MEREPOSISI STATUS HAKIM YANG IDEAL

MEREPOSISI STATUS HAKIM YANG IDEAL
Oleh : Neilla Dian Fitryana 11140440000061 (Jum’at 9:20)
Abstrak : Tulisan ini membahas tentang status hakim yang belum jelas dan
perubahan dari status hakim yang pejabat negara menjadi pejabat negara aparatur sipil
negara yang mempermasalahkan sebelumnya pengesahan jabatan hakim Hakim dalam
statusnya pejabat negara (PNS) atau pejabat negara saja atau tetap di beri nama Hakim
tanpa harus disebut pejabat negara apalagi pejabat negara (PNS)karena permasalahannya
adalah implikasi dari status hakim sebagai pejabat negara belum jelas. Hal ini diamini
pula Hakim Agung yang juga Ketua Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI)
Hakim mempunyai jabatan yang penting di republik indonesia ini, maka jika
masih adanya dilema nya status hakim dengan adanya pengesahan RUU Jabatan Hakim
karena banyaknya hakim yang tidak adanya rasa keadilannya dalam memutus dan
putusannya maka, DPR Komisi III untuk membicarakan soal RUU Jabatan Hakim yang
masih dilema dalam statusnya, maka sudah jelas IKAHI ingin memastikan status hakim
dan meminta untuk segera disahkan RUU Jabatan hakim yang menjadi permasalahannya.
A. Latar Belakang Masalah
Ada yang mengatakan jika status hakim tetap yang menjadi pejabat negara,
dirubah saja menjadi pejabat negara khusus, Pejabat PNS yamg disebut pejabat yudisial
yang tugas memutus setiap perkara perdata, pidana, militer
Sudah hampir 7 Tahun pengrekrutan hakim sudah tidak lagi dilaksanakan, karena
ketidakpastian dalam hal status dan jabatan hakim dan rapat kerja yang banyak juga

kebutuhan yang mendesak di Institut Pengadilan Negeri,Agama, dan Militer, Umum
karena adanya pemekaran wilayah.
Maka dari itu, pemerintah menegaskan tentang status hakim antara pejabaat
negara atau pejabat khusus , bahwa UU No 4 Tahun 2009 tenatang kekuasaan Kehakiman
Pasal 31 ayat (1) bahwa hakim adalah pejabat negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman dan juga UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN).
Dimana, Pasal 122 menyebutkan secara tegas bahwa hakim pada semua badan peradilan,
kecuali hakim ad hoc, merupakan pejabat negara.

B. Rumusan Masalah
Maka dapat di rumuskan permasalahan yang memepertanyakan masalah
mereposisi status hakim yang ada di UU No 4 Tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman bahwa hakim adalah pejabat negara untuk dirubah lagi status kembalin
lagi bahwa hakim adalah pejabat negara yang khusus/ Aparatur Sipil Negara yang
ditugaskan negara, maka inilah Rumusan Masalah mengenai status hakim.
a. Apa alasan pemerintah/aparatur mereposisi status hakim ?
b. Apa faktor yang menghambat rekrutmen calon hakim yang mendesak sehingga
pengesahan RUU jabatan hakim harus disahkan ?
C. Kajian Kepustakaan (Teori Hukum)
Pada Pasal 19 UU No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, "Hakim dan

hakim konstitusi adalah pejabat negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur
dalam undang-undang". Hakim dimaksud adalah hakim pada MA dan hakim di bawahnya
pada lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata usaha negara, serta hakim pada
pengadilan khusus (hakim ad hoc) yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.
Penyebutan pejabat negara pada hakim adalah pada pasal 31 di UU Kekuasaan
Kehakiman. Pasal 31 ayat (1) menyebutkan, "Hakim pengadilan di bawah Mahkamah Agung
merupakan pejabat negara yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang berada pada
badan peradilan di bawah Mahkamah Agung".
Pada pasal 31 yang berbunyi demikian dapat di fikirkan lagi bahwa Lembaga/Institut
Pengadilan masih dibawah Mahkamah Agung, itu berarti Peradilan ini mandiri dalam hal
lembaga tidak tergantung pada lembaga apapun. Seperti alasan pemerintah dalam
mengesahkan RUU jabatan hakim yang dilema, pemerintah beralasan karena banyaknya
hakim masih belum berlaku adil dalam memutus maupun berupa putusan.
Nah, jika kita telaah lagi , dengan ketidakadilan hakim dalam memutus dan putusan
apa solusi pemerintah yang secepat me ngesahkan RUU Jabatan hakim yang menjadi status
pejabat negara atau pejabat negara ASN sedangkan, masalah jabatan hakim itu harusnya
dibahas dalam hal pengekrutan calon hakim yang ingin jadi hakim dari Fakultas Hukum
Universitas Negeri maupun swasta, dalam kutipan diatas pula MA berhak turun tangan dalam
ketidakadilan hakim karena Peradilan dibawah Mahkamah Agung. MA memiliki hak
mengawasi badan peradilan karena selain Komisi Yudisial MA masih di atas badan Peradilan

dan adanya Hakim Agung yang disebut juga hakim Karier di MA.

Tidak hanya UU kekuasaan Kehakiman. UU yang menyatakan hakim adalah pejabat
negara juga dijelaskan pada UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN).
Dimana, Pasal 122 menyebutkan secara tegas bahwa hakim pada semua badan peradilan,
kecuali hakim ad hoc, merupakan pejabat negara.
Jadi, untuk apa pemerintah membincangkan status hakim yang sudah jelas bahwa
hakim adalah pejabat negara yang sudah ada di UU Kekuasaan Kehakiman dan UU tentang
ASN. Jika memang menangani hakim yang tidak adil jangan bawa jabatan yang tidak ada
sinkron pada peristiwa dengan alasan hakim yang kurang adil harusnya pada peringatan dan
adanya revisi UU Kekuasaan Kehakiman atau ada penambahan agar hakim bisa lebih adil
lagi dalam bersidang dan memutus ataupun putusan hakim (Yudiprudensi)
Membahas status hakim yang ideal maka, bagaimana calon hakim mendatang
yang masih belum jelas statusnya. Masalah yang hampir 7 Tahun tidak ada pengekrutan
calon hakim yang mendesak yang menjadi membludak, maka itu sebuah pengalaman
Institut Peradilan dalam menyikapi calon hakim. Mengutip Laporan Tahunan Mahkamah
Agung (MA) 2016, berdasarkan analisis beban kerja tahun 2015, kebutuhan hakim
pengadilan tingkat pertama dan tingkat banding sebanyak 12.847 orang. Sementara,
jumlah hakim yang ada saat ini 7.989 orang. Berarti, masih ada kekurangan sebanyak
4.858 hakim.

D. METODE PENELITIAN
a. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis metode Penelitian deskriptif Analisis adalah
penelitian yang berusaha mendeskripsikan isu, atau peristiwa hukum pada saat ini
atau yang sudah lama, tetapi dibahas lagi jika peristiwa itu masih ada yang
mengganjal pada penulis ingin reseach isu hukum atau peristiwa hukum yang sudah
lama.
b. Pendekatan penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan juridis yang
dimaksud adalah penelitian yang menelaah aturan perundang-undangan yang
berkaitan erat dengan permasalahan hukum (isu hukum).
c. Analisis Data

Dalam menyikapi RUU Jabatan Hakim yang membicarakan status jabatan hakim
sebagai pejabat negara atau pejabat negara ASN maka,data yang dibutuhkan adalah
pemikiran yang menurut Arsul Sani bahwa apabila RUU ini sahkan maka, jabatan hakim
akan di setarakan dengan pejabat lain. Dan analisis berdasarkan analisis beban kerja
tahun 2015 yang sudah terlampir.
Sedangkan sumber data yang saya kutip adalah isi dari Rancangan UndangUndang yang masih dilema dan belum disahkan menjadi Undang-Undang yang
sampai sekarang masih belum jelas status hakim dengan mengambil Undang-Undang

No 4 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman yang menyinggung soal jabatan
hakim sudah ditetapkan bahwa status hakim yaitu pejabat hakim pada Pasal 31 Ayat
(1) yang mejelaskan "Hakim pengadilan di bawah Mahkamah Agung merupakan
pejabat negara yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang berada pada badan
peradilan di bawah Mahkamah Agung".
Tekhnik pengumpulan data menggunakan tekhnik Observasi merupakan
teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung obyek (elemen)
yang diteliti tanpa mengajukan pertanyaan.
E. Hasil Temuan
Mengutip Laporan Tahunan Mahkamah Agung (MA) 2016, berdasarkan analisis
beban kerja tahun 2015, kebutuhan hakim

Pengadilan

Jumlah Hakim
tingkat 7.898 orang

pertama

Kebutuhan hakim

12.847 orang

Kekurangan hakim
4.858 orang

dan

banding
Berdasarkan Analisis Laporan Tahunan MA beban kerja tahun 2015, masih
kurangnya hakim di pengadilan pertama dan banding, namun dengan alasan beban kerja
yang sangat banyak, maka pada Tahun 2017 ini baru mengadakan pengekrutan untuk
hakim , walau banyaknya beban kerja yang harus dikerjakan oleh hakim tidak harusnya
berpengaruh pada status hakim yang sudah jelas di Undang-Undang tentang kekuasaan
kehakiman. Namun,faktor beban kerja dapat berpengaruh pada pengrekrutan calon hakim
di tahun 2017.
F. Kesimpulan

Jadi, adanya yang mengatakan bahwa jabatan hakim yang sebenarnya itu pejabat
negara atau Aparatur Sipil Negara , yang didalam rapat komisi III DPR mengatakan status
hakim akan di jadikan pejabat negara seperti lainnya sedangkan, pekerjaan hakim yang

memutus dan membuat putusan di Institut Pengadilan. Pengadilan yang dibawah
Mahkamah Agung. UU No 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman pada pasal 31
ayat (1) bahwa hakim adalah pejabat negara yang bekerja sesuai dengan kekuasaan
kehakiman.
Dalam sidang RUU Jabatan hakim Arsul Sani ketua DPR menyatakan bahwa
setelah disahkan nya RUU Menjadi Undang-Undang maka, status hakim akan disamakan
seperti pemerintah lainnya layaknya pejabat negara lainnya. Tetapi menyinggung masalah
status hakim yang belum jelas dan belum adanya kepastian tentang RUU disahkan, maka
DPR Komisi III akan memberi solusi tentang kepastian status hakim yang lagi di
perbincangkan.