BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD N Plumutan Kecamatan Bancak Kabupaten Sema

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Dalam era global, teknologi dan ilmu pengetahuan telah menyentuh semua aspek pendidikan sehingga informasi lebih mudah diperoleh, hendaknya menjadikan anak lebih berpartisipasi aktif sehingga melibatkan intelektual dan emosional siswa dalam proses belajar. Keaktifan disini berarti fisik secara aktif dan tidak terfokus pada suatu sumber informasi yaitu guru. Dalam Undang-Undang 20 (2005:72) Pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

  Kurikulum merupakan seperangkat/sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar. Sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi sekolah atau pengawas, berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulurn itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

  Menurut Hosnan (2014:3) memberi pengertian bahwa belajar adalah proses membangun pemahaman atau pemaknaan terhadap informasi dan atau pengalaman siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang diciptakan guru. Menurut Sudjana (2014:9) belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Dalam upaya mencapai tujuan kurikuler program pendidikan di suatu lembaga pendidikan, maka perlu dirumuskan suatu tujuan pembelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan manusia untuk memperoleh suatu perubahan tingah laku baik dalam bentuk pengetahuan maupun sikap dan hal-hal yang positif.

  Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendukung proses belajar dan mengajar antar guru dengan siswa. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan media, metode, strategi, dan pendekatan apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Hosnan (2014:4) mengemukakanbahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran bukan hanya guru yang harus bersikap aktif, tetapi siswa juga dituntut untuk aktif dalam membentuk pengetahuannya sendiri melalui pengalaman langsung. Hal tersebut serupa dengan maksud dan tujuan dari pembelajaran IPA (Ilmu Pengetehuan Alam). ` Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan. Dalam IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat sebaiknya dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik atau ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, kerja, mempraktekan langsung dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Maka dari itu pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman bekerja melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

  Menurut Ahmad Susanto (2013:165) dalam proses pembelajaran IPA guru dituntut untuk kreatif dalam mengolah pelajaran sehingga pembelajaran berjalan dengan baik, siswa merasa nyaman dan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Upaya dalam meningkatkan hasil belajar sangat tergantung pada kreatifitas guru dalam mengolah pembelajaran dengan memunculkan ide-ide dan gagasan-gagasan baru agar pembelajaran lebih menarik dan membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih tercapai.

  Menurut Daryanto (2014:51) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai tekniuk, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal darimana saja, kapan saja, tidak tergantung informasi seorah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu sendiri dari berbagai sumber dan tidak hanya diberi tahu.

  Seiring berjalannya waktu, dalam ilmu pendidikan muncullah berbagai model pembelajaran yang diciptakan untuk mendukung proses belajar mengajar. Guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang sudah ada ini agar mempermudah siswa untuk memahami pembelajaran yang telah disampaikan. Pemilihan model lebih aktif dalam proses pembelajaran. Semula pembelajaran yang masih berpusat pada guru atau sering disebut teacher center sekarang berubah menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Siwa yang lebih aktif dan guru hanya berperan sebagai fasilitator, pembimbing siswa. Dengan adanya siswa diberi kesempatan lebih aktif dalam pembelajaran maka hal itu dapat menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa.

  Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran IPA sekarang dan cocok untuk dikolaborasikan dengan pendekatan saintifik adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah. Menurut Tan dalam Rusman (2010:229) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

  Menurut Rusman (2010:27) Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan. Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat diambil simpulan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek.

  Dengan diterapkannya model PBM diharapkan siswa akan lebih aktif dalam suatu pembelajaran. Siswa tidak hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru didepan, namun siswa disini berperan aktif untuk mencari permasalahan- permasalahan kemudian siswa juga berusaha mencari solusi untik memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian siswa akan memahami dasar-dasar dari pembelajaran tersebut, tidak hanya sekedar tau dari penjelasan guru namun siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran diharapkan ada perubahan pada hasil belajar siswa, tentunya penulis berharap agar hasil belajar siswa akan meningkat, dan minat belajar siswa akan lebih tinggi.

  Nuri dan wikandi dalam Trianto (2011:143) menyatakan bahwa, proses pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori, dan sikap ilmiah yang akhirnya dapat mempengaruhi kualitas pendidikan maupun produk pendidikan. Khusus mata pelajaran IPA di SD, sebagaimana dituangkan dalam (Peraturan Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)), termasuk ke dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelompok mata pelajaran ini pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berfikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Oleh karena itu pembelajaran di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap tahun pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Berdasarkan (Peraturan Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI)) maka model Pembelajaran Berbasis Masalah mendukung pembelajaran IPA karena pada langkah PBM didasarkan pada masalah nyata yang membutuhkan penyelesaian melalui praktek percobaan sehingga menghasilkan pengetahuan yang bermakna bagi siswa.

  Namun permasalahan yang penulis dapatkan setelah melakukan observasi pada guru dan siswa SD Negeri Plumutan, pada kenyataannya guru belum dikarenakan prosesnya yang lama dan sulit untuk dipraktekkan pada siswa SD, sedangkan pada pembelajaran IPA dikejar materi yang banyak dan guru malas untuk melakukan kegiatan eksperimen atau pembelajaran ilmiah. Selain itu guru belum menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif, guru cenderung menggunakan metode konvensional (ceramah) karena itu dianggap mudah dan cepat untuk menyampaikan materi kepada siswa..

  Selama ini jika siswa dihadapkan pada suatu permasalahan siswa SD belum mampu untuk berfikir secara ilmiah. Pendapat tersebut dipertegas deangan adanya teori Piaget dalam Ahmad Susanto (2013:170) bahwa anak pada usia 6-12 tahun itu berada pada tahap operasional konkrit dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Adapun proses-proses penting selama tahapan ini yaitu pengurutan kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran bentuk atau cirri lainnya, klasifikasi kemampuan, decentering anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahn untuk bisa memecahkannya, konservasi memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda tidak berhubungan dengan atau tampilan dari objek atau benda tersebut (Sugandi, 2006:95). Selain itu siswa juga masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran dikelas khususnya pembelajaran IPA dampaknya masih ada beberapa siswa yang nilainya masih di bawah KKM.

  Dengan adanya keragu-raguan penerapan pendekatan Saintifik melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Penulis akan melakukan penelitian pada siswa kelas 4 SD dengan menerapkan pendekatan Saintifik melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah pada pembelajaran IPA. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD setelah diterapkannya pendekatan saintifik melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah dan pembelajaran konvensional.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka permasalahan di kelas

  4 SD Negeri Plumutandapat diidentifikasikan bahwa dalam mengelola kelas itu sangat diperlukan kreatifitas yang sangat tinggi bagi guru, karena pada fakta-fakta yang telah ada banyak sekali siswa yang belum aktif untuk mengikuti suatu pembelajarn. Siswa cenderung pasif dan masih malu-malu untuk mengungkapkan pendapatnya. Kurangnya keaktifan siswa tersebut diakibatkan oleh suatu pembelajaran yang membosankan dan pembelajaran berpusat pada guru, sehingga siswa lebih banyak diam, mendengarkan dan mencatat apa yang di sampaikan oleh guru. Guru belum menggunakan model-model pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk menyampaikan materi pelajaran. Guru lebih sering menggunakan pembelajarn dengan metode konvensional (ceramah) karena hal itu dianggap mudah bagi guru untuk diterapkan kepada siswa agar materi pembelajaran juga cepat selesai. kareana guru kurang kreatif dalam mengolah pembelajaran maka berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah, masih ada sebagian siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Maka dari itu untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA akan diterapkan pembelajaran dengam menggunakan pendekatan Saintifik melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada siswa kelas 4 SD Negeri Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang.

  1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

  1. Apakah hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD yang diajar menggunakan Pendekatan saintifik melalui model PBM terdapat perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

  2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan penerapan pendekatan saintifik

  IPA siswa kelas 4 SD Negeri Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang?

  1.4 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara penggunaan pendekatan saintifik melalui model PBM dengan pembelajaran menggunakan metode konvensionl.

1.5 Manfaat Penelitian

  Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Manfaat Teoritis

  Manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pendidikan sekolah dasar di bidang IPA terutama bagi para pendidik untuk lebih mengenal macam-macam model pembelajaran terutama model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Manfaat Praktis

  1. Bagi siswa meningkatkan semangat dan motivasi belajar dalam pembelajaran,

  2. Bagi guru dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan pembelajaran di kelas 4 dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM),

  3. Bagi sekolah lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dalam semua mata pelajaran.

Dokumen yang terkait

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Kesongo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang S

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Kesongo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 17

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Semes

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Semes

0 0 13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01

0 0 35

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Semes

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Semes

0 0 72

Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan Panti Wredha Salib Putih Salatiga Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesehatan Spiritual Lanjut Usia di Getasan dan Panti Wredha Salib Putih Salatiga

1 1 40

Kesehatan Spiritual dan Kesiapan Lansia dalam Menghadapi Kematian Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesehatan Spiritual dan Kesiapan Lansia dalam Menghadapi Kematian

0 1 57