengalami penyempitan atau penyumbatan. Katererisasi biasanya dilakukan melalui lengan atau lipatan paha agar kateter bisa langsung masuk ke pembuluh darah utama (aorta) lalu bermuara ke arteri koroner jantung. Kateter ditempatkan di arteri jantung, lalu sejumlah bahan kontras diinjeksikan kedalam keteter. Pada saat bahan kontras berjalan melalui arteri, gambar X-ray diambil. Angiografi koroner ini dilakukan untuk membantu dokter mendiagnosis penyakit jantung.18


(28)

Gambar 4. Proses angiografi koroner (sumber: Laboraturium kateterisasi RSUP H. Adam Malik, Medan)

2.9 Etiologi Penyakit Jantung

Arterosklerosis koroner adalah suatukeadaan patologi arteri koroner yang ditandai oleh kombinasi perubahan dalam intima arteri.19 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner, yaitu:4,20,23

a. Kolesterol Darah

Kolesterol sangat penting untuk sel yang sehat. Namun jika tubuh menumpuk terlalu banyak kolesterol, maka akan terjadi deposit di dinding arteri yang dapatmerusak dan dapat menyumbat pembuluh darah. Apabila hal ini terjadi, maka dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung.Ada dua tipe kadar kolesterol yang tinggi, yaitu: (a) Low density lipoprotein (LDL) yang merupakan pengangkut kolesterol dari liver ke sel-sel. Apabila LDL terlalu tinggi, kolesterol akan menumpuk di dinding-dinding arteri dan menyebabkan tersumbatnya arteri (aterosklerosis). Semakin rendah kadar LDL, semakin kecil risiko terkena serangan jantung.(b) High density lipoprotein (HDL)mengangkut kolesterol keluar dari jantung menuju ke hati yang selanjutnya dikeluarkan dari tubuh. Peningkatan HDL tinggi akan melepaskan LDL yang berlebihan dari dinding arteri, dan akan menurunkan aterosklerosis.


(29)

b. Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi berbahaya bagi pembuluh arteri dan meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung dan stroke. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh gaya hidup. Untuk mencegah tekanan darah meningkat, yaitu dengan cara mendapatkan berat badan ideal dan sehat serta memepertahankannya, menghindari minuman beralkohol, makanan berlemak tinggi, mengurangi garam, mengurangi stres, dan aktif secara fisik.

c. Diabetes Melitus

Orang dengan penyakit diabetes memiliki 2-5 kali lipat risiko penyakit jantung dan memiliki risiko yang sama dengan orang yang telah memiliki penyakit jantung tetapi tidak memiliki riwayat penyakit diabetes. Kadar lipid pada penderita diabetes cenderung ditandai dengan peningkatan LDL, dan HDL yang rendah.

d. Alkohol

Mengkonsumsi alkohol terlalu banyak dapat berisiko pada kesehatan seseorang, karena dapat merusak jantung dan organlainnya. Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dapat merusak jantung dan menyebabkan denyut jantung yang tidak beraturan. Alkohol dapatmenyebabkanobesitas,trigliserida tinggi, tekanan darah tinggi, stroke dan kanker.

e. Merokok

Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko penyakit jantung menjadi lebih tinggi yaitu dua sampai empat kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Para perokok pasif juga memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit jantung.

f. Kesehatan rongga mulut yang buruk

Kesehatan rongga mulut yang buruk dapat mengakibatkan terjadinya infeksi kronik yang ikut berperan untuk meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Proses inflamasi seperti kelainan kronik rongga mulut dan gigi-geligi khususnya penyakit periodontal yang disebabkan oleh bakteri dan diklasifikasikan atas gingivitis dan periodontitis. Gingivitis bermanifestasi sebagai pembengkakan gusi yang berwarna merah dan mudah mengalami perdarahan. Periodontitis adalah suatu infeksi bakterial persisten yang menyebabkan inflamasi kronik pada jaringan periodontal.


(30)

Gambar 6. Plak pada dinding arteri koroner yang menyebabkan Arterosklerosis

2.10 Hubungan Penyakit Periodontal Dengan Penyakit Jantung Koroner

Mulut merupakan cerminan dari kesehatan tubuh. Rongga mulut adalah pintu masuk serta lokasi penyakit untuk terjadinya infeksi mikroba yang dapat mempengaruhi kesehatan umumnya. Kesehatan gigi yang buruk dan infeksi periodontal atau periapikal dapat menghasilkan bakteremia. Insiden dan besarnya bakteremia yang berasal dari rongga mulut berbanding lurus dengan derajat peradangan yang terjadi pada rongga mulut.24

Flora normal pada mulut biasanyaterletak pada permukaan lidah, gingiva, membran mukosa dan gigi. Patogen periodontal menyerang sel-sel epitel dan jaringan ikat sehingga menyebabkan inflamasi periodontal dan perdarahan yang memungkinkan masuknya bakteri, termasuk organisme non invasif ke dalam aliran darah dan transportasi ke lokal sistemik. Prosedur perawatan seperti ekstraksi gigi, bedah periodontal, skeling dan bahkan menyikat gigi dapat menyebabkan masuknya bakteri yang ada pada rongga mulut ke dalam aliran darah (bakteremia).25


(31)

Periodontitis juga dapat memicu terbentuknya C-reactive protein yang akan berakibat pada pembentukan deposit pada pembuluh darah yang terluka. C-reactive protein ini terikat pada sel yang rusak dan mengaktifkan komplemen yang mengaktifkan fagosit termasuk neutrofil. Sel ini dapat melepaskan nitric oxide yang juga berkontribusi dalam terbentuknya plak ateroma.26

Studi yang dilakukan oleh Wu dkk membuktikan individu dengan periodontitis secara signifikan mempunyai circulating monocytes dan CRP yang tinggi serta HDL-kolesterol yang rendah dibandingkan dengan individu non periodontitis. Hal ini menunjukkan bahwa periodontitis dapat menyebabkan inflamasi sistemik dan perubahan – perubahan lipid yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner.26

Gambar 7.Kondisi periodontal seorang pria 45 tahun dengan penyakit jantung koroner.22

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang terjadi akibat penumpukan plak pada lapisan bagian dalam dari pembuluh darah yang disebut dengan lapisan intima sehingga menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah. Plak yang menumpuk di dinding pembuluh darah tersebut disebut dengan plak ateromatosa. Plak ateromatosa ini meningkat jumlahnya sesuai dengan usia dan dapat menutupi permukaan lapisan intima dari pembuluh darah yang terkena, sehingga menyebabkan terjadinya penebalan pada lapisan intima, dan bertambahnya diameter lapisan intima.17,18 Penyakit jantung koroner


(32)

umumnya dapat ditemukan pada kelompok usia diatas 40 tahun. Faktor pemicu terjadinya penyakit jantung seperti faktor genetik, pola hidup, stres, dan juga berbagai infeksi kronis seperti penyakit periodontal.7

2.11 Mekanisme Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kedua Penyakit Tersebut

Patogenperiodontal dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner melaluiberbagai mekanisme (misalnya, dengan aktivasi platelet dan agregasi). Penelitian eksperimental menunjukkan potensi patogen periodontal seperti lipopolisakarida akan mengaktifkan mononuklear fagosit. Rendahnya konsentrasi lipopolisakarida dapat merangsang makrofag untuk meningkatkan sekresi interleukin 1α dan 1β serta tumor nekrosis faktor, sehingga semua sitokin tersebut terlibat dalam respon inflamasi dalam aterotrombosis.28

Hilangnya integritas epitel di dalam poket periodontal (sekitar 8-20 cm2 dari jaringan poket periodontal) menciptakan kondisi yang kondusif untuk terjadinya bakteriemia. Penelitian yang dilakukan dulu menunjukkan kemampuan sebuah A. actinomycetemcomitans, P. gingivais, dan P.intermedia untuk menyerang endotel koroner, dan dengan adanya A. actinomycetemcomitans dan P. gingivaisdi dalam plak aterosklerosis.Selanjutnya, aktivitas inflamasi periodontitisdapat meningkatkan keberadaan bakteri dalam aliran darah.25Hubungan dengan peningkatan penyakit jantung koroner paling kuat adalah Chlamydia pneumoniae (Cp).Chlamydia pneumoniae diyakini menyebar melalui darah untuk menginfeksi endotelium pembuluh darah dan berkontribusi pada terjadinya aterosklerosis.28

2.12 Respon immunologis

Periodontitis mengakibatkan penyebaran mediator sistemik yang diproduksi secara lokal seperti C-reaktif protein (CRP), interleukin -1 beta (IL-1β) dan -6 (IL- 6). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar CRP dapat menjadi indikator yang akurat bagi risiko penyakit jantung. Dalam beberapa tahun terakhir di dapat data ilmiah


(33)

yang telah menunjukkan bahwa infeksi lokal seperti periodontitis dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan sistemik. Ada hubungan yang kuat antara penyakit periodontal dan penyakit jantung yang menggambarkan bakteri dari rongga mulut dapat langsung memperburuk kondisi penyakit jantung atau menjadi faktor risiko sistemik untuk penyakit jantung, serta inflamasi periodontal kronis menyebabkan terjadinya peningkatansirkulasi host makromolekul inflamasi, dan bakteri yang translokasi ke sirkulasi sehingga menjadi peningkatan dalam host makromolekul inflamasi sistemik yang memperburuk penyakit jantung secara langsung.29,30

2.13 Profil Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan.

Pada mula didirikan, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 335/Menkes/SK/VII/1990. Namun nama rumah sakit ini mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Perubahan ini berdasarkan pada Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor:775/MENKES/SK/IX/1992. Adapun pergantian nama rumah sakit ini disebabkan karena perlunya pencantuman nama Pahlawan Nasional sebagai penghargaan dan kebanggaan terhadap Pahlawan Nasional.31

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik beralamat di Jalan Bunga Lau No.17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Selain itu berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 RSUP H. Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. Rumah Sakit ini mulai beroperasi secara total pada tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh mantan Presiden RI H. Soeharto.31


(34)

2.13.1 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik Medan

Visi RSUP H. Adam Malik medan adalah sebagai “Pusat Rujukan Kesehatan Regional”, dengan Misi sebagai berikut:(1) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau oleh lapisan masyarakat; (2) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan yang bermutu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional di bidang kesehatan; (3) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan; (4) Menyelenggarakan pelayanan penunjang kesehatan yang berkualitas dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan.31

2.13.2 Kedudukan RSUP H. Adam Malik Medan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor:547/MENKES/SK/VI/1994, pada BAB 1 pasal 2 disebutkan tentang kedudukan RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun kedudukan RSUP H. Adam Malik Medan adalah sebagai berikut:(1) Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah unit organik di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada direktur Jenderal Pelayanan Medik; (2) Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan berlokasi di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan Provinsi Sumatera Utara dan Merupakan Pusat Rujukan Regional Sumatera Bagian Utara dan Sumatera Bagian Tengah; (3) Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dipimpin oleh seorang kepala yang disebut direktur.31

2.13.3 Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik Medan

Menurut Undang-undang Rumah Sakit pasal 4 dan 5, suatu rumah sakit harus mempunyai tugas dan fungsi. RSUP H. Adam Malik medan memiliki tugas sebagai berikut:(1) Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan; (2) Bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara dan


(35)

lembaga lainnya dalam menyelenggarakan pendidikan klinik calon dokter dan pendidikan dokter keahlian, calon dokter spesialis dan serta tenaga kesehatan lainnya.31

Fungsi RSUP H. Adam Malik Medan adalah sebagai berikut: (1) Menyelenggarakan pelayanan medis;(2) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis; (3) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan; (4) Menyelenggarakan pelayanan dan rujukan;(5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan;(6) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan. (7) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan. 31

2.14 Departemen Kardiologi di RSUP H. Adam Malik Medan

Dep. Kardiologi & Kedokteran Vaskuler sebagai salah satu unit pelaksana fungsional dalam pendidikan dan pelayanan khusus jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu sarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat disebabkan oleh meningkatnya kedudukan penyakit ini pada posisi teratas dari berbagai kelompok penyakit yang ada.32

Departemen/SMF Kardiologi & Kedokteran vaskuler FKUSU/ Rumah Sakit H.Adam Malik adalah salah satu unit pelaksana pendidikan dan pelayanan yang berlokasi dirumah sakit umum pusat H. Adam Malik Medan yang merupakan RS rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi daerah istimewa Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat sesuai dengan SK Menkes No. 335/SK/Menkes/VII/1990 pada tanggal 11 Juli 1990. Berdasarkan Surat Keputusan Dekan fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Nomor : 590/JO5.5/SK/KP/2000 telah dibentuk Panitia Persiapan Pembukaan Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketua Dr.T.Bahry Anwar Djohan Sp.JP(K).32


(36)

2.15 Poliklinik Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Medan

Poliklinik gigi dan mulut merupakan salah satu pelayanan medis fungsional yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Poliklinik tersebut dikepalai oleh drg. Welly Efendi Saba, Sp.BM dan memiliki 28 staf dokter gigi, diantaranya yaitu: drg. Atma Wijaya; drg. Ateta; drg. Asmulian Dwijaya; drg. Asliani Siregar; drg. Astinur Ginting; drg. Tresnajaya K.; drg. Lilys Mei; drg. Elisabeth Lubis; drg. Suryanti; drg. Sri Mulyanti; drg. Syafrinani, Sp.Pros; drg. Olivia Avriyanti Hanafiah, Sp.BM; drg. Berliana Manalu; drg. Feranika Manalu; drg. Enny Rosida; drg. Widiyanto; drg. Rida Harahap; drg. Kathtrin F.; drg. Elly Purwanti; drg. Widyawati; drg. Helena S.P.S; drg. Rosmalina; drg.Masni; drg. Ita br Bangun; drg. Sayuti Hasibuan, Sp.PM; drg. Januar Riahdo, Sp.Orth; drg. Romy Roslin M. Sp.Orth, dan drg. Siti Salmiah, Sp.KGA.


(37)

2.11 Kerangka Teori

Bakteremia Plak dental ↑↑

Melekat pada dinding endotelium

Peningkatan respon imunologi sistemik

Penyampitan Arteri koroner Aterosklerosis Injuri endotelium

Penyakit jantung koroner

Patogen periodontal ↑↑ Proses inflamasi ↑↑ Destruksi jaringan ikat

Terbentuknya poket periodontal

Penyakit periodontal


(38)

2. 12 Kerangka Konsep

Penyakit jantung koroner

Variabel tidak terkendali: - Pekerjaan

- Tingkat pendidikan - Tingkat sosioekonimi

- Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut

- Hipertensi

Status Periodontal - Kedalaman poket - Kehilangan perlekatan Non penyakit jantung

koroner

Variabel terkendali: - Jenis kelamin


(39)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional, yaitu penelitian non-eksperimental yang dilakukan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efek yang merupakan penyakit dengan pendekatan point time.

Tujuan rancangan penelitian cross sectional pada penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kebutuhan perawatan periodontal pada penderita jantung koroner dan non penderita jantung koroner.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah sakit di Kota Medan dalam jangka waktu satu bulan.

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17 Kemenangan Tani, Medan Tuntungan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yaitu dari tanggal November 2012 sampai dengan Desember 2012.


(40)

3.3 Populasi dan Sampel

Sampel dari penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok subjek penderita jantung koroner dan kelompok subjek kontrol non penderita jantung koroner, dimana populasi kedua kelompok tersebut berasal dari rumah sakit.

3.3.1 Populasi

Populasi penderita jantung koroner pada penelitian ini adalah semua penderita jantung koroner, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengunjungi Unit Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan selama periode penelitian. Sedangkan, populasi non penderita jantung koroner merupakan masyarakat yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung koroner, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengunjungi Unit Gigi dan MulutRSUP H. Adam Malik Medans elama periode penelitian.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini diambil dengan cara purposive sampling atau sering disebut dengan sampel bertujuan. Metode ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dimana dalam hal ini, pengambilan sampel didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau karakteristik tertentu (adanya kriteria inklusi dan ekslusi). Sampel tersebut diambil sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan dan diperoleh melalui perhitungan rumus besar sampel pada rancangan penelitian cross sectional.

3.3.3 Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini dapat dihitung dengan mengunakan rumus besar sampel uji hipotesis terhadap dua proporsi pada rancangan cross sectional, yaitu:33-36


(41)

Dimana,

Keterangan:

P1 : Proporsi efek pada penelitian sebelumnya (tinjauan pustaka).

P2 : Estimasi proporsi efek yang diteliti (clinical judgment).

P : Proporsi rata-rata.

Z1-α/2 : Nilai distribusi normal standar sesuai dengan tingkat kemaknaan α.

Z1-β : Nilai distribusi normal standar sesuai dengan power (1-β).

Alasan memilih rumus besar sampel tersebut agar peneliti mendapat sampel seminimal mungkin, mengingat adanya keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga. Selain itu, salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis, yaitu adanya perbedaan kebutuhan perawatan periodontal pada penderita jantung koroner dan non penderita jantung koroner, sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan rumus tersebut, yaitu untuk menguji hipotesis.

Pada persamaan di atas, bilangan P1 menggunakan bilangan pada penelitian

sebelumnya, yaitu penelitian Zamirian et al, dengan P1 = 0,238.40 Sedangkan nilai P2

yang diambil adalah 0,038 agar diperoleh selisih antara P1 dan P2 20 %, sehingga jumlah sampel yang diperoleh menjadi kecil sesuai dengan kemampuan peneliti. Pada penelitian ini, tingkat kemaknaan (α) yang digunakan adalah 0,10 sehingga Z1-α/2 = 1,64;


(42)

Maka,

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel minimal yang dapat digunakan pada penelitian ini setelah dilakukan pembulatan adalah 36 orang. Perbandingan besar sampel antara kelompok penderita jantung koroner dan non penderita jantung koroner pada penelitian ini adalah 1:1, sehingga total sampel minimal menjadi 72 orang, yang masing-masing kelompok terdiri dari 36 orang. Untuk menghindari drop out selama penelitian, sampel ditambah 10 % dari total sampel (empat orang) sehingga menjadi 80 orang dengan pembagian 40 orang penderita jantung koroner dan 40 orang non penderita jantung koroner.

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Seluruh sampel yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk menghindari terjadinya bias penelitian. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan pada populasi terjangkau. Sedangkan, kriteria ekslusi adalah beberapa karakteristik yang dapat mengeluarkan subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dari penelitian oleh karena beberapa sebab.


(43)

3.4.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kelompok Subjek Penderita Jantung Koroner

Kriteria inklusi kelompok penderita jantung koroner pada penelitian ini adalah: a. Pasien PJK yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis jantung dan sedang mendapatkan perawatan dari RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Memiliki minimal 20 gigi.

c. Bersedia menandatangani lembar persetujuan subjek penelitian.

Kriteria ekslusi kelompok penderita jantung koroner dari penelitian ini adalah: a. Pasien dengan syok kardiogenik.

b. Pernah mendapatkan perawatan periodontal dalam tiga bulan terakhir.

3.4.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Subjek Kontrol Non Penderita Jantung Koroner

Kriteria inklusi kelompok subjek kontrol non penderita jantung koroner pada penelitian ini adalah:

a. Masyarakat yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung koroner maupun penyakit jantung lainnya, serta tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan antikoagulan, yang berada di Unit Gigi dan mulut di RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Memiliki minimal 20 gigi.

c. Bersedia menandatangani lembar persetujuan subjek penelitian.

Kriteria ekslusi kelompok subjek non penderita jantung koroner pada penelitian ini adalah:

a. Pernah mendapatkan perawatan periodontal dalam tiga bulan terakhir.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian merupakan karakteristik yang diukur dalam suatu penelitian. Selanjutnya, setiap variabel tersebut dibuat definisi operasionalnya.


(44)

3.5.1 Variabel Penelitian

Beberapa variabel dalam penelitian cross sectional ini, yaitu: a. Variabel Tergantung: Status Periodontal

b. Variabel Bebas: Penderita jantung koroner dan non penderita jantung koroner. c. Variabel Terkendali: Jenis kelamindan pemeliharaan kebersihan mulut.

d. Variabel Tidak Terkendali: Pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat sosioekonomi, dan kebiasaan buruk.

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel tersebut adalah:

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi alat dan bahan yang digunakan selama penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian.

Variabel Defenisi Operasional Skala Penilaian Interpretasi

Penderita jantung koroner

Pasien yang telah terdiagnosa secara medis mengalami penyakit jantung koroner oleh dokter spesialis jantung berdasarkan manifestasi klinis, elektrokardiografi (EKG), dan adanya peningkatan kadar CRP dan LDL.

Nominal - Rekam medik - Kuesioner

Ya/Tidak

Non penderita jantung koroner

Masyarakat yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung koroner maupun penyakit jantung lainnya, serta tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan antikoagulan, yang mengunjungi RSUP H. Adam Malik Medan selama periode penelitian.

Nominal - Rekam medik - Kuesioner

Ya/Tidak

Kondisi periodontal

Mengukur kedalaman poket dari krista gingiva bebas ke dasar poket.

Mengukur level kehilangan perlekatan dari batas sementum enamel ke dasar poket.

Nominal Pemeriksaan klinis


(45)

3.6.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prob periodontal;

b. Pinset; c. Kaca mulut; d. Sonde bulan sabit; e. Baskom;

f. Nierbeken/Tray; g. Head lamp;

h. Gelas plastik dispossabel; i. Catatan medis;

j. Alat tulis;

k. Lembar kuesioner dan pemeriksaan.

3.6.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Masker;

b. Sarung Tangan; c. Kapas;

d. Handuk kecil; e. Alkohol 70 %; f. Desinfektan.

3.6.3 Prosedur Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer digunakan untuk mengetahui perbedaan kebutuhan perawatan penderita jantung koroner dan non penderita jantung koroner, yaitu dengan menggunakan kuesioner untuk melakukan wawancara dengan subjek maupun keluarga dekat dan


(46)

pengukuran langsung terhadap kedalaman poket periodontal dan kehilangan perlekatan pada jaringan periodontal pasien. Sedangkan data sekunder berupa penetapan subjek penelitian serta data lain yang diperlukan yang diperoleh dari rekam medis

Peneliti memeriksa rekam medik calon subjek penelitian untuk menilai kriteria inklusi dan ekslusi yang terpenuhi. Selanjutnya, peneliti memberikan atau membacakan lembar informed consent kepada subjek agar subjek penelitian dapat memahami maksud dan tujuan dari penelitian tersebut dan meminta subjek penelitian untuk mengisi lembar persetujuan penelitian apabila calon subjek penelitian tersebut bersedia menjadi subjek penelitian. Kemudian peneliti melakukan wawancara bebas terpimpin terhadap subjek untuk mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan. Lalu kondisi periodontal subjek penelitian tersebut diperiksa oleh tenaga peneliti yang sebelumnya telah dikaliberasi untuk menyamakan persepsi. Setelah mengukur kedalaman poket periodontal dan kehilangan perlekatan jaringan periodontal pada subjek penelitian, maka peneliti dapat mengetahui status periodontalnya.


(47)

3.6.4 Alur Penelitian

Gambar 8. Diagram alur prosedur penelitian

Kaliberasi peneliti: Pelatihan wawancara, uji coba kuesioner, dan uji pemeriksaan.

Pengumpulan data sekunder (rekam medik) kasus dan kontrol dari RSUP H. Adam Malik Medan dan RSGMP FKG USU.

Penderita Jantung Koroner Non Penderita Jantung Koroner

Memberikan informed consent dan meminta kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Melakukan wawancara dan mengisi kuesioner.

Melakukan pemeriksaan klinis

Pencatatan hasil pemeriksaan.


(48)

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan program komputer berupa SPSS dan selanjutnya data dianalisa sesuai dengan tujuan penelitian analitik observasional.

Data statistik yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah distribusi frekuensi, nilai mean, dan standar deviasi dari kondisi periodontal dan kebutuhan perawatan periodontal, baik pada kelompok penderita jantung koroner maupun kelompok non penderita jantung koroner. Selanjutnya untuk melihat perbedaan tingkat kebutuhan perawatan periodontal antara kedua kelompok tersebut, maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji beda dua mean independen (Mann Whitney test) dengan menggunakan Confidence Interval (CI) sebesar 95 % dan signifikansi statistik diperoleh jika nilai p < 0,05.


(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2012 sampai bulan Desember 2012 di RSUP H. Adam Malik Medan. Pengumpulan data penderita jantung koroner dilakukan di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan, sedangkan pengumpulan data non penderita jantung koroner dilakukan di Poliklinik Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Medan. Data primer dari kedua kelompok subjek penelitian diperoleh melalui wawancara dan pemeriksaan klinis. Selanjutnya, data sekunder dari kelompok penderita jantung koroner juga diambil untuk mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium subjek penelitian dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi.

Total subjek penelitian yang diperiksa berjumlah 96 orang yang terdiri atas 56 orang penderita jantung koroner dan 40 orang non penderita jantung koroner, namun hanya 82 orang yang memenuhi kriteria inklusi yang terdiri dari 42 orang penderita penyakit jantung koronerdan 40 orang non penderita jantung koroner. Data hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan program komputer dan selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat.

4.1 Data Demografi Subjek Penelitian

Data demografi subjek penelitian ini terdiri atas jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 3.


(50)

Tabel 3. Distribusi data demografi penderita jantung koroner dan non penderita jantung koroner

Variabel Kelompok Pengamatan Jumlah (Persentase)

Jenis Kelamin Penderita Jantung Koroner

a. Laki-laki

b. Perempuan

Non Penderita Jantung Koroner

a. Laki-laki b. Perempuan 42 (100) 32 (76,2) 10 (23,8) 40 (100) 15 (37,5) 25 (62,5)

Usia Penderita Jantung Koroner

a. 30 – 39 tahun

b. 40 – 49 tahun

c. 50 – 59 tahun

d. > 60 tahun

Non Penderita Jantung Koroner

a. 30 – 39 tahun

b. 40 – 49 tahun

c. 50 – 59 tahun

d. > 60 tahun

42 (100) 2 (4,8) 8 (19,0) 23 (54,8) 9 (21,4) 40 (100) 17 (42,5) 7 (17,5) 11 (27,5) 5 (12,5)

Tingkat Pendidikan Penderita Jantung Koroner

a. Tidak Sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMU

e. D3/S1/S2

Non Penderita Jantung Koroner

a. Tidak Sekolah

b. SD c. SMP d. SMU e. D3/S1/S2 42 (100) 0 (0) 4 (9,5) 11 (26,2) 15 (35,7) 12 (28,6) 40 (100) 1 (2,5) 3 (7,5) 5 (12,5) 13 (32,5) 18 (45,0)

Pekerjaan Penderita Jantung Koroner

a. Tidak Bekerja

b. Wiraswasta

c. Pegawai

d. Pensiunan

Non Penderita Jantung Koroner

a. Tidak Bekerja

b. Wiraswasta c. Pegawai d. Pensiunan 42 (100) 5 (11,9) 17 (40,5) 13 (31,0) 7 (16,6) 40 (100) 11 (27,5) 13 (32,5) 15 (37,5) 1 (2,5)

Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa terdapat perbedaan persentase pada jenis kelamin kedua kelompok subjek penelitian. Kelompok penderita jantung koroner didominasi oleh laki-laki dengan jumlah 32 orang (76,2%), sedangkan subjek penelitian


(51)

terbanyak pada kelompok non penderita jantung koroner adalah perempuan dengan jumlah 25 orang (62,5%).

Pada penelitian ini, subjek yang berhasil diperiksa memiliki rentang usia 30 – 70 tahun. Sama halnya seperti distribusi berdasarkan jenis kelamin tersebut, kelompok usia yang mendominasi kelompok penderita jantung koroner berbeda dengan kelompok usia yang mendominasi kelompok non penderita jantung koroner. Pada kelompok penderita jantung koroner sebagian besar subjek penelitian berusia 50 – 59 tahun dengan jumlah 23 orang (54,8%), sedangkan kelompok non penderita jantung koroner didominasi oleh subjek yang berusia 30 – 39 tahun dengan jumlah 17 orang (42,5%). Selanjutnya kelompok usia yang paling sedikit jumlahnya pada kelompok penderita jantung koroner adalah kelompok usia 30 – 39 tahun sebanyak dua orang (4,8%), sedangkan jumlah subjek penelitian yang paling sedikit pada kelompok non penderita jantung koroner adalah kelompok usia diatas 60 tahun sebanyak lima orang (12,5%).

Tingkat pendidikan yang terbanyak dari subjek penelitian pada kelompok penderita jantung koroner adalah dari kelompok tingkat pendidikan SMU dengan jumlah 15 orang (35,7%) dan kelompok yang paling sedikit jumlahnya adalah pada kelompok tingkat pendidikan SD dengan jumlah empat orang (9,5%). Hal ini berbeda dengan kelompok non penderita jantung koroner, dimana mayoritas kelompok non penderita jantung koroner memiliki tingkat pendidikan D3/S1/S2 dengan jumlah 18 orang (45%) dan terdapat satu orang yang tidak bersekolah.

Berdasarkan pekerjaan, mayoritas kelompok penderita jantung koroner berprofesi sebagai wiraswasta dengan jumlah 17 orang (40,5%) dan sedikitnya terdapat lima orang (11,9%) yang tidak bekerja. Sedangkan kelompok non penderita jantung koroner didominasi oleh kelompok pegawai dengan jumlah 15 orang (37,5%) dan kelompok pekerjaan yang paling sedikit jumlahnya dari kelompok non penderita jantung koroner ini adalah kelompok pensiunan yaitu satu orang (2,5%).


(52)

4.2 Data Riwayat Medis Subjek Penelitian

Data riwayat medis subjek penelitian ini meliputi lama menderita penyakit jantung koroner, tindakan intervensi yang pernah dilakukan, berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh. Data mengenai lama pasien menderita penyakit jantung koroner dan tindakan intervensi yang pernah dilakukan, diperoleh berdasarkan hasil anamnesis peneliti dengan subjek penelitian, sedangkan data mengenai berat badan dan tinggi badan diperoleh berdasarkan pengukuran saat penelitian berlangsung. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 5 dan 5 di bawah ini.

Tabel 4. Distribusi lama menderita penyakit jantung koroner dan tindakan intervensi pada penderita jantung koroner

Variabel Kelompok Pengamatan Jumlah (Persentase) Lama Menderita

Penyakit Jantung Koroner

a. < 1 tahun b. 1 – 2 tahun c. > 2 tahun

11 (26,2) 17 (40,5) 14 (33,3)

Tindakan Intervensi a. Tidak Ada

b. PTCA (Percutaneous

Transluminal Coronary Angioplasty)

c. CABG(CoronaryArtery Bypass Graft)

21 (50,0) 17 (40,5)

4 (9,5)

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sekitar 17 orang (40,5%) dari kelompok penderita jantung koroner telah didiagnosis oleh dokter spesialis kardiologi menderita penyakit jantung koroner sejak 1 – 2 tahun yang lalu dan 21 orang (50%) dari total kelompok penderita jantung koroner belum melakukan tindakan invasif apapun,

sedangkan sisanya telah mendapatkan tindakan invasif berupa terapi

revaskularisasi/reperfusi dengan PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty) sejumlah 17 orang (40,5%) dan operasi bedah pintas (CABG/Coronary Artery Bypass Graft)sejumlah empat orang (9,5%).


(53)

Tabel 5. Distribusi riwayat medis penderita jantung koroner dan non penderita jantung koroner

Variabel PJK

(42 orang)

Non PJK

(40 orang) P Berat Badan (kg)

a. Maksimum b. Minimum 66,79 (13,82) 110 41 64,22 (10,59) 86 48 0,446*

Tinggi Badan (cm) a. Maksimum b. Minimum 161,88 (6,59) 176 149 160,23 (7,33) 175 140 0,285**

IMT (kg/cm2) a. Maksimum b. Minimum 25,54 (5,40) 41,40 16,42 24,98 (3,49) 18,61 32,47 0,930* Keterangan:

Nilai yang ditampilkan adalah nilai rerata (SD). IMT (Indeks Massa Tubuh).

* Uji Mann-Whitney; p< 0,05 = bermakna. ** Uji T-Independen; p< 0,05 = bermakna.

Selanjutnya, tabel 5 menunjukan adanya perbedaan nilai rerata riwayat medis antara kelompok penderita jantung koroner dan non penderita jantung koroner, baik dalam hal berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh. Nilai rerata berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh penderita jantung koroner terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan non penderita jantung koroner. Namun ternyata perbedaan yang terlihat tersebut tidak signifikan secara statistik (p> 0,05).

4.3 Riwayat Dental Subjek Penelitian

Data mengenai riwayat dental subjek penelitian diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan subjek penelitian. Data tersebut meliputi frekuensi menyikat gigi, waktu menyikat gigi, penggunaa pasta gigi, penggunaan obat kumur, frekuensi mengganti sikat gigi, kunjungan ke dokter gigi, dan kebiasaan buruk. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 6 dan 7.


(54)

Tabel 6. Distribusi data riwayat dental meliputi kegiatan menyikat gigi pada penderita jantung koroner dan non penderita jantung koroner

Variabel Jumlah (Persentase) PJK (42 orang) Non PJK (40 orang) Frekuensi Menyikat Gigi

a. 1 kali sehari b. 2 kali sehari c. 3 kali sehari d. > 3 kali sehari e. Tidak pernah

12 (28,6) 25 (59,5) 4 (9,5) 0 (0,0) 1 (2,4) 2 (5,0) 27 (67,5) 8 (20,0) 3 (7,5) 0 (0,0)

Waktu Menyikat Gigi

a. Pagi sebelum sarapan dan malam sebelum tidur

b. Pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur

c. Pagi setelah sarapan, siang setelah makan siang, dan malam sebelum tidur

d. Pagi sebelum sarapan, siang setelah makan siang, dan malam sebelum tidur e. Lain-lain 13 (31,0) 6 (14,2) 1 (2,4) 2 (4,8) 20 (47,6) 18 (45,0) 9 (22,5) 2 (5,0) 7 (17,5)

4 ( 10,0)

Penggunaan Pasta Gigi

a. Ya b. Tidak 40 (95,2) 2 (4,8) 40 (100,0) 0 (0,0)

Frekuensi Mengganti Sikat Gigi

a. 1 kali per tahun b. 2 kali per tahun c. 3 kali per tahun d. > 3 kali per tahun e. Tidak pernah

23 (54,8) 2 (4,8) 5 (11,8) 10 (23,8) 2 (4,8) 3 (7,5) 8 (20,0) 1 (2,5) 28 (70,0) 0 (0,0)

Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian pada kedua kelompok tersebut, menyikat gigi dengan frekuensi dua kali sehari, yaitu sejumlah 25 orang (59,5%) pada kelompok penderita jantung koroner dan sejumlah 27 orang (67,5%) pada kelompok non penderita jantung koroner. Namun terdapat satu orang (2,4%) dari kelompok penderita jantung koroner yang mengaku tidak pernah menyikat


(55)

gigi, dan terdapat dua orang (5%) pada kelompok non penderita jantung koroner yang menyikat gigi hanya satu kali sehari.

Selanjutnya berdasarkan waktu menyikat gigi, mayoritas subjek penelitian pada kelompok penderita jantung koroner yaitu sejumlah 20 orang (47,6%) tidak memiliki jadwal waktu tertentu dan teratur untuk menyikat gigi, sedangkan pada kelompok non penderita jantung koroner, sebagian besar subjeknya menyikat gigi di pagi hari sebelum sarapan dan malam sebelum tidur, yaitu sejumlah 18 orang (45%).

Selain itu, pada kelompok penderita jantung koroner terdapat dua orang (4,8%) subjek penelitian yang mengaku tidak menggunakan pasta gigi saat menyikat gigi. Hal ini berbeda dengan kelompok non penderita jantung koroner, dimana seluruh subjeknya menggunakan pasta gigi saat menyikat gigi.

Berdasarkan frekuensi mengganti sikat gigi, sebagian besar subjek penelitian pada kelompok penderita jantung koroner mengganti sikat gigi satu kali setahun, yaitu sejumlah 23 orang (54,8%) dan sedikitnya terdapat dua orang (4,8%) yang mengaku tidak pernah mengganti sikat gigi. Hal ini berbeda dengan kelompok non penderita jantung koroner, dimana mayoritas subjeknya yaitu 28 orang (70%) mengganti sikat gigi lebih dari tiga kali setahun dan hanya tiga orang (7,5%) yang mengganti sikat gigi satu kali setahun.

Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian pada kedua kelompok penelitian tidak menggunakan obat kumur, yaitu sejumlah 38 orang (90,5%) pada kelompok penderita jantung koroner dan 28 orang (70%) pada kelompok non penderita jantung koroner.

Selanjutnya, berdasarkan kunjungan ke dokter gigi, terdapat 22 orang (52,4%) dari kelompok penderita jantung koroner yang menyatakan tidak pernah berkunjung ke dokter gigi. Hal ini berbeda dengan kelompok non penderita jantung koroner yang sebagian besar subjeknya menyatakan pernah ke dokter gigi, yaitu sejumlah 30 orang (75%).

Pada penelitian ini, mayoritas subjek penelitian pada kelompok penderita jantung koroner memiliki kebiasaan buruk merokok, yaitu sejumlah 23 orang (54,8%),


(56)

sedangkan mayoritas subjek penelitian pada kelompok non penderita jantung koroner memiliki kebiasaan buruk mengunyah pada satu sisi, yaitu sejumlah 19 orang (47,5%).

Tabel 7 Distribusi riwayat dental lainnya pada penderita jantung koroner dan non penderita jantung koroner

Variabel Jumlah (Persentase) PJK (42 orang) Non PJK (40 orang) Penggunaan Obat Kumur

a. Ya b. Tidak 4 (9,5) 38 (90,5) 12 (30,0) 28 (70,0)

Kunjungan ke Dokter Gigi

a. Pernah b. Tidak pernah

20 (47,6) 22 (52,4)

30 (75,0) 10 (25,0)

Kebiasaan Buruk

a. Tidak ada b. Merokok c. Menyirih

d. Mengunyah pada satu sisi e. Bruksism f. Kombinasi 4 (9,5) 23 (54,8) 4 (9,5) 4 (9,5) 2 (4,8) 5 (11,9) 14 (35,0) 6 (15,0) 1 (2,5) 19 (47,5) 0 (0,0) 0 (0,0)

4.4 Kedalaman poket dan kehilangan perlekatan

Distribusi skor kedalaman poket dan kehilangan perlekatan periodontal subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 8.


(57)

Tabel 8. Distribusi Kedalaman poket dan kehilangan level perlekatan.

Parameter Status Pasien Jumlah

(Presentase)

Kedalaman Poket

Penderita Penyakit Jantung Koroner

Ringan (1-3mm) Sedang (4-5mm) Parah (≥5mm)

42

3 (7,1) 28 (66,7) 11 (26,2)

Non Penderita Penyakit Jantung Koroner

Sehat Ringan Sedang Parah 40 1 (2,5) 36 (90,0) 2 (5,0) 1 (2,5) Kehilangan Perlekatan

Penderita Penyakit Jantung Koroner

Ringan (1-2mm) Sedang (3-4mm) Parah (≥5mm)

42

1 (2,4) 2 (4,8) 39 (92,9)

Non Penderita Penyakit Jantung Koroner

Sehat Ringan Sedang Parah 40 10 (25,0) 22 (55,0) 5 (12,5) 3 (7,5)

Pada tabel 8 terlihat bahwa pada kelompok penderita penyakit jantung koroner sebagian besar subjek mempunyai kedalaman poket yang sedang yaitu 28 orang (66,7%) dan kedalaman poket yang parah hanya dimiliki oleh 11 orang (26,2%). Subjek yang mempunyai kehilangan perlekatan klinis parah yaitu 39 orang (92,9%) dan hanya 1 orang (2,4) yang memiliki kehilangan perlekatan ringan. Hal ini berbeda dengan kelompok non penderita penyakit jantung koroner, sebagian besar subjek mempunyai kedalaman poket yang ringan yaitu 36 orang (90,0%) dan kedalaman poket yang parah hanya 1 orang (2,5%) serta pada non penderita penyakit jantung koroner mengalami kehilangan perlekatan klinis yang ringan sebanyak 22 orang (55,0%).

4.5 Uji Normalitas

Berdasarkan perhitungan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov –

Smirnov terhadap skor kedalaman poket dan kehilangan perlekatan diperoleh nilai p< 0,05 yang berarti bahwa distribusi dari data tersebut tidak normal.


(58)

Tabel 9. Nilai rerata kedalaman poket dan kehilangan perlekatan dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov

Variabel Nilai p

Kedalaman poket Kehilangan perlekatan

0,216 0,193 Keterangan : Uji Kolmogrov-Smirnov; p > 0,05 = sebaran data normal

Oleh karena hasil uji normalitas terhadap kedalaman poket dan kehilangan perlekatan menunjukan distribusi data tersebut tidak normal (p< 0,05), maka uji signifikansi untuk membandingkan rerata kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pada penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner menggunakan uji Mann – Whitney.

4.5.1.Kedalaman Poket

Perbandingan nilai rerata kedalaman poket penderita penyakit jantung koroner dengan non penderita penyakit jantung koroner akan disajikan pada tabel 13.

Tabel 10. Nilai rerata kedalaman poket pada kelompok penderita penyakit jantung koroner dan non penderita penyakit jantung koroner.

Status Subjek

Kedalaman Poket

P Nilai Rerata (x) Standar Deviasi

Penderita Jantung

Koroner 2,190 0,552

0,000 Non Penderita

Jantung Koroner 1,075 0,417

Hasilnya menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara kedalaman poket pada kelompok penderita penyakit jantung koroner dengan kedalaman poket pada kelompok non penderita penyakit jantung koroner. Hasil uji signifikan dengan menggunakan uji Mann – Whitney diperoleh p< 0,05. Hal ini


(59)

menunjukkan terdapat perbedaan antara kedalaman poket penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner.

4.5.2.Kehilangan Level Perlekatan

Perbandingan nilai rerata kehilangan level perlekatan penderita penyakit jantung koroner dengan non penderita penyakit jantung koroner akan disajikan pada tabel 11.

Tabel 11. Nilai rerata kehilangan level perlekatan pada kelompok penderita penyakit jantung koroner dan nonpenderita penyakit jantung koroner

Status Subjek

Kehilangan Level Perlekatan

P Nilai Rerata (x) Standar Deviasi

Penderita Jantung

Koroner 2,905 0,370

0,000 Non Penderita jantung

Koroner 1,025 0,832

Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara kehilangan level perlekatan klinis pada kelompok penderita penyakit jantung koroner dengan kehilangan level perlekatan klinis pada kelompok non penderita penyakit jantung koroner.

Berdasarkan hasil pada tabel 10 dan tabel 11, perbedaan nilai rerata kedalaman poket dan kehilangan level perlekatan klinis kelompok penderita penyakit jantung koroner dengan kelompok non penderita penyakit jantung koroner didapatkan nilai p < 0,05.

Dengan demikian, hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara kedalaman poket dan kehilangan level perlekatan pada penyakit jantung koroner dengan non penderita penyakit jantung koroner di RSUP H. Adam Malik Medan diterima.


(1)

Operasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Bypass 4 9.5 9.5 9.5

Cincin 17 40.5 40.5 50.0

Tidak operasi 21 50.0 50.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Statistics

BB TB IMT Sistolik

N Valid 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0

Mean 66.79 161.88 25.5364 130.33

Std. Deviation 13.819 6.593 5.39537 23.516

Minimum 41 149 16.42 77

Maximum 110 176 41.40 190

Frequencies

[DataSet8] F:\medis non pjk.sav

Statistics

BB TB IMT

N Valid 40 40 40

Missing 0 0 0

Mean 64.22 160.23 24.9831

Std. Deviation 10.587 7.329 3.49180

Minimum 48 140 18.61

Maximum 86 175 32.47

Frequencies

[DataSet4] F:\medis pjk.sav

Statistics

Frekuensi SG

Waktu

Sikat Gigi Pasta Gigi

Frekuensi Ganti SG

N Valid 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Frekuensi SG

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Valid 1 x/hr 12 28.6 28.6 28.6

2 x/hr 25 59.5 59.5 88.1

3 x/hr 4 9.5 9.5 97.6

tidak pernah 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Waktu Sikat Gigi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Lain-lain 20 47.6 47.6 47.6

Pagi sebelum sarapan dan

malam saat mau tidur 13 31.0 31.0 78.6

Pagi sebelum sarapan, siang setelah makan siang

dan malam sebelum tidur 2 4.8 4.8 83.3

Pagi setelah sarapan dan

malam sebelum tidur 6 14.3 14.3 97.6

Pagi setelah sarapan, siang setelah makan siang,

dan malam sebelum tidur. 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pasta Gigi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ciptadent 6 14.3 14.3 14.3

Close up 1 2.4 2.4 16.7

Kombinasi 3 7.1 7.1 23.8

Pepsodent 29 69.0 69.0 92.9

Sensodyne 1 2.4 2.4 95.2

Tidak menggunakan

pasta gigi 2 4.8 4.8 100.0


(3)

Frekuensi Ganti SG

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 3 x / thn 5 11.9 11.9 11.9

1 x / thn 23 54.8 54.8 66.7

2 x / thn 2 4.8 4.8 71.4

3 x / thn 5 11.9 11.9 83.3

Setiap bulan 5 11.9 11.9 95.2

Tidak pernah 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Obat Kumur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 38 90.5 90.5 90.5

Ya 4 9.5 9.5 100.0

Total 42 100.0 100.0

Halitosis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kumur-kumur dengan air 6 14.3 14.3 14.3

Kumur-kumur dengan obat

kumur 1 2.4 2.4 16.7

Lain-lain 11 26.2 26.2 42.9

Makan permen 22 52.4 52.4 95.2

Sikat gigi berulang 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

DRG

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak pernah 22 52.4 52.4 52.4

Ya 20 47.6 47.6 100.0


(4)

Kebiasaan Buruk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Bruksism 2 4.8 4.8 4.8

Kombinasi 5 11.9 11.9 16.7

Mengunyah satu sisi 4 9.5 9.5 26.2

Menyirih 4 9.5 9.5 35.7

Merokok 23 54.8 54.8 90.5

Tidak ada 4 9.5 9.5 100.0

Total 42 100.0 100.0

Frequencies

[DataSet8] F:\medis non pjk.sav

Statistics Frekuensi

Sikat Gigi

Waktu

Sikat Gigi Pasta Gigi

Frekuensi Ganti SG

N Valid 40 40 40 40

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Frekuensi Sikat Gigi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 3 kali / hari 3 7.5 7.5 7.5

1 kali /hari 2 5.0 5.0 12.5

2 kali / hari 27 67.5 67.5 80.0

3 kali / hari 8 20.0 20.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Waktu Sikat Gigi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Lain-lain 4 10.0 10.0 10.0

Pagi sebelum sarapan dan

malam sebelum tidur 18 45.0 45.0 55.0

Pagi sebelum sarapan, siang setelah makan siang,

dan malam sebelum tidur 7 17.5 17.5 72.5

Pagi setelah sarapan dan


(5)

Pagi setelah sarapan, siang setelah makan siang,

dan malam sebelum tidur 2 5.0 5.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Pasta Gigi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ciptadent 2 5.0 5.0 5.0

Close up 2 5.0 5.0 10.0

Darli 1 2.5 2.5 12.5

Enzym 1 2.5 2.5 15.0

Kombinasi 1 2.5 2.5 17.5

Pepsodent 30 75.0 75.0 92.5

Sensodyne 3 7.5 7.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Frekuensi Ganti SG

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 3 x / tahun 22 55.0 55.0 55.0

1 x / tahun 3 7.5 7.5 62.5

2 x / tahun 8 20.0 20.0 82.5

3 x / tahun 1 2.5 2.5 85.0

Setiap bulan 6 15.0 15.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Obat Kumur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 28 70.0 70.0 70.0

Ya 12 30.0 30.0 100.0


(6)

Halitosis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kumur-kumur dengan air 3 7.5 7.5 7.5

Kumur-kumur dengan obat

kumur 9 22.5 22.5 30.0

Lain-lain 7 17.5 17.5 47.5

Makan permen 14 35.0 35.0 82.5

Sikat gigi berulang 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

DRG

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pernah 30 75.0 75.0 75.0

Tidak pernah 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Kebiasaan Buruk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Mengunyah

pada satu sisi 19 47.5 47.5 47.5

Menyirih 1 2.5 2.5 50.0

Merokok 6 15.0 15.0 65.0

Tidak ada 14 35.0 35.0 100.0