BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sekolah Adiwiyata

  Adiwiyata dapat diartikan sebagai suatu tempat yang baik dan ideal. Suatu tempat untuk mendapatkan dasar berbagai ilmu pengetahuan dan norma serta etika. Sehingga manusia mempunyai dasar untuk mencapai kesejahteraan hidup dalam cita-cita pembangunan berkelanjutan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Direktorat Jendral Pendidikan Menengah mendukung pengembangan program Adiwiyata di sekolah menengah atas dan diharapkan program ini dapat menjadi bagian dari kurikulum di sekolah. Program Adiwiyata yang penting dapat diterapkan sebagai bagian dari pengembangan pendidikan karakter siswa (Panduan Adiwiyata 2012).

  Tujuan program adiwiyata dicapai dengan langkah menetapkan 4 (empat) komponen program adiwiyata. Empat komponen ini sebagai satu kesatuan yang utuh. Kebijakan berwawasan lingkungan merupakan komponen pertama, memiliki standar kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan standar RKAS serta standar program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Komponen kedua adalah pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, memiliki standar tenaga pendidik yang kompeten dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup, dan standar peserta melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif menjadi komponen ketiga yang memiliki standar melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah dan standar menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain). Komponen terakhir adalah pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Komponen ini mempunyai kriteria yakni ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan. Dan didukung standar peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah.

  Program Sekolah Adiwiyata akan memberikan lima keuntungan bagi pesertanya. Keuntungan yang pertama yaitu mendukung pencapaian standar kompetensi/kompetensi dasar dan standar kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah. Keuntungan kedua adalah penggunaan dana operasional sekolah semakin efisien. Terjadi penghematan dan pengurangan biaya dari bebagai sumber daya dan energi. Sedangkan keuntungan ketiga yakni menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif. Keuntungan lain adalah sekolah menjadi tempat pembelajaran nilai-nilai karakter pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar. Warga sekolah dan masyarakat sekitar pengelolaan pelestarian lingkungan. Dan keuntungan kelima adalah adanya peningkatan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan di sekolah

2.2 Pentingnya Sekolah Adiwiyata

  Tujuan program Sekolah Adiwiyata mempunyai tujuan terwujudnya warga sekolah yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Warga sekolah mampu melindungi dan pengelolaan lingkungan hidup dengan tata kelola sekolah yang baik sehingga pembangunan berkelanjutan dapat berlangsung. Tujuan program mendasar sekali sehingga penting sekali diadakan program Sekolah Adiwiyata.

  Program ADIWIYATA bertujuan membentuk karakter warga sekolah, untuk peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus mendukung dan mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki karakter bangsa terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai pembangunan berkelanjutan di daerah. (Panduan Adiwiyata 2012)

  Dari latar belakang di atas, dapat kita pahami bahwa Sekolah Adiwiyata disiapkan untuk menjadi sekolah berbudaya dan peduli lingkungan. Diharapkan karakter ini menjadi habitus warga sekolah dan disebarluaskan dan diimplementasikan disetiap segi kehidupan. Ketika nantinya alumni-alumni ini terjun kemasyarakat, pekerjaan ataupun pengambil kebijakan publik tetap mempunyai budaya dan peduli pada pelestarian lingkungan.

2.3 Pelaksanaan Program Adiwiyata

  Program Adiwiyata merupakan salah satu kebijakan Kementrian Lingkungan Hidup bekerjasama Kementri Pendidikan dan Kebudayaan (Pedoman 2012) untuk mengelola dan melestarikan lingkungan hidup guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Melalui Program Sekolah Adiwiyata, sekolah turut berpartisipasi dalam mengelola dan melestarikan lingkungan. Sekolah menanamkan karakter peduli dan budaya lingkungan melalui kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dan pengelolaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan.

2.4 Evaluasi

  Sebelum membahas lebih jauh Sekolah Adiwiyata perlu dipahami maksud dan tujuan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk memeriksa persesuaian antara tujuan dan hasil yang dicapai (Ibraham 2007). Lebih lanjut Ibraham menjelaskan bahwa evaluasi digunakan untuk umpan balik untuk keperluan memperbaiki bagian-bagian program yang lemah. Arikunto (2004) berpendapat lain, evaluasi merupakan kegiatan mengumpulkan informasi mengenai pekerjaan sesuatu. Selanjutnya informasi tersebut dimanfaatkan untuk menentukan jalan alternatif lain yang tetap dalam menentukan suatu keputusan.

  Lebih rinci Wirawan (2012) mendefinisikan evaluasi atau evaluasi riset sebagai riset untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi, memilahnya dengan membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi.

  Dari tiga pendapat di atas dapat diartikan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi untuk bahan perbaikan pengambilan keputusan.

2.5 Program

  Perlu dipahami bahwa Sekolah Adiwiyata merupakan bagian dari program pendidikan. Untuk itu pada awal bab ini akan dibahas terlebih dahulu tentang pengertian program itu sendiri sebelum membahas Sekolah Adiwiyata. Pengertian program menurut Wirawan (2012) adalah suatu kegiatan yang direncanakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan dalam waktu yang lama. Sejalan dengan Wirawan (2012) dan Jaedun (2010) mendifinisikan program sebagai sebuah rencana yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk mencapai tujuan.

  Sedangkan Arikunto (2004) menerangkan pengertian program lebih luas, yaitu program dapat dipahami dalam dua pengertian, secara umum dan khusus. Pengertian secara umum program dapat diartikan sebagai rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Secara khusus, pengertian program dihubungkan dengan evaluasi yang bermakna kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, yang berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

  Program menurut Wirawan dan Jaedun menitikberatkan pada suatu perencanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan Arikunto memberi pengertian tentang program lebih luas yaitu suatu perencanaan yang dilakukan organisasi dalam bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan di masa yang akan datang.

  Pengertian program dari tiga pendapat di atas dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam waktu pelaksanaannya yang relatif panjang, terdiri atas rangkaian kegiatan yang membentuk satu sistem yang berkaitan satu sama lainnya dengan melibatkan beberapa orang untuk melaksanakannya.

  Pengertian program yang dikemukakan oleh ketiga ahli di atas, terlihat bahwa pengertian program cukup lengkap, namun dua definisi tersebut tidak menyinggung masalah anggaran dan dampak pelaksanaan program tehadap lingkungan sekitar. Tanpa anggaran maka program tidak bisa berjalan dengan baik. Sehingga dalam menjalankan program sebaiknya tidak hanya mengandalkan sistem yang berlaku karena instrumen input terkadang susah dikendalikan seiring perkembangan global dan kepesertaan warga sekolah terhadap pelaksanaan program.

  Di dalam penelitian ini, yang dimaksud program adalah suatu perencanaan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan memanaj berbagai sumber daya termasuk anggaran yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.

  Sehingga evaluasi program dapat diartikan sebagai memeriksa kesesuaian antara perencanaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi dengan memanaj berbagai sumber daya termasuk anggaran dengan hasil pelaksanaan yang telah dilaksanakan. Sularjo (2016) menjelaskan bahwa tujuan utama dari evaluasi formatif program adalah untuk melakukan evaluasi terhadap prose perencanaan, implementasi dan monitoring terhadap program yang sudah berjalan maupun sedang berlangsung. Manfaat utama dan khusus dari studi evaluasi adalah memberikan masukan untuk perbaikan program yang sedang berjalan sehingga pada akhirnya periode implementasi program dapat dilaksanakan secara lebih baik, tercapai hasil yang optimal yaitu berkelanjutannya dan kemandirian program.

2.6 Evaluasi Program

  Sufflebeam dan Shinkield (2007) berpendapat bahwa evaluasi merupakan pengumpulan dan analisis informasi yang berkualitas bagi pengambil keputusan. Sejalan dengan pendapat itu, Arikunto (2004) menyatakan bawa evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Lebih lanjut, Wirawan (2012) menyatakan evaluasi program merupakan metode-metode sistematik untuk mengumpulkan informasi, menganalisa, dan menggunakan informasi tersebut untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program.

  Dari tiga pendapat di atas Arikunto menekankan bahwa evaluasi program merupakan kegiatan tanpa mendefinisikan lebih rinci kegiatan apa saja yang dapat melihat tingkat keberhasilan suatu program. Sedangkan Sufflebeam dan Shinkield memberikan penjelasan yang lebih rinci bahwa kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi program terdiri atas pengumpulan dan analisis informasi yang berkualitas. Sejalan dengan Sufflebeam dan Shinkield, Wirawan menyatakan bahwa evaluasi program terdiri atas metode-metode sistematik. Dalam hal tujuan program, Arikunto lebih menekankan bahwa tujuan evaluasi program adalah untuk melihat keberhasilan program sedangkan Sufflebeam dan Shinkield dan Wirawan lebih menekankan kepada pengumpulkan informasi dalam rangka kontribusi dalam pengambilan keputusan organisasi. Sayangnya, kedua pendapat tersebut kurang memberikan definisi siapakah yang berhak mengevaluasi program, apa saja yang perlu dievaluasi untuk melihat sukses tidaknya program dijalankan.

  Berdasarkan konteksnya faktor-faktor penentu keberhasilan evaluasi program dipengaruhi oleh kualitas input (program, aktor, sarpras, dll.), kualitas proses (mengumpulkan dan menganalisis informasi secara berkualitas) serta kualitas output berupa realisasi program dan pengambilan keputusan. Namun demikian, banyak faktor yang bisa menghambat pelaksanaan evaluasi program seperti faktor subyektifitas dan minimnya pengetahuan evaluator tentang evaluasi. Untuk menjadi evaluator diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga tujuan evaluasi program dapat tercapai.

  Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa evaluasi dilakukan oleh para ahli professional/ pakar dengan kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan memproses suatu informasi secara berkualitas untuk melihat keberhasilan terhadap suatu program dan kendala-kendala yang dihadapi sehingga organisasi dapat mengambil sebuah keputusan tentang tindak lanjut dari program tersebut.

  Secara teoritis evaluasi program mempunyai enam ciri, yaitu:

  (1) Pertalian menyeluruh, konsep-konsep inti, (2) Hipotesis-hipotesis teruji mengenai bagaimana prosedur evaluasi yang menghasilkan hasil yang diharapkan,

  (3) Prosedur yang dapat diterapkan, (4) Persyaratan etika, (5) Kerangka umum untuk mengarahkan praktik evaluasi program, (6)

  Melaksanakan penelitian mengenai evaluasi program (Stufflebeam & Shinkield, 2007).

  Melalui enam ciri di atas, penyelenggaraan evaluasi program dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Evaluasi yang bertujuan untuk memperbaiki suatu program sering dikenal dengan model evaluasi formatif. Menurut Arikunto (2012), terdapat poin penting dalam evaluasi program yakni pembahasan rangkaian kegiatan untuk melihat ketercapaian program melalui evaluasi dan tindak lanjut keputusan terhadap program tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa hasil akhir evaluasi program adalah pemberian keputusan tindak lanjut terhadap suatu program.

  Terdapat empat macam kebijakan tindak lanjut yang dapat diambil setelah dilakukannya sebuah evaluasi terhadap suatu program sebagai berikut:

  1. Kegiatan tersebut dilanjutkan, karena program tersebut sangat bermanfaat.

  2. Kegiatan tersebut masih dilanjutkan tetapi dengan

revisi, karena pelaksanaanya kurang lancar.

  3. Kegiatan tersebut dimodifikasi ulang, karena diketahui kemanfaatannya masih kurang tinggi.

  4. Kegiatan tersebut tidak dapat dilanjutkan, karena dari data yang terkumpul hasilnya kurang bermanfaat (Arikunto, 2012).

  Sejalan dengan pendapat diatas, menurut Sukardi (2008) evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi dimana suatu tujuan telah dapat tercapai. Proses penentuan kondisi ini, dipahami sebagai pengumpulan informasi guna membuat alternatif-alternatif keputusan.

  Menurut Panduan Adiwiyata (2012,) pelaksanaan program adiwiyata didasarkan pada dua prinsip, yaitu: partisipatif dan berkelanjutan. Partisipatif merupakan keterlibatan warga sekolah yakni guru, sisiwa dan karyawan dalam manajemen sekolah. Manajemen sekolah menyangkut keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan peran. Serta berkelanjutan yang berarti seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif. Dasar ini mengandung pengertian adanya partisipasi dalam melaksanakan program secara berkelanjutan dengan perbaikan yang terus menerus, perlu adanya evaluasi.

  Dari beberapa pengertian di atas, evaluasi program merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai program guna mengambil suatu keputusan berikutnya. Berkaitan dengan evaluasi program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga, penelitian ini berupaya untuk mengumpulkan informasi mengenai pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata sehingga dengan adanya evaluasi tersebut dapat memperbaiki program serta mengetahui faktor-faktor penghambat pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata yang pada akhirnya bermanfaat terhadap keputusan tindak lanjut terhadap Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga.

2.7 Model Evaluasi Program CIPP

  Menurut Wirawan (2012) terdapat berbagai model evaluasi program yaitu: (1) model evaluasi berbasis tujuan, (2) model evaluasi bebas tujuan, (3) model evaluasi formatif, (4) model evaluasi sumatif, (5) model evaluasi responsif, (6) model evaluasi CIPP, (7) model evaluasi adversary dan (8) model evaluasi ketimpangan.

  Evaluasi terhadap program Sekolah Adiwiyata, pada dasarnya membutuhkan jenis model yang cocok. Dilihat dari beberapa substansinya bahwa evaluasi ini berupaya untuk melihat hal yang melatarbelakangi penyelenggaraan program, desain perencanaan program, pelaksanaan program dan produk yang dihasilkan dari program tersebut. Selain dilihat dari keempat substansi tersebut, pada akhirnya evaluasi ini akan memberikan rekomendasi terhadap keberadaan program. Apabila dilihat dari beberapa substansi yang ada, tidak semua model evaluasi cocok digunakan sebagai model evaluasi program. Berdasarkan pertimbangan tersebut, evaluasi terhadap program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga dilakukan dengan menggunakan model evaluasi CIPP (Context,

  

Input, Process, Product). Model CIPP mulai

  dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun 1966. Stufflebeam menyatakan model evaluasi CIPP merupakan kerangka yang komprehensif untuk mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif terhadap objek program, proyek, personalia, produk, institusi, dan sistem.

  Menurut Arikunto & Jabar (2009), apabila kegiatan evaluasi menggunakan model CIPP, analisis program harus berdasarkan pada komponen-komponen tersebut (CIPP), komponen dalam model evaluasi CIPP dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Evaluasi konteks berupaya mengidentifikasi mengenai kebutuhan lingkungan yang belum terpenuhi, populasi

sampel yang dilayani dan tujuan program/proyek.

  2. Evaluasi masukan berupaya mengidentifikasi tentang kemampuan awal dari komponen yang ada (siswa atau sekolah) dalam menunjang pelaksanaan program tersebut.

3. proses mengidentifikasi mengenai

Evaluasi pelaksanaan dari suatu program yang dapat meliputi program apa yang akan dilaksanakan, siapa penyelenggara program tersebut, waktu pelaksanaan program tersebut.

  4. Evaluasi produk berupaya untuk mengidentifikasi hal- hal atau perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan program tersebut, serta ketercapaian dari pelaksanaan program. (Arikunto & Jabar, 2009).

  Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa kegiatan evaluasi dengan model CIPP harus menganalisis program berdasarkan komponen- komponennya. Model evaluasi CIPP sengaja dipilih karena komponen-komponen dalam penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata dapat dianalisis dengan menggunakan model ini. Pengaturan keempat komponen dalam CIPP menjadi kunci terhadap keberadaan tindak lanjut program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga.

  Lebih lanjut, Stufflebeam dalam Wirawan (2012) mengungkapkan hal-hal yang perlu diungkap dalam evaluasi model CIPP sebagai berikut : 1.

  Evaluasi Konteks Mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasar disusunnya suatu program.

  2. Evaluasi Masukan Mengidentifikasi tujuan, prioritas-prioritas dan membantu pemakai untuk menilai tujuan, prioritas dan manfaat- manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana tindakan, rencana staf dan anggaran 3. Evaluasi Proses

  Evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program melaksanakan aktivitas dan menilai program.

  4. Evaluasi Produk Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. (Wirawan, 2011: 93-94).

  Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kegiatan evaluasi dengan model CIPP harus menganalisis program berdasarkan komponen- komponennya. Model evaluasi CIPP memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan model lain, yaitu: (1) memiliki sistem kerja dinamis; (2) pendekatan bersifat holistik dalam proses evaluasinya sehingga dapat memberikan gambaran yang detail dan luas terhadap program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga tahun 2017/2018, mulai dari konteks hingga saat proses implementasinya; (3) dapat melakukan perbaikan selama program berjalan maupun dapat memberikan informasi final; (4) memiliki potensi untuk bergerak pada evaluasi formatif dan sumatif, dan (5) lebih komprehensif dari model lainnya.

  Bila dirinci, substansi dari komponen CIPP dalam pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri

  2 Salatiga sebagai berikut: 1.

  Evaluasi konteks, sasaran evaluasi konteks mencakup:

a). Deskripsi lingkungan; b). Kebutuhan yang belum terpenuhi dalam lingkungan ; c). Populasi/sampel; d).

  Tujuan program; e). Peluang dan manfaat dari sekolah dengan diselenggarakannya program tersebut.

2. Evaluasi Input, sasaran dalam evaluasi input meliputi:

a). Kemampuan sekolah dalam menyelenggarakan program; b). Perencanaan dan pengorganisasian; c).

  Sumber dana; d). Staf/sumber daya manusia.

  3. Evaluasi Proses, sasaran dalam evaluasi proses meliputi: a) Monitoring dan penilaian aktivitas program; b). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran; c). Efektivitas sarpras; d). Kompetensi guru; e). Masalah yang dihadapi siswa dan guru; f). Kendala-kendala yang dialami oleh pihak sekolah

4. Evaluasi Produk, sasaran dalam evaluasi produk meliputi: a). Hasil belajar siswa, Kelulusan; b).

  Ketercapaian tujuan; c). Dampak bagi siswa; d). Dampak bagi sekolah setelah program dilaksanakan. (Stufflebeam 2007; Arikunto & Jabar 2009).

  Untuk memudahkan pelaksanaan model evaluasi CIPP, Stufflebeam yang dikutip Wirawan (2012:94-103) mengembangkan 10 checklist sebagai panduan bagi evaluator yang meliputi: kesepakatan kontrak, evaluasi konteks, evaluasi masukan, evaluasi proses, evaluasi pengaruh, evaluasi efektivitas, evaluasi keberlanjutan, evaluasi transfortabilitas, evaluasi meta, sintesis laporan final.

  Dari kesepuluh checklist yang dipaparkan, peneliti hanya akan fokus pada 6 checklist sesuai dengan kebutuhan penelitian program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri Negeri 2 Salatiga. Evaluasi konteks menggunakan checklist evaluasi konteks, evaluasi input menggunakan checklist evaluasi masukan, evaluasi proses menggunakan checklist evaluasi proses, checklist evaluasi pengaruh, checklist evaluasi efektivitas, dan evaluasi hasil menggunakan checklist evaluasi pengaruh dan keberlanjutan.

1. Checklist evaluasi konteks

  Evaluasi konteks menilai kebutuhan-kebutuhan, aset dan masalah yang digambarkan pada program Sekolah Adiwiyata. Aktivitas evaluator dan klien pemangku dilukiskan pada tabel 1.

  Tabel 1 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Konteks

  Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien Tujuan Program Mengumpulkan dan mengakses kebutuhan informasi, latar belakang benefisiari yang dituju dari sumber-sumber seperti rekaman, kelas dan skor-skor tes, proposal permintaan pendanaan, dan arsip-arsip surat kabar.

  Memakai temuan-temuan evaluasi konteks untuk menyeleksi dan atau mengklarifikasi benefisiari yang dituju Mewawancarai para pemimpin program untuk menelaah dan mendiskusikan prespektif mereka mengenai kebutuhan para benefisiari untuk mengidentifikasi setiap masalah yang perlu diselesaikan program

  Memakai temuan-temuan evaluasi konteks untuk menelaah dan merevisi, jika cocok, tujuan-tujuan program untuk memastikan secara tepat

  Mewawancarai para pemangku kepentingan untuk memperoleh pandangan lebih lanjut mengenai kebutuhan-kebutuhan dan nilai benefisiari yang dituju dan potensial problem-problem untuk program Memakai temuan-temuan evaluasi konteks untuk memastikan bahwa program memanfaatkan masyarakat yang terkait dan aset-aset lainnya.

  

Menilai tujuan program dalam Memakai temuan-temuan

kaitannya dengan kebutuhan evaluasi konteks (sepanjang

benefisiari dan aset-aset potensial atau pada akhir program)

yang bermanfaat untuk membantu menilai

efektivitas dan signifikansi program dalam memenuhi kebutuhan benefisiari yang dinilai.

  (Sumber: Wirawan, 2012:95-96) Pada checklist panduan evaluasi konteks, peneliti hanya menggunakan aktivitas yang diperlukan dalam program Sekolah Adiwiyata. Stufflebeam yang dikutip Wirawan (2012:94) mengatakan bahwa komponen dalam evaluasi CIPP merupakan suatu rangkaian, namun dalam pelaksanaannya evaluator dapat melakukan satu jenis evaluasi saja atau kombinasi dari dua atau lebih. Hal ini yang dijadikan dasar bagi peneliti untuk menggunakan sebagian aktivitas yang terdapat dalam panduan checklist yang dikemukakan oleh Stufflebeam.

2. Checklist evaluasi masukan

  Checklist evaluasi masukan (Input) berfungsi untuk menjaring, menganalisis dan menilai strategi, rencana kerja serta anggaran berbagai pendekatan. Apa yang dilakukan evaluator dan klien dikemukakan dalam tabel 2.

  Tabel 2 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Input

  

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Mengidentifikasi dan meneliti program lain yang ada yang dapat dipergunakan sebagai model untuk program yang direncanakan

  Memakai temuan evaluasi masukan untuk merencanakan suatu strategi program yang secara saintifik, ekonomis, sosial, politik dan teknologi dapat dipertahankan

  Menilai strategi program yang diusulkan mengenai kemampuan bereaksi terhadap kebutuhan dan feasibilitasnya

  Memakai temuan evaluasi masukan untuk memastikan bahwa strategi program memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan

  Menilai anggaran program untuk menentukan kecukupannya dalam membiayai pekerjaan yang dibutuhkan Memakai temuan evaluasi masukan untuk mendukung permintaan pendanaaan untuk kegiatan yang direncakanan Menilai strategi program dengan penelitian dan literatur yang berhubungan

  Memakai temuan evaluasi masukan untuk melatih staf untuk melaksanakan program Menilai manfaat strategi program dengan membandingkannya dengan alternatif strategi yang dipergunakan dalam program yang serupa Memakai hasil evaluasi masukan untuk tujuan pertanggungjawaban dalam melaporkan rasional untuk strategi program yang dipilih dan mempertahankan rencana program

  (Wirawan, 2012: 96-97) Berdasarkan tabel 3, peneliti juga hanya menggunakan beberapa checklist saja yang sesuai dengan penelitian evaluasi program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

3. Checklist evaluasi proses

  Checklist evaluasi proses dilakukan untuk memonitoring, mendokumentasikan, dan menilai aktivitas program. Aktivitas evaluator dan klien ditunjukkan dalam tabel 3 berikut:

  Tabel 3 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Proses

  

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Menugaskan staf program dan Memakai temuan evaluasi

konsultan dan/ atau anggota proses untuk mengontrol dan

tim evaluasi untuk menyusun memperkuat aktivitas staf suatu direktori orang-orang dan kelompok-kelompok yang dilayani, membuat catatan mengenai kebutuhan mereka dan mencatat layanan program yang mereka terima

Mengumpulkan dan menilai Memakai temuan evaluasi

sampai seberapa tinggi individu proses untuk memperkuat

dan kelompok yang dilayani desain program konsisten dengan kemanfaatan program yang direncanakan

Secara periodik mewawancarai Memakai temuan evaluasi

para pemangku kepentingan di proses untuk menyusun suatu

wilayah program seperti rekaman kemajuan program pemimpin masyarakat, para pegawai, personil sekolah dan program sosial untuk mempelajari perspektif mereka. mengenai bagaimana program mempengaruhi masyarakat

Memasukkan informasi yang Memakai temuan evaluasi

diperoleh dan penilaian proses untuk membantu

evaluator ke dalam profil menyusun suatu rekaman

program secara periodic biaya program

Menentukan sampai seberapa Memakai temuan evaluasi

banyak program mencapai untuk melaporkan kemajuan

  

suatu kelompok penerima program kepada sponsor

layanan yang tepat finansial program, dewan

kebijakan dan para pengembang program lainnya.

  (Wirawan, 2012: 97) 4.

  Checklist evaluasi pengaruh Checklist evaluasi pengaruh dipergunakan untuk mengevaluasi proses dan produk pelaksanaan program pengembangan Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga. Checklist ini menjaring dan menilai data mengenai program yang mencapai audiens yang ditargetkan. Aktivitas evaluator dan klien dikemukakan dalam tabel 4.

  Tabel 4 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Pengaruh

  Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien Menugaskan staf program Memakai temuan evaluasi dan konsultan untuk pengaruh untuk memastikan menyusun direktori orang/ bahwa program mencapai para kelompok yang dilayani, penerima manfaat yang membuat catatan mengenai direncanakan kebutuhan-kebutuhan mereka, dan merekam layanan program yang mereka terima Mengakses dan membuat Memakai temuan evaluasi penilaian mengenai sampai pengaruh untuk menilai seberapa tinggi individu dan apakah program mencapai kelompok yang memperoleh atau tidak mencapai penerima layanan konsisten dengan kemanfaatan program yang direncakan manfaat yang tidak tepat Secara periodik mewawancarai pemangku kepentingan untuk mempelajari perspektif mereka mengenai bagaimana program mempengaruhi masyarakat

  Memakai temuan evaluasi pengaruh untuk menilai sampai seberapa banyak program sedang melayani atau telah melayani penerima manfaat yang berhak

  Memasukkan informasi yang diperoleh dan penilaian evaluator dalam profil program yang diperbaharui secara periodik Memakai temuan evaluasi pengaruh untuk menilai sampai seberapa tinggi program memenuhi atau sedang memenuhi kebutuhan

  Menentukan sampai seberapa tinggi program mencapai kelompok penerima manfaat yang tepat

  Memakai temuan evaluasi pengaruh untuk tujuan pertanggungjawaban mengenai kesuksesan program dalam mencapai penerima manfaat layanan program yang dimaksud.

  (Wirawan, 2012: 98) 5. Checklist evaluasi efektifitas

  Checklist evaluasi efektifitas meneliti dan menilai signifikansi manfaat (outcomes). Aktivitas dari evaluator dan klien dapat dibaca pada tabel 5.

  Tabel 5 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Efektifitas

  Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien Mewawancarai para pemangku kepentingan kunci untuk menentukan penilaian mereka

  Memakai temuan-temuan evaluasi efektifitas untuk menimbang pengaruh positif mengenai manfaat positif atau negatif program dan negatif program terhadap penerima manfaat

  Melakukan studi kasus mendalam mengenai penerima manfaat tertentu Memakai temuan evaluasi efektifitas untuk mengukur pengaruh positif dan negatif dari program terhadap masyarakat/ lingkungan.

  Menugaskan anggota evaluasi dan staf program untuk menyediakan dokumentasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengonfirmasi luasnya, mendalamnya, kualitas, dan signifikannya dari pengaruh program terhadap penerima manfaat

  Memakai temuan-temuan evaluasi efektifitas untuk menyortir dan menilai pengaruh sampingan program yang penting Mengumpulkan dan menilai informasi mengenai pengaruh program terhadap masyarakat

  Memakai temuan evaluasi efektifitas untuk meneliti apakah rencana dan aktivitas program perlu diubah

  Menugaskan evaluator goal- free untuk memastikan apa yang sesungguhnya dilakukan oleh program dan untuk mengidentifikasi pengaruh sepenuhnya- positif atau negatif, yang direncanakan atau tidak direncanakan

  Memakai temuan-temuan evaluasi efektifitas untuk mempersiapkan dan menyusun laporan pertanggungjawaban program Masukkan temuan-temuan evaluasi efektivitas dalam draf laporan dan menyajikannya kepada klien dan para pemangku kepentingan yang menginginkannya.

  Memakai data assesmen kebutuhan (dari temuan- temuan evaluasi konteks), temuan-temuan evaluasi efektivitas, dan bandingkan dengan program evaluasi yang sama di tempat lain untuk membuat assesmen dasar signifikan dari program.

  (Wirawan, 2012: 99)

6. Checklist evaluasi keberlanjutan

  Checklist evaluasi keberlanjutan digunakan untuk menjaring, menganalisis dan menilai sampai seberapa tinggi kontribusi program sukses diinstitusionalisasikan dan terus berlanjut bersamaan dengan perkembangan waktu. Aktivitas evaluasi keberlanjutan dapat dilihat dalam tabel 6.

  Tabel 6 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Keberlanjutan

  Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien Mengidentifikasi penilaian pemimpin dan staf program mengenai kesuksesan program dan apa yang harus dilanjutkan

  Memakai temuan evaluasi keberlanjutan untuk menetapkan apakah staf dan para penerima manfaat lebih menyukai keberlanjutan program

  Mengidentifikasi penilaian penerima manfaat mengenai kesuksesan program dan apa yang harus dilanjutkan

  Memakai temuan evaluasi keberlanjutan untuk menilai apakah ada keberlanjutan kebutuhan/permintaan dan kasus yang meyakinkan untuk keberlanjutan layanan program Menelaah data evaluasi mengenai efektifitas program, biaya-biaya program dan kebutuhan penerima manfaat untuk menilai program sukses apa yang harus dan dapat diteruskan

  Memakai temuan evaluasi keberlanjutan sebagai jaminan untuk menentukan tujuan-tujuan dan rencana untuk melanjutkan aktivitas-aktivitas

  Mewawancarai para penerima manfaat untuk Memakai temuan evaluasi keberlanjutan untuk mengidentifikasi pemahaman dan assesmen mengenai persyaratan untuk keberlanjutan membantu menetapkan bagaimana terbaik untuk menugaskan otoritas dan tanggung jawab untuk keberlanjutan program Memperoleh dan meneliti rencana-rencana, anggaran, penugasan staf dan informasi lain yang relevan untuk mengukur kemungkinan bahwa program akan diteruskan

  Memakai temuan evaluasi keberlanjutan sebagai jaminan untuk membantu rencana dan anggaran aktivitas keberlanjutan

  (Wirawan, 2012: 100) Seperti yang telah peneliti paparkan sebelumnya dalam tabel checklist panduan evaluator dan klien, peneliti hanya menggunakan aktivitas yang diperlukan dalam penelitian. Ada beberapa aktivitas yang peneliti tidak gunakan dalam penelitian ini, karena beberapa aktivitas tersebut tidak diperlukan dalam penelitian ini.

2.8 Penelitian Relevan

  Hasil penelitian mengenai evaluasi program Sekolah Adiwiyata secara utuh sejauh ini belum pernah dilakukan. Namun ada beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan evaluasi program, program pengelolaan lingkungan hidup dan program Sekolah Adiwiyata.

  Hasil penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Sonadi ( 2015) dengan judul Implementasi Kebijakan

  

Program Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan

(Adiwiyata) di SMP Negeri I Cimaung dan SMP Negeri I

  Katapang Kabupaten Bandung. Hasil penelitian ini berwujud disertasi Doktor Ilmu Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan UPI Bandung.

  Implementasi program Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata) disebutkan dalam desertasi tersebut sangat strategis untuk mengubah perilaku masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup melalui proses pendidikan di SD, SMP dan SMA. Namun sampai saat ini hasil pencapaian sekolah Adiwiyata cenderung linear dengan daya dukung sarana prasarana, daya dukung pemerintah dan tingkat partisipasi warga seolah, dikarenakan terkendala dengan permasalahan seperti dukungan dari Pemerintah Daerah belum optimal, partisipasi dari warga sekolah masih rendah.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa, arah kebijakan yang diambil dalam mengimplementasikan kebijakan adiwiyata telah tersedia dan dijadikan acuan untuk melaksanakan Program Adiwiyata, namun belum tersedia Surat Kesepakatan Bersama (SKB) Antara Dinas Pendidikan Kebudayaan dengan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH).

  Proses implementasi program Adiwiyata sudah dilaksanakan dan namun perlu perbaikan dengan kegiatan yang dikembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Implementasi terkendala dengan proses sosialisasi dengan pelaksanaan. Sumber daya manusia masih terbatas yang berkompetensi PLH, demikian juga sarana prasarana pendukung belum memadai dan anggaran masih menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS).

  Dampak penerapan kebijakan Program Sekolah Adiwiyata adalah sangat positif pada prestasi siswa yang cenderung meningkat, siswa mempunyai keterampilan lingkungan hidup, terjadi perubahan perilaku yang baik sehingga terwujud sekolah berwawasan lingkungan hidup sebagai hasil proses pendidikan.

  Hasil penelitian lain dilakukan oleh Hidayati (2013) yang berjudul Perilaku Warga Sekolah Dalam Mengimplementasikan Program Adiwiyata di SMK Negeri 2 Semarang. Hasil penelitian ini berupa Tesis program Magister Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana UNDIP Semarang.

  Penelitian Hidayati mengeksplorasi perilaku warga SMKN 2 Semarang, yang merupakan Sekolah Adiwiyata kategori Mandiri, dalam implementasi program Adiwiyata. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Ditemukan data dalam penelitian bahwa perilaku warga sekolah SMKN 2 Semarang telah sesuai dengan program Sekolah Adiwiyata yang terbentuk dari kebiasaan, pengertian, dan contoh perilaku peduli lingkungan yang menerapkan aturan sekolah secara eksplisit serta sanksi tegas pelanggar aturan. Perilaku warga sekolah tercermin dalam keseriusannya menjaga kebersihan, memelihara taman, melakukan penghijauan, penghematan air, listrik, kertas, dan bahan bakar serta menerapkan reduce, reuse, dan recycle sampah untuk pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan demi keberlanjutan pembangunan. Pembiasaan perilaku berkarakter lingkungan diajarkan dengan contoh, ditularkan dan disebarkan kepada warga sekolah atau masyarakat dengan membiasakan, memberikan pengertian dan contoh perilaku peduli lingkungan.

  Hasil penelitian relevan lain juga telah dilakukan oleh Sighal dan Verma (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Environmental Awareness

among Higher Secondary Students of Jabalpur.

Penelitian dari Indian Journal ini menekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah proses seumur hidup dan harus ditangani secara sungguh-sunggsuh.

  Komunitas pendidikan tinggi disebutkan sebagai salah satu aktor utama dalam pendidikan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Namun, Pendidikan Lingkungan masih belum menjadi prioritas dalam kurikulum di universitas dan di institusi tinggi lainnya. Mahasiswa belajar tentang lingkungan dari kursus dasar tentang Studi Lingkungan.

  Hasil penelitian Sighal menunjukkan bahwa meskipun siswa mengambil banyak kursus tentang isu lingkungan, namun kesadaran lingkungan mereka dan tanggung jawab terhadap lingkungan lebih rendah dari nalar dan tingkat kemampuan mahasiswa. Nilai tidak menunjukkan hubungan signifikansi pada hasil. Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tidak selalu mempengaruhi kesadaran dan perilaku terhadap lingkungan. Diperlukan kebijakan nasional untuk pendidikan lingkungan hidup di perguruan tinggi.

  Selain itu juga terdapat hasil penelitian yang dilakukan oleh Burhan dan Ismail (2011) yang berjudul

  

Pre-Service Teachers' Perception Toward Environmental

Knowledge, Attitudes and Behaviours. Penelitian dari

  Malaysia ini menyelidiki pengetahuan, sikap, dan perilaku lingkungan yang dilakukan oleh guru dan menentukan apakah ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku lingkungan. Temuannya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku. Penelitian merekomendasi diperlukannya tinjauan kurikulum pendidikan lingkungan dalam kursus pelatihan guru sehingga dapat memberi pengetahuan kepada para guru tentang masalah lingkungan, serta untuk mengembangkan sikap dan perilaku yang baik dari siswa mengenai masalah lingkungan.

  Sonadi dan Hidayati sama-sama melakukan penelitian implementasi Sekolah Adiwiyata. Penelitian ini menemukan hasil yaitu dukungan dari pemerintah daerah dan partisipasi warga sekolah masih rendah sehingga mengusulkan alternative solusi yaitu merekomendasikan model hipotetik. Namun Hidayati yang meneliti implementasi di sekolah kategori mandiri dengan pendekatan deskriptif kualitatif tidak menemukan kekurangan, perilaku warga sekolah sudah sesuai dengan program Adiwiyata. Ada perbedaan implementasi antara sekolah adiwiyata nasional dengan sekolah adiwiyata mandiri.

  Lain dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sighal dan Burhan, walaupun menggunakan metode yang berbeda, Sighal menggunakan metode perbandingan sedangkan Burhan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, keduanya memperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan dan kemampuan tidak linier terhadap sikap, perilaku dan kepedulian pada lingkungan. Pendidikan lingkungan perlu berkelanjutan dan diterapkan dalam kurikulum serta diperlukan contoh dari guru.

  Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan Maryani (2014) dengan judul Evaluasi Pelaksanaan Program Sekolah Adiwiyata Ditinjau Dari Aspek Partisipasif Di SDN Ungaran 1 Yogyakarta lebih mendekati sama yang dilakukan peneliti. Penelitian ini menggunakan metode CIPP, dengan analisis datanya menggunakan kuantitatif dan unsur yang di analisis hanya aspek kegiatan lingkungan berbasis partisipatif (partisipasi peserta didik dan guru).

  Partisipasi karyawan, komite dan pihak terkait tidak dianalisis dan aspek kebijakan, aspek kurikulum berbasis lingkungan, aspek sarana prasarana juga tidak dianalisis, padahal aspek-aspek ini juga sangat mempengaruhi keberhasilan program Sekolah Adiwiyata yang dicanangkan. Hasil penelitian menunjukan tingkat partisipasi warga sekolah berpengaruh besar terhadap keberhasilan program Sekolah Adiwiyata.

  Penelitian ini mengevaluasi pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga. Model evaluasi yang akan digunakan peneliti adalah model CIPP, Context, Input, Process dan Product. Sedangkan obyek penelitian meliputi 4 (empat) komponen pokok dalam pelaksanaan program adiwiyata, yaitu kebijakan sekolah berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dan sarana prasarana ramah lingkungan pendukungnya. Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti akan mengungkap lebih dalam mengenai faktor penghambat dan faktor pendukung serta berupaya mengidentifikasi dan mengakses dampak/outcome program Sekolah Adiwiyata bagi pihak-pihak yang berkepentingan sehingga dapat memberikan masukan bagi sekolah dan dinas terkait tentang pelaksanaan Program Sekolah Adiwiyata.

2.9 Kerangka Berpikir

  Evaluasi terhadap penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga bertujuan untuk mengukur sejauh mana efektivitas program tersebut terlaksana. Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model evaluasi CIPP

  (context, input, process dan product). Selanjutnya Evaluasi tersebut akan diterapkan pada empat komponen adiwiyata yaitu: Kebijakan Berwawasan Lingkungan, Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan, Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif dan Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

  Kegiatan evaluasi terhadap komponen konteks dalam penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata meliputi penilaian terhadap kebutuhan, kondisi lingkungan, karakteristik, masalah, aset, peluang dari penyelenggaraan tiap program manajemen Sekolah Adiwiyata. Penilaian terhadap komponen input meliputi perencanaan, strategi program, SDM, sarana dan prasarana dan pembiayaan program.

  Penilaian terhadap komponen evaluasi proses meliputi pelaksanaan kegiatan, efektivitas penggunaan sarana dan prasarana, kendala-kendala yang dihadapi sekolah dalam pelaksanaan program ini. Sedangkan penilaian terhadap evaluasi komponen produk meliputi hasil pengembangan program, ketercapaian tujuan yang telah dirancang (sejauh mana/seberapa besar tujuan program tersebut tercapai), dampak yang dialami sekolah setelah program Sekolah Adiwiyata tersebut dilaksanakan.

  Berdasarkan tujuan penelitian ini, kegiatan evaluasi terhadap program Sekolah Adiwiyata berupaya untuk menganalisis program adiwiyata tersebut melalui keempat komponen dalam model CIPP. Hasil dari analisis keempat komponen tersebut, nantinya akan menghasilkan sebuah simpulan hasil evaluasi penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata. Simpulan tersebut diharapkan memberikan masukan dan rekomendasi bagi sekolah dan dinas terkait tentang pelaksanaan dan kendala yang dihadapi dalam implementasi penyelenggaraan Program Sekolah Adiwiyata.

  Berdasarkan uraian tersebut, dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

  Kerangka Berpikir Penalitian Gambar 1. Kerangka Berpikir

  Context

  Hasil Evaluasi Rekomendasi pada pihak sekolah Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

  Input Process Product

  Evaluasi : Kebijakan berwawasan lingkungan, Kondisi Lingkungan, Identifikasi Kebutuhan, Karakteristik program, Tujuan dan manfaat Sekolah Adiwiyata

  Evaluasi : Kurikulum berwawasan lingkungan, Program dan jadwal, Mekanisme pelaksanaan, SDM, Pembiayaan, Sarpras, dan Juklak Evaluasi :

  ( Partisipasi warga sekolah, Pelaksana an kegiatan,Efek tivitas penggunaan dana ) berada di dalam 4 (empat) komponen program Adiwiyata, Faktor pendukung dan penghambat, Efektivitas program Evaluasi untuk mengidentifikasi hal-hal atau perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan program, ketercapaian dari pelaksanaan program, dampak program, Keberlanjutan program

Dokumen yang terkait

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Praktik Kerja Lapangan (PKL) Berdasarkan Stake Countenance Model Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga

0 0 36

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Praktik Kerja Lapangan (PKL) Berdasarkan Stake Countenance Model Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga

0 0 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Praktik Kerja Lapangan (PKL) Berdasarkan Stake Countenance Model Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga

0 0 78

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pengelolaan Bantuan Siswa Miskin Kepada Orangtua pada Sekolah Dasar Negeri Kalicacing 02 Salatiga

0 0 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah dan Lokasi Sekolah Dasar Negeri Kalicacing 02 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pengelolaan Bantuan Siswa Miskin Kepada Or

0 0 56

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pengelolaan Bantuan Siswa Miskin Kepada Orangtua pada Sekolah Dasar Negeri Kalicacing 02 Salatiga

0 0 101

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Sistem Manajemen Penilaian Hasil Belajar pada Kurikulum 2013 Berbasis Teknologi Informasi

0 0 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Sistem Manajemen Penilaian Hasil Belajar pada Kurikulum 2013 Berbasis Teknologi Informasi

0 0 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Sistem Manajemen Penilaian Hasil Belajar pada Kurikulum 2013 Berbasis Teknologi Informasi

0 1 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum SMP Negeri 5 Salatiga - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Sistem Manajemen Penilaian Hasil Belajar pada Kurikulum 2013 Berbasis Teknologi Informasi

0 0 56