BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Pendidikan dengan Model in House Training (IHT) bagi Guru SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Temanggung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peningkatan Kemampuan Penulisan
Karya Tulis Ilmiah
2.1.1 Hakikat Peningkatan
Kata dasar Peningkatan adalah tingkat memper
oleh awalan pe dan akhiran an dalam kamus bahasa
Indonesia Poerwadarminta (2006:1280-1281) kata
tingkat berarti lapis dari sesuatu yang bersusun atau
berlenggek-lenggek. Tingkatan berarti tinggi rendah
martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradab
an). Kata meningkat mempunyai arti 1) menginjak
(tangga), 2) naik (dalam berbagai-bagai arti seperti
meninggi,mengatas, membubung, 3) beralih kepada
(peristiwa, masa, bulan), 4) menjadi bertambah ba
nyak (hebat, sangat, genting). Sedangkan kata me
ningkatkan mempunyai arti 1) menaikkan (derajat,
taraf), mempertinggi, memperhebat, 2) mengangkat
diri, memegahkan diri. Kata peningkatan mempu
nyai arti proses, cara, perbuatan, mening katkan.
Disisi lain Nurhasanah dkk (2007:799) menya

takan bahwa kata tingkat mempunyai arti 1) susu
nan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek se
perti lenggek rumah, tumpuan pada tangga; 2) tinggi
rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan,
peradaban); 3) batas waktu (masa).
Dalam penggunaan kalimat makna peningkat
an adalah suatu proses, perbuatan maupun usaha
kegiatan untuk menuju kearah yang lebih baik lagi
dari pada sebelumya. Dari belum tahu menjadi tahu,
dari belum bisa menjadi bisa, dari belum mampu
menjadi mampu.
Dengan demikian pengertian peningkatan ada
lah suatu usaha yang dilakukan oleh pembelajar
(guru, instruktur, dosen, nara sumber) untuk mem
bantu peserta didik (Siswa, peserta pelatihan, maha

7

siswa) menuju kepada situasi dan kondisi yang lebih
baik.

2.1.2 Hakikat Kemampuan
Kata dasar kemampuan adalah mampu. Dalam
kamus bahasa Indonesia Poerwadarminta (2006:742)
mengemukakan bahwa:
“kata
mampu
mempunyai
makna kuasa
(sanggup melakukan sesuatu), dapat, berada
yang berarti kaya. Sedangkan kata kemampuan
mempunyai makna kesanggupan, kecakapan
dan kekayaan.”

Sedangkan Robbins (Suratno, 2015:1), menya
takan bahwa:
“kemampuan
adalah
kapasitas
seseorang
individu untuk mengerjakan berbagai tugas

dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya totalitas
kemampuan dari seseorang individu pada
hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor,
yakni kemampuan intelektual dan kemampuan
fisik. Kemampuan intelek tual adalah kemam
puan untuk men jalankan kegiatan mental.
Kemampuan fisik adalah kemampuan yang
diper lukan untuk melakukan tugas-tugas yang
menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan
bakat-bakat sejenis.”

Seseorang akan dikatakan mempunyai kemam
puan manakala sanggup menjalankan tugas maupun
tanggung jawab yang diemban dengan tuntas, disini
berarti pekerjaan maupun tugas selesai dikerjakan
sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa
kemampuan mempunyai makna kesanggupan yang
diikuti oleh pemahaman seseorang dalam menyelesai
kan sesuatu pekerjaan dapat selesai sesuai dengan

harapan.
2.1.3 Hakikat Menulis
Kata dasar menulis adalah tulis, dalam kamus
bahasa Indonesia Poerwadarminta (2006: 1304) kata
tulis berarti batu, papan batu tempat menulis.
Sedangkan kata menulis mempunyai arti membuat

8

huruf, melahirkan pikiran atau perasaan (seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan, menga
rang cerita, membuat surat, menggambar, melukis
dan membatik.
Sementara menurut Darwis (Windi Widiastuti,
2013:9) bahwa:
“menulis sebagai sebuah keterampilan berbahasa
adalah kemampuan sese- orang dalam mengemu
kakan gagasan, perasaan, dan pemikiran-pemiki
rannya kepada orang atau pihak lain dengan
menggunakan media tulisan.”


Sedagkan Brown (SriLestari, 2009:197) menge
mukakan bahwa:
“menulis adalah gambaran grafis dari bahasa
lisan, dan bahasa tertulis sama saja dengan
bahasa lisan, satu-satunya perbedaan terletak
pada lambang grafis daripada isyarat lain.”

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa
menulis mempunyai makna melahirkan ide maupun
gagasan yang berupa lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa sebagai alat komuni
kasi dengan sesama sehingga pesan dapat dipahami
seseorang yang membaca tulisan tersebut.
2.1.4 Hakikat Karya Tulis Ilmiah
Bambang Abduljabar (2014:3) menyatakan bah
wa “karya tulis ilmiah adalah karya tulis ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan
ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan
benar.”

Disisi lain Supriyadi (2013:1) menyebutkan
bahwa :
“Karya ilmiah dimaknai sebagai suatu karya
tulis nonfiksi yang berisi gagasan, pemecahan
masalah, pemikiran konseptual, hasil peng
amatan, dan hasil penelitian yang disusun
secara sistematis dengan dukungan fakta/
data, teori, dan bukti-bukti empiris yang meng
gunakan bahasa Indonesia yang benar, lugas,
efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan

9

kebenarannya secara objektif untuk kepen
tingan akademik.”

Sedangkan Surya Dharma (2008:4) menyatakan bahwa:
“karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang
membahas suatu permasalahan. Pembahasan
itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, penga

matan, pengumpulan data yang diperoleh mela
lui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui
penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang
sistematis untuk memperoleh jawaban secara
ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti.
Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan
penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya
dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah,
yang kemudian dibahas melalui penelitian dan
kesimpulan dari penelitian tersebut.”

Dari pendapat diatas tentang hakikat karya
tulis ilmiah diatas, secara umum karya tulis
merupakan tulisan hasil penelitian dengan meng
gunakan metodologi ilmiah yang sistematis dengan
dukungan fakta dan bukti yang dapat dipertang
gungjawabkan.
Dengan demikian karya tulis ilmiah dapat
diartikan sebagai hasil kajian/ penelitian yang
didasari dan didukung dengan pengamatan, peninjau

an, penelitian dalam bidang tertentu dan hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
obyektif yang dituangkan dalam sebuah tulisan/
laporan berdasarkan kaidah penulisan ilmiah yang
benar.
2.1.5 Ciri-ciri Karya Ilmiah
Setiap hasil karya pasti mempunyai ciri-ciri
tertentu, seperti halnya yang di kemukakan oleh
Parlindungan Pardede (Sudirman Siahaan, 2012:3)
bahwa:
“sekalipun karya ilmiah beragam jenisnya namun
secara umum mempunyai ciri-ciri: (a) accurate

10

(keterangan yang diberikan didasarkan pada data
faktual dan dapat diuji kebenarannya), (b) brief
(ringkas dan tidak boleh bertele-tele, bahasanya
lugas atau denotatif, mengi kuti kaidah-kaidah
bahasa yang berlaku, kata dan ungkapan yang

bermakna ganda harus dihindarkan), (c) clear
(jelas dan tuntas serta berbagai aspek yang
berkaitan dengan masalah dipaparkan secara
proporsional), (d) ethical (ditulis secara etis,
mengikuti notasi ilmiah secara ajeg/konsisten,
seperti: pencantuman sumber informa siapabila
dikutip dari sumber lain dengan menyebut kan
nama sumber data atau informasi secara jujur,
dan (e) logical (logis dengan menggunakan cara
berpikir analitik, deduktif, atau induktif; semua
keterangan yang digunakan mempunyai alasan
yang masuk akal).

Sardy S. (Sudirman Siahaan, 2012:3) manya
takan bahwa suatu tulisan dapat dikatakan sebagai
karya Ilmiah apabila memiliki ciri-ciri sebagai beri
kut:
“a) menyajikan fakta atau fenomena secara
objektif tentang alam, teknologi, sosial, dan
seni/budaya secara sistematis dan logis, b)

bersifat orisinil, kreatif, dan handal, c) mengguna
kan metode ilmiah sesuai dengan konsensus ilmu
pengetahuan selingkungbidang, d) teruji melalui
verifikasi dan falsifikasi, baik untuk hasil peneli
tian eksperimental, maupun non-eksperi mental,
e) menghasilkan temuan/model terminologi /ko
reksi baru/tesis atau teori, dan f) bermanfaat
bagi kesejahteraan dan peradaban manusia. “

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ciriciri karya ilmiah adalah sebagai berikut: a. fakta
yang disajikan bersifat obyektif; b. bersifat murni/
asli; c. dalam penulisan karya tulis ilmiah ditulis
dengan sistematis; d. Mengandung pandangan/ wa
wasan yang didukung oleh pembuktian; e; menya
jikan sebab-akibat dan pengertian/ pemaham an; f.
Menghasilkan temuan baru yang bermanfaat bagi
kesejahteraan manusia sesuai dengan bidang
masing-masing.

11


2.2 In House Training
2.2.1 Pengertian In House Training
Abdurokhman (2014:7) menyatakan bahwa: “In
House Training adalah pelatihan yang dilakukan bagi
karyawan di tempat kerjanya dengan cara mengun
dang pelatih yang professional.”
Sudarwan Danim (2013:30) menyebutkan bah
wa:

“Pelatihan dalam IHT adalah pelatihan yang
dilaksanakan secara internal dikelompok kerja
guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi
peningkatan kompetensi guru melalui IHT
dilaksanakan berdasarkan pemikiran bahwa
sebagian dalam meningkatkan kompetensi tidak
harus dilaksanakan secara eksternal, tetapi
dapat dilakukan oleh guru yang memiliki
kompetensi yang belum dimiliki oleh guru lain.”

Sementara Inyoman Sueta (2010:14) menyata
kan bahwa: “ In-House Training adalah pelatihan yang
terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu
apakah itu lembaga profit ataupun non profit.” Di sisi
lain Fitroh hanrahmawan (2010:85) mendefinisikan
bahwa:
“In House Training adalah: upaya mening katkan
keahlian dan keterampilan sese orang atau
sekelompok orang dengan cara mendatangkan
tenaga ahli /profesional /praktisi keinstitusi
atau lembaga.”

Dengan demikian dari ungkapan-ungkapan
diatas dapat digaris bawahi bahwa definisi In House
training (IHT) menitik beratkan pada kegiatan pelatih
an di lembaga/perusahaan yang bertujuan untuk
meningkatkan sikap, pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan kebutuhan para peserta pelatihan.
Dari uraian tersebut diatas dapat dirangkum
bahwa In House Trining (IHT) merupakan kegiatan
pelatihan yang dilaksanakan dilembaga sekolah/
perusahaan, dengan memberdayakan narasumber/

12

instruktur dari dalam atau luar lembaga sekolah/
perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan seseorang
sesuai dengan kebutuhan/ bidang pekerjaan para
peserta pelatihan.
2.2.2 Pentingnya In House Training (IHT) Dalam
Meningkatkan Kemampuan Menulis Karya
Tulis Ilmiah
Pasal 3 dan pasal 4 Peraturan Menteri pendidik
an nasional Nomor 35 tahun 2010 menegaskan
bahwa :
“Pasal 3 “Perangkat pelaksanaan jabatan fungsio
nal guru dan angka kreditnya diselesaikan
paling lambat tanggal 31 Desember 2012.” Pasal
4 “Penilaian kinerja guru yang didasarkan pada
Peraturan Menteri ini berlaku secara efektif
mulai tanggal 1 Januari 2013.” (Muhammad
Nuh, 2010:4)

Jelaslah bahwa penilaian kinerja guru yang
didasarkan pada Peraturan Menteri ini berlaku
secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2013.
Muhamad Nuh (Permendiknas,2010:4). Sehubungan
dengan hal tersebut diatas para guru dituntut mau
dan mampu membuahkan hasil paling tidak salah
satu hasil karya ilmiah yang berguna untuk dirinya
sendiri, lingkungan sekolah dan para pendidik pada
umumnya. Untuk mau dan mampu menulis karya
ilmiah bagi para guru tersebut harus ada motifasi
dan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan para
guru di lembaga tersebut. Tindakan yang paling tepat
adalah mengadakan kegiatan pelatihan bagi para
guru. Pelatihan yang dipandang relevan adalah
pelatihan internal (In House Training).
Seperti yang dikemukakan
Hansen (2012:6) bahwa:

oleh

Dag

Roll

“Having the necessary competence is crucial to any
NSI. It can be built trough various kinds of training.
The need for training must be identified based on

13

existing competence within the NSI. To work in a
statistical institute you need a combination of
practical and theoretical skills that you most often
can not learn through formal education. Training
staff to have the right skills hence often is a
challenge This is why NSI often turn to in-house
training to give their staff the training needed.
Effective training may be particularly important
when hiring new employees or when the tasks or
the technology at hand are changing. In-house
training is often a cost effective way of organising
training. There are several reasons for this:
a. training can be scheduled at your convenience
b. training is more focused, consistent and
relevant to your needs
c. travelling and accommodation costs are reduced
Training courses may be designed and carried out
by the NSI’s own employees, national experts or
foreign experts. Internet-based training courses
should also be considered.”

Kutipan diatas dapat diartikan bahwa: Memiliki
kompetensi sangat diperlukan untuk kepentingan
NSI. Hal ini dapat dibangun melalui beragam jenis
pelatihan. Kebutuhan pelatihan harus diidentifikasi
berdasarkan kompetensi yang ada dalam NSI. Untuk
bekerja di Institut statistik Anda perlu suatu kombi
nasi dari keterampilan praktis dan teoritis yang
sering Anda temui yang dirasa sulit dalam proses
belajar melalui pendidikan formal. Pelatihan staf
untuk memiliki keterampilan yang tepat, oleh karena
itu sering menjadi sebuah tantangan. Inilah sebab
nya mengapa NSI sering berpaling kepelatihan inter
nal untuk staf mereka memberikan pelatihan yang
dibutuhkan. Pelatihan yang efektif mungkin sangat
penting ketika memperkerjakan karyawan baru atau
ketika tugas teknologi di tangan yang berubah.
Pelatihan internal ini dengan biaya untuk mengorga
nisasi sistem pelatihan. Ada beberapa alasan untuk
hal tersebut antara lain sebagai berikut:
a. pelatihan dapat dijadwalkan pada kenyamanan
Anda

14

b. pelatihan lebih terfokus, konsisten dan relevan
dengan kebutuhan Anda
c. biaya perjalanan dan akomodasi berkurang
Pelatihan kursus dapat dirancang dan dilaksanakan
oleh karyawan NSI sendiri. Ahli nasional atau tenaga
ahli bangsa asing. Kursus pelatihan berbasis Internet
juga harus dipertimbangkan.
Begitu juga kegiatan pelatihan dengan model In
House Training (IHT) yang diimplementasikan oleh
Alfaris Sujoko (2012:53) menyatakan bahwa:
“Indikator pencapaian yang telah ditetapkan
pada siklus/tahap 1 adalah 50% guru mempu
nyai kemampuan sama dengan lebih kategori
baik, dan hasil siklus 1 ada 56% guru yang
mempunyai kemampuan sama dengan lebih
kategori baik, maka peneliti menyimpulkan bah
wa IHT dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam mengimplementasikan RPP bermuatan
nilai-nilai PBKB di SMPK BPK PENABUR
Cimahi.”

Pernyataan tersebut dapat digaris bawahi
bahwa Kegiatan IHT pada siklus I dengan indikator
50% guru mempunyai kemampuan kategori baik.
Dalam kenyataannya pencapaian indikator yang telah
ditetapkan pada siklus I ada 56% guru mempunyai
kemampuan sama dengan kategori baik.
Di sisi lain Muniroh Munawar Dkk (2013:12)
dalam kegiatan penelitian dengan judul “Pengembang
an Model Pembelajaran Inovatif Melalui Pendekatan
In House Training Berbasis Kearifan Budaya Lokal”
menyimpulkan bahwa:
“adanya peningkatan kompetensi tutor/ pendi
dik paud dalam merancang model pembelajaran
yang inovatif berbasis kearifan budaya lokal,
yaitu jika pada siklus I (asesmen awal)
mempunyai nilai rata-rata antara 1 s.d 1,9
sedangkan pada siklus II mempunyai nilai ratarata antara 2,7 s.d 3,6. Hasil nilai rata-rata
tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkat
an kemampuan guru dalam merancang model

15

pembelajaran inovatif berbasis kearifan budaya
lokal melalui pendekatan in house training”

Dari pernyataan diatas dapat di ketahui bahwa
kegiatan IHT yang telah diimplementasikan menun
jukkan keberhasilan yang cukup diperhitungkan ,
hal ini dapat dilihat dari hasil siklus I dengan nilai
rata-rata antara 1 s.d 1,9 dan pada siklus II dengan
nilai rata-rata 2,7 s.d 3,6.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat dipahami bahwa kegiatan pelatihan dengan model In
House Training (IHT) mampu menunjukkan hasil
yang sesuai dengan harapan serta kebutuhan
peserta pelatihan, sehingga dapat dikatakan kegiatan
pelatihan dengan model In House Training merupa
kan wahana kegiatan yang mampu merubah mind
set seseorang dengan membuahkan hasil yang sesuai
dengan kebutuhan seseorang. Hal ini dikarenakan
situasi dan kondisi prosesi kegiatan In House
Training (IHT) yang dengan peserta terbatas satu
lembaga/sekolah berbeda dengan pendidikan dan
latihan dengan peserta banyak. Situasi yang dimak
sud dalam kegiatan IHT antara lain:
a. peserta pelatihan dengan Instruktur lebih familier
dan tidak merasa kecil hati,
b. pesertanya terbatas, sehingga antara peserta
pelatihan dengan Instruktur ada waktu luang
untuk komunikasi/tanya jawab sekitar materi
pelatihan yang belum dipahami,
c. suasana ruangan kegiatan lebih nyaman (tidak
gaduh,tidak gerah),
d. pembimbingan dari instruktur kepada peserta
latihan berjalan dengan baik ,hasil yang diharap
kan bisa tercapai , sehingga dapat membangun
pelatihan yang berkelas.
Maka dari itu jelaslah bahwa In house Training (IHT)
sangat penting untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam pengembangan keprofesian berkelanjut
an khususnya dalam hal penulisan karya ilmiah.

16

2.2.3 Langkah-langkah kegiatan In House Training
(IHT)
Agar kegiatan In House Training lebih efektif,
perlu adanya langkah-langkah pelatihan yang ma
tang, seperti yang di ungkap kan oleh Dag RollHansen (2012:17) sebagai berikut:
“The responsibilities and task of the in-house
training organisation would be: 1. Identify training
needs. This should be done both for the needs of
the NSI and the individual employees. 2. Prioritise
the training needs and develop a training plan. 3.
Inform all the employees of training possibilities
well ahead of time. 4. Develop routines for
selecting participants for obligatory training. 5.
Develop routines for applying to voluntary training,
as well as routines for selecting among the
applicants. 6. Identify the right person or institution
to conduct the training. 7. Organise the training. 8.
Evaluate the training.”

Kutipan di atas dapat diartikan bahwa: tugas
dan tanggung jawab penyelenggara In-House Training
antara lain: 1. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.
Hal ini harus dilakukan baik untuk kebutuhan NSI
dan karyawan individu. 2. Prioritaskan kebutuhan
pelatih an dan mengembangkan rencana pelatihan.
3. Menginformasikan kepada seluruh pegawai ten
tang kemung kinan waktu pelaksanaan pelatihan. 4.
Mengembang kan rutinitas untuk menyeleksi peserta
wajib pelatihan. 5.Mengembangkan rutinitas untuk
menggunakan pelatihan sukarela, sama seperti
rutinitas menyeleksi diantara para pendaftar. 6.
Mengidentifikasi orang atau lembaga yang tepat
untuk memimpin pelatihan. 7. Mengatur pelatihan.
8. Mengevaluasi pelatihan.”
Sementara Goad (Fitroh Hanrahmawan, 2010:
81) mengemukakan siklus pelatihannya terdiri dari:
1) analisis kebutuhan pelatihan (analyze to determine
training requirements), 2) desain pendekatan pelatih
an (design the trainingapproach), 3) pengembangan
materi pelatihan (develop the training materi als), 4)
pelaksanaan pelatihan (conduct the training), dan 5)

17

evaluasi dan pemutakhiran pelatihan (evaluate and
update the training).
Disisi lain Nurhasni Zaenal Abidin (2006:9)
mengatakan bahwa Various aspects have been
identified in every stages or steps in these approaches.
There are obvious similarities in the steps namely: (1)
analysing training context and recipient; (2) identifying
training require ment; (3) creating objectives; (4)
selecting program contents; (5) selecting resources; (6)
determining budget and; (7) evaluating the program.
Kutipan diatas dapat diketahui bahwa: berba
gai aspek telah diidentifikasi dalam setiap tahapan
atau langkah-langkah dalam pendekatan ini. Ada
kesamaan yang jelas dalam langkah-langkah yaitu:
1. menganalisis konteks pelatihan dan penerima;
2. mengidentifikasi kebutuhan pelatihan;
3. menentukan tujuan;
4. memilih isi program,
5. memilih sumber daya;
6. menentukan anggaran dan;
7. mengevaluasi program.”
Louis Genci (Mustofa Kamil, 2003:10) mengemukakan model pelatihan empat langkah. Model ini
mencakup empat langkah yang harus ditempuh
dalam penyelenggaraan pelatihan.
“Langkah pertama, mengkaji alasan dan
menetapkan program latihan. Kegiatan lainnya
mencakup identifikasi kebutuhan, penentuan
tujuan latihan, analisis isi latihan, dan
pengorganisasian program latihan. Kedua,
merancang
tahapan
pelaksanaan
latihan.
Kegiatannya mencakup penentuan pertemuanpertemuan formal dan informal selama latihan
(training sessions), dan pemahaman terhadap
masalah-masalah pada peserta latihan. Ketiga,
memilih sajian yang efektif. Kegiatannya
mencakup pemilihan dan penentuan jenis-jenis
sajian, pengkondisian lingkungan termasuk di
dalamnya penggunaan sarana belajar dan alat
bantu, dan penentuan media komunikasi.
Keempat, melaksanakan dan menilai hasil
latihan. Kegiatan nya meliputi transformasi

18

pengetahuan dan keterampilan dan nilai
berdasarkan program latihan, serta evaluasi
tentang perubahan tingkah laku peserta setelah
mengikuti program latihan.”

Berdasarkan beberapa pendapat tentang lang
kah-langkah pelatihan diatas, dapat diketahui bahwa
secara umum tahap pelatihan dalam siklusnya
diawali dengan tahap perencanaan, tahap implemen
tasi dan tahap evaluasi. Dalam implementasinya rata
-rata diawali dengan analisis kebutuhan pelatihan
kemudian desain pelatihan dan dilengkapi dengan
pengembangan pelatihan serta penyelenggaraan pela
tihan dan diakhiri dengan kegiatan evaluasi kegiatan
pelatihan. Dalam implementasinya langkah-langkah
tersebut diatas dapat dikatakan sebagai langkah
standar yang digunakan dalam setiap penyeleng
garaan pelatihan. Implementasi kegiatan pelatihan
memerlukan pamahaman yang matang, waktu yang
cukup serta keterlibatan berbagai elemen yang terga
bung dalam implementasi kegiatan pelatihan, sehing
ga dengan pendekatan sistem pengelolaan yang siste
matis akan mewujudkan tujuan program yang diha
rapkan.
Dari gambaran konsep langkah-langkah pela
tihan diatas ada wacana baru untuk melengkapi
langkah-langkah pelatihan. Sehingga meskipun telah
ada beberapa pendapat tentang langkah-langkah
pelatihan yang telah diuraikan diatas, peneliti tidak
langsung mengadopsi salah satu model secara utuh,
akan tetapi untuk menyesuaiakan dengan kegiatan
pelatihan ini perlu adanya kolaborasi darai beberapa
model langkah-langlah pelatihan yang ada.
Dalam implementasi kegiatan pelatihan ini
peneliti mengkolaborasikan antara model Dag RollHansen (2012:17), karena adanya gagasan untuk
mengembangkan rutinitas memilih peserta pelatihan
yang wajib diikutkan pelatihan dan menembangkan
rutinitas untuk menerapkan pelatihan. Sedangkan
Louis Genci (Mustofa Kamil, 2003:10) adanya gaga
san pengkajian dasar dan alasan penyelenggaraan

19

pelatihan, Goad (Fitroh Hanrahmawan, 2010: 81),
Nurhasni Zaenal Abidin (2006:9) yang masingmasing pendapatnya hampir sama, hanya ada perbe
daan bahwa Nurhasni Zaenal Abidin salah satunya
gagasan adalah menentukan anggaran kegiatan.
Dari hasil pengkolaborasian langkah-langkah
pelatihan tersebut di atas, lahirlah langkah-langkah
baru yang akan peneliti implementasikan dalam kegi
atan In House Training (IHT).
Langkah-langkah pelatihan yang dimaksud
sebagai berikut:
1. pengkajian undang-undang maupun peraturan
pemerintah yang berlaku sebagai dasar penyeleng
garaan pelatihan serta mengidentifikasi kesenjang
an antara undang-undang/ peraturan pemerintah
yang berlaku dengan lembaga sebagai pelaksana
undang-undang/peraturan pemerintah.
2. menganalisis kebutuhan yang sesuai dengan
kondisi lapangan;
3. menentukan jenis kegiatan pelatihan/desain
pendekatan pelatihan;
4. penyusunan proposal sebagai langkah awal untuk
pengajuan kegiatan kepada Instansi terkait serta,
5. penyusunan pedoman/panduan kegiatan pelatih
an bagi panitia, Instruktur, peserta;
6. Tahap Implementasi Pendidikan dan pelatihan.
Pada tahap ini kegiatan yang diimplemantasi kan
antara lain:
a. registrasi/daftar ulang peserta pelatihan,
b. pendistribusian fasilitas kegiatan pendidikan
dan pelatihan termasuk buku panduan pelak
sanaan kegiatan,
c. implementasi kegiatan pelatihan serta pengem
bangan materi pelatihan (kegiatan inti)
7. evaluasi kegiatan pelaksanaan program yang meli
puti:
a. evaluasi bagi panitia penyelenggara;
b. evaluasi bagi nara sumber/instruktur;
c. evaluasi bagi peserta pelatihan;

20

d. evaluasi sarana dan prasarana kegiatan pelatih
an.

2.3 Penelitian Tindakan
Adelman (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010:
142) menyimpulkan bahwa:
“penelitian tindakan merupakan suatu proses
yang memberikan kepercayaan pada pengem
bangan kekuatan berfikir reflektif, diskusi, penen
tuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang
biasa,berpartisipasi dalam penelitian kolektif
dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka
hadapi dalam kegiatannya.”

Disisi lain Suharsimi Arikunto (2010:33) me
nyatakan bahwa :
“ Penelitian tindakan merupakan penelitian
eksperimen berkesinambungan dan berkelanjut
an. Alasan dilakukannya berkelanjutan karena
penelitian tindakan bermaksud menguji proses,
sehingga kenyamanan dan kelancaran proses
tersebut dirasakan oleh siswa sebagai pembelajar
an yang menyenangkan dan isinya enak ditang
kap.”

Dirjen PMPTK Depdiknas (2009:15) menye
butkan bahwa:
“penelitian tindakan merupakan penelitian
eksperimen dengan ciri yang khusus. Jika dalam
penelitian eksperimen peneliti ingin mengetahui
akibat dari suatu perlakuan (treatment, tindakan,
atau “sesuatu” yang dilakukan), maka pada
penelitian tindakan, peneliti mencermati kajian
nya pada proses dan akibat dari tindakan yang
dibuatnya. Berdasar hasil pencermatan itulah,
kemudian dilakukan tindakan lanjutan yang me
rupakan perbaikan dari tindakan pertama (dise
but sebagai siklus), untuk dapat memperoleh
informasi yang mantap tentang dampak tindakan
yang dibuatnya.”

Dari beberapa pendapat diatas dapat di
ketahui bahwa definisi penelitian tindakan adalah
Penelitian tindakan merupakan penelitian eksperi
men berkesinambungan dan berkelanjutan, dengan
maksud untuk menguji proses, sehingga proses

21

belajar dan mengajar dirasakan adanya kenyamanan
dan kelancaran. sehingga siswa merasakan terjadi
nya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan.

2.4 Penelitian Yang Relevan
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian
ini, dicantumkan beberapa penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti lain diantaranya: Kegiatan In
House Training (IHT) yang dilaksanakan di University
Technological Nanyang Singapura. Dalam hal ini Tin
Tun et.al (2009:89) menyatakan bahwa
“An in-house training programme has been deve
loped and implemen ted in accordance with the
training policy drawn up by the Institutional Biosa
fety Commit- tee (IBC). The programme is expected
to equip users with sound foundations for working
safely in the BSL-3 laboratory. Continuing efforts to
upgrade knowledge or skill in biosafety measures
and nurturing appropriate safety practices are
ultimate goals of the training programme.”

Program diklat telah dikembangkan dan dilak
sanakan sesuai dengan kebijakan pelatihan yang
disusun oleh Komite Kelembagaan Biosafety. Pro
gram ini diharapkan untuk melengkapi pengguna
dengan suara dasar untuk bekerja dengan aman di
laboratorium BSL-3. Melanjutkan upaya untuk meng
upgrade pengetahuan atau keterampilan dalam
langkah-langkah biosafety dan memelihara praktik
keamanan yang sesuai adalah tujuan akhir dari
program pelatihan.
Harapan yang dihasilkan pada kegiatan pe
latihan yan diungkapkan oleh oleh Tin Tun,et.al
adalah peserta pelatihan tidak hanya memahami
praktek biosafety dan prosedur untuk mengikuti,
tetapi juga menerima budaya biosafety sebagai cara
hidup ketika melakukan penelitian dengan bahanbahan biologis yang berbahaya.
Kaitannya dengan penelitian sekarang adalah
implementasi kegiatan pelatihan dengan model In
House Training (IHT) menghasilkan bukan hanya

22

konsep saja tetapi juga mampu Menumbuh-kembang
kan budaya akademik di lingkungan sekolah teruta
ma di SD Negeri 1 Ngadirejo, sehingga ter cipta sikap
proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pen
didikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sus
tainable).
Begitu Fitroh Hanrahmawan melakukan pene
litian dengan judul Revitalisasi Manajemen Pela tihan
Tenaga Kerja (Studi Kasus Pada Balai Latihan Kerja
Industri Makassar). Dalam rangka mengejar kesen
jangan kemampuan instruktur dengan perkembang
an teknologi diperusahaan serta dalam upaya menja
lin hubungan kemitraan dengan perusahaan, maka
dilakukan kerjasama pengem bangan pelatihan de
ngan metode OJT dan IHT.
Kegiatan yang dilakukan oleh Fitroh Hanrah
mawan (2010:1) menunjukkan bahwa:
1) Perencanaan Program Pelatihan pada BLKI Maka
ssar yang berfokus pada identifikasi ke butuhan
pelatihan telah dilaksanakan sesuai alokasi dana
proyek yang tersedia.
2) Pengembangan Program Pelatihan pada BLKI
Makassar yang berfokus pada kerjasama pelatih
an secara internal masih terjadi dikotomi jurusan
serta ego sektoral dan kerjasama eksternal de
ngan perusahaan kurang berkembang bahkan
kerjasama program pemagangan berjenjang be
lum ada lagi.
3) Pelaksanaan Program Pelatihan pada BLKI Maka
ssar berfokus pada pelaksanaan pelatihan berba
sis kompetensi (CBT) belum sepenuhnya dilaks
anakan.
4) Evaluasi Pelatihan pada BLKI Makassar menun
jukkan bahwa penilaian pelayanan pelatihan
telah dilakukan namun hasilnya sebatas menjadi
bahan koreksi dan perbaikan bagi manajemen.
5) Dukungan revitalisasi manajemen pelatihan pada
Balai Latihan Kerja Industri Makassar terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar, me

23

nunjukkan bahwa BLKI Makassar sangat men
dukung penyerapan tenaga kerja di Kota Makas
sar.
Langkah-langkah penelitian yang digunakan
adalah model yang dikemukakan oleh Goad dengan
dimodifikasi sedikit perbedaanya pada kegiatan ana
lisis atau identifikasi kebutuhan dimana menurut
Goad merupakan kegiatan tersendiri, namun pada
penelitian yang dilakukan oleh Fitroh Hanrahmawan
disatukan menjadi salah satu indikator pada variabel
perencanaan program pelatihan. Ketiga variabel lain
yakni pengembangan, pelaksanaan dan evalusi pela
tihan sama dengan teori dimaksud.
Relevansinya dengan penelitian sekarang
bahwa dalam kegiatan pelatihan ini menggunakan
langkah-langkah yang dikolaborasikan antara pakar
yang satu dengan yang lainnya. Dan ada aspek tam
bahan dalam langkah-langkah pelatihan tersebut.
Alfaris Sujoko (2012:54) melaksanakan peneli
tian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Guru
Mata Pelajaran melalui In-House Training”.
1. Berdasarkan analisis data dan hasil tindakan
disimpulkan bahwa pelaksanaan IHT signifikan
dapat meningkatkan kemampuan guru mata
pelajaran dalam mengimplementasikan RPP ber
muatan PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi.
2. Data yang diperoleh menunjukan 9 orang guru
tetap (GTY) yang dijadikan objek penelitian dan
setelah diadakan tindakan In House Training,
guru tersebut sudah mempunyai kemampuan da
lam kategori sama dengan lebih baik dalam meng
implementasikan RPP yang bermuatan PBKB.
3. Langkah-langkah IHT yang dapat meningkatkan
kemampuan guru mengimplementasikan nilaianilai PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi
adalah :
a) menjelaskan penyusunan RPP yang memasuk
kan nilai-nilai PBKB

24

b) penjelasan tentang konsep paikem yang identik
dengan pengimplementasian nilai-nilai PBKB.
c) penjelasan tentang pengajaran nilainilai PBKB
yang terintegrasi dalam mata pelajaran.
d) mendiskusikan model pembelajaran yang
berkonsep paikem dan menanamkan nilai-nilai
PBKB.
e) mengadakan micro teaching ( simulasi) mengim
plementasikan nilai-nilai PBKB.
f) melakukan refleksi terhadap kegiatan in house
training
g) memberikan penilaian dan sharing terhadap 2
sampel dokumen dalam bentuk film pada saat
guru diobservasi pada siklus 1, dan
h) memberikan contoh materi sisipan untuk
membantu pengenalan nilai-nilai PBKB
Relevansinya terhadap penelitian sekarang,
bahwa dengan adanya kegiatan pelatihan dengan
model In House Training (IHT), dengan menggunakan
langkah-langkah kegiatan yang sesuai dengan ran
cangan akan mampu merubah mind set peserta
pelatihan. Sehingga disamping peserta pelatihan
memperoleh konsep yang benar (pada peletihan ini
penulisan karya tulis ilmiah) mampu melaksanakan
penelitian dan menyusun laporan hasil penelitiannya
sesuai dengan kaidah penulisan karya tulis yang
benar.
Muniroh munawar dkk dengan judul: “Pengem
bangan model pembelajaran inovatif melalui pende
katan in house training berbasis kearifan budaya
lokal“ pada Pos PAUD Binaan KKN IKIP PGRI Sema
rang di Kota Semarang. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa adanya meningkatkan kompe
tensi tutor/ pendidik paud dalam merancang model
pembelajaran yang inovatif berbasis kearifan budaya
lokal, yaitu jika pada siklus I (asesmen awal) mem
punyai nilai rata-rata antara 1 s.d 1,9 sedangkan
pada siklus II mempunyai nilai rata-rata antara 2,7

25

s.d 3,6.Hasil nilai rata-rata tersebut menun jukkan
bahwa adanya peningkatan kemampuan guru dalam
merancang model pembelajaran inovatif berbasis
kearifan budaya lokal melalui pendekatan in house
training.
Dari uraian di atas tentang beberapa pelaksana
an penelitian dengan In House training (IHT), maka
dapat diyakini bahwa program kegiatan In House
Training yang di desain sesuai dengan manajemen
pelatihan maka pelatihan tersebut dapat menjadikan
solusi untuk mengatasi kesenjangan dan memenuhi
kebutuhan peserta pelatihan dengan maksimal.
Program pelatihan dapat dikatakan efektif apabila
setelah selesai mengikuti sebuah kegiatan pelatihan
peserta pelatihan memiliki sikap yang lebih positif,
terhadap pekerjaan yang menjadi bidangnya, lebih
berpengetahuan dan lebih terampil dalam mengolah
dan mengerjakan pekerjaan yang menjadi bidang
nya. Ilmu yang diperoleh melalui kegiatan pelatihan
bukan hanya untuk diri sendiri namun mampu
mentransfer ilmunya kepada orang lain yang membutuhkan.
Dari uraian penelitian yang relevan dapat di
ketahui bahwa pada setiap gagasan/pendapat para
pakar tentu ada kelebihan dan kekurangan. Hal
tersebut dapat di lihat pada tabel dibawah ini.

26

Tabel 2.1
Judul penelitian yang relevan beserta
langkah-langkahnya
NO NAMA PENELITI
JUDUL
A
PENELI
TIAN RELEVAN
1 Tin Tun et.al
In-house BSL-3
(2009:89)
User Training:
Development and
Implementation of
Programme
at the Nanyang
Technological
University in
Singapore

2

Norhasni Zaenal The Practice of
Abidin (2006:
Training Program
15)
Design at Selected
Training
Institutes in
Malaysia

3

Fitroh
Hanrahmawan
(2010:90)

Revitalisasi
manajemen
pelatihan tenaga
kerja
(studi kasus pada
balai latihan kerja
industri makassar)

4

Alfaris Sujoko

Peningkatan
Kemampuan Guru
Mata Pelajaran
melalui In-House
Training

LANGKAH-LANGKAH

1)

Aturan-aturan hukum, peratur
an, pedoman dan persya ratan
Fasilitas;
2) Bio-budaya kesela mat an dan
konsep;
3) Prosedur standar dan praktek
laboratorium;
4) alat-alat laboratorium dan pe
meliharaan; darurat;
5) Persyaratan adminis tratif; dan
6) Prosedur aplikasi/protokol yang
diadopsi pada fasilitas.
1) menganalisis kon teks pelatihan
dan peneri ma;
2) mengidentifikasi kebu tuhan
pelatihan;
3) menentukan tujuan;
4) memilih isi program,
5) memilih sumber daya;
6) menentukan anggaran dan;
7) mengevaluasi program.
1) Analisis kebutuhan pelatihan
(analyze to determine training
requirements),
2) Desain pendekatan
pelatihan
(design the training approach),
3) Pengembangan materi pelatihan
(develop the training materi als),
4) Pelaksanaan pelatihan (conduct
thetrain ing), dan
5) Evaluasi dan pemuta khiran
pelatihan (evaluate andupdate
the training).”
a) menjelaskan penyusunan RPP
yang memasukan nilai-nilai PBKB
b) penjelasan tentang konsep pai
kem yang identik dengan peng
implementasian nilai-nilai PBKB.
c) penjelasan tentang peng ajaran
nilainilai PBKB yang terintegrasi
dalam mata pelajaran.
d) mendiskusikan model pembel
ajaran yang berkonsep paikem
dan
menanamkan
nilai-nilai
PBKB.
e) mengadakan micro tea ching (
simulasi) meng implementasikan
nilai-nilai PBKB.

27

5

Muniroh
munawar dkk

Pengembangan
Model
Pembelajaran
Inovatif Melalui
Pendekatan In
House Training
Berbasis Kearifan
Budaya Lokal

f) melakukan
refleksi
terhadap
kegiatan in house training
g) memberikan penilaian dan sha
ring terhadap 2 sampel dokumen
dalam bentuk film pada saat guru
diobservasi pada siklus 1, dan
h) memberikan contoh materi sisi
pan untuk membantu pengenal
an nilai-nilai PBKB
a. Kebutuhan nyataakan pelatih
an
b. Perumusan tujuan pelatihan
c. Pemilihan strategi dan metode
pelatihan, ada beberapa metode
yang lazim digunakan da lam
pelatihan, diantaranya: (a) Latih
an dilapangan; (b) Simulasi; (c)
Metode kasus; (d) Latihan man
diri; (e) Seminar;
d. Penyusunan komposisi silabus
e. Pembiayaan
program latihan;
dan

f.
B
1

2

Evaluasi program pe nataran /
pelatihan.

PENGGAGAS
Dag Roll-Hansen In-house training
(2012:17)
in statistical
organisations
Some issues to
consider and
suggestions for
courses

Goad (Fitroh
Hanrah
mawan, 2010:
81)

-

1. Mengidentifikasi kebutuhan pela
tihan. Hal ini harus dilakukan
baik untuk kebutuhan NSI dan
karyawan individu.
2. Prioritaskan
kebutuhan pelatih
an dan mengembangkan rencana
pelatihan.
3. Menginformasikan semua karya
wan
kemungkinan
pelatihan
diadakan lebih awal
4. Mengembangkan rutinitas memi
lih peserta untuk wajib mengikuti
pelatihan.
5. Mengembangkan rutinitas untuk
menerapkan pelatihan sukarela,
serta rutin untuk memilih di
antara pelamar.
6. Identifikasi
orang
yang tepat
atau lembaga untuk melakukan
pela tihan
7. Mengorganisir pelatihan.
8. Mengevaluasi pelatihan.
1) Analisis kebutuhan
pelatihan
(analyze to determine training
require ments),
2) Desain pendekatan pe latihan
(design the training approach),
3) Pengembangan
mate ri
pelatihan (develop the training
materi als),
4) Pelaksanaan pelatihan (conduct
thetraining), dan
5) Evaluasi
dan
pemutakhiran

28

3

4

Nurhasni
Zaenal Abidin
(2006:9)

Louis Genci
(Mustofa
Kamil,2003:1
0)

1.
2.

-

3.
4.
5.
6.
7.
1.

2.

3.

4.

pelatihan (evaluate andupdate
the training).”
menganalisis konteks pelatihan
dan penerima;
mengidentifikasi
kebutuhan
pelatihan;
menentukan tujuan;
memilih isi program,
memilih sumber daya;
menentukan anggaran dan;
mengevaluasi program
Langkah pertama,mengkaji alas
an dan menetapkan program
latihan.
Kegiatan lainnya mencakup
1) identifikasi kebutuh an,
2) Penentuan tujuan latihan,
3) Analisis isi latihan, dan
4) pengorganisasian
pro gram latihan.
Kedua, merancang tahapan pe
laksanaan latihan.
Kegiatannya mencakup
1) penentuan
pertemuan-per
temuan formal dan informal
selama latihan ( training ses
sions ), dan
2). Pemahaman terhadap masa
lah-masalah pada peserta
latihan.
ketiga memilih sajian yang efek
tif.
Kegiatannya menca kup
1) pemilihan
dan penentuan
jenis-jenis sajian,
2) pengkondisian ling kungan
termasuk di dalamnya peng
gunaan sarana belajar dan
alat bantu, dan
3) penentuan
media komu
nikasi.
keempat,
melaksanakan dan
menilai hasil latihan.
Kegiatannya meliputi
1) transformasi penge tahuan
dan keteram pilan dan nilai
berdasarkan program latih
an, serta
2) evaluasi tentang peru bahan
tingkah laku peserta setelah
mengi kuti program latihan

29

Sedangkan kelebihan dan kekurangannya
langkah-langkah kegiatan dari penelitian yang rele
van diatas antara lain sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kelebihan dan kekurangan langkah-langkah
kegiatan dari penelitian
yang relevan
NO
A

1

2

NAMA
PENELITI

KELEBIHAN

PENELI
TIAN
RELEVAN
Tin Tun et.al 1) Adanya Aturan-atur
(2009:89)
an hukum, peratur
an, pedoman dan
persyaratan
Fasilitas;
2) Adanya
prosedur
standar
Norhasni
Zaenal
Abidin
(2006: 15)

3

Fitroh
Hanrahmawa
n (2010:90)

-

4

Alfaris
Sujoko

-

5

Muniroh
munawar
dkk

-

B

PENGGA-GAS

1

Dag RollHansen
(2012:17)

KEKURANGAN

1. Belum ada rencana anggaran
kegiatan,
2. Belum ada penyusunan propo
sal,
3. Belum ada panduan pelaksa
naan kegiatan.
1. Belum ada pengkajian undangundang sebagai dasar peksa
naan kegiatan,
2. Belum ada penyusunan propo
sal,
3. Belum ada panduan pelaksana
an kegiatan
1) Belum ada peng kajian undangundang sebagai dasar peksa
naan kegiat an,
2) Belum ada rencana anggaran
kegiatan,
3) Belum ada penyusunan propo
sal,
4) Belum ada panduan pelaksana
an kegiatan.
Langkah-langkah yang diguna
kan oleh Alfaris Sujoko masih
bersifat khusus pada kegiatan
penyusunan RPP.
1. Belum ada pengkajian un
dang-undang sebagai dasar
peksana an kegiatan,
2. Belum ada penyu sunan
proposal,
3. Belum ada panduan pelaksa
naan kegiatan

Mengembangkan ruti 1.
nitas untuk menerap
kan pelatihan suka
rela, serta rutin untuk 2.
memilih diantara pela
3.
mar.

Belum ada peng kajian undangundang sebagai dasar peksa
naan kegiat an,
Belum ada rencana anggaran
kegi atan,
Belum ada penyusunan propo

30

2

Goad
(Fitroh
Hanrah
mawan,
2010: 81)

3

Nurhasni
Zaenal
Abidin
(2006:9)

4

Louis
Genci
(Mustofa
Kamil,200
3:10)

-

1) pemahaman
terhadap masa
lah-masalah pada
peserta latihan.
2) evaluasi tentang
perubahan
tingkah laku
peserta setelah
mengikuti
program latihan.”

sal,
4. Belum ada panduan pelaksana
an kegiatan.
1) Belum ada peng kajian undangundang sebagai dasar peksa
naan kegiatan,
2) Belum ada rencana anggaran
kegiatan,
3) Belum ada penyusunan propo
sal,
4) Belum ada panduan pelaksana
an kegiatan.
1) Belum ada peng kajian undangundang sebagai dasar peksana
an kegiatan,
2) Belum ada penyusunan propo
sal,
3) Belum ada panduan pelaksana
an kegiatan.
1) Belum ada rencana anggaran
kegiatan,
2) Belum ada penyusunan propo
sal,
3) Belum ada panduan pelaksana
an kegiatan.

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa lang
kah-langlah pelatihan yang dikukuhkan oleh para
pakar/penggagas tentunya ada kelebihan dan keku
rangannya. Sehingga untuk menentukan suatu pe
latihan yang efektif perlu adanya koleborasi antara
langkah-langkah dari pendapat yang satu dengan
pendapat yang lain. Sedangkan manakala langkahlangkah tersebut ada kelebihannya perlu diambil
sebagai tambahan dalam penelitian sekarang, mana
kala langkah-langkah tersebut ada kekurannya perlu
adanya penambahan dari gagasan sendiri sebagai
peneliti.
Dalam hal ini, langkah-langkah yang dikemu
kakan oleh para pakar yang ada nilai kelebihannya
adalah langkah-langkah yang dikemukakan oleh:

31

1. Tin-Tun et.al (2009:90), kelebihannya adalah:
1) aturan-aturan hukum, peraturan, pedoman
dan persyaratan Fasilitas;
2) adanya prosedur standar”
2. Dag Roll-Hansen (2012:17), kelebihannya
adalah:
1) mengembangkan rutinitas untuk menerap
kan pelatihan sukarela, serta
2) rutin untuk memilih di antara pelamar.
3. Louis Genci (Mustofa Kamil,2003:10), kelebih
annya adalah:
1) pemahaman terhadap masalah-masalah pa
da peserta latihan.
2) evaluasi tentang perubahan tingkah laku pe
serta setelah mengikuti program latihan.”
Sedangkan kelemahan-kelemahan yang ada
pada penelitian yang relevan ada pada penelitian
yang dilaksanakan oleh Alfairs sujoko. Karena pada
pelaksanaan penelitian dengan menggunakan kegiat
an In House Training (IHT) langkah-langkahnya ma
sih bersifat khusus dalam penulisan RPP.
Sehubungan dengan pembahasan tersebut di
atas, dalam pelaksanaan ini peneliti menggunakan
langkah-langkah pelatihan yang telah diuraikan di
depan dengan penambahan beberapa aspek langkahlangkah yang merupakan salah satu aspek kelebihan
yang ada dan dua aspek langkah-langkah kegiatan
merupakan gagasan peneliti sendiri. Penambahan
Langkah-langkah tersebut antara lain sebagai beri
kut:
1) Pengkajian undang-undang/peraturan pemerintah
2) Penyusunan proposal sebagai langkah awal untuk
pengajuan kegiatan kepada Instansi terkait serta.
3) Penyusunan pedoman/panduan kegiatan pelatih
an bagi panitia, Instruktur, peserta

32

2.5 Kerangka Pikir
Berawal dari pengkajian permenegpan nomor
16 tahun 2009 tentang Jabatan Guru dan Angka
Kreditnya, Bab V pasal 11 sub c mengamanatkan
bahwa: Unsur dan sub unsur kegiatan Guru yang
dinilai angka kreditnya adalah: Pengembangan kepro
fesian berkelanjutan, meliputi: 1). Pengembangan diri
2). publikasi Ilmiah 3). karya Inovatif. E.E Manginda
an (2009:8). Kesenjangan yang ada yaitu rendahnya
kemampuan penulisan karya tulis ilmiah bagi para
tenaga pendidik SD Negeri 1 Ngadirejo, Kecamatan
Ngadirejo Kabupaten Temanggung, padahal untuk
kenaikan tingkat harus ada dokumen laporan karya
tulis ilmiah hasil penelitian/kajian. Sedangkan
tenaga pendidik di SD Negeri 1Ngadirejo dalam ku
run waktu 7 sampai 10 tahun belum bisa mengha
silkan produk yang berupa laporan penelitian/kajian
ilmiah yang sesuai dengan uncdang-undang maupun
peraturan pemerintah yang berlaku.
Unsur dan sub unsur kegiatan Guru yang
dinilai angka kreditnya adalah: Pengembangan kepro
fesian berkelanjutan, meliputi: 1). Pengembangan
diri: 2).publikasi Ilmiah 3). karya Inovatif.Dalam pem
binaan dan pengembangan profesi guru Buku 5
(2010:5-6) di sebutkan bahwa Publikasi Ilmiah pada
Kegiatan PKB terdiri dari tiga kelompok kegiatan.
1).Presentasi pada Forum Ilmiah, 2). Publikasi hasil
penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendi
dikan formal. 3). Publikasi buku teks pelajaran, buku
pengayaan dan/atau pedoman guru. Publikasi ilmiah
guru terdiri dari empat kelompok, yakni: (1) Laporan
Hasil Penelitian, (2) Tinjauan Ilmiah, (3) Tulisan Ilmi
ah Popular, (4) Artikel Ilmiah.
Semantara kondisi di lapangan masih belum
ada kemauan dan kemampuan untuk melakukan
kegiatan penulisan karya ilmiah yang dibutuhkan
untuk persyaratan kenaikan pangkat kejenjang yang
lebih tinggi. Atas dasar hal tersebut peneliti mengim
plementasikan program kegiatan In House Training.

33

Karena dengan In House Training yang di desain
sesuai dengan manajemen pelatihan akan mampu
menjadi solusi dalam mengatasi masalah yang ada.
Hal tersebut sangat beralasan karena:
a. Perencanaan penyusunan program kegiatan pela
tihan diawali dengan pengkajian/pemahaman
undang-undang maupun peraturan yang berlaku,
selan jutnya di musyawarahkan dengan tenaga
pendi- dik termasuk menganalisis kebutuhan
yang diperlukan.
b. Pelaksanaan Program kegiatan pelatihan yang
merupakan kegiatan inti dapat diwujudkan dengan:
1) kehadiran peserta pelatihan dalam setiap
pertemuan,
2) semangat peserta pelatihan tumbuh dan
berkembang dengan baik, hal ini terbukti
bahwa dalam pelaksanaan kegiatan program
kegiatan pelatihan terjadi komuniasi dua
arah, setiap konsep baru yang belum dipa
hami langsung bisa dikonfirmasikan kepada
instruktur. Begitu pula instruktur siap
merespon dan memberikan konsep yang
diharapkan oleh peserta secara langsung. Ini
berarti perubahan mind set pada peserta
pelatihan sedikit demi sedikit akan berkem
bang menjadi lebih baik.
3) kegiatan diskusi yang dilakukan oleh kelom
pok, dapat dipantau langsung oleh instruk
tur, permasalahan dan hambatan dalam
setiap kelompok langsung dapat teratasi
pula.
4) pada setiap akhir pertemuan kegiatan peser
ta pelatihan dapat merasakan adanya peru
bahan dengan bertambahnya pengetahuan,
keterampilan yang didapatkan.
c. Evaluasi kegiatan (kondisi instruktur maupun
peserta pelatihan, serta proses kegiatan pembel

34

ajaran) langsung dapat dikomunikasikan antara
panitia penyelenggara, instruktur dan peserta
pelatihan. Sehingga ketiga pihak langsung
mengetahui kelebihan dan kekurangan pelaksana
an program kegiatan tersebut.
Gambar 2.3
Kerangka Pikir

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa:
1) Kemampuan penulisan karya tulis ilmiah/ penyu
sunan laporan hasil penelitian tindakan kelas yang
masih rendah perlu adanya penanaman konsep
tentang penulisan KTI.
2) Untuk penanaman konsep KTI perlu diadakan
tindakan yaitu Pendidikan dan latihan.
3) Pendidikan dan latihan yang mampu menjadi
solusi adalah model In House Training (IHT)
4) Dengan kegiatan pendidikan dan latihan menggun
akan model In House Training (IHT) kesenjangan
dapat teratasi
Atas dasar hal tersebut peneliti menyatakan
bahwa implementasi kegiatan pelatihan dengan
model In House Training mampu meningkatkan

35

kemampuan penulisan karya ilmiah bagi guru SD
Negeri 1 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo.

2.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir tersebut diatas
peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitian
yaitu:
1. Penerapan program pelatihan In House training
diduga dapat meningkatkan penulisan karya
ilmiah bagi guru-guru SD Negeri 1 Ngadirejo.
2. Penerapan program pelatihan In House Training
dapat meningkatkan kemampuan penulisan kar
ya tulis ilmiah/penyusunan laporan hasil peneli
tian tindakan kelas bagi guru-guru SD Negeri 1
Ngadirejo, jika dari 22 guru/peserta pelatihan In
House Training ada 13 orang berhasil mampu
menulis karya tulis ilmiah /penyusunan laporan
hasil penelitian tindakan kelas dengan predikat
cukup layak dan layak, sesuai dengan kaidah
penulisan yang benar.

36

Dokumen yang terkait

2.1.2. Kualitas Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar dengan Model Picture and Picture pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD

0 0 15

1.2. Setting Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar dengan Model Picture and Picture pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar dengan Model Picture and Picture pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD

0 0 30

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATA PELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM YANG TERJADI DI INDONESIA DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DI SD N 03 GETAS KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELA

0 0 15

A. Standar Kompetensi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar dengan Model Picture and Picture pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD

0 0 66

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Mengunakan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Inquiry pada Mata Pelajaran IPA

0 0 14

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament pada Siswa Kelas V

0 1 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis, Setting, dan Waktu Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament pada Siswa

0 0 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus (Kondisi Awal) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament pada Siswa Ke

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Pendidikan dengan Model in House Training (IHT) bagi Guru SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 6